Anda di halaman 1dari 13

Cybernetics Theory / Teori Sibernetika (Wiener, 1945)

Konteks : Komunikasi Antarpribadi

I. Tokoh Teori

Nobert Wiener

Wiener lahir di Columbia, Missouri, anak pertama dari Leo Wiener dan Bertha Kahn, orang-
orang Yahudi dari Polandia dan asal Jerman. Setelah lulus dari Ayer SMA pada tahun 1906 di usia
11 tahun, Wiener dimasukkan Tufts College. Ia dianugerahi gelar BA dalam matematika pada
tahun 1909 pada usia 14, dimana ia mulai studi pascasarjana zoologi di Harvard. Pada tahun 1910
ia dipindahkan ke Cornell untuk belajar filsafat. Pada tahun 1912, ketika dia hanya berusia 17
tahun, untuk disertasi pada logika matematika, diawasi oleh Karl Schmidt, hasil penting dari yang
diterbitkan sebagai Wiener (1914). Pada tahun 1914, Wiener melakukan perjalanan ke Eropa,
selama 1915-1916, ia mengajar filsafat di Harvard. Wiener mengemukakan teori sibernetika
dengan istilah Cybernetics yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi sibernetika,
pertama kali digunakan tahun 1945 oleh Nobert Wiener dalam bukunya yang berjudul Cybernetics.

II. Sejarah Teori Sibernetika

Istilah sibernetika berasal dari bahasa Yunani yaitu Cybernetics yang berarti pengendali atau pilot.
Istilah sibernetika pertama kali digunakan oleh Norbert Wiener seorang ilmuwan dari
Massachussets Institut Of Technology (MIT) pada tahun 1945 dalam bukunya yang berjudul
Cybernetics. Nobert mendefinisikan Cybernetics sebagai, "The study of control and
communication in the animal and the machine" yang artinya sebuah ilmu kontrol dan komunikasi
dalam dunia hewan dan mesin.
Singkat cerita, pada perang dunia ke II menyoroti adanya kebutuhan untuk penelitian di
bidang sibernetika. Segala bentuk kemajuan yang berhubugan dengan mesin membutuhkan peran
sibernetika dalam perkembangannya seperti pengontrolan program pada komputer. Dalam kata
lain, mesin diartikan sebagai “berpikir” dan “berkomunikasi”. Salah satu kemajuan dalam perang
masa itu yakni adanya komputer sebagai alasan utama adanya hipotesis sibernetika mengenai
mesin dan organisme. Akibatnya, mereka diajarkan untuk berpikir, belajar dan berkomunikasi.

Kini istilah sibernetik berkembang menjadi segala sesuatu yang berhubungan dengan internet,
kecerdasan buatan dan jaringan komputer. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan
ilmu informasi. Menurut Teori ini, belajar adalah pengolahan informasi. Teori ini memiliki
kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Hal yang terpenting dalam teori ini
adalah “Sistem Informasi” yang akan menentukan terjadinya proses berpikir, belajar dan
berkomunikasi.

III. Konsep
 Sibernetik (cybernetics) adalah suatu cabang ilmu yang menaruh kepedulian terhadap
masalah-masalah komunikasi dan arus informasi sebagai salah satu sistem yang bersifat
kompleks.
 Teori Sibernetika adalah teori sistem pengontrol yang didasarkan pada komunikasi
(penyampaian informasi) antara sistem dan lingkungan dan antar sistem, pengontrol
(feedback) dari sistem berfungsi dengan memperhatikan lingkungan.
 Konsep dasar dari adanya teori sibernetika yaitu Sistem, Sistem Informasi dan Timbal
balik.
- Sistem merupakan kumpulan dari objek yang mempunyai suatu hubungan antara
masing-masing obyek termasuk hubungan mengenai sifat-sifat yang mereka miliki (R.
Fagen dan A. Hall)
- Sistem Informasi merupakan kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat
teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang bermaksud menata jaringan
komunikasi yang penting, proses atas transaksi-transaksi tertentu dan rutin, membantu
manajemen dan pemakai intern dan ekstern dan menyediakan dasar pengambilan
keputusan yang tepat. (John F. Nash)
- Feedback merupakan dua kata bentukan dalam bahasa Inggris yakni kata feed
(memberi makan) dan back (kembali). Secara harfiah berarti “memberi makan
kembali”, tapi makna sebenarnya “memberi masukan kembali”. Komunikasi dipahami
sebagai reaksi (tanggapan) yang diberikan oleh penerima pesan atau komunikan kepada
penyampai pesan atau komunikator/ sumber. Selain itu, umpan balik juga dapat berupa
reaksi yang timbul dari pesan kepada komunikator (Ardianto, 2004 : 45 - 47).

IV. Asumsi
 Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Teori ini
mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses dari pada
hasil. Proses memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih utama lagi
adalah sistem informasi yang akan dipelajari.
 Menurut Abdul Hamid (2009: 47) menyatakan, menurut teori sibernetik yang
terpenting adalah “Sistem Informasi” dari apa yang akan dipelajari, sedangkan
bagaimana proses belajar akan berlangsung dan sangat ditentukan oleh sistem
informasi tersebut. Oleh karena itu, teori ini berasumsi bahwa tidak ada satu jenis cara
belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem
informasi.
 Menurut Suyono dan Hariyanto (2015) dalam Syahid (2016) menyatakan bahwa teori
sibernetik yang relatif baru memiliki asumsi yang menyatakan bahwa sistem proses
informasi lebih penting dibandingkan dengan proses lainnya karena proses ditentukan
oleh informasi.

V. Contoh Kasus Teori Sibernetika

Contohnya dalam pembelajaran seperti Bahasa Inggris dan penerapan IT di era modern
yakni, guru atau pendidik harus mengetahui dengan baik dua hal ini, yaitu materi pelajaran dan
pola pikir siswanya. Ketika guru memberikan materi pembelajaran Bahasa Inggris melalui monitor
langsung (video call), atau aplikasi skype quipper video, webcam, dan lainnya yang berbasis video
internet. Maka, pendidik harus mampu menyesuaikan diri dengan individunya walaupun dalam
keadaan tidak berada di dalam ruangan.
Social System Theory / Teori Sistem Sosial (Luhmann, 1980-an)

Konteks : Komunikasi Organisasi

I. Tokoh Teori

Niklas Luhmann

Niklas Luhmann dilahirkan pada 8 Disember 1929, di Lüneburg, Jerman, sebuah kota kecil
di selatan Hamburg. Waktu kecil Luhmann dihabiskan dalam "persekitaran Nazi." (1) Dan sejak
kecil lagi, Luhmann menganggotai Hitler-Jugend, sebuah organsiasi pemuda fasis, yang mana ini
merupakan kewajipan anak-muda pada masa tersebut. Pada usia 15 tahun pula, Luhmann diminta
untuk menjalani latihan ketenteraan sebagai pembantu tentera udara. Kemudian, pada hujung
1944, Luhmann dikerah sebagai seorang tentera di barisan hadapan. Setelah Perang Dunia Ke-II,
Luhmann mengambil kursus hukum (law). Luhmann tidak menggeluti bidang hukum dalam
jangka waktu yang lama (Wattimena, 2008). Ia kemudian berkarir dalam bidang politik. Tahun
1960 ia pergi ke Harvard untuk belajar kepada Talcott Parsons. Sekembalinya dari Harvard ia
memutuskan untuk menjadi akademisi. Ia pensiun tahun 1993 dari Universitas Bielefeld.

Awal dekade 1970-an, Luhmann dikenal sebagai pengkritik teori sosial Habermas. Saat itu
dikenal sebagai era pertempuran intelektual antara Frankfurt dan Bielefeld. Pertempuran
intelektual itu juga merupakan simbol polarisasi antara Gerakan Kiri Baru dan Gerakan Neo
Konservatif Anti Pencerahan (Wattimena, 2008).

Pada dekade 1980-an pemikiran Luhmann mulai diterima, terutama setelah terbit bukunya
yang berjudul Soziale Systeme. Selain buku tersebut, beberapa karya Luhmann yang lain
adalah; Ecological Communication, The Economy of Society serta The Sociological Risk.
II. Sejarah Teori

Pada abad ke-19 yang pertama kali mengembangkan konsep "sistem" dalam ilmu alam
adalah fisikawan Perancis Nicolas Leonard Sadi Carnot yang belajar termodinamika. Pada tahun
1824 ia mempelajari sistem yang ia sebut substansi kerja, yaitu struktur uap air, di mesin uap,
dalam hal kemampuan sistem untuk melakukan pekerjaan ketika panas diterapkan. Pada tahun
1945 salah satu pelopor dari teori sistem umum adalah ahli biologi Ludwig vonBertalanffy. Ia
memperkenalkan model, prinsip, dan hukum yang berlaku bagi sistem umum atau subclass
mereka, terlepas dari jenis khusus mereka, sifat dari unsur-unsur komponen mereka, dan hubungan
atau 'kekuatan' di antara mereka (Ludwig von Bertaflanny, 1968). Perkembangan yang signifikan
dengan konsep sistem dilakukan oleh Norbert Wiener dan Ross Ashby yang memelopori
penggunaan matematika untuk mempelajari sistem. Melalui bukunya yang berjudul General
System Theory, Bertalanffy mencoba untuk mengembangkan seperangkat konsep dan prinsip yang
dapat diterapkan secara umum pada berbagai jenis sistem. Ia menyatakan bahwa teori sistem dapat
dianalogikan dengan sistem yang ada pada organisme. Beberapa tahun kemudian, teori sistem
mulai diadaptasi dan diterapkan oleh beberapa ahli teori organisasi seperti March dan Simon
(1958), Thompson (1967), Daniel Katz dan Robert L. Kahn (1966), Huse dan Browditch (1973),
Farace dkk (1977), Karl Weick (1979), dan Niklas Luhmann (1982).

Teori sistem yang digagas Luhmann merupakan suatu teori yang mencoba menjelaskan
tentang susunan atau keteraturan sosial. Teori Sistem Luhmann merupakan suatu teori yang
didasarkan dan atau sebagai revisi/tambahan dari teori sistem Talcott Parsons. Teori sistem sosial
Talcott Parsons adalah suatu teori yang menyatakan bahwa tatanan sosial bukanlah sebuah tatanan
yang koersif dan juga bukan produk transaksi para aktor strategis yang egosentris tapi merupakan
hasil konsensus nilai-nilai yang melibatkan tiga komponen sekaligus yakni masyarakat,
kebudayaan dan kepribadian (Hardiman, 2008). Menurut Parsons kebudayaan adalah norma
dominan yang menjadi struktur utama tindakan-tindakan sosial. Struktur memungkinkan
bertahannya bangunan sosial dengan fungsi-fungsi yang terdiferensiasi di dalamnya (Hardiman,
2008). Teori Sistem Parsons tidak bisa menjawab masalah konflik dan perubahan sosial. Baik
dalam bentuknya yang lama ataupun dalam bentuknya yang baru dan dari sinilah kemudian Teori
Sistem Luhmann berawal.
Teori Sistem Luhmann mencoba menjelaskan bahwa sistem sosial akan tetap hadir
meskipun terjadi perubahan di dalamnya. Luhmann menyatakan bahwa sistem sosial bersifat
autopoiesis yang berarti bahwa sistem tersebut dapat mencukupi dirinya sendiri. Luhmann
membangun suatu teori sistem yang berbeda dari Parsons meskipun teorinya didasarkan pada
pemikiran Talcott Parsons. Pada tahun 1980-an pemikiran Luhmann mulai diterima, terutama
setelah terbit bukunya yang berjudul Soziale Systeme.

III. Konsep
 Sistem Sosial
Sistem berasal dari bahasa Latin dan Yunani, istilah "sistem" diartikan sebagai
mengabungkan, untuk mendirikan, untuk menempatkan bersama. Sistem adalah Suatu jaringan
kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk
melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu.
Sistem sosial terdiri dari keragaman aktor individual yang berinteraksi satu sama lain
dalam situasi sosial yang setidaknya berada dalam lingkungan atau ruang fisik, dimana aktor
tersebut memiliki motivasi untuk cenderung mengoptimalkan gratifikasi, dan relasinya terhadap
situasi dan aktor lain berlangsung dalam sebuah sistem yang melibatkan simbol-simbol yang
secara kultural terstruktur. (Talcott Parsons)
 Teori Sistem Sosial

Teori sistem yang digagas Luhmann merupakan suatu teori yang mencoba menjelaskan
tentang susunan atau keteraturan sosial. Teori sistem Luhmann memiliki pola pemikirannya
sendiri. Luhmann menyatakan bahwa sistem sosial bersifat autopoiesis yang berarti bahwa sistem
tersebut dapat mencukupi dirinya sendiri.

- Autopoiesis

Kata “autopoiesis” berasal dari kata Yunani autos yaitu sendiri dan poiein yaitu membuat, maka
artinya ‘menciptakan diri’, ‘menghasilkan diri’, atau ’organisasi diri’. Autopoiesis dapat diartikan
sebagai mengorganisasikan diri sendiri (Hardiman, 2008). Sistem sosial menghasilkan dan
mempertahankan dirinya dengan menciptakan komponen-komponennya sendiri. Ciri autopoiesis
berarti bahwa sistem-sistem sosial menghasilkan kebutuhan mereka sendiri dan komponen-
komponen yang menghasilkann keutuhan itu. Autopoiesis tidak berarti bahwa sistem bersifat
tertutup dari lingkungan di luarnya. Karena sistem adalah reduksi dari kompleksitas, dimana yang
kompleks itu adalah lingkungan di luar sistem, oleh karena itu maka akan selalu terjadi interaksi
antara sistem dengan lingkungan. Dengan demikian sistem akan selalu terbuka terhadap
lingkungan luarnya (karena adanya interaksi) dan tertutup (karena mengorganisasikan diri sendiri).
Konsep ontologis tentang otonomi dan relasi berlaku di sini : semakin otonom, yakni semakin
integral sebuah sistem autopoiesis, semakin mampu juga ia berrelasi dengan lingkungannya,
yakni sistem-sistem lain.

Luhman juga melihat sistem sebagai komplesitas, kontingensi dan kontingensi ganda.
Yang dimaksud dari ketiga istilah tersebut, yaitu :

- Kompleksitas
Kompleksitas (complexity) adalah fenomena di mana tidak semua elemen (bagian) dari satu
keseluruhan dapat langsung dihubungkan satu dengan yang lain karena jumlahnya terlalu banyak
(Luhmann, 1987: 291).
- Kontingensi
Kontingensi (contingency) adalah istilah untuk possibility: setiap kejadian yang terjadi juga tidak
dapat terjadi dan yang terjadi adalah kejadian lain (Luhmann, 1987: 47).
- Kontingensi Ganda
Kontingensi ganda (double contingency) merupakan kelipatan perspektif yang kontingen dari dua
pihak yang saling berhadapan (Münch,
1994: 275).

IV. Asumsi
Menurut Luhmann, ada perkembangan teori sistem umum melalui tiga tahap.
- Pertama, teori sistem berfokus pada penjelasan hubungan antarakeseluruhan dan
bagian-bagian. Keseluruhan itu dipikirkan sebagai sesuatu yang tertutup yang
melampaui jumlah bagian-bagian, dan itulah juga yang dipikirkan sebagai sistem.
- Kedua, teori sistem mengambil cara pandang baru : alih-alih hubungan antara
keseluruhan dan bagian-bagian kini dipakai distingsi antar sistem dan
lingkungansebagai perspektif baru. Sistem tidak lagi dilihat sebagai susunan tertutup,
melainkanterbuka, karena terjadi proses pertukaran antara sistem dan lingkungannya.
- Tahap ketiga, muncul paradigma ‘autopoiesis’ sebagai hasil pemikiran ahli biologi dan
neurofisiologiasal Chile, Humberto R.Maturana dan Francisco J. Varela.

V. Contoh Kasus
Seperti pada salah satu konflik pemerintah yang terjadi pada tahun 2016 yakni Gubernur
DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang terpaksa lengser dari jabatannya
dikarenakan konflik peninstaan agama melalui video yang tersebar di media sosial. Karena hal
tersebut terjadi “Aksi 1410” yang merupakan bentuk unjuk rasa masayarakat terhadap pernyataan
ahok pada video tersebut. Karena ahok divonis penjara selama 2 tahun, maka sistem pemerintahan
DKI Jakarta tidak hancur begitu saja. Namun secara otomatis pembenahan terjadi dengan posisi
ahok digantikan oleh Anies Baswedan.
Value-Expectancy Theory / Teori Pengharapan Nilai (Mr. Martin Fishbein, 1970-an)

I. Tokoh

Mr. Martin Fishbein

Martin Fishbein adalah seorang profesor di University of Illinois - Champaign / Urbana


dari tahun 1961 hingga 1997 dan sejak itu menjadi Harry C. Coles. Dia adalah presiden Society
for Consumer Psychology dan Interamerican Psychological Society dan memenangkan banyak
penghargaan, termasuk Guggenheim Fellowship. Ia merupakan orang yang mengembangkan teori
nilai-harapan (EVT) pada awal hingga pertengahan 1970-an. Karya utama yang biasanya dikutip
oleh para ahli yang merujuk pada EVT adalah buku Martin Fishbein dan Icek Ajzen 1975 berjudul
Belief, Attitude, Intention, and Behavior: “An Introduction to Theory and Research”.
II. Sejarah
Teori nilai harapan (value-expectancy theory) dikemukakan oleh Dr. Martin Fishbein pada
awal tahun 1970-an. Teori ini pertama kali dijelaskan dalam buku Martin Fishbein dan Icek Ijzen
tahun 1975 yaitu Belief, Attitude, Intention, and Behaviour: An Introduction to Theory and
Research. Penelitian teori ini juga dapat dilihati dalam disertasi Fishbein yakni “A Theoretical and
Empirical Investigation of the Interrelation between Belief about an Object and the Attitude
toward that Object” (1961, UCLA). Teori ini juga dijelaskan dalam dua artikel lainnya tahun 1962
dan 1963 dalam jurnal Human Relations. Penelitian Fishbein dituliskan oleh peneliti lain seperti
Ward Edwards, Milton Rosenberg, dan John B. Watson.
Teori ini merupakan sebuah pengembangan dari teori uses and gratification.Fokus kajian
teori ini adalah pada komunikasi massa yaitu meneliti pengaruh penggunaan media oleh
penggunanya dilihat dari kepentingannya.
III. Konsep
 Value-expectancy
Istilah values-expectancy terdiri dari dua kata yaitu “Values” dan “Expectancy”. Kata-kata
tersebut diambil dari bahasa Inggris yang dimana values memiliki arti nilai dan expectancy yang
artinya harapan. Jika diartikan secara bersamaan values-expectancy ini memiliki arti harapan nilai.
Di dalam nama teori diartikan sebagai teori pengharapan nilai.
 Value-expectancy theory (Teori pengharapan Nilai)
Merupakan salah satu teori tentang komunikasi massa yang meneliti pengaruh penggunaan
media oleh pemirsanya dilihat dari kepentingan penggunaanya. Teori ini mengemukakan
bahwa sikap seseorang terhadap segmen-segmen media ditentukan oleh nilai yang mereka
anut dan evaluasi mereka tentang media tersebut. Teori ini merupakan tambahan penjelasan
dari teori atau pendekatan “uses and gratifications” adalah dijelaskannya teori yang
medasarkan diri pada orientasi khalayak sendiri sesuai dengan kepercayaan dan penilaian atau
evaluasinya.

Teori ini merupakan tambahan penjelasan dari teori atau pendekatan “uses and gratifications”
adalah dijelaskannya teori yang mendasarkan diri pada orientasi khalayak sendiri sesuai dengan
kepercayaan dan penilaian atau evaluasinya. Intinya, sikap kita terhadap jumlah media akan
ditentukan oleh kepercayaan tentang penilaian kita terhadap media tersebut membatasi
gratification sought (pencarian kepuasan). Konsep mengukur kepuasan ini disebut GS
(gratification sought) dan GO (gratification obtained). GS adalah motif penggunaan media
(terpaan media), seperti pilihan media, frekuensi, dan durasi menggunakan media.
Intinya, sikap kita terhadap sejumlah media akan di tentukan oleh kepercayaan tentang
penilaian kita terhadap media tersebut. (Palmgreen dkk. dalam Littlejohn, 1996:345).

 Value-expectation theory memiliki tiga komponen dasar yakni:

1. Individu merespon informasi baru tentang suatu hal atau tindakan dengan menghasilkan suatu
keyakinan dari hal atau tindakan tersebut. Bila keyakinan sudah terbentuk, itu dapat dan
seringkali berubah dengan informasi baru.

2. Setiap individu memberikan sebuah nilai (value) pada setiap sifat di mana keyakinan tersebut
tergantung/berdasar.
3. Sebuah harapan (expectation) terbentuk atau termodifikasi berdasarkan hasil perhitungan antara
keyakinan (beliefs) dan nilai-nilai (values)

Fishein dan Azjen (1975) yang menggagas teori nilai harapan (expectancy value theory),
Philip Palmgren memodernisasikan teori ini dengan mengajukan rumusan (formula) mengenai
tingkat kepuasan yang diinginkan audiensi dari media massa sebagai berikut:

Gsi = Σbiei

Keterangan :
Gsi = gratification sought (pencarian kepuasan)
bi = belief (keyakinan)
ei = evaluation (evaluasi)
Penggunaan: Ketika memperoleh pengalaman dengan suatu media, kepuasan yang diperoleh akan
mempengaruhi keyakinan, menguatkan pola yang terlihat (Philip Palmgreen).
IV. Asumsi

Menurut teori nilai-harapan, perilaku adalah fungsi dari harapan yang dimiliki dan nilai
tujuan di mana seseorang bekerja. Pendekatan seperti itu meramalkan bahwa, ketika lebih dari satu
perilaku dimungkinkan, perilaku yang dipilih akan menjadi satu dengan kombinasi terbesar dari
kesuksesan dan nilai yang diharapkan. Teori nilai-harapan menyatakan bahwa manusia adalah
makhluk yang berorientasi pada tujuan. Perilaku yang mereka lakukan dalam menanggapi
keyakinan dan nilai-nilai mereka dilakukan untuk mencapai suatu tujuan.
Asumsi dari teori ini adalah “Sikap khalayak terhadap segmen-segmen media tergantung pada nilai
yang mereka anut dan evaluasi mereka terhadap media tersebut”.
V. Contoh Kasus

Kombinasi keyakinan dan evaluasi yang dikembangkan tentang suatu program, genre program,
konten, atau media tertentu dapat berupa positif atau negatif. Jika positif, kemungkinan individu
akan terus menggunakan pilihan media itu; jika negatif, maka orang akan menghindarinya.

Seperti pada saat menonton program TV di Indonesia. Misalya saat menonton salah satu
program Gosip : SILET yang menghadirkan hiburan informasi kehidupan/berita terkini mengenai
artis-artis Indonesia dan kita sebagai penonton merasa terhibur untuk tetap menonton karena
memenuhi keinginan kita dalam melihat, mendengar & membaca acara yang ditampilkan tersebut.
Beda halnya dengan orang-orang yang percaya bahwa menonton gossip itu termasuk bergunjing
dan memandang program sebagai hal yang negatif dan kita sebagai penonton tidak menyukai hal
tersebut, maka mereka akan mengndari diri dalam menonton, mendengar dan melihat acara gossip
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Hardiman, F. Budi (2008). Teori Sistem Niklas Luhmann. Jurnal Filsafat Driyarkara Tahun XXIX
No. 3/2008. Jakarta: Senat Mahasiswa STF Driyarkara.
Sitorus, Fitzgerald K. (2008). Masyarakat Sebagai Sistem-sistem Autopoiesis: Tentang Teori
Sistem Niklas Luhmann.Jurnal Filsafat Driyarkara Tahun XXIX No. 3/2008. Jakarta: Senat
Mahasiswa STF Driyarkara.
Morissan. Teori komunikasi Individu Hingga Massa.(Jakarta:Kencana,2013). 515.
(https://dokumen.tips/documents/teori-sibernetik-55a757e3dd31f.html) dikunjungi 23 Maret
2019.
(https://docplayer.info/52021302-Teori-belajar-sibernetik-dan-penerapannya-dalam-
pembelajaran.html) dikunjungi 23 Maret 2019.
(https://pakarkomunikasi.com/teori-belajar-sibernetik) dikunjungi 23 Maret 2019.
(http://alsakmdn.blogspot.com/2016/10/nobert-wiener.html) dikunjungi 23 Maret 2019.
(https://pakarkomunikasi.com/teori-sistem-sosial-dalam-komunikasi-organisasi) dikunjungi pada
26 Maret 2019.
(https://www.academia.edu/28741728/SEJARAH_TEORI_SISTEM.pdf) dikunjungi pada 26
Maret 2019.
(https://www.academia.edu/6463404/Teori_Sistem_Luhmann) dikunjungi pada 26 Maret 2019.
Stephen W. Littlejohn. 2002.Theories of Human Communication. Ch 7
Himikom. (n.d.). http://www.himikomunib.org. Retrieved Maret 26, 2019, from
Himikom: http://www.himikomunib.org/2012/12/teori-pengharapan-nilai-expectacy-value.html
(https://www.utwente.nl/en/bms/communication-theories/sorted-by-cluster/Public-Relations-
Advertising-Marketing-and-Consumer-Behavior/Expectancy_Value_Theory/) Dikunjungi 26
Maret 2019.
(https://adiatigracia.wordpress.com/2014/04/05/teori-komunikasi-massa/) Dikunjungi 26 Maret
2019.
(https://sinaukomunikasi.wordpress.com/2013/11/29/theories-of-message-reception-and-
processing-review-ch-7-theories-of-human-communication-stephen-w-littlejohn-2002/)
Dikunjungi 26 Maret 2019.
(http://www.decisionsciencenews.com/2009/12/11/martin-fishbein-1936-2009/) Dikunjungi 26
Maret 2019.

Anda mungkin juga menyukai