Anda di halaman 1dari 39

Hello!

We are kelompok 4
Yeni wulan
Arika sabila
Ajeng siti
Arief ibrahim
Noor feli
Husna maulidya
Nurul yuliani
Febiyola
Giyanti
Sistem Saraf Pusat
Kelompok 4
1. OTAK (Encephalon)

1.
Transition Slide
Selaput otak (meningen) :
2. Sumsum Tulang Belakang (Medulla
Spinalis)
Bagian-bagian Otak (Encephalon) yaitu :
A. Cerebrum (otak besar)
• Bagian – bagian korteks menurut Brodmann:
B. Cerebelum ( Otak Kecil )
C. Batang Otak (Brainstem)
MACAM-MACAM SARAF PADA SSP :
STROKE
Definisi

Stroke dikenal juga sebagai


gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan
suatu sindrom yang diakibatkan oleh adanya gangguan
aliran darah pada salah satu bagian otak yang
menimbulkan gangguan fungsional otak berupa deficit neurologi
atau kelumpuhan saraf.

Menurut WHO 2014, stroke merupakan terputusnya aliran darah


ke otak, umumnya akibat pecahnya pembuluh darah ke otak
atau karena terhambatnya pembuluh darah ke sehingga
pasokan nutrisi dan oksigen ke otak berkurang (Muttaqin, 2009).
Menurut Junaidi (2011) stroke di bagi menjadi 2 yaitu stroke
iskemik dan stroke hemoragik.
Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena
aterosklerosis atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu
pembuluh darah, melalui proses aterosklerosis
sedangkan stroke perdarahan, pembuluh darah pecah sehingga
aliran darah menjadi tidak normal dan darah yang merembes masuk
kedalam suatu daerah di otak dan merusaknya.
Klasifikasi

•Stroke Iskemik
Stroke iskemik adalah..
menurunnya aliran darah ke otak karena
vasokonstriksi akibat penyumbatan arteri
sehingga suplai darah ke otak terhambat.

Biasa diakibatkan thrombosis akibat plak aterosklerosis


arteri otak atau emboli dari pembuluh darah di luar
otak yang tersangkut di arteri otak.
Klasifikasi
• Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik merupakan…
stroke yang disebabkan oleh karena adanya
perdarahan suatu arteri serebralis yang
menyebabkan kerusakan otak dan gangguan
fungsi saraf.

Darah yang keluar dari pembuluh darah dapat masuk


kedalam jaringan otak sehingga terjadi hematoma
(Junaidi, 2011).
Klasifikasi Stroke Iskemik

• Transient Ischemic Attack (TIA)


• Reversible Ischemic Nerurological Defisit (RIND)
• Reversible Ischemic Nerurological Defisit (RIND)
• Stroke In Evolution (SIE)
• Complete Stroke Non Hemorrhagic
Klasifikasi Stroke Hemoragik

• PIS (Perdarahan intraserebral)


Klasifikasi Stroke Hemoragik

• PSA (Pendarahan subarakhnoid)


Etiologi Stroke Iskemik

• Trombosis
• Embolisme
• Vasokonntriksi
• Vasospasme serebrum setelah PSA
Etiologi Stroke Hemoragik

Dapat terjadi apabila..


lesi vascular intraserebrum mengalami ruptur
sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang sub
arachnoid atau langsung ke jaringan otak.

Penyebab PIS : PIS hipertensif, PSA pada rupture aneurisma


salular (Berry), rupture malformasi arteriovena (MAV),
trauma : penyalahgunaan kokain, amfetamin, perdarahan
akibat tumor otak, infark hemoragik, penyakit perdarahan
sistemik termasuk terapi antikoagulan.
Etiologi Stroke Hemoragik

Perdarahan subarakhnoid ada 2 macam yaitu


primer, bila pembuluh darah yang pecah berasal dari arteri yang
ada di subarakhnoid
sekunder bila sumber darah berasal dari tempat lain ruangan
subarakhnoid yang masuk keruangan subarakhnoid.

Pada pembuluh darah yang pecah dapat terjadi kontraksi atau


vasokontriksi yaitu pengecilan diameter atau saluran arteri yang
dapat memghambat aliran darah ke otak dan gejala yang timbul
tergantung daerah otak mana yang dipengaruhi.
Perdarahan
intraserebral dan
perdarahan
subarachnoid
Patofisiologi

• Stroke iskemik
Infark iskemik serebri sangat erat hubungannya
dengan aterosklerosis thrombus dapat berasal dari
plaknya / darah beku pada area stenosis. Tempat aliran
darah mengalami perlambatan (turbulensi) thrombus
dapat pecah dari dinging pembuluh darah terbawa
sebagai emboli dalam aliran darah. Iskemia jaringan otak
yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan
dan edemd serta kongesti disekitar area. Iskemia SSP
dapat disertai pembengkakan karena beberapa alasan
yaitu edema vasogenic ( akumulasi CES akibat
perombakan sawar arah otak). Edema sitotoksik(
akumulasi air pada sel glia dan neuron yang rusak)
edema otak yaitu perburukan klinis yang berat beberapa
hari setelah stroke mayor akibat meningkatnya TIK dan
kompresi struktur sekitarnya.
Stroke hemoragik

Terjadi apablia lesi vascular intraserebrum mengalami rupture sehingga


terjadi perdarahan kedalam ruang subarachnoid atau langsung kedalam
jaringan otak. Sebagian dari lesi vascular. PSA adalah aneurisma sakular dan
malformasi arteriovenal (MAV).
Perdarahan intraserebrum yaitu jaringan otak (parenkim) paling sering
terjadi akibat cedera vascular yang dipicu oleh hipertensi dan rupture salah satu
dari banyak arteri kecil yang menembus jauh ke otak
Penyebab pecahnya aneurisma berhubungan dengan ketergantungan
dinding aneurisma yang bergantung pada diameter dan perbedaan tekanan di
dalam dan luar aneurisma. Setelah pecah, darah merembes menyebar
ruang arachnoid serta menyebar ke seluruh otak dan medulla
spinalis bersama cairan serebrospinallis darah ini selain menyebabkan
TIK juga dapat melukai jaringan otak karena tekanan tinggi saat pertama kali
pecah, serta mengiritasi otak
Metode penilaian
GCS
• Check
Tingkat kesadaran
• Observe
• Stimulate
• Kompos mentis
• Rate
• Apatis
• Delirium
• Somnolen
• Stupor
• Semi koma
• Koma
Komplikasi

• Hipoksia serebral
• Penurunan aliran Gangguan komunikasi
darah serebral
• Embolis serebral
• Disfasia reseptif
• Gangguan komunikasi
• Disfasia ekspresif
• Disartria
• Disleksia
• Preserkasi
Manifestasi klinis

1. Defisit Lapang Pandangan


a. Tidak menyadari orang atau objek di tempat kehilangan penglihatan
b. Kesulitan menilai jarak
c.Diplopia
2. Defisit Motorik
a.Hemiparesis (kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama)
b.Hemiplegi (Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama)
c.Ataksia (Berjalan tidak mantap, dan tidak mampu menyatukan kaki)
d.Disartria (Kesulitan berbicara)
e.Disfagia (Kesulitan dalam menelan)
3. Defisit Sensorik :
kebas dan kesemutan pada bagian tubuh
4 Defisit Verbal
Afasia ekspresif (Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami)
Afasia reseptif (Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan)
Afasia global (kombinal baik afasia reseptif dan ekspresif)

5.Defisit Kognitif
Kehilangan memori jangka pendek dan panjang
Penurunan lapang perhatian
Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
Perubahan penilaian

6.Defisit Emosional
Kehilangan kontrol diri
Labilitas emosional
Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress
Depresi
Menarik diri
Rasa takut, bermusuhan dan marah
Perasaan isolasi
PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan umum
2.Terapi farmakologi
3.Tindakan pembedahan
4.penatalaksanaan medis lain
5.Tindakan keperawatan
PEMERIKSAAN
a). Angiografi Serebral

b). Lumbal Fungsi

c). CT Scan

d). MRI

e). USG Doppler

f). EEG

g). Pemeriksaan laboratorium


Pemeriksaan Barthel Indeks

NO AKTIFITAS SCORE
DEPENDENCE INDEPENDENCE
1 PEMELIHARAAN KESEHATAN DIRI 0 5
2 MANDI 0 5
3 MAKAN 5 10
4 TOILET (AKTIFITAS BAB & BAB) 5 10
5 NAIK/TURUN TANGGA 5 10
6 BERPAKAIAN 5 10
7 KONTROL BAB 5 10
8 KONTROL BAK 5 10
9 AMBULASI 15
KURSI RODA 10
(BILA Px A,BULASI DENGAN KURSI
RODA)
10 TRANSFER KURSI/BED 5-10 15
TOTAL: 100

KRITERIA HASIL:
0 - 100
0 – 20 KETERGANTUNGAN PENUH
21 – 61 KETERGANTUNGAN BERAT (SANGAT TERGANTUNG)
62 -90 KETERGANTUNGAN MODERAT
91 – 99 KETERGANTUNGAN RINGAN
100 MANDIRI
Pengkajian
• Nama : Ny.X
• Usia : 58 tahun
• Keluhan : Tiba – tiba saat bangun merasa lemas tangan dan kaki, tiba – tiba
jatuh dan tidak sadarkan diri
• DS : Senang makan makanan bersantan dan daging, setelah pulang
dari RS, Ny X tidak mau merubah kesenangannya, sulit
komunikasi, BAB jadi banyak

• DO : BB 90 kg, TD 220/150 mmHg, CT scan otak gambaran perdarhan


di subarachnoid dan area Wernicke, oedema serebri, hari ke 2
dirawat
• GCS :E2M3V2
• Kondisi saat ini : Mendapatkan terapi mannitol
Berthel Index
Barthel index adalah satu pengukuran tingkat ketergantungan dalam pengkajian

fungsional. Pengkajian Barthel Index berdasarkan pada evaluasi kemampuan fungsi


mandiri atau bergantung dari lansia yang di nilai dan fungsi mobilitas dari ADL. Kelebihan
dari Barthel Index ini mudah digunakan, di reproduksi, dan familiar. Sedangkan

kelemahannya adalah skala Barthel Index ini telah di modifikasi berulang kali dengan
berbagai versi dan system penilaian sehingga dapat menyebabkan kebingungan tentang
hasil. Barthel Index ini melakukan penilaian berdasarkan pada tingkat bantuan orang lain
dalam meningkatkan aktifitas fungsional yang terdiri dari 10 pertanyaan meliputi makan,
pindah dari kursi roda ke tempat tidur dan kembali, masuk dan keluar toilet, kebersihan
diri, mandi sendiri, berjalan diatas permukaan yang datar, naik dan turun tangga,
berpakaian, mengontrol buang air besar, dan mengontrol buang air kecil. Kemudian di
modifikasi dengan pertanyaan IADL meliputi beribadah, melakukan pekerjaan rumah,
berbelanja, menggunakan transportasi, dan beraktivitas di waktu luang
Lanjutan..

Indeks barthel (modifikasi Collin C, Wade DT) adalah suatu alat/ instrument ukur

status fungsional dasar berupa kuisioner yang berisi atas 10 butir pertanyaan
terdiri atas mengendalikan rangsang buang air besar, mengendalikan
rangsang buang air kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi, sisir
rambut, bercukur, cuci muka), penggunaan toilet-masuk dan keluar WC (melepas,

memakai celana, membersihkan/ menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi

dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya, mobilitas/ berjalan, berpakaian,


naik-turun tangga dan mandi. Dengan skor antara 0 – 20. Skor 20 = mandiri, skor
12 – 19 = ketergantungan ringan, skor 9 – 11 = ketergantungan sedang, skor 5 – 8 =
ketergantungan berat, skor 0 – 4 = ketergantungan total.
Diagnosa SLKI SIKI
Penurunan kapasitas adaptif Setelah dilakukan Manajemen peningkatan tekanan intracranial
intracranial b.d edema serebral asuhan keperawatan Observasi :
2x24 jam penurunan a. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
DS : - kapasitas adaptif b. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK
DO : Refleks neurologis intracranial dapat c. Monitor MAP
terganggu (sulit teratasi dengan KH : d. Monitor ICPC
berkomunikasi), TD Kapasitas adaptif e. Monitor CPP
220/150mmHg, oedema kranial f. Monitor intake output cairan
serebsi, CT scan otak a. Fungsi kognitif g. Monitor cairan serebrospinal
gambaran perdarahan di sub cukup Terapeutik
arachnoid dan area wernicke, meningkatkan a. Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
tingkat kesadaran menurun tingkat b. Berkat posisi semi fowler
GCS E2M3V2, lemas kaki dan kesadaran c. Pertahankan suhu tubuh normal
tangan b. Sakit kepala (-) Kolaborasi
c. TD membaik Kolaborasi pemberian diuretic osmotic
d. Tekanan Pemantauan TIK
intracranial (-) a. Monitor penurunan kesadaran
b. Monitor perlambatan/ketidak simetrisan pupil
c. Ambil sampel drainasi cairan serebrospinal
d.
e.
Kalibrasi transduser
Pertahankan sterilitas pemantauan Diagnosa
dan
f. Pertahankan posisi kepala dan leher
g. Dokumentasi hasil pemantauan
h. Jelaskan tujuan dan prosedur
i. Informasikan hasil pemantauan
Intervensi
Gangguan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan tindakan Dukungan ambulasi
gangguan neuromuskuler keperawatan selama 1x24 jam Observasi
diharapkan pasien dapat memobilisasi a. Identifikasi adanya nyeri/keluhan fisik lainnya
DS : Mengeluh lemas tangan dan badannya dengan KH : b. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulansi
kaki Mobilitas fisik c. Monitor TD dan jantung sebelum mulai ambulansi
DO : fisik lemah, GCS 7 a. Pergerakan ekstremitas dapat d. Monitor keadaan umum
meningkat Terapeutik
b. Kekuatan otot meningkatkan a. Fasilitasi aktivitas ambulansi dengan alat bantu
c. Rentang gerak ROM meningkat b. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik
d. Nyeri (-) c. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulansi
Kelemahan fisik (-) Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
b. Anjurkan melakukan ambulasi dini
c. Dukungan mobilisasi
Pencegahan Luka Tekan
a. Periksa luka tekan dengan skala
b. Keringkan daerah kulit yang lembab
c. Gunakan lotion dan bantal penyerap air
d. Ubah posisi dengan hati – hati tiap 2 jam
e. Berikan bantalan pada titik tekan
Perawatan Tirah Baring
a. Monitor komplikasi tirah baring ( kehilangan massa otot, depresi )
b. Monitor kondisi kulit
Berikan latihan gerak pasif
Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan Dukungan perawatan diri : mandi
b.d gangguan keperawatan 2x24 jam a. Identifikasi usia, budaya dalam membantu
neuromuskuler defisit perawatan diri kebersihan diri
teratasi dengan KH : b. Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan
DS : merasa lemas Aktivitas perawatan diri c. Monitor kebersihan tubuh (rambut, kuku, kulit)
tangan dan kaki dengan dibantu keluara d. Monitor integritas kulit
DO : GCS e. Ajarkan kepada keluarga cara memandikan
E2M3V2, pasien
gangguan pada f. Fasilitasi mandi
ekstremitas, Dukungan perawatan diri : makan
oedema serebri a. Identifikasi diet yang dianjurkan
b. Monitor status hidrasi klien
c. Berikan bantuan makan/minum (NGT)
Dukungan perawatan diri : berpakaian
Fasilitasi dan ajarkan keluarga untuk memakaikan
klien pakaian
Gangguan komunikasi Setelah dilakukan tindakan Promosi komunikasi defisit bicara
verbal b.d gangguan keperawatan 1x24 jam Observasi
neuromuskuler gangguan komunikasi verbal a. Monitor kecepatan, tekanan kuantitas, volume dan diksi bicara
dapat teratasi dengan KH : b. Monitor proses kognitif, anatomis, dan fisiologis yang berkaitan
DS : - Komunikasi verbal dengan bicara ( mis. Memori, pendengaran dan Bahasa )
DO : sulit berkomunikasi, a. Kemampuan berbicara c. Identifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk
GCS E2M3V2 meningkat komunikasi
b. Kesesuaian berbicara (+) Terapeutik
c. Apasia (-) a. Gunakan komunikasi alternatif
d. Pelo (-) b. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bantuan
e. Respon perilaku membaik c. Beri dukungan psikologis
d. Gunakan juru bicara
Edukasi
a. Anjurkan berbicara perlahan
b. Ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif, anatomis, dan
fisiologis
Dukungan Pengambilan Keputusan
a. Identifikasi persepsi mengenai masalah dan informasi yang
memicu konflik
b. Diskusikan +/- tiap solusi
c. Fasilitasi pengambilan keputusan kepada keluarga
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Promosi komunikasi defisit bicara
komunikasi verbal keperawatan 1x24 jam Observasi
b.d gangguan gangguan komunikasi a. Monitor kecepatan, tekanan kuantitas, volume dan diksi bicara
neuromuskuler verbal dapat teratasi b. Monitor proses kognitif, anatomis, dan fisiologis yang berkaitan dengan
dengan KH : bicara ( mis. Memori, pendengaran dan Bahasa )
DS : - Komunikasi verbal c. Identifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi
DO : sulit a. Kemampuan Terapeutik
berkomunikasi, berbicara meningkat a. Gunakan komunikasi alternatif
GCS E2M3V2 b. Kesesuaian berbicara b. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bantuan
(+) c. Beri dukungan psikologis
c. Apasia (-) d. Gunakan juru bicara
d. Pelo (-) Edukasi
e. Respon perilaku a. Anjurkan berbicara perlahan
membaik b. Ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif, anatomis, dan fisiologis
Dukungan Pengambilan Keputusan
a. Identifikasi persepsi mengenai masalah dan informasi yang memicu
konflik
b. Diskusikan +/- tiap solusi
c. Fasilitasi pengambilan keputusan kepada keluarga

Anda mungkin juga menyukai