Anda di halaman 1dari 22

Kebijakan Pemerintah Dalam Pelayanan Kesehatan Lansia

Disusun Oleh
Aisyah
Larasati Ayu Ningrum
Reiwinda Wydianingtias
Sandra Norviana
Selviana Adelia Virli
Wahida Putri Rahayu

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Palembang, Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................. ii
Bab I : Pendahuluan
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
Bab II : Pembahasan
A. Hukum Pelindungan Lansia ........................................................................ 3
B. Pembinaan Lansia ........................................................................................ 6
C. Kebijakan Depkes dalam Pembinaan Lansia .............................................. 8
D. Kegiatan-kegiatan dalam Pembinaan Lansia .............................................. 9
Bab III : Penutup
A. Kesimpulan ................................................................................................. 18
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 19

ii
Kebijakan Pemerintah Dalam Pelayanan Kesehatan Lansia

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu


faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu
kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk mewujudkan
hal tersebut pemerintah telah mencanangkan visi Indonesia sehat 2010 yaitu
gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup
dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu, adil, merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi tingginya.
Keperawatan sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan nasional
turut serta ambil bagian dalam mengantisipasi peningkatan jumlah populasi
lansia dengan menitikberatkan pada penanganan di bidang kesehatan dan
keperawatan. Kecenderungan meningkatnya Lansia yang tinggal di perkotaan
bisa jadi disebabkan bahwa tidak banyak perbedaan antara rural dan urban.
Karena pemusatan penduduk di suatu wilayah dapat menyebabkan dan
membentuk wilayah urban.
Suatu contoh bahwa untuk membedakan wilayah rural dan urban di antara
kota Jakarta dan Bekasi atau antara Surabaya dengan Sidoarjo serta kota-kota
lainnya kelihatannya semakin tidak jelas. Oleh karena itu benarlah kata orang
bahwa Pantura adalah kota terpanjang di dunia, tidak jelas perbatasan antara
satu kota dengan kota lainnya.
Alasan lain mengapa pada tahun 2020 ada kecenderungan jumlah
penduduk Lansia yang tinggal di perkotaan menjadi lebih banyak karena para

1
remaja yang saat ini sudah banyak mengarah menuju kota, mereka itu
nantinya sudah tidak tertarik kembali ke desa lagi, karena saudara, keluarga
dan bahkan teman-teman tidak banyak lagi yang berada di desa. Sumber
penghidupan dari pertanian sudah kurang menarik lagi bagi mereka, hal ini
juga karena pada umumnya penduduk desa yang pergi mencari penghidupan
di kota, pada umumnya tidak mempunyai lahan pertanian untuk digarap
sebagai sumber penghidupan keluarganya.
Selain itu bahwa di masa depan sektor jasa mempunyai peran yang penting
sebagai sumber penghidupan. Oleh karena itu suatu negara yang tidak
mempunyai sumber daya alam yang cukup maka di era globalisasi akan
beralih kepada sektor jasa sebagai sumber penghasilannya, contoh negara
Singapura. Padahal sektor jasa dapat berjalan dan hidup hanya di daerah
perkotaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hukum Perlindungan Lansia

Empat peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan lanjut usia,


yaitu :
 Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia.
Yang menjadi dasar pertimbangan dalam undang-undang ini, antara lain
adalah ”bahwa pelaksanaan pembangunan yang bertujuan mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin
membaik dan usia harapah hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut
usia makin bertambah”.
Selanjutnya dalam ketentuan umum, memuat ketentuan-ketentuan yang antara
lain dimuat mengenai pengertian lanjut usia, yaitu seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas.
Asas peningkatan kesejahteraan lanjut usia adalah keimanan, dan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kekeluargaan, keseimbangan, keserasian,
dan keselarasan dalam perikehidupan. Dengan arah agar lanjut usia tetap
dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan
memperhatikan fungsi kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan,
pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya, serta terselenggaranya pemeliharaan
taraf kesejahteraannya.
Selanjutnya tujuan dari semua itu adalah untuk memperpanjang usia harapan
hidup dan masa produktif, terwujudnya kemandirian dan kesejahteraannya,
terpeliharanya sistem nilai budaya dan kekerabatan bangsa Indonesia serta

3
lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Sebagai penghormatan dan penghargaan kepada
lanjut usia diberikan hak untuk meningkatkan kesejahteraan yang meliputi:
 Pelayanan keagamaan dan mental spiritual
 Pelayanan kesehatan
 Pelayanan kesempatan kerja
 Pelayanan pendidikan dan pelatihan
 Kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum
 Kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum
 Perlindungan social
 Bantuan sosial
Dalam undang-undang juga diatur bahwa Lansia mempunyai kewajiban,
yaitu:
 Membimbing dan memberi nasihat secara arif dan bijaksana
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, terutama di lingkungan
keluarganya dalam rangka menjaga martabat dan meningkatkan
kesejahteraannya;
 Mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan, keahlian,
keterampilan, kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya kepada generasi
penerus;
 Memberikan keteladanan dalam segala aspek kehidupan kepada
generasi penerus.
Pemerintah bertugas mengarahkan, membimbing, dan menciptakan suasana
yang menunjang bagi terlaksananya upaya peningkatan kesejahteraan sosial
lanjut usia. Sedangkan pemerintah, masyarakat dan keluarga
bertanggungjawab atas terwujudnya upaya peningkatan kesejahteraan sosial
lanjut usia.

4
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia.
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia, meliputi :
a. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual, antara lain adalah
pembangunan sarana ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia.
b. Pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan upaya
penyembuhan (kuratif), diperluas pada bidang pelayanan
geriatrik/gerontologik.
c. Pelayanan untuk prasarana umum, yaitu mendapatkan kemudahan dalam
penggunaan fasilitas umum, keringanan biaya, kemudahan dalam melakukan
perjalanan, penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus.
d. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, yang dalam hal ini
pelayanan administrasi pemberintahan, adalah untuk memperoleh Kartu
Tanda Penduduk seumur hidup, memperoleh pelayanan kesehatan pada sarana
kesehatan milik pemerintah, pelayanan dan keringanan biaya untuk pembelian
tiket perjalanan, akomodasi, pembayaran pajak, pembelian tiket untuk tempat
rekreasi, penyediaan tempat duduk khusus, penyediaan loket khusus,
penyediaan kartu wisata khusus, mendahulukan para lanjut usia. Selain itu
juga diatur dalam penyediaan aksesibilitas lanjut usia pada bangunan umum,
jalan umum, pertamanan dan tempat rekreasi, angkutan umum. Ketentuan
mengenai pemberian kemudahan dalam melakukan perjalanan diatur lebih
lanjut oleh Menteri sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

3. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2004 Tentang Komisi Nasional


Lanjut Usia.
a. Keanggotaan Komisi Lanjut Usia terdiri dari unsur pemerintah dan
masyarakat yang berjumlah paling banyak 25 orang.
b. Unsur pemerintah adalah pejabat yang mewakili dan bertanggungjawab di
bidang kesejahteraan rakyat, kesehatan, sosial, kependudukan dan keluarga
berencana, ketenagakerjaan, pendidikan nasional, agama, permukiman dan

5
prasarana wilayah, pemberdayaan perempuan, kebudayaan dan pariwisata,
perhubungan, pemerintahan dalam negeri. Unsur masyarakat adalah
merupakan wakil dari organisasi masyarakat yang bergerak di bidang
kesejahteraan sosial lanjut usia, perguruan tinggi, dan dunia usaha.
c. Di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dapat dibentuk Komisi
Provinsi/Kabupaten/Kota Lanjut Usia.
d. Pembentukan Komisi Daerah Lanjut Usia ditetapkan oleh Gubernur pada
tingkat provinsi, dan oleh Bupati/Walikota pada tingkat kabupaten/kota.

4. Keputusan Presiden Nomor 93/M Tahun 2005 Tentang Keanggotaan


Komisi Nasional Lanjut Usia.
a. Pengangkatan anggota Komnas Lansia oleh Presiden.
b. Pelaksanaan lebih lanjut dilakukan oleh Menteri Sosial

B. Pembinaan Lansia
Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar
dan menyeluruh dibidang kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan
kesehatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Tempat pelayanan
kesehatan tersebut bisa dilaksanakan di Puskesmas- Puskesmas ataupun
Rumah Sakit serta Panti- panti dan institusi lainya. Tekhnologi tepat guna
dalam upaya kesehatan usia lanjut adalah tekhnologi yang mengacu pada
masa usia lanjut setempat, yang didukung oleh sumber daya yang tersedia di
masyarakat, terjangkau oleh masyarakat diterima oleh masyarakat sesuai
dengan azas manfaat. Peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan usia
lanjut adalah peran serta masyarakat baik sebagai pemberi pelayanan
kesehatan maupun penerima pelayanan yang berkaitan dengan mobilisasi
sumber daya dalam pemecahan masalah usia lanjut setempat dan dalam
bentuk pelaksanan pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan usia lanjut
setempat.

6
Tujuan Dan Sasaran Pembinaan :
a. Tujuan Umum
Meningkatakan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa
tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyakat
sesuai dengan keberadaannya dalam strata kemasyarakatan.
b. Tujuan Khusus
 Meningkatkan kesadaran pada usia lanjut untuk membina sendiri
kesehatannya.
 Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat termasuk
keluarganya dalam menghayati dan mengatasi kesehatan usia lanjut.
 Meningkatkan jenis dan jangkauan kesehatan usia lanjut.
 Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.
c. Sasaran pembinaan Secara Langsung
 Kelompok usia menjelang usia lanjut ( 45 -54 tahun ) atau dalam
virilitas dalam keluarga maupun masyarakat luas.
 Kelompok usia lanjut dalam masa prasenium ( 55 -64 tahun ) dalam
keluarga, organisasi masyarakat usia lanjut dan masyarajat umumnya.
 Kelompok usia lanjut dalam masa senescens ( >65 tahun ) dan usia
lanjut dengan resiko tinggi ( lebih dari 70 tahun ) hidup sendiri, terpencil,
hidup dalam panti, penderita penyakit berat, cacat dan lain-lain.

d. Sasaran Pembinaan Tidak Langsung


 Keluarga dimana usia lanjut berada
 Organisasi sosial yang bergerak didalam pembinaan kesehatan usia
lanjut
 Masyarakat luas.

7
C. Kebijakan Depkes dalam Pembinaan Lansia

Kebijakan Depkes dalam pembinaan lansia merupakan bagian dari


pembinaan keluarga. Pembinaan kesehatan keluarga ditujukan kepada upaya
menumbuhkan sikap dan perilaku yang akan menumbuhkan kemampuan
keluarga itu sendiri untuk mengatasi masalah kesehatan dengan dukungan dan
bimbingan tenaga profesional, menuju terwujudnya kehidupan keluarga yang
sehat. Juga kesehatan keluarga diselenggarakan untuk mewujudkan keluarga
sehat kecil, bahagia dan sejahtera.
Kebijakan dimaksudkan untuk mendukung keluarga agar dapat
melaksanakan fungsi keluarga secara optimal, dilakukan dengan cara:
peningkatan kualitas hidup lansia agar tetap produktif dan berguna bagi
keluarga dan masyarakat dengan pemberian kesempatan untuk berperan
dalam kehidupan keluarga.
Dasar Hukum dan pengembangan program Pembinaan Kesehatan
Usia lanjut yaitu :
a. Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok kesehatan.
b. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Organisasi Departemen kesehatan
c. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1985 tentang Susunan Organisasi
Departemen Kesehatan
d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 558 Tahun 1984 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
e. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 99 a Tahun 1982 tentang
berlakunya Sistem kesehatan Nasional dan RP3JPK
f. Keputusan Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat Nomor 05 Tahun
1990 tentang Pembentukan Kelompok Kerja T etap Kesejahteraan Usia
Lanjut.
g. Surat keputusan menteri Kesehatan Nomor 134 Tahun 1990 tentang
Pembentukan Tim Kerja Geatric.

8
D. Kegiatan-kegiatan dalam Pembinaan Lansia
Pelayanan usia lanjut ini meliputi kegiatan upaya-upaya antara lain:
a. Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut
agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri,
keluarga maupun masyarakat. Upaya promotif dapat berupa kegiatan
penyuluhan, dimana penyuluhan masyarakat usia lanjut merupakan hal yang
penting sebagai penunjang program pembinaan kesehatan usia lanjut yang
antara lain adalah :
 Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini
penurunan kondisi kesehatannya, teratur dan berkesinambungan
memeriksakan kesehatannya ke puskesmas atau instansi pelayanan kesehatan
lainnya.
 Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan
kemampuan usia lanjut agar tetap merasa sehat dan segar.
 Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung gizi
seimbang.
 Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
 Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran atau
hobinya secara teratur dan sesuai dengan kemampuannya.
 Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan
kelompok sosial.
 Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti merokok,
alkhohol, kopi , kelelahan fisik dan mental.
 Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar
b. Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan
terjadinya penyakit maupun komplikasi penyakit yang disebabkan oleh proses

9
ketuaan.
Upaya preventif dapat berupa kegiatan :
 Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan
secara dini penyakit-penyakit usia lanjut.
 Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan
dengan kemampuan usia lanjut serta tetap merasa sehat dan bugar.
 Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya
kacamata, alat bantu pendengaran agar usia lanjut tetap dapat memberikan
karya dan tetap merasa berguna.
 Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya
kecelakaan pada usia lanjut.
 Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
c. Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat berupa
kegiatan:
 Pelayanan kesehatan dasar
 Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem rujukan
d. Upaya rehabilitatif yaitu upaya mengembalikan fungsi organ yang telah
menurun.
Yang dapat berupa kegiatan :
 Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang
penggunaan berbagai alat bantu misalnya alat pendengaran dan lain -lain agar
usia lanjut dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna sesuai
kebutuhan dan kemampuan.
 Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental
penderita.
 Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi , aktifitas di
dalam maupun diluar rumah.
 Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.

10
 Perawatan fisioterapi.
Disamping upaya pelayanan diatas dilaksanakan yang tidak kalah penting
adalah penyuluhan kesehatan masyarakat yang merupakan bagian integral
daripada setiap program kesehatan. Adapaun tujuan khusus program
penyuluhan kesehatan masyarakat pada usia lanjut ditujukan kepada :
 Kelompok usia lanjut itu sendiri
 Kelompok keluarga yang memiliki usia lanjut
 Kelompok masyarakat lingkungan usia lanjut
 Penyelenggaraan kesehatan
 Lintas sektoral ( Pemerintah dan swasta )

Sedangkan penyuluhan kesehatan masyarakat pada usia lanjut terdiri dari :


1. Komponen Penyebarluasan Informasi kesehatan dengan melakukan
kegiatan :
 Mengembangkan, memproduksi dan menyebarluaskan bahan-bahan
penyuluhan kesehatan masyarakat usia lanjut.
 Meningkatkan sikap, kemampuan dan motivasi petugas puskesmas
dan rujukan serta masyarakat di bidang kesehatan masyarakat usia lanjut.
 Melengkapi puskesmas den rujukannya dengan sarana den bahan
penyuluhan.
 Meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak termasuk media masa
agar pesan kesehatan masyarakat usia lanjut menjadi bagian integral.
 Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat umum den kelompok
khusus seperti daerah terpencil, transmigrasi dan lain-lain.
 Melaksanakan pengkajian den pengembangan serta pelaksanaan
tekhnologi tepat guna dibidang penyebarluasan informasi.
 Melaksanakan evaluasi secara berkala untuk mengukur dampak serta
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyuluhan.

11
 Menyebarluaskan informasi secara khusus dalam keadaan darurat
seperti wabah, bencana alam, kecelakaan.
2. Komponen pengembangan potensi swadaya masyarakat di bidang
kesehatan dengan kegiatan antara lain:
 Mengembangkan sikap, kemampuan dan motivasi petugas Puskesmas
dan pengurus LKMD dalam mengembangkan potensi swadaya masyarakat di
bidang kesehatan.
 Melaksanakan kemampuan dan motivasi terhadap kelompok
masyarakat termasuk swasta yang melaksanakan pengembangan potensi
swadaya masyarakat dibidang kesehatan usia lanjut secara sistematis dan
berkesinambungan.
 Mengambangkan, memporoduksi dan menyebarluaskan pedoman
penyuluhan kesehatan usia lanjut untuk para penyelenggaraan penyuluhan,
baik pemerintah maupun swasta.
3. Komponen Pengembangan Penyelengaraan penyuluhan dengan kegiatan :
 Menyempurnakan kurikulum penyuluhan kesehatan usia lanjut di
sekolah-sekolah kesehatan.
 Melengkapi masukan penyuluhan pada usia lanjut.
 Menyusun modul pelatihan khusus usia lanjut untuk aparat diberbagai
tingkat.
Adapun langkah-langkah dari penyuluhan yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:
 Perencanaan sudah dimulai dengan kegiatan tersebut diatas dimana
masalah kesehatan, masyarakat usia lanjut dan wilayahnya jelas sudah
diketahui.
 Pelaksanaan penyuluhan kesehatan masyarakat usia lanjut harus
berdaya guna serta berhasil guna.
 Merinci tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang
yang harus jelas, realistis dan bisa diukur.

12
 Jangkauan penyuluhan harus dirinci, pendekatan ditetapkan dan
dicapai lebih objektif, rasional hasil sasarannya.
 Penyusunan pesan-pesan penyuluhan.
 Pengembangan peran serta masyarakat, kemampuan penyelenggaraan
benar-benar tepat guna untuk dipergunakan.
 Memilih media atau saluran untuk mengembangkan peran serta
masyarakat dan kemampuan penyelenggaranan.

Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di
suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu
lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui
pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh
masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.

Tujuan Posyandu Lansia


Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,
sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan
swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi
antara masyarakat usia lanjut.

Sasaran posyandu lansia


a. Sasaran langsung :
 Pra usia lanjut (45-59 tahun)
 Usia lanjut (60-69 tahun)

13
 Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 tahun atau usia lanjut
berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
b. Sasaran tidak langsung :
 Keluarga dimana usia lanjut berada
 Masyarakat tempat Usila berada
 Organisasi sosial
 Petugas kesehatan
 Masyarakat luas

Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia


Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang
diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan
kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota
penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja
seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3
meja, dengan kegiatan sebagai berikut :
a. Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan
dan atau tinggi badan.
b. Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa
tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan
kasus juga dilakukan di meja II ini.
c. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa
dilakukan pelayanan pojok gizi.

Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia


Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu
antara lain :
a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari
pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri

14
kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana
cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang
melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi
meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong
minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia.
b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau
posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena
penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam
menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau
keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk
menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau
masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi
lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini
merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri
posyandu lansia.
c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan
lansia untuk datang ke posyandu
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan
lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi
motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk
mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika
lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala
permasalahan bersama lansia.
d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas
kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan
sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti
kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena
sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu

15
obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan
cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang
menghendaki adanya suatu respons.

Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia


Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan
fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju
Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi
dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi.
Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu
Lansia seperti :
a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus)
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai
deteksi awal adanya penyakit ginjal.
h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
i. Penyuluhan Kesehatan.

Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat

16
seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek
kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia,
gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan,
sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau
tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan,
timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter,
peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS)
lansia.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jumlah usia lanjut yang meningkat saat ini akan mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan baik fisik, mental maupun sosial ekonomi. Untuk itu
perlu pengkajian masalah usia yang lebih mendasar agar tercapai tujuan
pembinaan kesehatan usia yaitu mewujudkan derajat kesehatan serta
optimal. Dalam peningkatan peranan serta masyarakat dapat dilaksanan
dengan bentuk penyuluhan kesehatan yang melibatkan masyarakat dalam
perencanaan, pelaksanan dan penilaian upaya kesehatan usia lanjut dalam
rangka menciptakan kemadirian masyarakat.
Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan
menyeluruh dibidang kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan
kesehatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Tempat pelayanan
kesehatan tersebut bisa dilaksanakan di Puskesmas-Puskesmas ataupun
Rumah Sakit serta Panti-panti dan institusi lainya.
Kebijakan Depkes dalam pembinaan lansia merupakan bagian dari
pembinaan keluarga. Pembinaan kesehatan keluarga ditujukan kepada
upaya menumbuhkan sikap dan perilaku yang akan menumbuhkan
kemampuan keluarga itu sendiri untuk mengatasi masalah kesehatan
dengan dukungan dan bimbingan tenaga profesional, menuju terwujudnya
kehidupan keluarga yang sehat. Juga kesehatan keluarga diselenggarakan
untuk mewujudkan keluarga sehat kecil, bahagia dan sejahtera.

18
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. Permenkes, No. 25 Tahun 2016 Tentang RAN Kes. Lanjut Usia. Jakarta;
Depkes RI.
Gustina, Eni. 2010. Kebijakan Program Kesehatan Lanut Usia. Jakarta; Depkes RI

19

Anda mungkin juga menyukai