Anda di halaman 1dari 32

TEORI AKUNTANSI : PSAK 48 (PENURUNAN NILAI ASET)

TUGAS KELOMPOK

Oleh : 1. Folkenberg Aruan


2. Eva Siahaan
3. Diori Sihombing
4. Rukmana Hutabarat
5. Frischa Sitohang

FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA
2019
A. LATAR BELAKANG
Penurunan nilai aset (impairment) merupakan salah satu treatment
akuntansi yang dilakukan untuk mencari nilai yang akurat atas suatu aset.
Nilai tercatat aset perlu dilakukan tes penurunan nilai dengan periode
tertentu agar aset dicatat tidak melebihi jumlah terpulihkannya. Jumlah
terpulihkan suatu aset dapat dilihat dari dua indikator yaitu berdasarkan
penggunaannya dan berdasarkan penjualan aset tersebut, mana yang lebih
tinggi. Untuk itu, PSAK 48 ditetapkan sebagai pernyataan standar yang
mengatur prosedur untuk melakukan impairment pada aset-aset tertentu
yang dimiliki perusahaan.
Berdasarkan PSAK 48 tersebut, prosedur impairment yang di
diatur oleh PSAK 48 hanya diberlakukan pada seluruh aset, kecuali:
1. Persediaan (PSAK 14: Persediaan)
2. Aset yang timbul dari kontrak kontruksi (PSAK 34: Kontrak
Konstruksi)
3. Aset pajak tangguhan (PSAK 46: Pajak Penghasilan)
4. Aset yang timbul dari imbalan kerja (PSAK 24: Imbalan Kerja)
5. Aset keuangan yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55:
Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pelaporan
6. Properti Investasi yang diukur pada nilai wajar (PSAK 13: Properti
Investasi)
7. Biaya akusisi tangguhan dan aset tak berwujud yang timbul dari hak
kontraktual asuradur berdasarkan kontrak asuransi yang termasuk
dalam ruang lingkup PSAK 62: Kontrak Asuransi
8. Aset tidak lancar (atau kelompok lepasan) yang diklasifikasikan
sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58: Aset Tidak
Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan
B. IDENTIFIKASI ASET YANG MUNGKIN MENGALAMI
PENURUNAN
Untuk bagian identifikasi aset ini, kata ‘aset’ dimaksudkan sebagai
aset individual atau unit penghasil kas. Unit penghasil kas merupakan
kelompok aset terkecil teridentifikasi yang menghasilkan arus kas masuk
yang sebagian besar independen dari arus kas masuk dari aset atau
kelompok aset lain.
Suatu aset mengalami penurunan nilai jika jumlah tercatatnya
melebih jumlah terpulihkannya. Jumlah terpulihkan diestimasi jika
ditemukan adanya indikasi rugi penurunan nilai. Terdapat perbedaan
perlakuan kapan dilakukannya pengujian penurunan nilai aset pada jenis-
jenis aset tertentu.
1. Aset Individual dan unit penghasil kas
Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menilai apakah terdapat
indikasi penurunan nilai aset. Jika ada, maka entitas mengestimasi
jumlah terpulihkannya
2. Aset tak berwujud dengan masa manfaat tak terbatas atau aset
takberwujud yang belum dapat digunakan.
Aset tersebut diuji penurunan nilainya secara tahunan, dapat dilakukan
kapan saja, asalkan dalam waktu yang sama setiap tahunnya.
3. Goodwill
Aset Goodwill harus dialokasikan terlebih dahulu terlebih dahulu pada
setiap unit penghasil kas yang terkait. Lalu unit penghasil kas
termasuk goodwill yang sudah dialokasikan dinilai setiap tahunnya.

Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa aset mungkin


mengalami penurunan nilai, entitas minimal mempertimbangkan, hal-hal
sebagai berikut:

1. Informasi dari sumber-sumber eksternal


a. Terdapat indikasi yang dapat diobservasi bahwa nilai aset telah
turun secara signifikan selama periode tersebut lebih dari yang
diperkirakan sebagai akibat dari berjalannya waktu atau
pemakaian normal.
b. Perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi, atau
lingkup hukum tempat entitas beroperasi atau di pasar tempat aset
dikaryakan, yang berdampak merugikan terhadap entitas, telah
terjadi selama periode tersebut, atau akan terjadi dalam waktu
dekat.
c. Suku bunga pasar atau tingkat imbal hasil pasar lain atas investasi
telah meningkat selama periode tersebut, dan kenaikan tersebut
mungkin akan mempengaruhi tingkat diskonto yang digunakan
dalam menghitung nilai pakai aset dan menurunkan jumlah
terpulihkan aset secara material.
d. Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapasitas pasarnya.
2. Informasi dari sumber-sumber internal
a. Terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset.
b. Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan
signifikan yang berdampak merugikan sehubungan dengan
seberapa jauh, atau cara, aset digunakan atau diperkirakan akan
digunakan, rencana untuk melepas aset sebelum tanggal yang
diperkirakan sebelumnya, dan penilaian kembali umur manfaat
aset dari takterbatas menjadi terbatas.
c. Terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan
bahwa kinerja ekonomik aset lebih buruk, atau akan lebih buruk,
dari yang diperkirakan.
Bukti pelaporan ini mencakup adanya:
1) Arus kas untuk memperoleh aset, atau kebutuhan kas selanjutnya
untuk pengoperasian atau pemeliharaan aset tersebut, yang secara
signifikan lebih tinggi dari yang dianggarkan sebelumnya
2) Arus kas neto atau laba rugi operasi aktual dari aset lebih buruk
dari yang dianggarkan.
3) Penurunan signifikan arus kas neto atau laba rugi operasi yang
dianggarkan, atau kenaikan signifikan rugi yang dianggarkan,
yang berasal dari aset tersebut.
4) Rugi operasi atau arus kas keluar neto atas aset, ketika jumlah
periode berjalan digabungkan dengan jumlah yang dianggarkan
untuk masa depan.

C. PENGUKURAN JUMLAH TERPULIHKAN


Jumlah terpulihkan didefinisikan sebagai jumlah tertinggi antara nilai
wajar aset atau unit penghasil kas dikurangi biaya pelepasan dengan nilai
pakainya. Berikut adalah persyaratan untuk mengukur jumlah terpulihkan:
1. Tidak selalu perlu untuk menentukan kedua nilai tersebut.
2. Jika tidak memungkin untuk mendapat nilai wajar dikurangi biaya
pelepasan akibat kurang andalnya estimasi harga, maka nilai pakai
yang digunakan, begitu pula sebaliknya.
3. Jumlah terpulihkan ditentukan untuk aset individual, kecuali aset
tersebut tidak menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar
independen dari aset atau kelompok aset lain. Jumlah terpulihkan
ditentukan untuk unit penghasil kas dengan pengecualian tertentu yang
akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian khusus Unit Penghasil Kas.
4. Dalam beberapa kasus, estimasi, rata-rata, dan penghitungan ringkas
dapat memberikan hasil yang mendekati penghitungan rinci untuk
menentukan nilai wajar dikurangi biaya pelepasan atau nilai pakai.

Nilai wajar dikurangi Biaya Pelepasan dan Nilai Pakai dijelaskan sebagai
berikut:

1. Nilai wajar Dikurangi Biaya Pelepasan adalah nilai wajar yang


didapatkan dari harga penjualan aset tersebut di pasar yang normal
dikurangi dengan biaya pelepasan seperti biaya hukum, materai dan
pajak transaksi sejenis, biaya pemindahan aset, dan biaya inkremental
langsung untuk menjadikan aset dalam kondisi siap dijual.
2. Nilai pakai memiliki elemen-elemen seperti berikut:
a. Estimasi arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan
diperoleh dari aset
b. Harapan tentang kemungkinan variasi dari jumlah atau waktu arus
kas masa depan tersebut
c. Nilai waktu uang, direpresentasikan oleh suku bunga pasar bebas
risiko yang berlaku
d. Harga untuk menanggung ketidakpastian yang melekat pada aset
e. Faktor lain, seperti ketidaklikuiditasan, yang akan
dipertimbangkan oleh pelaku pasar dalam menilai arus kas masa
depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari aset tersebut.

Berdasarkan elemen-elemen tersebut, estimasi arus kas masuk dan


keluar masa depan dari pemakaian aset sampai dengan pelepasannya
didiskontokan dengan rate yang didapat dengan mempertimbangkan
berbagai elemen tersebut di atas.

Dalam mengukur nilai pakai, entitas mendapatkan estimasi arus kas


dengan mendasarakannya pada:

a. Asumsi yang rasional dan terdukungkan


b. Anggaran perkiraan keuangan terkini, namun mengeluarkan yang
berkaitan dengan restrukturisasi, peningkatan kinerja aset, atau
perbaikan. (maksimal lima tahun proyeksinya)
c. Proyeksi arus kas melewati periode terkini dengan
mengekstrapolasi proyeksi arus kas dengan tingkat pertumbuhan
untuk tahun-tahun selanjutnya.

Estimasi arus kas masa depan tersebut harus memiliki komposisi yang
terdiri atas:
a. Proyeksi arus kas masuk dari penggunaan aset
b. Proyeksi arus kas keluar yang diperlukan untuk menghasilkan arus
kas masuk dari penggunaan aset (termasuk arus kas keluar untuk
menyiapkan aset agar dapat digunakan) dan dapat diatribusikan
langsung, atau dialokasikan dengan dasar yang rasional dan
konsisten pada aset.
c. Arus kas neto, jika ada, yang akan diterima (atau dibayarkan)
untuk pelepasan aset pada akhir umur manfaatnya. Estimasi ini
merupakan jumlah yang diperkirakan akan diperoleh entitas dari
pelepasan aset melalui transaksi wajar antara pihak-pihak yang
berkeinginan dan memiliki pengetahuan mendalam dalam
transaksi wajar, setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan.

Untuk menghindari perhitungan ganda, arus kas masa depan tidak


mencakup arus kas masuk dari aset yang menghasilkan arus kas
masuk independen dari arus kas masuk aset yang sedang ditelaah, arus
kas keluar yang terkait dengan kewajiban yang telah diakui sebagai
liabilitas, arus kas masuk atas keluar dari aktivitas pendanaan, dan
penerimaan dan pembayaran pajak penghasilan.

Terkadang manajemen mempunyai rencana untuk melakukan


restrukturisasi di masa depan atau berencana melakukan perbaikan
dan peningkatan kinerja aset. Arus kas masa depan tidak dapat
mencerminkan rencana ini karena nilai pakai seharusnya didasarkan
pada kondisi terkini aset. Namun apabila manajemen berkomitmen
dalam melaksanakan rencana tersebut, beberapa aset mungkin akan
terpengaruh oleh rencana tersebut. Konsekuensinya adalah entitas
tersebut mengestimasi:

a. Jika berkomitmen restrukturisasi, entitas mengestimasi arus masuk


dan arus keluar masa depan untuk tujuan menentukan nilai pakai
mencerminkan penghematan biaya dan manfaat lain dari
restrukturisasi. Kemudian, mengestimasi arus kas keluar masa
depan untuk restrukturisasi diperhitungkan dalam penentuan
provisi restrukturisasi sesuai PSAK 57: Provisi, Liablitas,
Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi.
b. Untuk rencana perbaikan dan peningkatan kinerja aset, estimasi
arus kas masa depan tidak termasuk estimasi arus kas masuk yang
diharapkan timbul dari kenaikan manfaat ekonomik yang terkait
dengan arus keluar tersebut sampai arus keluar untuk rencana
tersebut telah terjadi.

Selain itu juga terkadang terdapat arus keluar masa depan yang
diperlukan untuk memelihara level manfaat ekonomik yang
diharapkan timbul dari aset dalam kondisi saat ini. Misalkan, terdapat
aset tunggal yang komponen-komponennya perlu diganti dengan
komponen baru, maka hal tersebut dipertimbangkan sebagai arus
keluar berupa biaya pemeliharan aset tersebut.

Dalam menghitung estimasi arus kas masa depan penting sekali untuk
menentukan tingkat diskonto yang tepat. Tingkat diskonto pada
intinya mencerminkan nilai waktu uang dan risiko spesifik atas aset
dimana estimasi arus kas masa depan belum disesuaikan.

Apabila perusahaan tertentu memiliki data arus kas masa depan dalam
satuan mata uang asing, maka arus kas tersebut diestimasi
menggunakan mata uang terkait dan didiskontokan dengan tingkat
diskonto yang tepat dengan mata uang tersebut. Kemudian perusahaan
menjabarkan nilai kini dengan menggunakan nilai tukar spot pada
tanggal perhitungan nilai pakai.

D. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN RUGI PENURUNAN NILAI


Pengakuan dan pengukuran rugi penurunan nilai dilakukan jika,
dan hanya jika, jumlah terpulihkan aset lebih kecil dari jumlah tecatatnya.
Jumlah tercatat aset harus diturunkan menjadi sebesar jumlah terpulihkan.
Penurunan inilah yang disebut dengan rugi penurunan nilai. Berikut
perlakuan akuntansi untuk rugi penurunan nilai untuk aset individual.
Perlakuan untuk unit penghasil kas dan goodwill akan dibahas khusus pada
bagian lain dari makalah ini.
1. Rugi Penurunan Nilai segera diakui di laba rugi jika belum terdapat
surplus revaluasi dari aset terkait.
2. Jika terdapat surplus revaluasi, rugi penurunan nilai diperlakukan
sebagai penurunan revaluasi sehingga dampaknya tidak ada di laba
rugi, namun hanya mengurangi Pendapatan Komprehensif Lainnya
sepanjang kerugian penurunan nilai tidak melebihi jumlah surplus
revaluasi untuk aset yang sama.

E. PEMBALIKAN RUGI PENURUNAN NILAI


Entitas menilai pada akhir setiap periode pelaporan apakah terdapat
indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui atas aset (selain
goodwill) pada periode sebelumnya mungkin tidak ada lagi atau mungkin
telah menurun. Jika terdapat indikasi tersebut, maka entitas mengestimasi
jumlah terpulihkan aset tersebut. Dalam penilaian ini, entitas
mempertimbangkan minimal indikasi berikut ini:
1. Informasi sumber eksternal
a. Terdapat indikasi yang dapat diobservasi bahwa nilai aset telah
meningkatkan secara signifikan selama periode.
b. Perubahan signifikan yang berdampak menguntungkan bagi entitas
telah terjadi selama periode, atau akan terjadi dalam waktu dekat,
dalam hal teknologi, pasar, kondisi ekonomik maupun hokum
tempat entitas beroperasi atau pasar tempat aset itu digunakan.
c. Suku bunga pasar atau tingkat imbal hasil pasar lain atas investasi
telah menurun selama periode tersebut, dan penurunan tersebut
akan mempengaruhi tingkat diskonto yang digunakan dalam
menghitung nilai pakai aset sehingga meningkatkan jumlah
terpulihkan secara material.
2. Informasi sumber internal
a. Perubahan siginifikan yang berdampak menguntungkan bagi
entitas telah terjadi selama periode, atau diharapkan akan terjadi
dalam waktu dekat, terkait bagaimana atau cara aset tersebut
digunakan atau diperkirakan untuk digunakan. Perubahan ini
termasuk biaya yang timbul selama periode untuk memperbaiki
atau meningkatkan kinerja aset atau merestrukturisasi operasi di
tempat aset tersebut tercakup.
b. Bukti tersedia dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa
kinerja ekonomik aset lebih baik atau akan lebih baik daripada
yang diperkirakan.

Rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode sebelumnya


untuk aset selain goodwill dibalik jika dan hanya jika terdapat perubahan
estimasi yang digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan aset
tersebut sejak rugi penurunan nilai terakhir diakui. Jika demikian, jumlah
tercatat aset dinaikkan ke jumlah terpulihkannya. Kenaikan ini merupakan
suatu pembalikan rugi penurunan nilai. Contoh perubahan estimasi
termasuk:

1. Perubahan dasar untuk menentukan jumlah terpulihkan (yaitu apakah


jumlah terpulihkan didasarkan pada nilai wajar dikurangi biaya
pelepasan atau nilai pakai);
2. Jika jumlah terpulihkan didasarkan pada nilai pakai, maka terjadi
perubahan dalam jumlah atau waktu dari estimasi arus kas masa depan
atau tingkat diskonto;
3. Jika jumlah terpulihkan didasarkan pada nilai wajar dikurangi biaya
pelepasan, maka terjadi perubahan dalam estimasi komponen nilai
wajar dikurangi biaya pelepasan.

Adapun pembalikan rugi penurunan nilai dapat dikelompokan sebagai


berikut:
1. Pembalikan rugi penurunan nilai aset individual
Jumlah tercatat aset yang meningkat selain goodwill yang dapat
diatribusikan ke pembalikan rugi penurunan nilai, tidak boleh melebihi
jumlah tercatat (neto setelah amortisasi atau penyusutan) seandainya
aset tidak mengalami rugi penurunan nilai pada tahun-tahun
sebelumnya.
Pembalikan rugi penurunan nilai atas aset selain goodwill diakui
segera dalam laba rugi, kecuali aset disajikan pada jumlah revaluasian
sesuai dengan PSAK lain. Setiap pemulihan rugi penurunan nilai aset
revaluasian diperlakukan sebagai kenaikan revaluasi sesuai dengan
PSAK terkait.
Setelah pembalikan rugi penurunan nilai diakui, penyusutan
(amortisasi) yang dibebankan atas aset tersebut disesuaikan pada
periode masa depan untuk mengalokasikan jumlah tercatat aset yang
direvisi, dikurangi nilai residunya (jika ada), dengan dasar sistematik
selama sisa umur manfaatnya.
Contoh:
PT Tan membeli peralatan pada tanggal 1 Januari 2015 seharga
300.000 dengan masa manfaat 3 tahun dan tanpa nilai residu. Maka
depresiasi setiap tahunnya adalah sebagai berikut:

Tahun Depreciation Expense Carrying Amount


2015 100.000 (300.000/3) 200.000
2016 100.000 (300.000/3) 100.000
2017 100.000 (300.000/3) 0
Pada 31 Desember 2015, PT Tan menentukan bahwa terjadi
impairment sejumlah 20.000.

Loss on Impairment 20.000


Accumulated Depreciation - Equipment 20.000
Setelah adanya impairment tersebut, maka nilai depresiasinya menjadi
sebagai berikut.
Tahun Depreciation Expense Carrying Amount
2016 90.000 (180.000/3) 90.000
2017 90.000 (180.000/3) 0
Pada akhir 2016, PT Tan menentukan bahwa ada pembalikan
impairment sehingga nilai peralatan tersebut menjadi 96.000 yang mana
lebih besar daripada carrying amount-nya yang sejumlah 90.000. Maka
jurnalnya:

Accumulated Depreciation - Equipment 6.000


Recovery of Impairment Loss 6.000
Pembalikan impairment ini akan dilaporkan dalam “Pendapatan dan
beban lain-lain pada Laporan Laba Rugi. Carrying amount peralatan
tersebut kini menjadi 96.000 pada 31 Desember 2016.

2. Pembalikan Rugi Penurunan Nilai Unit Penghasil Kas


Pembalikan rugi penurunan nilai unit penghasil kas dialokasikan pada
aset dari unit tersebut (kecuali untuk goodwill) secara prorata dengan
jumlah tercatat aset tersebut. Peningkatan dalam jumlah tercatat ini
diperlakukan sebagai pembalikan rugi penurunan nilai untuk aset
individual dan diakui.
Dalam mengalokasikan pembalikan rugi penurunan nilai unit
penghasil kas, jumlah tercatat aset tidak boleh dinaikkan di atas nilai
yang terendah dari:
a. Jumlah terpulihkan (jika dapat ditentukan); dan
b. Jumlah tercatat yang telah ditentukan (amortisasi atau penyusutan
neto) seandainya tidak ada rugi penurunan nilai yang telah diakui
untuk aset tersebut pada periode sebelumnya.

Jumlah pemulihan rugi penurunan nilai selain yang telah dialokasikan


pada aset tersebut dialokasikan secara prorata pada aset lain dari unit
tersebut, kecuali untuk goodwill.

3. Pembalikan Rugi Penurunan Nilai Goodwill


Rugi penurunan nilai yang diakui atas goodwill tidak dapat dibalik
pada periode selanjutnya.

F. PENGUNGKAPAN PENURUNAN NILAI


Rugi penurunan nilai dan pembalikan rugi penurunan nilai untuk setiap
kelas aset diungkapkan dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain. Sementara itu, untuk jumlah rugi penurunan nilai dan
pembalikan rugi penurunan nilai atas aset revaluasian diakui dalam
penghasilan komprehensif lain. Informasi atas rincian perhitungan rugi
penurunan nilai dan pembalikannya tersebut disajikan dalam informasi
lain berupa rekonsiliasi jumlah tercatat aset tetap pada awal dan akhir
periode sebagaimana disyaratkan pada PSAK 16:Aset Tetap.
Bagi entitas yang melaporkan informasi segmen sesuai PSAK 5:Segmen
Operasi perlu mengungkapkan jumlah rugi penurunan nilai dan jumlah
pembalikan rugi penurunan nilai untuk setiap segmen yang dilaporkan
dalam laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.
Ketentuan terkait pengungkapan tambahan rugi penurunan nilai dan
pembalikannya antara lain adalah sebagai berikut.
1. jumlah terpulihkan aset (unit penghasil kas) dan apakah jumlah
terpulihkan aset (unit penghasil kas) adalah nilai wajarnya dikurangi
biaya pelepasan atau nilai pakainya.
2. jika jumlah terpulihkan merupakan nilai wajar dikurangi biaya
pelepasan, maka entitas mengungkapkan informasi:
a. Tingkat hirarki sesuai PSAK 68
b. Deskripsi teknik penilaian (level 2 dan 3)
c. Asumsi utama (level 2 dan 3)
Jika jumlah terpulihkan merupakan nilai wajar dikurangi biaya
pelepasan: diungkapkan penjelasan pendekatan manajemen: level
hirarki dan alasan perubahan teknik penilaian

G. UNIT PENGHASIL KAS


Unit penghasil kas dari aset adalah kelompok aset terkecil yang mencakup
aset tersebut dan menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar
independen dari arus kas masuk dari aset atau kelompok aset lain.
Jika terdapat indikasi bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai,
maka jumlah terpulihkan diestimasi untuk aset individual tersebut. Jika
tidak mungkin untuk mengestimasi jumlah terpulihkan aset individual,
maka entitas menentukan jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas yang
mana aset tercakup (unit penghasil kas dari unit tersebut).
Jumlah terpulihkan dari aset individual tidak dapat ditentukan jika:
1. nilai pakai aset tidak dapat diestimasi mendekati nilai wajarnya
dikurangi biaya pelepasan; dan
2. aset tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen dari
kelompok aset lain.
Dalam kasus ini, nilai pakai dan jumlah terpulihkan dapat ditentukan
hanya untuk unit penghasil kas dari aset tersebut.

Contoh penerapan jumlah terpulihkan untuk unit penghasil kas:


Entitas pertambangan memiliki jalur kereta api privat untuk mendukung
aktivitas pertambangannya. Jalur kereta api privat tersebut dapat dijual
hanya sebesar nilai sisanya dan tidak menghasilkan arus kas masuk yang
sebagian besar independen dari arus kas masuk dari aset lain
pertambangan tersebut.
Jumlah terpulihkan atas jalur kereta tersebut tidak dapat dihitung karena
nilai pakai jalur keereta tidak dapat diestimasi serta jalur kereta tersebut
dalam menghasilkan arus kas masuk bergantung dengan unsur-unsur atau
aset lain di dalam entitas pertambangan. Oleh karena itu, jumlah
terpulihkannya dihitung dari jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas
dimana jalur kereta tersebut tercakup, yaitu jumlah terpulihkan dari entitas
pertambangan secara keseluruhan.
Jika terdapat pasar aktif untuk hasil yang diproduksi oleh aset atau
kelompok aset, maka aset atau kelompok aset tersebut diidentifikasikan
sebagai unit penghasil kas, meskipun jika sebagian atau keseluruhan hasil
produksi digunakan secara internal. Jika arus kas masuk yang dihasilkan
setiap aset atau unit penghasil kas dipengaruhi oleh penetapan harga
pengalihan internal, maka entitas menggunakan estimasi teaik manajemen
tentang harga masa depan yang dapat dicapai dalam transaksi wajar dalam
mengestimasi:
1. arus kas masuk masa depan yang digunakan untuk menentukan nilai
pakai aset atau unit penghasil kas, dan
2. arus kas keluar masa depan yang digunakan untuk menentukan nilai
pakai dari setiap aset atau unit penghasil kas lain yang dipengaruhi
oleh penetapan harga pengalihan internal.
Jumlah terpulihkan unit penghasil kas adalah jumlah yang lebih
tinggi antara nilai wajar unit penghasil kas dikurangi biaya pelepasan dan
nilai pakainya.
Jumlah tercatat unit penghasil kas yaitu:
1. mencakup hanya jumlah tercatat dari aset-aset yang dapat diatribusikan
langsung, atau dialoksikan dengan dasar yang layak dan konsisten,
pada unit penghasil kas dan akan menghasilkan arus kas masuk yang
digunakan dalam menentukan nilai pakai unit penghasil kas; dan
2. tidak mencakup jumlah tercatat dari setiap liabilitas yang diakui,
kecuali jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas tidak dapat
ditentukan tanpa mempertimbangkan liabilitas tersebut.
HaI ini karena nilai waiar dikurangi biaya pelepasan dan nilai pakai
dari unit penghasil kas ditetapkan dengan mengecualilkan arus kas
berkaitan dengan aset yang bukan merupakan bagian unit penghasil kas
dan liabilitas yang telah diakui. Ketika aset dikelompokkan untuk
penilaian keterpulihan, sangat penting bagi unit penghasil kas untuk
mencakup seluruh aset yang menghasilkan atau digunakan untuk
menghasilkan arus kas masuk yang relevan. Dalam beberapa kasus,
meskipun beberapa aset berkontribusi untuk estimasi arus kas masa depan
unit penghasil kas, aset tersebut tidak dapat dialokasikan pada unit
penghasil kas dengan dasar yang rasional dan konsisten. Kasus ini
mungkin terjadi untuk goodwill atau aset korporat seperti aset kantor
pusat.
Dimungkinkan perlu untuk mempertimbangkan beberapa liabilitas
yang telah diakui untuk menetapkan jumlah terpulihkan dari unit penghasil
kas. Hal ini mungkin terjadi jika pelepasan unit penghasil kas
mensyaratkan pembeli mengambil alih liabilitas. Dalam kasus ini, nilai
wajar dikurangi biaya pelepasan (atau arus kas estimasian dari pelepasan
akhir) dari unit penghasil kas adalah harga pelepasan aset unit penghasil
kas dan liabilitas secara bersamaan, dikurangi biaya pelepasan. Untuk
menghasilkan suatu perbandingan antara jumlah tercatat unit penghasil kas
dan jumlah terpulihkannya, jumlah tercatat dari liabilitas dikurangkan
dalam menetapkan nilai pakai unit penghasil kas dan jumlah tercatatnya.

Contoh adanya liabilitas yang diakui pada Unit Penghasil Kas :

Suatu entitas mengoperasikan peralatan minyak di dasar laut.


Entitas menyediakan biaya restorasi senilai Rp 10 M, yang mencerminkan
nilai kini dari biaya tersebut. Entitas tersebut menerima tawaran untuk
membeli peralatan minyak seharga Rp 16 M dan pembeli setuju untuk
mengambil alih kewajiban biaya restorasi, nilai biaya pelepasan seharga
Rp 2 M. Nilai pakai sebesar Rp 24 M. Sedangkan nilai tercatat dari
peralatan sebesar Rp 20 M.
Dari ilustrasi tersebut dapat diketahui unsur-unsurnya yaitu, nilai
wajar sebesar Rp 16 M yang merupakan tawaran dari pihak lain, liabilitas
yang masih ditanggung sebesar Rp 10 M berupa biaya restorasi, biaya
pelepasan sebesar Rp 2 M, Nilai pakai sebesar Rp 24 M dan Nilai tercatat
sebesar Rp 20 M.
Jumlah yang terpulihkan atas unit penghasil kas tersebut yaitu
dilihat mana yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya pelepasan
dan nilai pakai, yaitu sebagai berikut:
 Nilai wajar dikurangi biaya pelepasan: Rp 16 M – Rp 2 M = Rp 14 M
 Nilai Pakai: (nilai pakai dikurangi liabilitas): Rp 24 M – Rp 10 M = Rp
14 M
Jumlah terpulihkannya adalah Rp 14 M karena kedua nilainya sama.
 Nilai tercatat: (nilai tercatat dikurangi liabilitas): Rp 20 M – Rp 10 M
= Rp 10 M.
Berdasarkan hitungan jumlah terpulihkannya, dapat disimpulkan bahwa
tidak ada penurunan nilai yang terjadi atas unit penghasil kas tersebut
karena jumlah yang terpulihkan sebesar Rp 14 M lebih besar daripada nilai
tercatatnya yaitu Rp 10 M.
Rugi penurunan nilai diakui unit penghasil kas (kelompok terkecil dari
unit penghasil kas yang telah memperoleh alokasi goodwill atau aset korporat)
jika, dan hanya jika, jumlah terpulihkan dari unit tersebut (kelompok dari unit)
lebih kecil dari jumlah tercatatnya. Rugi penurunan nilai dialokasikan untuk
mengurangi jumlah tercatat aset dari unit tersebut (kelompok dari unit) dengan
urutan sebagai berikut:
1. pertama, untuk mengurangi jumlah tercatat atas setiap goodwill yang
dialokasikan pada unit penghasil kas (kelompok unit); dan
2. selanjutnya, ke aset lainnya dari unit tersebut (kelompok unit) dibagi
prorata atas dasar jumlah tercatat setiap aset di dalam unit tersebut
(kelompok unit).

Contoh Alokasi Rugi Penurunan nilai pada Unit Penghasil Kas :


Suatu unit penghasil kas memiliki daftar aset sebagai berikut

Jenis Aset Nilai Tercatat Aset (Rupiah)


Bangunan 500.000.000
Tanah 800.000.000
Peralatan 200.000.000
Persediaan 150.000.000
Properti Investasi 300.000.000
Goodwill 100.000.000
Total 2.050.000.000

Telah dilakukan penilaian atas unit penghasil kas tersebut dan


didapatkan nilai terpulihkannya sebesar Rp 1.650.000.000. terjadi
penurunan nilai unit penghasil kas menjadi Rp 1.650.000.000 dengan rugi
penurunan nilai sebesar Rp 400.000.000 (2.050.000.000 dikurangi
1.650.000.000). Alokasi rugi penuruan nilainya menurut PSAK akan
dialokasikan ke goodwill terlebih dulu baru dialokasikan secara prorata ke
aset lain, seperti ilustrasi berikut:

Nilai Aset
Alokasi Rugi
Nilai Tercatat Setelah Adanya
Jenis Aset Penurunan Nilai
(Rupiah) Penuruan Nilai
(Rupiah)
(Rupiah)
Bangunan 500.000.000 100.000.000* 400.000.000
Tanah 800.000.000 160.000.000** 640.000.000
Peralatan 200.000.000 40.000.000*** 160.000.000
Persediaan 150.000.000 - 150.000.000
Properti 300.000.000 - 300.000.000
Investasi 100.000.000 100.000.000 -
Goodwill (rugi penurunan
nilai langsung
mengurangi
goodwill)
Total 2.050.000.000 400.000.000 1.650.000.000

Sisa rugi penurunan nilai dialokasikan secara prorata ke aset lain dengan
cara = sisa rugi penurunan nilai setelah dikurangi goodwill dikalikan (nilai aset
dibagi nilai total aset yang akan dialokasikan), seperti berikut:
* (300.000.000*(500.000.000/1.500.000.000))
**(300.000.000*(800.000.000/1.500.000.000))
***(300.000.000*(200.000.000/1.500.000.000))
H. GOODWILL
Untuk tujuan uji penuruanan nilai, goodwill yang diperoleh dalam
kombinasi bisnis sejak tanggal akuisisi dialokasikan pada setiap unit
penghasil kas pihak pengakuisisi, atau kelompok unit penghasil kas yang
diperkirakan memberikan manfaat dari sinergi kombinasi bisnis tersebut,
terlepas apakah aset atau liabilitas lain dari pihak yang diakuisisi
ditempatkan dalam atau kelompok unit tersebut. Setiap unit atau kelompok
unit yang memperoleh alokasi goodwill :
1. Merepresentaikan level terendah dalam entitas yang goodwill-nya
dipantau untuk tujuan manajemen internal; dan
2. Tidak lebih besar dari segmen operasi yang didefinisikan dalam PSAK
5 : Segmen Operasi paragraph 05 sebelum penggabungan

Contoh :

Pada tanggal 01 Januari 2016 PT. Bobo perusahaan pakaian jadi dengan
merk “Bobo” melakukan akuisisi PT. Ulala perusahaan pakaian jadi
dengan merk “Lala” seharga 3.500. Berikut neraca PT. Bobo dan Ulala
pada tanggal 31 Desember 2015

PT. Bobo PT. Ulala

Aktiva Lancar 5.000 Aktiva Lancar 500


Aktiva Tetap 10.500 Aktiva Tetap 3.000
Aktiva Lain-lain 1.300 Aktiva Lain-lain 200
Total Aset 16.800 Total Aset 3.700

Hutang Dagang 300 Hutang Dagang 100


Hutang Jangka Hutang Jangka Panjang
1.700 400
Panjang
Total kewajiban 2.000 Total kewajiban 500

Modal 11.000 Modal 2.500


Laba Ditahan 2.000 Laba Ditahan 400
Laba Tahun Berjalan 1.800 Laba Tahun Berjalan 300
Total Ekuitas 14.800 Total Ekuitas 3.200

Atas akuisis tersebut PT. Bobo mengakui goodwill sebesar 3.500 – (3.700-500) =
300

Atas Goodwill tersebut PT. Bobo melakukan alokasi goodwill dengan proporsi

Merk “Bobo” = 14.800/(14.800+3.700)*300 = 240

Merk “Lala” = 3.700/(14.800+2.700) * 300 = 60

Jika alokasi awal goodwill yang diperoleh dalam kombinasi bisnis tidak dapat
diselesaikan sebelum berakhir periode tahunan ketika kombinasi bisnis
berdampak, maka alokasi awal tersebut diselesaikan sebelum akhir periode tahun
pertama setelah tanggal akuisisi.

Jika goodwill telah dialokasikan pada unit penghasil kas dan entitas
melepaskan suatu operasi tertentu atas unit tersebut, maka goodwill yang
terkait dengan operasi yang dilepaskan:

1. Termasuk dalam jumlah tercatat operasi tersebut ketika menentukan


keuntungan atau kerugian dari pelepasan; dan
2. Diukur berdasarkan nilai relative operasi yang dihentikan dan porsi unit
penghasil kas yang ditahan, kecuali entitas dapat menunjukkan bahwa
beberapa metode lain lebih baik dalam mencerminkan goodwill terkait
dengan operasi yang dilepas.

Contoh :

Melanjutkan contoh soal sebelumnya,

Pada tanggal 02 Januari 2016 PT. Bobo menjual unti bisnis merk “Lala”
sebesar 4.000. Atas penjualan tersebut PT. Bobo mengakui keuntungan
sebesar :

Untung/Rugi = Harga Jual – Jumlah tercatat

= 4.000 – (3.200 – 60) = 740 (Untung)

Jika entitas mereorganisasi struktur pelaporannya dengan cara


mengubah komposisi dari satu atau lebih unit penghasil kas yang telah
memperoleh alokasi goodwill, maka goodwill tersebut direalokasikan pada
unit-unit yang terpengaruh. Realokasi ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan nilai relatif yang serupa dengan yang digunakan ketika entitas
menghentikan suatu operasi dalam unit penghasil kas, kecuali entitas dapat
menunjukkan bahwa beberapa metode lain lebih baik dalam mencerminkan
goodwill yang diasosiasikan dengan unit-unit yang direorganisasi.

Jika goodwill yang terkait dengan unit penghasil kas tetapi belum
dialokasikan ke unit tersebut, maka unit tersebut diuji penurunan nilai ketika
terdapat indikasi bahwa unit tersebut mungkin mengalami penurunan nilai.
Pengujian penurunan nilai tersebut dilakukan dengan membandingkan jumlah
tercatat unit tersebut (tidak termasuk goodwill) dengan jumlah terpulihkannya.

Unit penghasil kas yang telah memperoleh alokasi goodwill diuji


penurunan nilai secra tahunan, dan kapanpun terdapat indikasi bahwa unit
tersebut mengalami penurunan nilai, dengan membandingkan jumlah
tercatatunit tersebut (termasuk goodwill) dengan jumlah terpulihkannya. Jika
jumlah terpulihkan melebihi jumlah tercatatnya, maka unit dan goodwill yang
dialokasikan pada unit tersebut dianggap tidak mengalami penurunan nilai.
Jika jumlah tercatat unit melebihi jumlah terpulihkannya, maka entitas
mengakui rugi penurunan nilai.

Pengujian penurunan nilai tahunan atas unit penghasil kas yang telah
menerima alokasi goodwill dapat dilakukan setiap waktu selama suatu periode
tahunan, sepanjang pengujian dilakukan pada waktu yang sama setiap tahun.
Unit penghasil kas yang berbeda dapat diuji untuk penurunan nilai pada saat
yang berbeda. Akan tetapi, jika beberapa atau seluruh goodwill (yang
dialokasikan pada unit penghasil kas) diperoleh dalam kombinasi bisnis
selama periode tahunan berjalan, maka unit tersebut diuji penurunan nilai
sebelum berakhirnya periode tahunan berjalan.

Jika aset yang membentuk unit penghasil kas telah memperoleh


alokasi goodwill diuji penurunan nilai pada saat yang sama dengan unit yang
mengandung goodwill, maka aset tersebut diuji penurunan nilainya sebelum
unit yang mengandung goodwill. Serupa dengan hal tersebut, jika unit
penghasil kas merupakan sekelompok unit penghasil kas yang telah
memperoleh alokasi goodwill diuji penurunan nilai pada saat yang sama
dengan kelompok unit yang mengandung goodwill, maka unit individual diuji
untuk penurunan nilai sebelum kelompok unit yang mengandung goodwill.

Penghitungan rinci terkini yang dibuat dalam periode terdekat


sebelumnya dari jumlah terpulihkan unit penghasil kas yang telah memperoleh
alokasi goodwill dapat digunakan dalam pengujian penurunan nilai unit
tersebut dalam periode berjalan jika seluruh kriteria berikut dipenuhi:

a) aset dan liabilitas yang membentuk unit tersebut tidak berubah secara
signifikan sejak penghitungan terkini jumlah terpulihkan;
b) penghitungan terkini jumlah terpulihkan menghasilkan suatu jumlah yang
melebihi jumlah tercatat unit dengan suatu margin yang substansial; dan
c) berdasarkan analisis dari kejadian yang telah terjadi dais keadaan yang
telah berubah sejak penghitungan terkini jumlah terpulihkan, kecil
kemungkinan bahwa jumlah terpulihkan saat ini akan lebih kecil daripada
jumlah tercatat saat ini dari unit tersebut.

I. STUDI KASUS

STUDI KASUS PENURUNAN NILAI PADA


LAPORAN KEUANGAN PT PETROSEA Tbk

1. Overview Perusahaan
2. Pengungkapan Kebijakan Akuntansi Penurunan Nilai

Pengungkapan kebijakan
akuntansi PT Petrosea Tbk atas
pengakuan dan dasar
pengukuran penurunan nilai aset
keuangan
Pengungkapan kebijakan
akuntansi PT Petrosea Tbk atas
pengakuan dan dasar
pengukuran penurunan nilai Aset
Tetap
Pengungkapan kebijakan
akuntansi PT Petrosea Tbk atas
pengakuan dan dasar
pengukuran penurunan nilai
Goodwill

Pengungkapan kebijakan
akuntansi PT Petrosea Tbk atas
pengakuan dan dasar
pengukuran penurunan nilai non
keuangan kecuali goodwill
Pengungkapan kebijakan
akuntansi PT Petrosea Tbk atas
pengakuan dan dasar
pengukuran penurunan nilai aset
non keuangan

3. Pengakuan atas penurunan nilai aset perusahaan


a. Aset Keuangan

Pengakuan PT Petrosea Tbk


atas penurunan nilai aset
keuangan
Pengakuan PT Petrosea Tbk
atas penurunan nilai aset
keuangan dalam laporan posisi
keuangan konsolidasioan

Pengakuan PT Petrosea Tbk


atas penurunan nilai aset
keuangan dalam catatan atas
laporan keuangan
Pengakuan PT Petrosea Tbk
atas penurunan nilai aset
keuangan dalam catatan atas
laporan keuangan (lanjutan)
Pengakuan PT Petrosea Tbk
atas penurunan nilai aset
keuangan dalam catatan atas
laporan keuangan (lanjutan)

b. Goodwill

Pengakuan PT Petrosea Tbk


atas penurunan nilai Goodwill

Anda mungkin juga menyukai