Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Air merupakan materi esensial bagi kehidupan makhluk hidup. Makhluk
hidup memerlukan air untuk mempertahankan kelagsungan hidupnya. Namun air
yang digunakan tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan (Waluyo, 2009).
Menurut Pelczar (2009) air mungkin saja terlihat jernih, tidak berbau dan
tidak berasa, tetapi belum tentu aman untuk diminum. Maka dari itu
pemeriksaan air secara mikrobiologi sangat penting dilakukan. Pemeriksaan
secara mikrobiologi baik secara kuantitatif maupun kualitatif dapat dipakai
sebagai pengukuran derajat pencemaran air secara mikrobiologi, umumnya
ditujukan pada kehadiran bakteri Coliform dan Fecal Coliform. Bakteri Coliform
adalah bakteri indicator adanya pencemaran bakteri pathogen. Penentuan
Coliform fecal menjadi indikator dikarenakan jumlah koloninya pasti berkarelasi
positif dengan keberadaan pathogen. Semakin sedikit kandungan Coliform
artinya kualitas air semakin baik.
Syarat air minum harus aman dikonsumsi, artinya bebas dari mikroba patogen
dan zat yang berbahaya, terutama oleh kontaminasi mikroba yang berbahaya.
Mikrorganisme tertentu dapat dijadikan indikator untuk menandakan kualitas air
yang kehadirannya merupakan bukti bahwa air tersebut tercemar, seperti bakteri
koliform dan bakteri tinja (Bambang, 2014). Selain Coliform, Escherichia coli
juga merupakan contoh bakteri patogen yang kemungkinan terdapat dalam air
yang telah terkontaminasi kotoran manusia atau hewan. Bakteri ini dapat
mengakibatkan gejala diare, deman, kram perut, dan muntah-muntah (Waluyo,
2012).
I.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memamhami tahapan metode
pengukuran derajat pencemaran air
2. Mahasiswa mampu mengetahui jumlah bakteri coliform dalam sampel air
yang diuji
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pentingnya melakukan
pengukuran atau uji derajat pencemaraan kualitas air
II. MATERI DAN METODE
Praktikum pemeriksaan kualitas air minum kali ini dilakukan dengan dua
metode pengujian yaitu uji dugaan (presumptive test) dan uji penetapan
(confirmed test) dengan menggunakan sampel air irigasi sawah. Metode pertama
dilakukan pengenceran sampel air dengan faktor pengenceran 10-1 dengan cara
diambil 10 ml air irigasi sawah, dimasukkan kedalam botol berisi air 90 ml dan
digojog hingga homogen. Disiapkan 9 tabung reaksi yang telah diisi dengan
lactose brooth dan tabung Durham, dibagi menjadi 3 variasi ukuran yaitu 10 ml,
1 ml dan 0,1 ml. Dimasukkan air sampel kedalam 9 tabung kemudian diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37oC. Dilakukan uji penetapan (confirmed test) dengan
cara diambil sampel sebanyak satu ose dari setiap tabung yang telah diinkubasi.
Kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah diisi dengan tabung
Durham dengan posisi terbalik dan diisi media BGBB dengan variasi volume
yang sama. Kemudian tabung diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 oC.
Dilakukan identifikasi bakteri E. coli dengan cara sampel diinokulasikan ke
dalam cawa Petri yang berisi media EMBA dengan jarum ose, kemudian
diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37oC. Kemudian dihitung jumlah bakteri
E.coli yang tumbuh pada media EMBA dan dicocokkan dengan tabel MPN.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


III.1 Hasil
(Terlampir)
III.2 Pembahasan
Pemeriksaan kualitas air minum pada praktikum ini dilakukan pada beberapa
jenis sampel air, diantaranya : air sumur bor, air mata air, air minum dalam
kemasan, air sungai, air irigasi sawah dan air isi ulang. Menurut standar dalam
Permenkes RI No.416/MENKES/PER/IX/1990, batas maksimum jumlah
coliform agar air diklasifikasikan bersih adalah 50 MPN coliform/100 ml untuk
air bukan perpipaan dan 10 MPN coliform/100 ml untuk air perpipaan
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1990). Dan pada PERMENKES
RI/492/MENKES/Per/IV, batas maksimum jumlah coliform dan E. coli pada air
yang aman untuk dikonsumsi adalah 0 MPN/100 ml (Kemenkes RI, 2010).
Hasil yang diperoleh kelompok 1 dan 2 dengan sampel air sumur bor yaitu
mengandung 14 MPN Coliform/100 ml dan 14 MPN E. coli/100 ml sedangkan
air mata air yaitu 23 MPN Coliform/100 ml dan 0 MPN E. coli/100 ml. Dari
hasil yang diperoleh dapat mengindikasikan bahwa sampel air sumur bor dan air
mata air tersebut tergolong bersih karena mengandung bakteri coliform dan E.
coli yang tidak melebihi standar batas maksimum jumlah coliform dan E. coli
yang ditetapkan untuk air bukan perpipaan.
Kelompok 3 memperoleh hasil kandungan bakteri pada air minum dalam
kemasan yaitu 0 MPN Coliform/100 ml dan 0 MPN E. coli/100 ml. Hasil
tersebut menandakan bahwa air minum dalam kemasan aman untuk dikonsumsi
karena memenuhi standar yang ditetapkan. Hal ini terjadi karena pada air minum
dalam kemasan harus melalui proses tahapan baik secara klinis maupun secara
hukum ,dan disahkan menurut peraturan pemerintah memalui Departemen
Badan Balai Pengawasan Obat Dan Makanan ( Badan POM RI) baik dari segi
kimia , fisika, microbiologi, dll (Akpoborie dkk., 2012).
Hasil yang diperoleh dari kelompok 4 dan 5 yaitu sampel air sungai diperoleh
>1100 MPN Coliform/100 ml dan 11 MPN E. coli/100 ml sedangkan sampel air
irigasi sawah diperoleh >1100 MPN Coliform/100 ml dan 28 MPN E. coli/100
ml. hasil tersebut menandakan bahwa air sungai dan air irigasi sawah tidak dapat
diklasifikasikan sebagai air bersih karena melebihi batas maksimum kandungan
bakteri yang ditetapkan untuk air bukan perpipaan.
Hasil pada sampel air isi ulang (kelompok 6) diperoleh 1100 MPN
Coliform/100 ml dan 1100 MPN E. coli/100 ml dalam sampel. Hal ini
menunjukkan bahwa air isi ulang tersebut tergolong tidak layak untuk
dikonsumsi. Proses pengolahan bahan baku menjadi produk air minum dapat
mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan. Proses yang dimaksud meliputi
penyimpanan bahan baku, penyaringan, desinfeksi, dan sanitasi tempat
pengolahan air minum atau sistem distribusi pada pipa penyalur air minum, serta
kondisi peralatan yang digunakan pada proses tersebut.( Edzwald JK., 2011).
IV. KESIMPULAN
1. Tahapan pengukuran derajat pencemaran air dilakukan dengan 3 tahapan
yaitu uji dugaan, uji penetapan, dan uji pelengkap.
2. Dari hasil pengujian sampel air yang dilakukan diperoleh hasil yaitu pada
sampel air sumur bor 14 MPN Coliform/100 ml dan 14 MPN E. coli/100 ml;
pada sampel air mata air 23 MPN Coliform/100 ml dan 0 MPN E. coli/100
ml; pada sampel air minum dalam kemasan 0 MPN Coliform/100 ml dan 0
MPN E. coli/100 ml; pada sampel air sungai >1100 MPN Coliform/100 ml
dan 11 MPN E. coli/100 ml; pada sampel air irigasi sawah >1100 MPN
Coliform/100 ml dan 280 MPN E. coli/100 ml; dan pada sampel air isi ulang
1100 MPN Coliform/100 ml dan 1100 MPN E. coli/100 ml.
3. Uji derajat pencemaran air penting dilakukan karena Air merupakan zat yang
paling penting dalam kehidupan setelah udara. Tiga per empat bagian tubuh
manusia terdiri dari air. Manusia tidak dapat bertahan hidup lebih dari 4-5
hari tanpa minum air. Air juga merupakan zat yang paling parah akibat
pencemaran. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan
dan disebarkan melalui air.

DAFTAR PUSTAKA
Akpoborie, I.A dkk. 2012. Quality of Packeged Drinking Water Produced in Wari
Metropolis and Potential Implications for Publik Healt. Journal of
Environmental Chemistry and Ecotoxicology. Vol. 4(11): 195-202.
Bambang, A. G. 2014. Analisis Cemaran Bakteri Coliform dan Identifikasi
Escherichia coli pada Air Isi Ulang dari Depot di Kota Manado. Jurnal
llmiah Farmasi.Vol.3(3): 325-334.
Edzwald JK, 2011. Water Quality and Treadment : a Handbook on Drinking
Water. New York : Mc Graw Hill, 21.13.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990, Syarat-syarat Dan
Pengawasan Kualitas Air. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia:
Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010, Persyaratan Kualitas
Air Minum. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Pelczar, M. J. 2009. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Perss: Jakarta.
Waluyo, L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. UMM Press: Malang.
Waluyo, L. 2012. Mikrobiologi Umum. UMM Press: Malang.
LAMPIRAN
PEMERIKSAAN KUALITAS AIR MINUM

1 2 3
6
5 7
4

Gambar 1. Alat dan Bahan


Keterangan :
1. Bunsen
2. Sampel air irigasi sawah
3. Alkohol
4.
5.
6. Botol kaca berisi air
7. Korek
8. Botol kaca kosong

1 2 3

Gambar 2. Tabung reaksi berbeda variasi


Keterangan :
1. Tabung reaksi variasi 0,1 berisi lactose brooth dan tabung Durham
2. Tabung reaksi variasi 1 berisi lactose brooth dan tabung Durham
3. Tabung reaksi variasi 10 berisi lactose brooth dan tabung Durham
Gambar 3. Sebelum inkubasi

Gambar 3. Setelah inkubasi


Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Gambar 5. Cawan Petri sebelum inkubasi

Keterangan :
1. Cawan Petri berisi media EMBA dan sampel air yang telah di streak pada
media
1

Gambar 6. Cawan Petri setelah inkubasi

Keterangan :
1. Hasil inokulasi bakteri E. coli yang terdapat pada medium EMBA setelah
diinkubasi berwarna hijau metalik

Anda mungkin juga menyukai