Anda di halaman 1dari 41

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara penghasil nikel terbesar kedua dunia setelah

Rusia yang memberikan sumbangan sekitar 15% dari jumlah produksi nikel dunia

pada tahun 2010. Salah satu daerah penghasil nikel di Indonesia berada pada

daerah Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Endapan laterit Konawe Utara di

Sulawesi Tenggara merupakan sumber logam nikel di Indonesia yang telah di

tambang. Identifikasi sebaran nikel laterit sangat penting untuk diketahui agar

mempermudah proses eksplorasi lanjut dari suatu endapan (Fitrian, 2014).

PT. Paramitha Persada Tama, merupakan perusahaan tambang yang

bergerak di bidang pertambangan nikel, memiliki luas IUP 175 Ha, terdiri dari 4

blok yaitu A, B, C, dan D, yang berlokasi di Desa Boenaga Kabupaten Konawe

Utara. Perusahaan ini mulai beroperasi pada tahun 2010 dengan target produksi

bijih nikel sebesar 10.000 ton/minggu. PT. Paramitha Persada Tama, merupakan

salah satu perusahaan yang memiliki bijih nikel laterit (Ni), dengan menetapkan

batas pengambilan kadar bijih nikel atau Cut Off Grade yaitu 1,4% Ni,

sedangakan untuk bijih nikel dengan kebutuhan pemasaran adalah sebesar 1,7%

Ni (Wawancara dengan pihak PT. Paramitha Persada Tama, April, 2018).

PT. Paramitha Persada Tama, salah satu perusahanan yang tambang

nikelnya berlokasi di Kebupaten Konawe Utara. Pada daerah ini, lateritnya

termasuk tipe silikat yang merupakan perkembangan dari batuan peridotit yang

terserpentinisasi lemah. Nikel dengan tipe silica ini umumnya memiliki kadar

nikel yang cukup tinggi Ni 2,0%. Perusahaan ini memiliki kadar nikel yang low
2

grade, medium, dan high grade. Penelitian ini lebih menekankan pada analisis

kadar bijih nikel kadar rendah hasil dari metode blending (Musnajam, 2012).

Penambangan bijih nikel di daerah tersebut dilakukan dengan tambang

terbuka (Surface Mining) yaitu menambang dari punggung bukit kebawah (Open

Cut) dengan membuat “Bench” (jenjang) sehingga terbentuk bukaan-bukaan.

dengan langkah-langkah kegiatan penambangan antara lain: penggalian

kegiatan/pembongkaran, pemuatan, pengangkutan bijih, penimbunan bijih dan

pengawasan kualitas atau kualiti kontrol (Hardiansyah, 2008).

Untuk dapat meminimalkan perbedaan kadar dan realitas penambangan,

maka cara penambangan juga perlu diperhatikan. Metode penambangan dengan

penggalian langsung oleh alat gali seperti selective mining dengan alat gali dorong

dan muat akan berpengaruh terhadap kadar, karena metode penambangan tersebut

rawan terhadap pengotor (Hardiansyah, 2008).

Alasan untuk melakukan selective mining adalah bila seluruh material bijih

dengan kadar yang tidak merata di tambang maka kadar tersebut akan berada

dibawah COG (Cut Of Grade).

Dalam pengawasan kadar pada bijih nikel agar memenuhi persyaratan

standar ekspor bijih nikel yang dibutuhkan oleh konsumen dan disesuaikan

dengan kebutuhan pasar adalah (Ni 1,7%). Berdasarkan penentuan kadar bijih

nikel tersebut, PT. Paramitha Persada Tama, senantiasa akan melakukan

pengawasan mutu nikel menurut standar oprasional, maka yang perlu diketahui

terlebih dahulu adalah “Cut of Grade“ yang telah ditetapkan oleh perusahaan, Cut

Off Grade adalah batas penggalian atau pengambilan biji nikel yang ditetapkan
3

oleh perusahaan, sehingga dari data kadar rata-rata tiap tumpukan ore pada

penambangan dapat dianalisis kadarnya (Hardiansyah, 2008).

Untuk menjaga kesinambungan bijih nikel yang akan diolah pada pabrik

pengolahan, maka PT. Paramitha Persada Tama Sulawesi Tenggara melakukan

proses blending. Blending adalah proses pencampuran antara material dengan

kualitas dan kuantitas yang berbeda untuk diperoleh hasil campuran yang sesuai.

Dalam proses pencampuran (blending) harus memenuhi ore spesifik sesuai

kebutuhan pabrik pengolahan (Musnajam, 2012).

Namun pada pengamatan yang ada di lapangan perbedaan antara data

kadar dari front penambangan dan data tongkang, maka penelitian diarahkan

untuk mengetahaui masalah, dengan mengambil pengamatan dengan tema

“Analisis Kadar Bijih Nikel Hasil Blending Di Pt. Paramitha Persada Tama Desa

Boenaga Kecamatan Lasolo Kepulauan Kabupaten Konawe Utara Provinsi

Sulawesi Tenggara”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana kadar bijih nikel hasil dari metode blending

antara bijih nikel kadar rendah dengan kadar tinggi.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kadar bijih nikel

hasil dari metode blending antara bijih nikel kadar rendah dengan kadar tinggi.
4

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah dari hasil

penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya mengenai analisis

kadar bijih nikel hasil dari metode blending, serta menjadi acuan untuk data

analisis kadar bijih nikel hasil dari metode blending.


5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Nikel Laterit

Nikel laterit merupakan suatu endapan yang merupakan hasil pelapukan

lanjutan dari ultramafik pembawa Ni-Silika. Umumnya terdapat pada daerah

dengan iklim tropis sampai subtropis. Pengaruh iklim tropis di indonesia

mengakibatkan proses pelapukan secara intensif, sehingga beberapa daerah

diindonesia memiliki profil laterit (produk pelapukan) yang tebal dan menjadikan

indonesia sebagai salah satu negara penghasil nikel laterit yang utama. Batuan

induk nikel laterit adalah peridotit (Hardiansyah, 2008).

Istilah Laterit berasal dari bahasa latin yaitu later, yang artinya batuan

(membentuk bongkah-bongkah yang tersusun seperti bata yang berwarna merah

bata) (Guilbert, 1986).

1. Genesa Endapan Bijih Nikel Laterit

Genesa Pembentukan Endapan Nikel Laterit, Proses pembentukan nikel

laterit diawali dari proses oksidasi dan pelapukan batuan ultrabasa, dalam hal ini

adalah batuan harzburgit. Batuan ini banyak mengandung olivin, piroksen,

magnesium silikat dan besi, mineral-mineral tersebut tidak stabil dan mudah

mengalami proses pelapukan (Sundari, 2012).

Penguraian olivin, magnesium, besi, nikel, dan silikat kedalam larutan,

cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari partikel-partikel yang

submikroskopik. Didalam larutan, besi akan bersenyawa dengan oksida dan

mengendap sebagai feri hidroksida. Akhirnya endapan ini akan menghilangkan air
6

dengan membentuk mineral-mineral seperti Geotit (FeO(OH)), Hematit (Fe2O3),

dan Cobalt (Co) dalam jumlah kecil. Jadi besi oksida mengendap dekat dengan

permukaan tanah, sedangkan magnesium, nikel dan silika tertinggal dalam larutan

selama air masih asam. Tetapi jika dinetralisasi karena adanya reaksi dengan

batuan dan tanah, maka zat-zat tersebut akan cenderung mengendap sebagai

hydrosilikat.

Mineralisasi terjadi melalui rekahan pada strata ini, sebagai akibat

pencucian dan penggumpalan pada lapisan saprolit yang disebut pengkayaan

maka tertahan pada batuan induk (batuan dasar) (Hardiasyah, 2008).

Proses pelapukan dimulai pada batuan ultramafik (peridotit, dunit,

serpentinit), dimana batuan ini banyak mengandung mineral olivin, piroksen,

magnesium silikat dan besi silikat, yang pada umumnya mengandung 0,30 %

nikel. Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut

dan silika dari profil laterit pada lingkungan yang bersifat asam, hangat dan

lembab serta membentuk konsentrasi endapan laterisasi hasil pengkayaan proses

pada unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co. Batuan tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh

pelapukan lateritik (Sundari, 2012).

Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, berupa kekar, maka Ni

yang terbawa oleh air turun ke bawah, dan akan terkumpul di zona air sudah tidak

dapat turun lagi dan tidak dapat menembus bedrock (Harzburgit). Ikatan dari Ni

yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan membentuk mineral Garnierit

dengan rumus kimia (Ni, Mg) Si4O5 (OH)4. Apabila proses ini berlangsung terus
7

menerus, maka yang akan terjadi adalah proses pengkayaan supergen

(Supergenenrichment). Zona pengkayaan supergen ini terbentuk di zona saprolit.

Gambar 1. Profil endapan nikel laterit (Adelina, 2018).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit

a. Batuan Asal

Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan

nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini pada

batuan ultra basa tersebut: - terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara

batuan lainnya - mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak

stabil, seperti olivin dan piroksin - mempunyai komponen-komponen yang mudah

larut dan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.

b. Iklim

Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi

kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya

proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup


8

besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-

rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada

batuan.

c. Reagen - reagen kimia dan vegetasi

Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan

senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah

yang mengandung CO2 memegang peranan penting didalam proses pelapukan

kimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merubah

pH larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah.

d. Topografi

Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air

beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak

perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan

penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi

andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan

sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk

topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run

off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan

kurang intensif.

e. Struktur

Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah penelitian adalah

struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti

diketahui, batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil sekali
9

sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut

akan lebih memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih

intensif.

f. Waktu

Dalam proses pembentukan bijih nikel membutuhkan jangka waktu yang

relatif lama. Waktu merupakan faktor yang sangat penting dalam proses

pelapukan, transportasi, dan konsentrasi endapan pada suatu tempat. Untuk

terbentuknya endapan nikel laterit membutuhkan waktu yang lama, mungkin

ribuan atau jutaan tahun ( Hardiansyah, 2008 ).

Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Batuan ultrabasa rata-

rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut terdapat

dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin, sebagai hasil substitusi

terhadap atom Fe. Proses terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat

diterangkan karena radius ion dan muatan ion yang hampir bersamaan diantara

unsur-unsur tersebut.

Proses serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh

larutan hydrothermal, akan merubah batuan peridotit menjadi batuan serpentinit

atau batuan serpentinit peroditit. Sedangkan proses kimia dan fisika dari udara,

air serta pergantian panas dingin yang bekerja secara continue, menyebabkan

disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk. Pada pelapukan kimia

khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara dan pembusukan

tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak stabil (olivin dan

piroksin) pada batuan ultrabasa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut, Si


10

cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat halus. Fe

teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya membentuk

mineral-mineral seperti geothit, limonit, dan hematit dekat permukaan.

Adapun skema pembentukan profil nikel laterit dapat dilihat pada (gambar

1) yaitu sebagai berikut :

Gambar 2. Skema Pembentukan Profil Nikel Laterit (Adelina, 2018)

Logam nikel banyak dimanfaatkan untuk pembuatan baja tahan

kara(stainless steel). Nikel merupakan logam berwarna kelabu perak yang

memiliki sifat fisik antara lain :

1. Kekuatan dan kekerasan nike menyerupai kekuatan dakekerasan besi.

2. Mempunyai sifat daya tahan terhadap karat dan korosi

3. Pada udara terbuka memiliki sifayang lebih stabil daripada besi.

(Fitrian, 2014).
11

3. Profil Nikel Laterit

Profil pembentukan nikel laterit dapat di lihat pada (Gambar 3) pada zona

limonit, zona saprolit dan zona bedrok.

a. Zona limonit

Merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku ultrabasa.

Komposisinya meliputi oksida besi yang dominan, geothit dan magnetit.

Ketebalan lapisannya rata-rata 8-15 meter. Kemunculan bongkah-bongkah batuan

beku ultrabasa pada zona ini tidak dominan atau hampir tidak ada.

b. Zona saprolit

Zona saprolit merupakan lapisan dari batuan dasar yang sudah lapuk,

berupa bongkah-bongkah lunak berwarna coklat kekuningan sampai kehijauan

Zona ini adalah merupakan zona pengayaan unsur Ni. Komposisinya berupa

oksida besi, serpentin sekitar <0.4% kuarsa magnetit dan tekstur batuan asal yang

masih terlihat. Ketebalan lapisan ini berkisar 5-18 meter.

c. Zona Bedrock

Zona ini merupakan bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas

bongkah yang lebih besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara

umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis.

Gambar 3. Profil Nikel Laterit (Fitrian, 2014).


12

B. Penambangan Bijih Nikel

1. Persiapan Penambangan

Penambangan adalah kegiatan usaha yang di lakukan untuk memproduksi

mineral. Kegiatan persiapan penambangan tujuannya agar kegiatan penambangan

tidak terhambat oleh kegiatan non produksi. Persiapan penambangan ini meliputi:

a. Leand Clearing

Leand Clearing adalah proses kegiatan pembersihan pepohonan yang ada

diatas bijih atau lahan yang akan ditambang. Pembersihan lahan dengan

menggunakan alat Excavator dan Bulldozer. Agar kerja bulldozer lebih efektif,

maka diusahakan memperpendek jarank dorongnya. Kegiatan pembersihan lahan

dapat dilihat pada (Gambar 4).

Gambar 4. Pembersihan lahan (leand clearing)

b. Pengupasan Tanah Penutup (Stripping OB)

Pengupasan tanah penutup merupakan suatu pekerjaan pembongkaran

tanah penutup yang menutupi bijih nikel. Lapisan tanah penutup yang harus

dikupas adalah 0-6 meter yang terdiri atas Top Soil dan lapisan bijih kadar rendah

(Low Grade). Setelah proses pengupasan tanah penutup barulah dilanjutkan

dengan pembuatan jalan tambang. Pengupasan tanah penutup pada (Gambar 5).
13

Gambar 5. Pengupasan tanah penutup (Stripping OB)

c. Pembuaatan Jalan Tambang

Untuk mencapai target produksi direncanakan salah satu upaya pembuatan

jalan tambang sebaik mungkin. Pembuatan jalan tambang berfungsi sebagai

sarana tranportasi untuk menunjang kelancaran kegiatan penambangan terutama

kegiatan pengangkutan. Pembuatan jalan pada (Gambar 6).

Gambar 6. Pembuatan jalan tambang

2. Kegiatan Penambangan

Kegiatan penambangan material bijih nikel dapat dilakukan dengan

rangkaian-rangkaian kegiatan penambangan seperti:

a. Penggalian atau Pembongkaran


Penggalian adalah proses kegiatan pembongkaran/pencarian ore atau

bahan galian. Kegiatan pembongkaran ini dengan menggunakan alat


14

excavator.Bijih nikel yang akan ditambang ditetapkan berdasarkan cut off grade

karena penyebaran kadar bijih yang tidak merata diketahui, maka dilakukan

selective mining. Kegiatan penggalian dapat dilihat pada (Gambar 7).

Gambar 7. Penggalian Ore (Ore getting)

b. Pemuatan (Loading Poind)

Pemuatan (loading point) adalah proses kegiatan pemuatan material yang

telah ditumpuk di front penambangan. Proses pemuatan dengan menggunakan alat

gali muat excavator dan dump truck. Bijih yang dimuat adalah bijih yang telah

ditumpuk di front penambangan. Pemuatan (loading) bijih hasil penggalian yang

terliahat pada (Gambar 8).

Gambar 8. Pemuatan (Loading Poind)

c. Pengangkutan (Hauling atau Barging)

Pengangkutan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengangkut atau

membawa material bahan galian dari front penambangan dibawa di tongkang.


15

Kegiatan hauling/barging dapat dilihat pada (Gambar 9). Kegiatan

hauling/barging dilakukan dengan alat dump truck.

A B
Gambar 9. Kegiatan (A) hauling dan (B) barging

d. Dumping

Dumping adalah proses kegiatan penumpahan material di tempat

penyimpana ore atau di tongkang. Kegiatan dumping dapat dilihat pada (Gambar

10). Kegiatan dumping dilakukan dengan alat dump truck.

Gambar 10. Proses kegiatan Dumping ( Hardiansya, 2008)

C. Cut Off Grade

Cut off grade adalah kadar rata-rata minimum dari bijih yang dapat

ditambang secara ekonomis. Cut off grade merupakan suatu kriteria operasional

untuk menambang. Bijih yang ditambang adalah bijih yang mempunyai kadar
16

yang lebih tinggi dari cut off grade. Dengan demikian maka bagian dari endapan

yang mempunyai kadar lebih tinggi dari cut off grade diidentifikasi sebagai bijih.

Untuk suatu bijih tertentu umpamanya nikel dengan lokasi yang berbeda tetapi

genesa sama cut off grade berbeda. Kadar rata-rata minimum bijih dapat

dinyatakan dalam persen bergantung pada bijih yang ditambang (Diharlan, 2018).

Istilah cut off grade digunakan dalam industri pertambangan untuk

membedakan marerial sebagai ‘bijih’ (ekonomis) atau ‘sampah’ (tidak ekonomis).

Tantangannya adalah untuk menentukan cut off grade (COG) yang

memaksimalkan untuk menambang dan proses hanyah bijih (yaitu materi di atas

dihitung cut off grade) dan baik meninggalkan di tempat atau membuang sampah.

Kelas cut off grade dihitung dari mengatakan 1% Ni dalam tambang nikel terbuka

berarti bahwa setiap bahan yang mengandung nilai kadar lebih dari 1% Ni adalah

bijih bernilai ekonomis dan layak di tambangan. Setiap material di bawah

ekonomi cut-off grade dianggap tidak ekonomis (Daniel, 2013).

Sebuah cut-off grade tinggi dapat digunakan untuk meningkatkan

keuntungan jangka pendek, sehingga meningkatkan dekat manfaat jangka

panjang untuk para pemangku kepentingan. Namun, meningkatkan cut-off grade

juga kemungkinan akan menurunkan umur tambang. Sebuah umur tambang yang

lebih pendek dapat mengurangi ketergantungan waktu kesempatan, seperti yang

ditawarkan oleh siklus harga (Daniel, 2013).

Cut off grade secara tradisional didefinisikan sebagai kelas yang biasanya

digunakan untuk membedakan antara bijih dan limbah dalam tubuh bijih yang
17

diberikan. Hal ini juga membedakan antara berbagai jenis bijih sebelum

pengolahan berlangsung untuk pilihan pengolahan metalurgi yang berbeda.

Menggunakan cut-off grade, bijih dikirim ke pabrik pengolahan untuk

pengolahan sementara sampah baik kiri tidak ditambang atau dikirim ke tempat

pembuangan sampah. Urutan ekstraksi tergantung pada tingkat produksi,

distribusi kelas deposit dan nilai cut-off. Cut-off grade langsung mempengaruhi

keuntungan karena ada kebutuhan untuk optimasi tergantung pada urutan

ekstraksi dan kapasitas dari operasi pertambangan. Penentuan kapasitas secara

langsung terkait dengan nilai cut-off dan urutan ekstraksi. Pemilihan cut-off grade

yang digunakan dalam operasi tambang didasarkan pada cut-off optimasi kelas

dengan menggunakan kebijakan cut off grade (Githiria. J, 2018).

Cut off Grade (CoG) adalah kadar batas rata-rata terendah dari blok

cadangan bahan galian yang apabila ditambang masih bernilai ekonomis.

Penetapan nilai COG harus diupayakan serendah mungkin dengan mengupayakan

penggunaan teknologi penambangan yang lebih efektif dan efisien.

Bahan galian kadar rendah atau di bawah Cut Off Grade merupakan bahan

galian sumber daya yang sudah diketahui dimensi dan kualitasnya dengan

keyakinan geologi tertentu. Bahan galian yang mempunyai kadar di sekitar COG,

sehingga dapat merupakan cadangan atau sumber daya, tergantung pada kondisi

teknologi, nilai dan harga saat itu merupakan bahan galian kadar marginal (Tim

Penyusun, 2001).
18

D. Conto (Sample)

Proses pengambilan conto adalah kegiatan yang dilakukan pada sebagian

kecil dari suatu bahan material sedemikian rupa sehingga konsistensi (kesamaan)

pada bagian tersebut yang merupakan wakil dari keseluruhannya (representatif).

1. Metode Pengambilan Conto (Sampling)

Pada metode pengambilan conto/sampel penulis menggunakan metode

Grab Sampling. Metode pengambilan conto (sample) terbagi beberapa bagian

adalah:

a. Channel Sampling

Channel sampling adalah cara pengambilan conto dengan membuat alur

(chanel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih.

b. Conto ruah (Bulk Sampling)

Bulk Sampling adalah merupakan metode sampling dengan cara

mengambil material dalam jumlah yang besar dan umumnya dilakukan pada

semua fase kegiatan (eksplorasi sampai dengan pengolahan).

c. Conto tertahan (Chip Sampling)

Chip Sampling adalah sala satu metode sampling dengan cara

mengumpulkan pecahan batuan (rock chip) yang dipecahkan melalui suatu jalur

dengan lebar 15 cm yang memotong zona mineralisasi menggunakan palu atau

pahat.

e. Pile Sampling

Cara pengambilan conto pada pile atau ore bin, untuk ini semua harus tahu

saat mengadakan pengisian (pilling) karena hal ini mempengaruhi letak butiran.
19

f. Sumur uji (Test Pit)

Cara pengambilan conto dengan membuat sumuran, metode ini dapat

dikombinasikan dengan channel sampling.

g. Drill Hole Sampling

Cara pengambilan conto dari hasil pemboran inti dimana prosedur

sampling ini berdasarkan pada alat bor yang digunakan.

h. Paritan uji (trenching)

Cara pengambilan conto dengan membuat parit pada singkapan bijih

memotong atau tegak lurus singkapan.

i. Grab Sampling

Grab Sampling merupakan teknik pengambilan conto dengan cara

mengambil sebagian fragmen yang berukuran besar dari suatu material yang

mengandung mineralisasi secara acak. Tingkat ketelitian conto pada metode ini

relatif mempunyai bias yang cukup besar. Adapun kondisi pengambilan contoh

dengan teknik Grab Sampling ini dilakukan antara lain:

a. Pada tumpukan material hasil pembongkaran untuk mendapatkan

gambaran umum kadar. Yang akan dipengaruhi oleh lokasi atau letak dari

suatu titik bor, hal ini disebabkan karena penyebaran deposit yang tidak

merata.

b. Pada fragment material hasil dari selective mining dan stockpile untuk

memperoleh pengecekan kulaitas kadar (Irmawati, 2018).


20

2. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel jika ditinjau secara umum dimaksudkan untuk

mengambil sebagian dari massa tersebut yang cukup representatif untuk mewakili

keseluruhan yang besar. Sampling atau pengambilan conto adalah suatu proses

pengambilan sebagian kecil endapan yang mana bagian tersebut dapat mewakili

keseluruhan endapan. Cara pengambilan conto didasarkan pada JIS (Javanese

Industrial Standart), yaitu dengan cara two stage sampling dan devision method of

increment.

Cara two stage sampling adalah pengambilan conto melalui dua tahap

secara sistematis yaitu pada tahap pertama dilakukan pengambilan conto pada dua

titik yang berhadapan sedangkan pada tahap kedua dilakukan penggabungan

conto keseluruhan pada suatu tempat yang sama (Gambar 11).

Cara devision method of increament adalah pengambilan conto dibagi

dalam beberapa divisi yang dilakukan untuk pekerjaan preparasi conto. Jumlah

conto bijih nikel yang di ambil tergantung pada tipe endapan dan tingkat

pengembangannya, apakah suatu prospecting atau suatu eksplorasi detail,

sebagian atau seluruh development mine.

Salah satu Unit Kerja Pengawasan Kualitas yaitu Unit Satuan Kerja

Persiapan Sampel berperan penting dalam pengambilan sampel yaitu conto yang

telah diambil dimasukkan ke dalam kantong dan diberi kode serta diikat dengan

tali yang mempunyai warna tertentu. Kemudian conto tersebut dikirim ke

preparasi conto dimana telah tertulis seperti kode conto, front penambangan, titik

bor, jam kerja dan tanggal pengambilan conto.


21

Gambar 11. Cara Pengambilan Sampel di Tumpukan (Irmawati, 2018).

E. Preparasi Sample

Preparasi adalah pekerjaan yang dilakukan untuk mengolah conto dari

lapangan yang masih heterogen dan kasar menjadi material yang homogen dan

halus sesuai dengan persyaratan laboratorium. Conto dari lapangan yang berasal

dari suatu tumpukan besar di mana diambil beberapa increment, biasanya

disatukan dalam preparasi conto. Boulder-boulder conto perlu dimasukkan ke

dalam pengecilan ukuran sampai semua conto menjadi sama rata, setelah itu

dilakukan pengayakan dengan ukuran lolos yang sudah ditentukan.

Setelah conto diperoleh sebelum di bawah ke pabrik pengolahan untuk

dilakukan analisis kadar (assay). Karena yang dianalisa tersebut hanya sebagian

kecil dari conto, maka diperlukan preparasi (persiapan) conto. Untuk

mendapatkan nilai kadar rata-rata maka contoh dianalisis ke preparasi sampel

(Hardiansyah, 2008).
22

1. Tahapan Preparasi Sampel

Persiapan conto (preparasi) sangat penting karena jika terjadi kesalahan

maka data analisis laboratorium yang akan keluar juga tidak sesuai dengan yang

sebenarnya. Oleh sebab itu perlu memperhatikan prosedur kerja menurut SOP

(standar operasi prosedur) dengan baik, adapun tahapan preparasi untuk sampel

produksi adalah sebagai berikut :

1. Tahap pengambilan sampel,

2. Tahap penumpahan material,

3. Tahap pengecilan ukuran,

4. Tahap pencampuran (Mixing),

5. Matrix,

6. Tahap pengeringan,

7. Tahap pengemasan (Packing), dan

8. Analisis kadar.

F. Blending

Blending adalah proses pencampuran antara bijih nikel kadar rendah dan

bijih nikel kadar tinggi yang berbeda untuk di peroleh hasil campuran yang sesuai.

Dalam proses pencampuran (blending) harus memenuhi ore spesifik yang sesuai

dengan kebutuhan pabrik pengolahan (Musnajam, 2011).

Masalah penanganan bijih nikel kadar rendah, jika hasil analisa

laboratorium menyatakan bahwa sampel mining yang diperoleh pada lokasi

penambagan memiliki kadar di bawah COG, maka blok dari bijih tersebut akan

ditangani dengan proses pemuatan dan pengangkutan yang menggunakan alat


23

mekanis Excavator dan Dump Truck pada suatu tempat yang jaraknya tidak jauh

dari front penambangan, hal ini dilakukan agar tidak mengganggu beberapa

kegiatan pengambilan bijih dengan kadar di atas COG ( Musnajam, 2011 ).

Blending adalah pencampuran nikel yang nilai kadar rendah, dimana hasil

akhir dari proses pencampuran tersebut diharapkan akan didapatkan nilai kadar

yang sesuai dengan target (permintaan pasar). Tujuan dari proses blending ini

adalah untuk mengoptimalkan agar pemamfaatan nilai cadangan nikel yang

mempunyai nilai kadar rendah , sehingga akan mempunyai nilai ekonomis yang

tinggi (Anwar dan Arief, 2011 ).

Blending Ore atau pencampuran bijih nikel dengan penggabungan atau

penimbunan secara bersamaan dan terus-menerus dalam waktu tertentu dari dua

atau lebih material (nikel beda kualitas), yang dianggap mempunyai komposisi

yang konstan (parameter kualitas konstan) dan terkontrol proporsinya.

Pencampuran dilakukan pada nikel yang berbeda nilai kadar, sehingga kualitas

nikel hasil campuran merupakan perpaduan dari parameter kualitas nikel yang

dicampur. Pencampuran dilakukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan

yang diinginkan, dengan komposisi yang tidak homogen (Saputra, dkk, 2017).

Blending atau pencampuran bertujuan untuk memperoleh produk akhir

dari dua atau lebih tipe nikel yang mempunyai kadar berbeda, dimana kedua jenis

nikel yang berbeda akan terdistribusi secara merata dan tanpa ada lagi jumlah

yang cukup besar untuk mengenali salah satu dari tipe nikel tersebut ketika proses

pengambilan contoh dilakukan (Sahrul, 2014).


24

1. Proses Blending

Proses blending dilakukan pencampuran dua atau lebih produk secara

bersamaan, dengan kualitas spesifik yang berbeda. Proporsi dari masing-masing

produk di control agar menghasilkan produk tunggal yang terpisah dengan

kualitas spesifik yang diinginkan. Hasil pengolahan terhadap endapan nikel dapat

diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu endapan nikel high grade (% kadar

Ni = 2,0%), medium (1,7% kadar nikel untuk kebutuhan pabrik, dan 1,4 – 2,1 %

untuk kebutuhan ekspor ) dan low grade. (% kadar < 1,5 untuk kebutuhan ekspor).

Untuk mendapatkan kualitas kadar bijih nikel yang sesuai dengan permintaan

pasar dilakukan blending nikel yang mempunyai kadar yang berbeda dengan

perbandingan rasio tertentu.

Kadar bijih nikel yang ditambang sangat bervariasi. Bijih nikel yang

berasal dari front tambang diangkut dan ditimbun langsung di tongkang dengan

diberi kode sesuai front penambangannya. Endapan nikel dapat diklasifikasi

menjadi dua kelompok, yaitu endapan high grade dan low grade. Setelah itu

dilakukan pencampuran bijih untuk mendapatkan komposisi unsur yang

dibutuhkan dalam pabrik pengolahan.

Pencampuran bijih dilakukan dengan cara mengambil dari setiap

tumpukan bijih sesuai rasio pencampuran yang ditetapkan. PT. Paramitha persada

Tama dengan rasio pencampuran 3:1. Penetapan rasio pencampuran dilakukan

oleh satuan kerja Material Handling Departement mengacu pada permintaan dari

Smelting Departement. Pencampuran bijih dilakukan langsung di tongkang


25

dengan menggunakan 2 unit Excavator.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Tumpukan-tumpukan bijih nikel yang berada di tongkang dianalisa

kadarnya lalu di pisahkan sesuai dengan tingkat kadarnya.

2. Tumpukan bijih nikel yang berada di front tersebut akan dilakukan analisa

dengan menggunakan Nitton kemudian diangkut ke tongkang, kemudian

diberi kode tumpukan.

3. Beberapa tumpukan tersebut di blending di tongkang menggunakan 2 unit

Excavator sesuai rasio yang ditetapkan, misalnya 3:1.

4. Hasil relisasi dari rencana blending bijih nikel dapat dilihat pada rumus

blending.

1. Adapun untuk menghitung kadar rata-rata secara sederhana dapat

diketahui dengan menggunakan rumus pada persamaan 1 (Nurhakim, 2006).

k1 +k2 +k3 +…kn


k̅ = (1)
n

Dimana: ̅k = Kadar rata-rata

kn = Nilai kadar ke

n = Jumlah kadar

2. Untuk mencari kadar rata-rata untuk unsur Ni pada simulasi blending.

Menghitung simulasi blending dapat menggunakan rumus persamaan 2

(Musnajam, 12).

((Ratio B1 × Kadar Unsur B1) + (Ratio B2 ×Kadar Unsur 2) +…)


K= (2)
Jumlah Ratio
26

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Secara administratif PT. Paramitha Persada Tama berlokasi di Desa

Boenaga, Kecamatan Lasolo Kepulauan, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi

Sulawesi Tenggara. Secara geografis lokasi penelitian PT. Paramitha Persada

Tama terletak pada 122°22’25” BT dan 03°25’50” LS.

Lokasi penelitian ini dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi

darat dengan waktu tempuh dari ibu kota provinsi sampai Kecamatan Lasolo yaitu

+ 3,5 jam dengan jarak 100 Km. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan

transportasi laut dari Desa Molawe Kecamatan Lasolo ke Desa Boenaga ditempuh

dengan lama perjalanan selama 3 jam dengan mengunakan kapal (Jolor).

Gambar 12. Peta Lokasi IUP OP PT. Paramitha Persada Tama


27

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian menggambarkan jenis penelitian yang akan dilakukan.

Adapun jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian kualitatif dan

kuantitatif.

1. Kualitatif, data yang diperoleh langsung dari lapangan, misalnya

pengambilan sampel dan pengambilan gambar.

2. Kuantitatif, data yang diperoleh dari data yang sudah ada, misalnya

Website dan jurnal.

C. Bahan atau Materi Penelitian

Bahan atau materi penelitian merupakan data-data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini, yakni sebagai berikut:

1. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari

lapangan, dalam pengambilan sampel yang diambil akan disimpan dalam karung

dan diberi tanda untuk dianalisis di preparasi sampel serta pengambilan gambar

saat pengambilan data atau sampel.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber yang sudah

ada. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian yaitu peta lokasi penelitian

bersumber dari perusahaan, serta jurnal ilmiah baik jurnal nasional maupun jurnal

internasional.
28

D. Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan penelitian adalah peralatan yang digunakan untuk

membantu saat proses pengambilan data di lapangan, adapun alat yang digunakan

pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini.

No Alat dan bahan Fungsi


Untuk pengambilan sampel di
5. Sekop dan Pacul Pengeruk
lapangan, untuk melakukan mixing
Untuk menyimpan sampel dari
6. Karung Sampel
lapangan
Untuk mengikat karung yang berisi
7. Tali Rapiah
sampel
Untuk menghancurkan material yang
8. Palu
masih berukuran besar
Untuk Mengambil sampel saat proses
9. Sekop Mini
matriks
Wadah untuk
10. Talang
menggoreng/mengeringkan sampel
Untuk penggaruk saat penggorengan
11. Sendok Sampel
sampel
Pemanas saat
12. Tungku
penggorengan/pengeringan sampel
Untuk menyaring sampel agar lebih
13. Saringan 150 Mess
halus
Untuk mixing smpel yang telah
14. Plastik Mixing
disaring
Untuk menyimpan sampel yang akan
15. Plastik Clip
dilakukan pembacaan dgn nitton
16. Spidol Untuk memberikan kode dari sampel
29

No Alat dan bahan Fungsi


17. TERMO NITON XL2 DE Sebagai alat pembacaan kadar
Untuk menghaluskan material yang
18. Smelt
masi kasar.

E. Tahapan Kegiatan Penelitian

1. Tahapan Persiapan

Dalam tahap persiapan ada beberapa bagian yang harus dilaksanakan,

diantaranya:

a) Perizinan, pembuatan surat izin penelitian.

Pada tahap ini penulis melakukan pembuatan surat izin untuk sebagai

syarat masuk lokasi penelitian.

b) Studi Literatur (Desk Study).

Sebelum memulai kegiatan penelitian mengenai analisis bijih nikel hasil

blending dari bijih nikel kadar rendah dengan bijih nikel kadar tinggi di PT.

Paramitha Persada Tama Site Boenaga Kecamatan Lasolo Kepulauan Kabupaten

Konase Utara Sulawesi Tenggara, maka terlebih dahulu melakukan pengumpulan

dan pengkajian berbagai bacaan yang berkaitan dengan topik penelitian yang akan

dijadikan sebagai dasar teori menganailisis data.

c) Orientasi Lapangan

Pada tahap ini penulis melakukan peninjauan langsung ke lapangan yaitu

operasi kegiatan blending. Tujuan dari orientasi lapangan ini adalah sebagai

perkenalan terhadap lingkungan kerja PT. Paramitha Persada Tama untuk

memahami situasi dan kondisi daerah penelitian.


30

2. Tahap Pengumpulan Data

Pada tahapan pengumpulan data didasarkan pada pedoman yang sudah

dipersiapkan dalam rancangan penelitian. Data yang dikumpulkan berupa:

Tahap pengumpulan data terdiri dari berbagai kegiatan yaitu:

1. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel ditinjau secara umum dimaksudkan untuk mengambil

sebagian untuk mewakili keseluruhan yang besar. Pengambilan conto realisasi di

PT. Paramitha Persada Tama berpedoman pada Japanesse Industrial Standar

(JIS).

Conto atau sample yang telah diambil dimasukan ke dalam karung sampel

dengan ukuran yang 15 kg dan diberi kode serta diikat dengan tali. Kemudian

karung-karung tersebut dikirim ke preparasi sampel yang tertulis seperti front

penambangan.

a) Pengambilan sampel front penambangan

Pengambilan sampel di front penambangan dengan menggunakan sekop,

kemudian sampel tersebut disimpan dalam karung sampel ukuran 15 kg yang

telah disiapkan. Sampel diambil diatas tumpukan bijih yang dimana dalam

pengambilan sampelnya yaitu sebanyak 28 increment (dengan berat sampel dalam

karung yaitu 4 sampai 5 kg), sampel yaitu sebanyak 224 bucket Excavator dalam

kegiatan penggalian bijih. Setiap 8 bucket, pengambilan sampel diperoleh dalam 1

incriment (karung) dengan satu kali skop. Kegiatan ini dimaksudkan untuk

mewakili jumlah keseluruhan dari material yang ada pada tumpukan ore PT.

Paramitha Persada Tama.


31

Adapun tahapan pengambilan sampel pruduksi pada PT Paramithan

Persada Tama, sebagai berikut:

a. Contoh diambil oleh beberapa tenaga lapangan yang mana seseorangn

mengambil conto dan yang lainnya menyiapkan karung conto.

Gambar 13. Pengambilan Sampel

b. Conto diambil dengan menggunakan sekop standar dengan kapasitas 10

kg.

c. Conto/sampel yang diambil dimasukan kedalam karung dan diikat dengan

tali rafia.

Gambar 14. Sampel Dalam Karung dan di Ikat dengan Tali Rafia

d. Kemudian karung-karung sampel tersebut dikirim ke preparasi sampel

disertai dengan label conto yang tertulis seperti nomor tumpukan.


32

Gambar 15. Sampel yang akan dibawah ke Preparasi Sampel

e. Conto yang dinalisis hanya sebagian kecil, maka dilakukan preparsi conto

agar bagian conto yang dianalisa representatif terhadap kondisi yang

sebenarnya.

Gambar 16. Sampel Hasil Preparasi

f. Conto yang telah siap dikirim ke preparasi sampel untuk dianalisa

kadarnya menggunakan Nitton.

Gambar 17. Analisis Menggunakan TERMO NITON XL2 DE


33

b) Pengambilan sampel tongkang

Pengambilan sampel tongkang setiap 2 truk masuk pada tongkang diambil

1 incriment sampel dengan cara mengambil ½ incriment sampel pada sisi kiri dan

½ incriment pada sisi kanan tumpukan. Pengambilan sampel tongkang untuk

dianalisis kadar Ni.

Adapun tahapan pengambilan sampel tongkang sebagai berikut:

a. Pengambilannya setiap 2 truk diambil 1 incriment sampel dengan cara

mengambil ½ incriment sampel pada sisi kiri dan ½ incriment pada sisi kanan

tumpukan.

Gambar 18. Pengambilan Sampel Tongkang

b. Karung sampel diikat menggunakan tali pengikat yang sudah diberikan

nomor label.

Gambar 19. Sampel Diikat Dengan Menggunakan Label

c. Sampel yang telah diambil sebenyak 14 sampel akan diangkut dibawah ke

tempat preparasi sampel untuk diproses.


34

Gambar 20. Sampel dari Tongkang 14 karung

2. Tahapan Preparasi Sampel

Persiapan conto (preparasi) sangan penting karena jika terjadi kesalahan

maka data analisis yang akan keluar juga tidak sesuai dengan sebenarnya. Oleh

karena itu perlu memperhatikan kerja menurut SOP (standar operasi produksi)

dengan baik. Tahapan preparasi sampel untuk sampel produksi dan sampel

tongkang.

Adapun langkah-langkah kerja yang dilakukan pada proses preparasi

sampel produksi dan sampel tongkang.

a. Sampel yang diangkut dari front penambangan atau dari tongkang dibawa

ke preparasi sampel untuk dilakukan kegiatan preparasi sampel.

A B
Gambar 21. Sampel dari Front Penambangan (A), Sampel dari Tongkang (B)
35

b. Sampel yang telah ada diperkecil ukurannya dengan menggunakan palu.

Untuk sampel produksi dalam 28 incriment dibagi dalam 4 bagian, untuk sampel

tongkang dalam 14 incriment terbagi 3 bagian.

A B
Gambar 22. Kegiatan Kerja Sampel dari Front Penambangan (A), Kegiatan Kerja
Sampel dari Tongkang (B)
c. Sampel yang sudah dikecilkan ukurannya akan dilakukan tahap mixing

yang dimaksud untuk menyatukan material secara homogen sebelum akan

dilakukan kegiatan tahap matrix.

Gambar 23. Tahap Kegiatan Mixing

d. Kegiatan matrix ini dilakukan dari haris campuran tadi. Kegiatan matrix

dilakukan dengan pembagian yang rata dengan 3 tahapan yaitu tahapan pertama

dan kedua dengan matrix 5 x 6, dan tahapan ketiga 4 x 5. Kegiatan matrix

menggunakan papan kotak dan dalam pengambilannya menggunakan sekop mini

yaitu tahap pertama menggunakan sekop ukuran 20D, tahap kedua sekop ukuran

10D.
36

Gambar 24. Tahap Kegiatan Matrix

e. Sampel hasil dari matrix akan dilakukan tapah pengeringan. Tahapan ini

bertujuan untuk menghilangkan kandungan airnya. Proses pemanggangan dengan

cara digoreng diatas tungku dengan waktu paling lama 10 menit sampai material

dalam keadaan kering berwarna merah kehitaman.

Gambar 25. Tahap Pengeringan

f. Sampel yang sudah dikeringan akan dihaluskan. Tahap penghalusan

dengan menggunakan blender bertujuan untuk memperkecil ukuran butir dari

hasil pemanggangan. Penghalusan bertujuan agar dapat di ayak.

Gambar 26. Tahap Penghalusan


37

g. Sampel yang sudah halus akan di ayak dengan menggunakan ayakan

ukuran 200 mesh.

Gambar 27. Tahap Pengayakkan

h. Selanjutnya tahap pengemasan (packing) dilakukan hasil ayakan disimpan

dalam kantong sampel yang sebelumnya sampel tersebut disimpan ke dalam

kantung sampel yang ukurannya 40 x 60 lalu diguncang dahulu agar materialnya

menyebar merata dan barulah dimasukkan kedalam kantong sampel ukuran 10 x

15 cm. Sampel tersebut untuk dilakukan pengecekkan nilai kadar dengan

menggunakan Themo Nitto.

Gambar 28. Tahap Penemasan (packing)

i. Selanjutnya sampel akan dianalisis kadarnya dengan menggunakan

Thermo Nitton guna untuk diketahui nilai kadar Ni-nya. Penggunaan alat ini

dengan menempelkan alat tersebut pada sampel sebanyak 6 titik. Tiga titik
38

pertama pada sisi depan kantong sampel dan tiga titik kedua pada sisi belakang

kantong sampel tersebut.

Gambar 29. Analisis Menggunakan TERMO NITON XL2 DE

3. Tahap Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan

penelitian dengan metode blending dalam menunjang pencapaian tujuan

penelitian. Pengolahan data selanjutnya adalah dengan mengkompositkan data

kadar dari front penambangan dan data kadar dari tongkang. Untuk mengitung

kadar rata-rata Ni dengan menggunakan metode yang telah ada.

4. Analisis Data

Dari hasil pengolahan data, akan dilakukanlah analisis data front

penambangan dan kadar dari tongkang menggunakan thermo nitton, kemudian

menghitung hasil rata-rata kadar simulasi blending dari data front penambangan

dan menghitung kadar rata-rata hasil realisasi blending dari data tongkang dengan

menggunakan rumus pada persamaan 1, untuk menghitung analisis kadar Ni

dengan menghitung simulasi blending agar dapat mencapai sesuai permintaan


39

pasar dengan Ni yaitu 1,7 %. Menganalisis kadar Ni dengan menggunakan

metode blending dengan rumus persamaan 2.


40

F. Diagram Alir Penelitian

Berikut adalah diagram alir yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan

penelitian di PT. Paramitha Persada Tama. Diagram alir penelitian dapat dilihat

(Gambar 30):

Mulai

Persiapan
Perizinan
Studi Literatur
Orientasi Lapangan

Pengumpulan Data

Data Sekunder Data Primer


1. Peta IUP Penelitian 1. Data Front Penambangan
2. Jurnal Ilmiah 2. Data Tongkang

Pengambilan Sampel

Preparasi Sampel

Analisis Kadar Ni
Menggunakan Thermo
Nitton

A
41

Menghitung simulasi blending:

((Ratio B1 × Kadar Unsur B1) + (Ratio B2 ×Kadar Unsur 2) +…)


K=
Jumlah Ratio

Menghitung kadar rata-rata Ni dan Fe


front penambangan dan tongkang:
k1 +k2 +k3 +…kn
k̅=
n

Selesai

Gambar 30. Diagram alir penelitian

Anda mungkin juga menyukai