Anda di halaman 1dari 24

Laporan Praktikum Kimia Dasar

KECEPATAN REAKSI

RIFQAH NURUL IHSANI

H021191031

LABORATORIUM KIMIA DASAR


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
Laporan Praktikum

Kecepatan Reaksi

Disusun dan diajukan oleh:

Rifqah Nurul Ihsani

H021191031

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh

Makassar, 28 September 2019

Asisten Praktikan

Annisa Iqriyah Bangsawan Rifqah Nurul Ihsani


NIM : H31115571 NIM : H021191031
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prinsip –prinsip kimia membantu manusia untuk mengerti bermacam gejala

alam. Prinsip – prinsip tersebut juga menyediakan landasan keberhasilan kimia

terapan masa kini seperti penciptaan bahan bahan yang sebelumnya tidak dikenal.

Jembatan yang penting antara kimia teori dan kimia terapan adalah kimia

deskriptif, yaitu suatu pelajaran mengenai unsur-unsur dan senyawaanya, bila

mungkin didasarkan pada pemikiran dasar mengenai struktur dan sifat bahan

(Nancy, 2016).

Adanya kegiatan praktikum, tentunya memerlukan kegiatan evaluasi untuk

menilai bagaimana kemampuan siswa dalam melakukan praktikum. Namun,

kenyataanya penilaian yang dilakukan dalam kegiatan praktikum baru sebatas tes

tertulis dan penilaian laporan praktikum (Nur'aini, dkk, 2017).

Dalam laporan ini penulis menyusun laporan berdasrkan praktikum pada

laboratorium Kimia Dasar dengan praktikum sebuah contoh laju reaksi yang

dipengaruhi oleh suhu dan beberapa faktor lainnya.


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud percobaan

Adapun maksud percobaan ini adalah untuk menentukan pengaruh

konsentrasi dan suhu pada kecepatan reaksi dan juga dapat membedakan faktor-

faktor yang dapat mempengarhi kecepatan reaksi antara dua atau lebih zat cair.

1.2.2 Tujuan percobaan

Tujuan dari percobaan ini yaitu :

1. Menentukan pengaruh konsentrasi terhadap kecepatan reaksi antara dua zat

cair.

2. Menentukan pengaruh konsentrasi terhadap kecepatan reaksi antara dua zat

cair.

1.3 Prinsip Percobaan

1.3.1 Pengaruh Konsentrasi

Menghitung kecepatan reaksi yang dipengaruhi oleh konsentrasi larutan

dengan memvariasikan konsentrasi 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 yang dicampur ke dalam 𝐻2 S𝑂4

yang memiliki konsentrasi tetap, begitu pula sebaliknya.

1.3.2 Pengaruh Suhu

Menghitung kecepatan reaksi yang dipengaruhi oleh suhu dengan

mencampurkan N𝑎2 𝑆2 𝑂3 dan 𝐻2 𝑆𝑂4 dengan konsentrasi tetap tetapi pada suhu

yang divariasikan (suhu dingin, suhu ruangan, dan suhu panas).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Laju reaksi

Laju reaksi yaitu perubahan konsentrasi reaktan atau produk terhadap waktu

(M/s). Telah diketahui bahwa setiap reaksi dapat dinyatakan dengan pertanyaan

umum :

Reaktan Produk

Persamaan ini memberitahukan bahwa selama berlangsungnya suatu reaksi,

molekul reaktan bereaksi sedangkan molekul produk terbentuk. Sebagai hasilnya

kita dapat mengamati jalannya reaksi dengan cara memantau menurunnya

konsentrasi reaktan atau meningkatnya konsentrasi produk ( Goktavian, dkk,

2014)

Laju (atau kecepatan) menunjukkan sesuatu yang terjadi persatuan waktu,

misalnya perdetik dan permenit. Apa yang terjadi dalam reaksi kimia adalah

perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi. Perubahan ini kebanyakan

dinyatakan didalam perubahan konsentrasi molar. Jadi, untuk laju reaksi

hipotetik.

A + 3B 2C +2D

Laju reaksi diukur dengan menentukan seberapa cepat konsentrasi suatu reaktan

berkurang atau seberapa cepat konsentrasi suatu produk meningkat.

𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛


Laju reaksi = 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
Atau

𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘


Laju reaksi = 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

2.2 Faktor Laju Reaksi

Ada 4 faktor yang mempengaruhi laju reaksi, yaitu:

1. Konsentrasi

Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi, karena banyaknya partikel

memungkinkan lebih banyak tumbukan, dan itu membuka peluang semakin

banyak tumbukan yang efektif yang menghasilkan perubahan ( Goktavian, dkk,

2014)

2. Suhu

Suhu laju suatu reaksi kimia bertambah dengan naiknya temperatur, dengan

naiknya temperatur, bukan hanya molekul-molekul lebih sering bertabrakan

dengan dampak (benturan) yang lebih besar, karena mereka bergerak lebih

cepat pada temperatur yang tinggikan, presentasi tabrakan yang mengakibatkan

reaksi kimia akan lebih besar, karena makin banyak molekul yang memiliki

kecepatan yang lebih besar dan karenanya memiliki energy cukup untuk

bereaksi ( Goktavian, dkk, 2014)

3. Luas Permukaan

Pada zat padat yang bereaksi adalah atom-atom atau molekul-molekul yang

terdapat pada permukaannya, sedangkan atom atau molekul yang terdapat pada

bagian sebelah dalam tertutup dari luar, sehingga tidak bisa bereaksi.
Banyaknya “muka” yang berada dibagian sebelah luar disebut sebagai luas

permukaan. Makin luas permukaan zat pereaksi, maka peluang untuk bereaksi

akan makin besar sehingga, laju reaksinya juga akan semakin cepat (

Goktavian, dkk, 2014)

4. Katalis

Katalis adalah zat yang ditambahkan kedalam suatu reaksi dengan maksud

memperbesar kecepatan reaksi. Katalis kadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi

tidak mengalami perubahan kimia yang permanen. Oleh karena itu,

kehadirannya bisa ditandai dengan notasi diatas tanda panah reaksi. Dengan

kata lain pada akhir reaksi, katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan

jumlah yang sama seperti sebelum reaksi. Berhasil atau gagalnya suatu proses

komersial untuk mennghasilkan suatu senyawa sering tergantug pada

penggunaan katalis yang cocok. Peningkatan suhu adalah salah satu cara untuk

meningkatkan fraksi molekul yang memiliki energi melebihi energi aktivasi.

Cara lain untuk tidak memerlukan peningkatan suhu adalah mendapatkan jalan

reaksi dengan energy aktvasi yang lebih rendah ( Goktavian, dkk, 2014)

Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan

reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap

pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energy aktivasi yang

lebih rendah. Katalis mengurangi energy yang dibutuhkan untuk berlangsungnya

reaksi. Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama : katalis homogeny

dan katalis heterogen. Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase

berbeda dengan pereaksi dalam rekasi yang dikatalisinya, sedangkan katalis


homogen berada dalam fase yang sama. Satu contoh sederhana untuk katalisis

heterogen yaitu bahwa katalis menyediakan suatu permukaan dimana pereaksi-

pereaksi (subrat) untuk sementara terjerap. Ikatan dalam subrat-subrat menjadi

lemah sedemikian sehingga memadai terbentuknya produk baru (Purnami, dkk,

2015)

Katalis homogeny umumnya bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi untuk

membentuk suatu perantara kimia yang selanjutnya bereaksi membentuk produk

akhir reaksi, dalam suatu proses yang memulihkan katalisnya. Berikut ini

merupakan skema umum reaksi katalitik, dimana C melambangkan katalisnya:

A+C AC

B+AC AB + C

Meskipun katalis C termakan oleh reaksi 1, namun selanjutnya dihasilkan

kembali oleh reaksi 2, sehingga untuk reaksi keseluruhannya menjadi,

A+B+C AB + C

Penggunaan katalis dapat membantu proses produksi gas hidrogen.Sifat dasar

Cu dan Zn mudah mengalami korosi, yakni mengikat oksigen. Sehingga katalis

membantu proses penguraian asam lemak dari bahan produksi sehingga

pembentukan hidrogen lebih cepat. Katalis yang digunakan menyerupai batu api

pemantik korek, berbentuk silindris diameter 1,5 – 2 milimeter dengan panjang

2-3 milimeter. Mengikat oksigen efektif pada temperatur 180-260 ℃ dengan

ketahanan hingga 450 ℃ pada temperature selanjutnya katalis akan melumer

(Purnami, dkk, 2015)


Berbagai unsur telah digunakan untuk memperbaiki sifat kimia katalis.

Sehingga kinerja katalis dalam penggunaannya dapat disesuaikan dengan

kebutuhan. Beberapa unsur yang dapat ditambahkan antara lain aluminium,

silica, zirconium, dank rom.

2.3 Asam Sulfat (𝑯𝟐 𝑺𝑶𝟒 )

Asam sulfat adalah asam mineral (zat anorganik) yang sangat kuat. Zat ini

larut di dalam air. Asam Sulfat memiliki rumusan kimia H2SO4, dan memiliki

massa molar sebesar 98,08 g / mol. Asam sulfat berpenampilan seperti cairan

Higroskopis, berminyak, tak bewarna, dan tak berbau.

Gambar. Struktur asam sulfat

Secara alami Asam sulfat terbentuk melalui oksidasi mineral sulfide, misalnya

pada besi sulfida, yaitu pada asam tambang yang berasal dari air yang dihasilkan dari

oksidasi,yang mana air dapat melarutkan logam-logam yang ada pada biji logam

sulfida tersebut, melalui membentukan uap awan yang beracun. Asam sulfat

diproduksi dari bahan baku utama yaitu belerang, air, dan oksigen melalui dua

metode yang umumnya dikenal segai proses kontak, dan proses bilik timbale. Proses

atau metode preparasi yang umum digunakan untuk mensintesis asam sulfat yaitu

menggunakan proses kontak dengan katalis heterogen yang berwujud padat yaitu
vanadium pentaoksida(V2O5), dan proses bilik timbal yang menggunakan katalis

homogen yaitu menggunakan NO2 (Anisa, 2019).

Proses pembuatan asam sulfat Dalam pembuatan material terdapat beberapa

metode yang dapat digunakan Asam sulfat merupakan bahan yang penting untuk

industri. Pembuatan asam sulfat pada abad sekitaran 18 dan 19 masih menggunakan

Chamber process, dimana oksidasi nitrogen sebagai katalis homogen untuk oksidasi

sulfur dioksida. Produk yang dihasilkan pada proses ini memiliki kadar konsentrasi

yang rendah rendah, yaitu 78% asam sulfat dan kurangdapat digunakan untuk proses

industri pada umumnya yang dalam skala besar. Sebelum abad 20, Chamber process

diganti dengan proses kontak. Penggunaan proses kontak dilakukan karena banyak

proses industri yang memerlukan asam sulfat dengan konsentrasi tinggi untuk

pembuatan zat warna sintetik dan bahan kimia anorganik lainnya. Pada abad 19,

proses kontak pertama kali dibuat dengan menggunakan katalis platinum dan

dikembangkan sebelum Perang Dunia I untuk membuat campuran asam sulfat dengan

asam nitrat sebagai bahan peledak. (Anisa, 2019).


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan dan Alat

3.1.1 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah H2SO4 0,1 M,

Na2S2O3 0,1 M, aquadest, tissue rol dan kertas tabel.

3.1.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi,

stopwatch, kaki tiga, rak tabung, kawat kasa, gelas piala, gegep kayu,

termometer dan lampu spritus.

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Pengaruh Konsentrasi 𝑵𝒂𝟐 𝑺𝟐 𝑶𝟑

Disiapkan sepuluh tabung reaksi yang bersih dan kering. 5 tabung pertama

masing-masing diisi dengan 5 ml 𝐻2 S𝑂4 0,1 M. 5 tabung kedua berikitnya diisi

dengan 5 ml, 4 ml, 3 ml, dan 1 ml 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 diencerkan hingga volume 5 ml

dengan akuades, 5 tabung pertama dan kedua dicampur dengan bersamaan

dengan bercampurnya kedua zat tersebut, stopwatch dijalankan. Stopwatch

dihentikan setelah ada reaksi menjadi keruh, hindari kekeruhan yang berlebihan.

Dicatat waktu yang digunakan dan tentukan nilai m, k, dan dibuat persamaan

kecepatan reaksinya.
3.2.2 Pengaruh Suhu

Disiapkan enam buah tabung reaksi, tiga buah diisi dengan Na2S2O3 dan tiga buah

lainnya diisi dengan H2SO4, masukkan sepasang tabung reaksi kedalam gelas

piala yang berisi air dingin (air es) beberapa menit sehingga suhunya merata

termasuk suhu larutannya. Ambil sepasang tabung reaksi (1 buah yang bêrisi

H2SO4 dan 1 buah berisi Na2S2O3 ). Campurkan isi tabung tersebut, dan

bersamaan bercampurnya kedua zat tersebut, stopwatch dijalankan ( tabung

reaksi yang telah berisi campuran H2SO4 dan Na2S2O3 tetap padagelas piala

yang berisi air es ). Stopwatch dihentikan setelah terjadi reaksi seperti pada

percobaan A sebelumnya. Catat waktu yang digunakan dan suhu reaksi.

kerjakan kembali point 1 sampai 7, pada interval suhu yang berbeda, seperti

suhu kamar dan dipanaskan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel hasil pengamatan

Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi N𝒂𝟐 𝑺𝟐 𝑶𝟑

Reaksi berlangsung pada suhu 27˚C

Konsentrasi Konsentrasi Waktu (Detik) 1/waktu (Det-1)


N𝒂𝟐 𝑺𝟐 𝑶𝟑 (M) 𝑯𝟐 S𝑶𝟒 (M)
0,1 0,1 20 0,05
0,08 0,1 34 0,029
0,06 0,1 47 0,021
0,04 0,1 64 0,015
0,02 0,1 122 0,0081

Tabel 2. Pengaruh Suhu terhadap laju reaksi

Konsentrasi Konsentrasi Suhu (°C) Waktu (det)


𝑯𝟐 S𝑶𝟒 (M) N𝒂𝟐 𝑺𝟐 𝑶𝟑 (M)
0,1 0,1 15 34
0,1 0,1 27 16
0,1 0,1 41 10

4.2 Reaksi

Na2S2O3(aq) + H2SO4(aq) Na2SO4(aq) + H2S2O3(aq)

4.2 Perhitungan

4.2.1 Pengenceran

A. Pengenceran Na2S2O3

 5 mL Na2S2O3

V1 x M1 = V2 x M2
5 mL x 0,1 M = 5 mL x M2

M2 = 0,1 M

 4 mL Na2S2O3

V1 x M1 = V2 x M2

4 mL x 0,1 M = 5 mL x M2

M2 = 0,08 M

B. Pengenceran H2SO4

 5 mL H2SO4

V1 x M 1 = V2 x M2

5 mL x 0,1 M = 5 mL x M2

M2 = 0,1 M

 4 mL H2SO4

V1 x M 1 = V2 x M2

4 mL x 0,1 M = 5 mL x M2

M2 = 0,08 M

 3 mL H2SO4

V1 x M1 = V2 x M2

3 mL x 0,1 M = 5 mL x M2

M2 = 0,06 M
 2 mL H2SO4

V1 x M 1 = V2 x M2

2 mL x 0,1 M = 5 mL x M2

M2 = 0,04 M

 1 mL H2SO4

V1 x M 1 = V2 x M2

1 mL x 0,1 M = 5 mL x M2

M2 = 0,02 M

 3 mL Na2S2O3

V1 x M1 = V2 x M2

3 mL x 0,1 M = 5 mL x M2

M2 = 0,06 M

 2 mL Na2S2O3

V1 x M1 = V2 x M2

2 mL x 0,1 M = 5 mL x M2

M2 = 0,04 M

 1 mL Na2S2O3

V1 x M1 = V2 x M2
1 mL x 0,1 M = 5 mL x M2

M2 = 0,02 M

4.3.2 Grafik

A. Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3

- d[Na2S2O3]
Vn =
dt
1. [Na2S2O3]awal = 0,1 M
Vawal
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3]awal x
Vakhir
5 mL
= 0,1 M x
10 mL
= 0,05 M
d1 = [Na2S2O3]akhir - [Na2S2O3]awal
= 0,05 M - 0,1M

= -0,05 M

-d[Na2S2O3]
V1 = =
dt
-[-0,05] M
=
20 detik
= 0,0025 M/s

2. [Na2S2O3]awal = 0,08 M
Vawal
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3]awal x
Vakhir
5 mL
= 0,08 M x
10 mL
= 0,04 M
d2 = [Na2S2O3]akhir - [Na2S2O3]awal
= 0,04 M - 0,08M
= -0,04 M
-d[Na2S2O3]
V2 =
dt
-[-0,04] M
=
34 detik
= 0,00117 M/s
3. [Na2S2O3]awal = 0,06 M
Vawal
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3]awal x
Vakhir

5 mL
= 0,06 M x
10 mL
= 0,03 M
d3 = [Na2S2O3]akhir - [Na2S2O3]awal
= 0,03 M - 0,06M
= -0,03 M

-d[Na2S2O3]
V3 =
dt
-[-0,03] M
=
47 detik

= 0,00063 M/s
4. [Na2S2O3]awal = 0,04 M
Vawal
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3]awal x
Vakhir
5 mL
= 0,04 M x
10 mL
= 0,02 M
d4 =[Na2S2O3]akhir - [Na2S2O3]awal
= 0,02 M - 0,04M

= -0,02 M
-d[Na2S2O3]
V4 =
dt

-[-0,02] M
=
64 detik
= 0,00031 M/s

5. [Na2S2O3]awal = 0,02 M

Vawal
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3]awal x
Vakhir
5 mL
= 0,02 M x
10 mL
= 0,01 M

d5 = [Na2S2O3]akhir - [Na2S2O3]awal
= 0,01 M - 0,02M
= -0,01 M

-d[Na2S2O3]
V5 =
dt

-[-0,01] M
=
122 detik

= 8,196 × 10−5M/s
Tabel 3. Pengaruh Konsentrasi N𝒂𝟐 𝑺𝟐 𝑶𝟑

No. [N𝒂𝟐 𝑺𝟐 𝑶𝟑 ] awal V (M/detik) Log [N𝒂𝟐 𝑺𝟐 𝑶𝟑 ] Log V Y regresi


1. 0,1 M 0,0025 -1 -1,397 -1,022
2. 0,08 M 0,0011 -1,097 -3 -1,146
3. 0,06 0,0006 -1,222 -3,221 -1,274
4. 0,04 0,0003 -1,398 -3,522 -1,455
5. 0,02 0,00008 -1,699 -4,096 -1,766
Log v

Log Na2S2O3
Tabel 4. Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi

N0 V (M/detik) T°C In V 1/T Y regresi

1 0,0029 15 -5,843 0,067 -2,035


2 0,00625 27 -5,075 0,037 -1,768
3 0,01 41 -4,605 0,024 -1,604
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
-1000

Ln v -2000

-3000
y = 619x - 6412.3
R² = 0.9811
-4000

-5000

-6000
1/T

4. 4 Pembahasan

Pada percobaan ini, untuk mengetahui pengaruh konsentrasi Na2S2O3 yang

pertama adalah mengamati 10 buah tabung reaksi pada 5 tabung pertama di is 5 ml

H2SO4 0,1 M sedangkan ke-5 mL, 4 mL, 3 mL, 2 mL, dan 1 mL Na2S2O3 0,1 M, lalu

diencekan dengan aquades sampai 5 mL. Bersamaan dengan itu stopwatch dinyalakan

sampai terjadi reaksi, Hasilnya yang paling cepat bereaksi adalah tabung reaksi yang

5 mL H2SO4 dan Na2S2O3 dan yang paling lama mengalami reaksi adalah tabung

yang di isi 1 mL Na2S2O3. Begitu pula dengan percobaan ke dua yang paling cepat

mengalami reaksi yang diisi 5 mL H2SO4 dan Na2S2O3 dan yang paling lama tabung

yang diisi 1 mL H2SO4 dan yang membedakan percobaan pertama dan kedua yaitu

hanya dari larutan Na2S2O3 yang berbeda-beda. Semakin besar konsentrasi maka

semakin cepat kecepatan reaksi. Dan pada percobaan ke tiga, yang diambil 6 tabung

reaksi (3 tabung diisi 5 mL H2SO4 dan 3 diisi 5 mL tabung lainnya diisi 5 mL


Na2S2O3). Setelah sepasang tabung dimasukkan ke dalam gelas piala yang berisi

dengan air dingin (air es). Dan sepasang tabung reaksi lagi disimpan ke dalam suhu

kamar, dan yang lai lagi dipanaskan. Tabung yang dimasukkan ke gelas piala yang

telah di campurkan membutuhkn waktu yang paling lama yang bereaksi yaitu 36

detik. Sedangkan tabung reaksi yang yang disimpan di kamar membutuhkan waktu

16 detik untuk bereaksi, dan yang paling cepat bereaksi adalah tabung yang

dipanaskan sebanyak 4 detik untuk bereaksi. Jadi dapat dipahami bahwa suhu mampu

mempengaruh kecepatan reaksi.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat disimpulkan sari percobaan ini adalah

1. Semakin tinggi suhu suatu zat cair maka semakin cepat kecepatan reaksi, semakin

rendah suhu suatu zat cair maka semakin lambat kecepatan reaksi.

2. Semakin tinggi konsentrasinya maka semakin cepat pula terjadi reaksi antara dua

atau lebih zat cair, semakin rendah konsentrasi suatu zat maka semakin lambat

kecepatan reaksi

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Lab

Saran untuk laboratorium adalah supaya alat-alat laboratorium itu bisa lebih lengkap

lagi agar jika kita ingin memakainya peralatan itu ada dan praktikum tetap berjalan

dengan baik

5.2.2 Saran Untuk Praktikum

Saran untuk praktikum adalah tetap menjaga tata tertib dalam laboratorium dan

berhati- hati dalam mereaksikan suatu zat agar terhindar dari hal-hal yang tidak

diinginkan.
Lampiran
DAFTAR PUSTAKA

Anisa Helmia, dkk, 2019. Preparasi Asam Sulfat Skala Industri di Indonesia.

Mahasiswa Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Padang, Indonesia.

Goktavian C., Anci Favia F., Afrianis R., Nurzaenab V., Kimia Dasar II Laju Reaksi,
Jurnal Praktikum Kimia, 11(02), 2-5.
Purnami, Wardana, Veronika K, Pengaruh Penggunaan Katalis terhadap Laju dan
Efisiensi Pembentukan hidrogen, Jurnal Rekayasa Mesin, 6(6), 54-55.
Nancy Willian, Mini Andriani, 2016. PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS
KULTUR BUDAYA : TINJAUAN PEMBELAJARAN KIMIA PANTUN
PADA TOPIK KONSEP KIMIA UNSUR. Program Studi Pendidikan Kimia,
FKIP Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Nur'aini Muharoma, dkk, 2017. IMPLEMENTASI PERFORMANCE
ASSESSMENT TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS XI
MELALUI KEGIATAN PRAKTIKUM, Chemistry in Education. Jurusan
Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai