Anda di halaman 1dari 19

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN (SAK)

PASIEN DENGAN PRO OPERASI SC

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan
perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien
dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan
tindakan pembedahan.
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut
juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1998).
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Sofian, 2012).

2. Etiologi
Menurut Mochtar (1998) faktor dari ibu dilakukannya sectio caesarea
adalah plasenta previa , panggul sempit, partus lama, distosia serviks, pre-
eklamsi dan hipertensi. Sedangkan faktor dari janin adalah letak lintang dan
letak bokong.
Menurut Manuaba (2001) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah
ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan
indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram.
Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab
sectio caesarea sebagai berikut :
1. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
2. KPD (Ketuban Pecah Dini)
3. Janin Besar (Makrosomia)
4. Kelainan Letak Janin
5. Bayi kembar
6. Faktor hambatan jalan lahir
7. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

3. Klasifikasi Operasi Sectio Caesarea (SC)


a. Abdomen (SC Abdominalis)
i. Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau corporal: dengan insisi memanjang
pada corpus uteri. Sectio caesarea profunda: dengan insisi pada
segmen bawah uterus.
ii. Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis
dan dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.
b. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan
apabila:
- Sayatan memanjang (longitudinal)
- Sayatan melintang (tranversal)
- Sayatan huruf T (T Insisian)
c. Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira 10cm.
Kelebihan:
a. Mengeluarkan janin lebih memanjang
b. Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
c. Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan:
a. Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonial yang baik.
b. Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan.
c. Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi
dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka
bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan,
sedangkan pada luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi
dalam persalinan.
d. Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya
ibu yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi.
Sekurang -kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya
adalah memberikan kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk
tujuan ini maka dipasang akor sebelum menutup luka rahim.
d. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen
bawah rahim kira-kira 10cm
Kelebihan:
a. Penjahitan luka lebih mudah
b. Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
c. Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi
uterus ke rongga perineum
d. Perdarahan kurang
e. Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri
spontan lebih kecil
Kekurangan:

a. Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat


menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan
perdarahan yang banyak.
b. Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.

4. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia,
distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu
adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan
diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan,
dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi
pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas
jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini
akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir,
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak
dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
5. Pathway

6. Manifestasi Klinis
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun actual
pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stress
fisiologis maupun psikologis. Menurut Long B.C (2001), pasien pre
operasi akan mengalami reaksi emosional berupa kesemasan. Berbagai
alas an yang dapat menyebabkan ketakutan atau kecemasan pasien
dalam menghadapi pembedahan antara lain :
a. Takutnya setelah pembedahan
b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak
berfungsi normal
c. Takut keganasan (bila diagnose yang ditegakkan belum pasti)
d. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain
yang mempunyai penyakit sama
e. Takut/nyeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan
dan petugas
f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi
g. Takut operasi gagal

7. Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari
dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis
dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan
sudah ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang
merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya
setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi
dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat
dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya
daripada SC transperitonealis profunda.
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang
arteria uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
c. Luka kandung kemih
d. Embolisme paru – paru
Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi
ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio
caesarea klasik.

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Tucker (1998) adalah sebagai berikut:
1. Pemantauan EKG
2. JDL dengan diferensial
3. Pemeriksaan elektrolit
4. Pemeriksaan HB/Hct
5. Golongan darah
6. Urinalisis
7. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
8. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi
9. USG
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Darah
- Hemoglobin
- Leukosit
- Limfosit
- Jumlah Trombosit
- Protein Total(albumin dan globulin)
- Elektrolit(kalium, natrium, chloride)
- BUN
- LED
- Ureun Kreatin
 Pemeriksaan kadar gula darah
 Pemeriksaan Status Anastesi
Pemeriksaan status fisik untuk dilakukan pembiusan untuk keselamatan
pasien selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan
pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik yang
diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri
pasien.

9. Penatalaksanaan Pro Operasi


Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi
pasien).persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi
(khusus
- Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya
tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan karena :
1. Takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya.
2. Keadaan sosial ekonomi dari keluarga.
Penyuluhan merupakan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah
dan dapat mengurangi cemas pasien. Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang dapat
diberikan kepada pasien pra bedah.
1. Penjelasan tentang peristiwa
Informasi yang dapat membantu pasien dan keluarganya sebelum operasi :
- Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan).
- Hal-hal yang rutin sebelum operasi.
- Alat-alat khusus yang diperlukan
- Pengiriman ke ruang bedah.
- Ruang pemulihan.
- Kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah operasi :
· Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin.
· Perlu kebebasan saluran nafas.
· Antisipasi pengobatan.
2. Bernafas dalam dan latihan batuk
3. Latihan kaki
4. Mobilitas
5. Membantu kenyamanan

- Persiapan Fisiologi
1. Puasa
8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam
sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi dengan
anaesthesi umum.
Pada pasien dengan anaesthesi lokal atau spinal anaesthesi makanan
ringan diperbolehkan. Bahaya yang sering terjadi akibat makan/minum sebelum
pembedahan antara lain :
- Aspirasi pada saat pembedahan
- Mengotori meja operasi.
- Mengganggu jalannya operasi.
2. Persiapan saluran pencernaan
Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah
saluran pencernaan atau pelvis daerah periferal. Untuk pembedahan pada saluran
pencernaan dilakukan 2 kali yaitu pada waktu sore dan pagi hari menjelang
operasi.
Maksud dari pemberian lavement antara lain :
- Mencegah cidera kolon
- Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang akan
dioperasi.
- Mencegah konstipasi.
- Mencegah infeksi.
3. Persiapan Kulit
Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran
dilakukan pada waktu malam menjelang operasi. Rambut pubis dicukur bila perlu
saja, lemak dan kotoran harus terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi. Luas
daerah yang dicukur sekurang-kurangnya 10-20 cm2.
4. Hasil Pemeriksaan
Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-lain.
5. Persetujuan Operasi / Informed Consent
Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat
dari keluarga dekat yaitu suami / istri, anak tertua, orang tua dan kelurga terdekat.
Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang untuk
melaksanakan operasi tanpa surat izin tertulis dari pasien atau keluarga, setelah
dilakukan berbagai usaha untuk mendapat kontak dengan anggota keluarga pada
sisa waktu yang masih mungkin.

- Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima dengan


perawat OK)
1. Mencegah Cidera
Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cidera perlu
dilakukan hal tersebut di bawah ini :
a. Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut (lavement).
b. Cek gelang identitas / identifikasi pasien.
c. Lepas tusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci.
d. Lepas perhiasan
e. Bersihkan cat kuku.
f. Kontak lensa harus dilepas dan diamankan.
g. Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.
h. Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada gangguan
pendengaran.
i. Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang beresiko
terhadap tromboplebitis.
j. Kandung kencing harus sudah kosong.
k. Status pasien beserta hasil-hasil pemeriksaan harus dicek meliputi ;
- Catatan tentang persiapan kulit.
- Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN).
- Pemberian premedikasi.
- Pengobatan rutin.
- Data antropometri (BB, TB)
- Informed Consent
- Pemeriksan laboratorium.

2. Pemberian Obat premedikasi


Pemberian obat premedikasi bertujuan :
1. Menimbulkan rasa nyaman pada pasien (menghilangkan kekhawatiran,
memberikan ketenangan, membuat amnesia, memberikan analgesi).
2. Memudahkan/memperlancar induksi, rumatan dan sadar dari anastesi.
3. Mengurangi jumlah obat-obatan anstesi.
4. Mengurangi timbulnya hipersalivasi, bradikardi, mual dan muntah
pascaanastesi.
5. Mengurangi stres fisiologis (takikardia, napas cepat dll).
6. Mengurangi keasaman lambung.
Obat-obat yang dapat diberikan sebagai premedikasi pada tindakan anastesi
sebagai berikut :
Analgetik Narkotik
Morfin. Dosis premedikasi dewasa 5-10 mg (0,1-0,2 mg/kgBB)
intramuskular diberikan untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan
pasien menjelang operasi, menghindari takipnu pada pemberian
trikloroetilen, dan agar anastesi berjalan dengan tenangdan dalam.
Kerugiannya adalah terjadi perpanjangan waktu pemulihan, timbul spasme
serta kolik bisliaris dan ureter. Kadang-kadang terjadi konstipasi, retensi
urin, hipotensi, dan depresi napas.
Petidin. Dosis premedikasi dewasa 50-75 mg (1-1,5 mg/kgBB) intravena
diberikan untuk menekan tekanan darah dan pernapasan serta merangsang
otot polos. Dosis induksi 1-2 mg/kgBB intravena.
Barbiturat
Pentobarbital dan sekobarbital. Diberikan untuk menimbulkan sedasi.
Dosis dewasa 100-200 mg, pada anak dan bayi 1 mg/kgBB secara oral
atau intramuskular. Keuntungannya adalah masa pemulihan tidak
diperpanjang dan kurang menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. Yang
mudah didapat adalah fenobarbital dengan efek depresan yang lemah
terhadap pernapasan dan sirkulasi serta jarang menyebabkan mual dan
muntah.

Antikolinergik
Atropin. Diberikan untuk mencegah hipersekresi kelenjar ludah dan ludah
selama 90 menit. Dosis 0,4-0,6 mg intramuskular bekerja setelah 10-15
menit.
Obat penenang (transquillizer)
Diazepam. Diazepam (Valium®) merupakan golongan benzodiazepin.
Pemberian dosis rendah bersifat sedatifsedangkan dosis besar hipnotik.
Dosis premedikasi dewasa 10 mg intramuskular atau 5-10 mg oral (0,2-0,5
mg/kgBB) intravena. Dosis induksi 0,2-1 mg/kgBB intravena.
Midazolam. Dibandingkan dengan diazepam, midazolam mempunyai
awal dan lama kerja lebih pendek. Belakangan ini midazolan lebih disukai
dibandingkan dengan diaepam. Dosis 50% dari dosis diazepam.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
- Data Subyektif
1) Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.
a. Pengertian tentang bedah yang dianjurkan
1. Tempat
2. Bentuk operasi yang harus dilakukan.
3. Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit,
keterbatasan setelah di bedah.
4. Kegiatan rutin sebelum operasi.
5. Kegiatan rutin sesudah operasi.
6. Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.
b. Pengalaman bedah terdahulu
1. Bentuk, sifat, roentgen
2. Jangka waktu
2) Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah
a. Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi bedah
yang dianjurkan.
b. Metode-metode penyesuaian yang lazim.
c. Agama dan artinya bagi pasien.
d. Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.
e. Keluarga dan sahabat dekat
- Dapat dijangkau (jarak)
- Persepsi keluarga dan sahabat sebagai sumber yang memberi
bantuan.
f. Perubahan pola tidur
g. Peningkatan seringnya berkemih.
3) Status Fisiologi
a. Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau yang mendorong
komplikasi pascabedah.
b. Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.
c. Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.
d. Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia.
e. Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah
orthopedi yang terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal).
f. Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.
g. Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan
mengenai terbebas dari nyeri setelah operasi.
- Data Obyektif
1. Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan
(cemas), kemampuan berbahasa Inggris.
2. Tingkat interaksi dengan orang lain.
3. Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang sibuk
(cemas).
4. Tinggi dan berat badan.
5. Gejala vital.
6. Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.
7. Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.
8. Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.
9. Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan bernafas
dengan diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan pada pasca
bedah).
10. Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum
bedah vaskuler atau tubuh.
11. Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di
tempat duduk, koordinasi waktu berjalan.
2. Masalah Keperawatan
1) Ansietas yang berhubungan dengan pengalaman bedah dan hasil pembedahan.
2) Defisit pengetahuan mengenai prosedur dan protokol praoperatif dan harapan
pascaoperatif.

3. Rencana Asuhan Keperawatan


Tujuan dan
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Kriteria Hasil

1 Ansietas NOC NIC

Definisi : Perasaan tidak  Anxiety self Anxiety Reduction


nyaman atau kekhawatiran control (penurunan kecemasan)
yang samar disertai respon  Anxiety level
1. Gunakan
autonom (sumber sering tidak  Coping
spesifik atau tidak diketahui pendekatan yang
oleh individu); perasaan takut menenangkan
Kriteria Hasil
yang disebabkan oleh 2. Nyatakan dengan
antisipasi terhadap bahaya. Hal Klien mampu jelas harapan
ini merupakan isyarat mengidentifikasi terhadap pelaku
kewaspadaan yang dan pasien
memperingatkan individu akan mengungkapkan 3. Jelaskan semua
adanya bahaya dan gejala cemas prosedur dan
memampukan individu untuk  Mengidentifikasi, apayang dirasakan
bertindak menghadapi mengungkapkan selama prosedur
ancaman dan menunjukan 4. Pahami prespektif
tehnik untuk pasien terhadap
mengontrol cemas situasi stress
 Vital sign dalam 5. Temani pasien
Batasan karakteristik: untuk memberikan
batas normal
 Perilaku:  Postur tubuh, keamanan dan
 Penurunan produktivitas mengurangi takut
ekspresi wajah,
gerakan yang ireleven 6. Dorong keluarga
bahasa tubuh dan
untuk menemani
 Gelisah tingkat aktivitas
anak
 Melihat sepintas menunjukkan
7. Lakukan back/neck
 Insomnia berkurangnya
rub
 Kontak mata yang buruk kecemasan
8. Dengarkan dengan
 Mengekspresikan penuh perhatian
kekawatiran karena 9. Identifikasi tingkat
perubahan dalam peristiwa kecemasan
hidup 10. Bantu pasien
 Agitasi mengenal situasi
 Mengintai yang menimbulkan
 Tampak waspada kecemasan
 Affektif 11. Dorong pasien
 Gelisah, distress untuk
 Kesedihan yang mendalam mengungkapkan
perasaan,
 Ketakutan
ketakutan,persepsi
 Perasaan tidak adekuat
12. Instruksikan pasien
 Berfokus pada diri sendiri
menggunakan
 Peningkatan kewaspadaan
teknik relaksasi
 Iritabilitas
13. Berikan obat untuk
 Gugup senang berlebihan mengurangi
 Rasa nyeri yang kecemasan
meningkatkan
ketidakberdayaan
 Peningkatan rasa
ketidakberdayaan yang
persisten
 Bingung, menyesal
 Ragu/tidak percaya diri
 Khawatir
 Fisiologis
 Wajah tegang, tremor
tangan
 Peningkatan keringat
 Peningkatan ketegangan
 Gemetar, tremor
 Suara bergetar
 Simpatik
 Anoreksia
 Eksitasi kardiovaskuler
 Diare, mulut kering
 Wajah merah
 Jantung berdebar-debar
 Peningkatan tekanan darah
 Peningkatan denyut nadi
 Peningkatan reflex
 Peningkatan frekuensi
pernafasan, pupil melebar
 Kesulitan bernafas
 Vasokontriksi superficial
 Lemah, kedutaan pada otot
 Parasimpatik :
 Nyeri abdomen
 Penurunan tekanan darah
 Penurunan denyut nadi
 Diare, mual, vertigo
 Letih, gangguan tidur
 Kesemutan pada
ekstermitas
 Sering berkemih
 Anyang-anyangan
 Dorongan segera berkemih
 Kognitif
 Menyadari gejala fisiologis
 Bloking fikiran, konfusi
 Penurunan lapang persepsi
 Kesulitan berkonsentrasi
 Penurunan kemampuan
untuk belajar
 Penurunan kemampuan
untuk memecahkan
masalah
 Ketakutan terhadap
konsekwensi yang tidak
spesifik
 Lupa, gangguan perhatian
 Khawatir, melamun
 Cenderung menyalahkan
orang lain
Factor yang berhubungan :

 Perubahan dalam (status


ekonomi, lingkungan, status
kesehatan, pola interaksi,
fungsi peran, status peran)
 Pemanjaan toksin
 Terkait keluarga
 Herediter
 Infeksi/kontaminan
interpersonal
 Krisis maturasi, krisis
situasional
 Stress, ancaman kematian
 Penyalahgunaan zat
 Ancaman pada( status
ekonomi, lingkungan, status
kesehatan, pola interaksi,
fungsi peran, status peran,
konsep diri)
 Konflik tidak disadari
mengenai nilai yang
esensial/penting
Kebutuhan yang tidak
dipenuhi
2 Defisit pengetahuan Tujuan dan Intervesi Keperawatan :
Kriteria Hasil :
Definisi : Tidak adanya atau NIC :
kurangnya informasi kognitif NOC :
1. Teaching : disease
sehubungan dengan topic
- Knowledge : Process
spesifik.
disease process 2. Berikan penilaian
Batasan karakteristik : - Kowledge : tentang tingkat
health Behavior pengetahuan pasien
- Memverbalisasikan
tentang proses penyakit
adanya masalah
Kriteria Hasil : yang spesifik
- Ketidakakuratan
3. Jelaskan patofisiologi
mengikuti instruksi - Pasien dan
dari penyakit dan
- Perilaku tidak sesuai. keluarga
bagaimana hal ini
Faktor yang berhubungan : menyatakan
berhubungan dengan
pemahaman
- Keterbatasan kognitif anatomi dan fisiologi,
tentang
- Interpretasi terhadap dengan cara yang tepat.
penyakit,
informasi yang salah 4. Gambarkan tanda dan
kondisi,
- Kurangnya keinginan gejala yang biasa
prognosis dan
untuk mencari informasi muncul pada penyakit,
program
- Tidak mengetahui dengan cara yang tepat
sumber-sumber informasi. pengobatan 5. Gambarkan proses
- sumber-sumber informasi. - Pasien dan penyakit, dengan cara
keluarga mampu yang tepat
melaksanakan 6. Identifikasi
prosedur yang kemungkinan
dijelaskan secara penyebab, dengna cara
benar yang tepat
- Pasien dan 7. Sediakan informasi
keluarga mampu pada pasien tentang
menjelaskan kondisi, dengan cara
kembali apa yang tepat
yang dijelaskan 8. Hindari harapan yang
perawat/tim kosong
kesehatan 9. Sediakan bagi keluarga
lainnya informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
10. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau proses
pengontrolan penyakit
11. Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
12. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
13. Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan
cara yang tepat
14. Rujuk pasien pada grup
atau agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
15. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat

Anda mungkin juga menyukai