Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN ETANOL,

TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA


PEMBUATAN PULP ECENG GONDOK MELALUI PROSES
ORGANOSOLV
Pamilia Coniwanti, Santi Novalina, Indah Kurnia Putri

Jurusan Teknik Kimia Facultas Tekink Universitas Sriwijaya


Abstrak
Aneka ragam jenis flora di Indonesia banyak yang memberikan keuntungan apabila dimanfaatkan.
Tapi ada juga yang menimbulkan masalah bagi lingkungan. Salah satu contoh adalah eceng gondok. Karena
perkembangannya sangat cepat dan penyebarannya semakin luas, tumbuhan ini berubah menjadi masalah di
daerah perairan tawar. Salah satu upaya yang cukup prospektif untuk menanggulangi gulma eceng gondok di
kawasan perairan adalah dengan memanfaatkan tanaman eceng gondok untuk kerajinan. Eceng gondok juga
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas karena mengandung serat/selulosa. Proses yang digunakan
adalah proses organosolv pulping, yaitu proses pemisahan serat dengan menggunakan bahan kimia organik
seperti misalnya Methanol, Etanol, Aseton, Asam Asetat, dan lain-lain. Adapun variabel yang diteliti adalah
konsentrasi larutan etanol, temperatur pemasakan, dan waktu pemasakan yang optimum. Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa persentase rendemen pulp terbaik adalah sebesar 56,39%, pada konsentrasi Etanol 5%,
temperatur pemasakan 70oC, dan waktu pemasakan 1 jam, dengan kandungan selulosa dan lignin berturut-
turut adalah sebesar 54,67% dan 5,12%.
Kata kunci : Organosolv Pulping, Eceng Gondok, Etanol

Abstract

Kinds of floraes in Indonesian which advantages for us. But there are problem which appear in our
Environment. One of them is Eceng Gondok. It growth very fast and become wider. That’s why it be problem
in waters. A prospective achievement to solve this problem to use Eceng Gondok as handicraft which have
economic value. Eceng Gondok also can be used as raw material for pulping because it contains selulosa.
Pulping process which used organosolv pulping process, it is separation fibre process use organic chemical,
such us methanol, ethanol, aceton, acetic acid, etc. There are some variables which is used. There are
ethanol solvent, temperatur of heat, optimum timing process. Result of the research indicate the best
rendement pulp percentage is 56,39%, concentration of ethanol solvent at 5% , temperature of heat in 700C
and timing proces in an hour, continuously with cellulose and lignin in 54,67% and 5,12%.
Key word : Organosolv Pulping, Eceng Gondok, Ethanol

I. PENDAHULUAN penyebarannya semakin luas, sehingga tumbuhan


Aneka ragam jenis flora di Indonesia ini menjadi masalah di daerah perairan tawar.
banyak yang memberikan keuntungan apabila Salah satu upaya yang cukup prospektif
dimanfaatkan, tetapi ada juga yang menimbulkan untuk menanggulangi gulma eceng gondok di
masalah bagi lingkungan. Salah satu contoh kawasan perairan adalah dengan memanfaatkan
adalah jenis tumbuhan air eceng gondok tanaman eceng gondok untuk kerajinan kertas.
(Eichornia crassipes) yang banyak tumbuh di Eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan
daerah perairan tawar. baku kertas karena mengandung serat/selulosa
Tumbuhan ini sebenarnya merupakan [http://www.dephut.go.id].
tanaman hias di kolam-kolam karena warna Dari penelitian ini, permasalahan yang
bunganya yang indah, dikarenakan timbul yaitu bagaimana pengaruh kenaikan
perkembangannya sangat cepat dan konsentrasi Etanol, temperatur dan waktu

34 Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009


pemasakan pada pembuatan pulp eceng gondok melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brazilia.
melalui proses organosolv terhadap rendemen Karena kerapatan pertumbuhan eceng gondok
pulp yang dihasilkan. yang tinggi, tumbuhan ini dianggap sebagai gulma
Tujuan dari penelitian ini adalah meneliti yang dapat merusak lingkungan
pengaruh konsentrasi etanol terhadap rendemen perairan.[http://frutituti.multiply.com]
pulp yang dihasilkan, meneliti pengaruh Menurut sejarahnya, enceng gondok di
temperatur pemasakan terhadap rendemen pulp Indonesia dibawa oleh seorang ahli botani dari
yang dihasilkan, dan meneliti pengaruh waktu Amerika ke Kebun Raya Bogor. Akibat
pemasakan terhadap rendemen pulp yang pertumbuhan yang cepat (3% per hari), enceng
dihasilkan. gondok ini mampu menutupi seluruh permukaan
Sedangkan manfaat yang diperoleh dari suatu kolam. Enceng gondok tersebut lalu dibuang
penelitian ini adalah mendapatkan informasi data melalui sungai di sekitar Kebun Raya Bogor
rendemen pulp yang dihasilkan berdasarkan sehingga menyebar ke sungai-sungai, rawa-rawa,
variasi konsentrasi larutan pemasak, waktu dan danau-danau di seluruh Indonesia.
pemasakan, dan temperatur pemasakan. Sehingga Eceng gondok hidup mengapung di air dan
dapat menjadi sumbangan pemikiran dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya
pengetahuan yang bermanfaat tentang pembuatan sekitar 0,4 - 0,8 meter. Daunnya tunggal dan
pulp dari daun nenas dengan menggunakan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing,
larutan pemasak organik yang relatif murah dan pangkal tangkai daun menggelembung.
ramah lingkungan. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau.
Dalam penelitian ini, bahan utama yang Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk
digunakan adalah batang eceng gondok yang bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya
berwana hijau. Larutan pemasak yang dipakai berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya
adalah larutan pemasak campuran Etanol-NaOH. kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya
Dimana digunakan waterbath sebagai media merupakan akar serabut [http://id.wikipedia.org].
pemasaknya. Eceng gondok berkembang biak dengan stolon
Variabel-variabel yang ingin diamati (vegetatif) dan juga secara generatif.
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Perkembangbiakan secara vegetatif mempunyai
1. Konsentrasi Etanol peranan penting dalam pembentukan koloni.
5%, 10%, 15% dan 20% Perkembangbiakan tergantung dari kadar O2 yang
2. Waktu pemasakan terlarut dalam air.
0,5 jam, 1 jam dan 1,5 jam Selain dikenal dengan nama Eceng gondok,
3. Temperatur Pemasakan ternyata di beberapa daerah di Indonesia, eceng
70oC, 80oC, 90oC dan 100oC gondok mempunyai nama lain seperti di daerah
Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di
II. FUNDAMENTAL Lampung dikenal dengan nama Ringgak, di
Eceng gondok (Eichornia crassipes) Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung, di
disebut juga Hyacinth air. Tumbuhan ini memiliki Manado dikenal dengan nama Tumpe
ciri khas yang terletak pada tangkai daun yang [http://www.e-smratschool.com].
mempunyai gelembung (gondok). Eceng gondok Komposisi kimia enceng gondok
secara botanis mempunyai sistematika sebagai tergantung pada kandungan unsur hara tempatnya
berikut : tumbuh, dan sifat daya serap tanaman tersebut.
Divisio : Embryophytasi phonogama Menurut Rochyati 1983 dalam Yuniarti dkk
Sub Divisio : Spermathopyta (1988: 8) mengemukakan kandungan dari tangkai
Klas : Monocotyledoneae enceng gondok kering tanur.
Ordo : Ferinosae Tabel 2.1. Kandungan Kimia Enceng Gondok
Famili : Pontederiaceae Kering
Genus : Eichhornia Senyawa Kimia Persentase (%)
Spesies : Eichhornia crassipes (Mart) Solm. Selulosa 64,51
(Sumber : http://id.wikipedia.org) Pentosa 15,61
Lignin 7,69
Eceng gondok adalah salah satu jenis Silika 5,56
tumbuhan air yang pertama kali ditemukan secara
Abu 12
tidak sengaja oleh seorang ilmuwan bernama Karl
Von Mortius pada tahun 1824 ketika sedang (Sumber: Rochyati 1983 dalam Yuniarti dkk 1988)

Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009 35


Tujuan dari pembuatan pulp adalah telah terbukti memberikan dampak yang baik bagi
memisahkan selulosa (serat-serat) dari bahan- lingkungan. Dengan menggunakan proses ini
bahan lainnya. Pulp serat pendek umumnya diharapkan permasalahan lingkungan yang
dihasilkan dari jenis rumput-rumputan dan sisa dihadapi oleh industri pulp dan kertas dapat
hasil pertanian, sedangkan pulp serat panjang diatasi. Hal ini disebabkan karena Proses
dihasilkan dari tumbuhan kayu. Secara Organosolv memiliki beberapa keuntungan di
konvensional ada tiga proses pembuatan pulp, antaranya yaitu, rendemen pulp yang dihasilkan
yaitu Proses Mekanis, Proses Kimia, dan Proses tinggi, daur ulang lindi hitam dapat dilakukan
Semi Kimia. dengan mudah dan tidak menggunakan unsur
Pembutan pulp secara mekanis pada sulfur, sehingga lebih aman terhadap lingkungan,
prinsipnya ialah menguraikan serat yang ada di dan dapat menghasilkan by-product (hasil
dalam bahan baku secara paksa dengan cara aksi samping) berupa lignin dan hemiselulosa dengan
mekanis, misalnya dengan cara menggerinda atau tingkat kemurnian yang tinggi.
menggeros bahan baku hingga menjadi selulosa Proses pembuatan pulp semi kimia pada
(serat-serat). Keuntungan dari proses ini adalah prinsipnya adalah kombinasi dari cara mekanis
prosesnya sederhana, rendemen yang dihasilkan dan kimia. Umumnya cara ini dilakukan dengan
tinggi, biayanya murah. Sedangkan kerugiannya merendam bahan baku dengan bahan kimia,
adalah sifat serat yang dihasilkan pendek, tidak kemudian mengolahnya secara mekanis, yaitu
murni, tidak utuh, lemah, dan pulp yang memisahkan serat-serat hingga menjadi pulp.
dihasilkan sukar diputihkan. Warna pulp yang dihasilkan lebih pucat.
Proses pembuatan pulp secara kimia Ada dua macam proses pembuatan pulp
dilakukan dengan menggunakan bahan kimia secara semi kimia, yaitu Proses Sulfit Netral dan
sebagai bahan utama untuk melarutkan bagian- Proses Soda Dingin.
bagian kayu yang tidak diinginkan. Selulosa Proses Sulfit Netral pada dasarnya
dipisahkan dari bahan baku dengan jalan merebus ditandai dengan tahapan penggilingan secara
atau memasak bahan baku tersebut dengan bahan mekanik. Proses Semi Kimia yang paling penting
kimia pada suhu tertentu. Proses ini menghasilkan adalah proses Natural Sulfite Semi Chemical
pulp dengan rendemen yang rendah. Serat pulp (NSSC), yang telah digunakan secara luas di
yang dihasilkan adalah utuh, panjang, kuat, dan Amerika Serikat sejak 1926. Dalam 20 tahun
stabil. Ada beberapa macam proses pembutan terakhir proses NSSC juga telah digunakan di
pulp secara kimia, yaitu Proses Soda, Proses Eropa dan dibanyak negara lain di seluruh dunia
Sulfit, Proses Sulfat (Kraft), dan Proses (Cronert 1966; Marney 1980). Proses ini
Organosolv Pulping. memanfaatkan cairan pemasak Sodium Sulfit
Pada Proses Soda digunakan larutan dengan penambahan Sodium Karbonat untuk
Soda Kaustik (NaOH) encer sebagai “cooking menetralkan asam-asam organik yang dilepaskan
liquor” atau larutan pemasak. Pulp yang dari kayu selama pemasakan.
dihasilkan pada proses ini berwarna cokelat dan Proses ini digunakan untuk kayu keras
dapat diputihkan. yang berkerapatan tinggi. Proses ini dilakukan
Pada Proses Sulfit larutan pemasak yang dengan konsentrasi NaOH rendah, yaitu 0,25-
digunakan adalah larutan Natrium Bisulfit 2,5% dan dengan waktu antara 15 dan 120 menit,
(NaHSO3) dan Asam Sulfit (H2SO3). Serat pulp kemudian dilakukan tahap penggilingan pada
yang dihasilkan pada proses ini keadaannya serpih-serpih.
sangat halus sehingga pulp tersebut dapat dipakai Beberapa faktor yang mempengaruhi
untuk membuat kertas dengan mutu yang tinggi. mutu pulp yaitu kadar selulosa dan kadar lignin.
Proses ini menggunakan larutan Natrium Selulosa merupakan bahan penyusun
Sulfida (Na2S) dan Natrium Hidroksida (NaOH) utama dari jaringan serat dan dinding sel pada
sebagai larutan pemasak. Serat yang diperoleh tumbuh-tumbuhan. Secara normal selulosa
keadaannya amat kuat tetapi warnanya kurang berbentuk kristal. Kristal-kristal selulosa tersebut
baik dan sukar untuk diputihkan. Oleh sebab itu saling bergandengan melalui sejenis gula (bukan
pulp jenis ini dipakai untuk membuat kertas glukosa) membentuk rantai panjang yang
kantong, seperti kantong semen. dinamakan misela. Misela dari selulosa sangat
Proses Organosolv Pulping adalah proses tahan terhadap pengaruh kimia ataupun enzim.
pemisahan serat dengan menggunakan bahan Lignin merupakan zat organik polimer
kimia organik seperti misalnya Methanol, Etanol, yang banyak dan penting dalam dunia tumbuhan
Aseton, Asam Asetat, dan lain-lain. Proses ini selain selulosa. Lignin merupakan senyawa

36 Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009


polimer yang berikatan dengan selulosa dan Ada beberapa variabel yang berpengaruh
hemiselulosa pada jaringan tanaman. Lignin pada proses pembuatan pulp, yaitu konsentrasi
secara umum tidak ditemui dalam bentuk larutan pemasak, temperatur pemasakan, waktu
sederhana di antara polisakarida-polisakarida pemasakan. Semakin tinggi konsentrasi larutan
dinding sel tanaman, tetapi selalu tergabung atau pemasak, akan semakin banyak selulosa yang
berikatan dengan polisakarida tersebut. Lignin larut dalam alkali (Shere B. Noris, 1959). Menurut
merupakan senyawa polimer aromatik komplek Casei, J.P. 1961, larutan NaOH dapat berpengaruh
yang terbentuk melalui polimerisasi tiga dimensi dalam pemisahan dan penguraian serat selulosa
dari sinamil alkohol yang merupakan turunan dari dan non selulosa Temperatur yang tinggi dapat
fenilpropana (Fengel, D. and Wegener, G., 1995). menyebabkan terjadinya pemecahan makro
Lignin berbentuk non-kristal, molekul yang semakin banyak, sehingga produk
mempunyai daya absorpsi yang kuat dan di alam yang larut dalam alkalipun akan semakin banyak.
bersifat thermoplastic, sangat stabil, sulit Semakin lama waktu pemasakan, maka
dipisahkan dan mempunyai bentuk yang kandungan lignin di dalam pulp tinggi, karena
bermacam-macam sehingga struktur lignin pada lignin yang tadinya sudah terpisah dari raw pulp
tanaman bermacam-macam. dengan bantuan soda caustic akan kembali larut
Lignin pada tanaman dapat dibagi menjadi 3 tipe: dan menyatu dengan raw pulp dan sulit untuk
1. Lignin dari kayu lunak (Gymnospermae). memisahkannya lagi (Shere B. Noris, 1959).
2. Lignin dari kayu keras (Angiospermae Waktu pemasakan yang lama dapat menyebabkan
dycotyle). terjadinya degradasi selulosa semakin besar
3. Lignin dari rumput-rumputan, bambu, dan sehingga rendemennya rendah.
palmae (Angiospermae monocotyle).
Kadar kandungan lignin pada tumbuhan III. METODOLOGI PENELITIAN
sangat bervariasi. Pada spesies kayu kandungan 3.1 Bahan-Bahan Yang Digunakan
lignin berkisar antara 20-40%. Apabila a) Bahan-bahan untuk pembuatan pulp
dipanaskan dengan Ca-bisulfit dalam NaOH adalah :
dengan suatu tekanan tinggi, maka lignin ini akan 1) Batang eceng gondok yang berwarna
larut dan tertinggal hanya selulosanya saja. hijau
Lignin menyebabkan pulp berwarna 2) Etanol dengan konsentrasi 5%, 10%,
gelap. Pada proses pembuatan pulp, kadar lignin 15%, 20%
harus rendah. Apabila kadar lignin pada tanaman 3) NaOH dengan konsentrasi 1%
tinggi, maka zat pemutih yang ditambahkan pada 4) Aquadest
proses bleaching akan cukup banyak. Pulp akan b) Bahan-bahan untuk analisa pulp adalah :
mempunyai sifat fisik yang baik apabila 1) Asam Sulfat 98%
mengandung sedikit lignin. Hal ini dikarenakan 2) NaOH 17,5%
lignin bersifat menolak air dan kaku, sehingga 3) Asam Asetat 72%
menyulitkan dalam proses penggilingan. Kadar 4) HCl 10%
lignin pulp pada bahan baku kayu 20-35%,
sedangkan pada bahan baku non kayu kadarnya 3.2 Peralatan Yang Digunakan
lebih kecil lagi. a) Peralatan untuk pembuatan pulp adalah :
Lignin merupakan zat organik polimer 1) Erlenmeyer
yang banyak dan penting dalam dunia tumbuhan 2) Waterbath
selain selulosa. Adanya lignin dalam sel 3) Oven
tumbuhan, dapat menyebabkan tumbuhan kokoh 4) Kertas Saring
berdiri. b) Peralatan untuk analisa pulp adalah :
Hemiselulosa memiliki sifat kimia 1) Hot plate
penting yang berhubungan dengan pengolahan 2) Erlenmeyer
biomassa, antara lain adalah sedikit larut dalam 3) Kertas saring
air, larut dalam alkali, larut dan terhidrolisis oleh 4) Eksikator
asam. Dibanding dengan selulosa, hidrolisis asam 5) Cawan Masir
terhadap hemiselulosa lebih mudah terjadi. 6) Beker gelas
Larutan basa dingin dapat melarutkan 7) Corong
hemiselulosa, larutan yang biasanya dipakai ialah 8) Oven
larutan KOH 24% atau NaOH 17,5%. 9) Furnace

Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009 37


Prosedurnya adalah sebagai berikut : yang berkisar antara 35,4-63,9 % dan kadar lignin
Eceng gondok dicuci dengan air sampai berkisar antara 9,7-24,46 %. Pada penelitian ini
bersih, kemudian dipotong kecil-kecil dengan (Tabel 4.1), dari analisa bahan baku eceng gondok
ukuran 2-3 cm. Bahan baku yang telah dipotong diperoleh kadar selulosa sebesar 55,75% dan
dijemur dibawah sinar matahari selama 6-7 hari. kandungan lignin sebesar 13,21%. Dari data
Eceng gondok siap digunakan. tersebut diketahui bahwa kadar selulosa dan lignin
Bahan baku sebanyak 12 gr dan larutan dari eceng gondok berada pada range nilai kadar
pemasak, dengan variasi 5%, 10%, 15% dan 20% selulosa dan lignin dari beberapa tanaman non
dimasukkan ke dalam erlenmeyer dengan kayu yang juga dikembangkan untuk bahan baku
perbandingan berat 1:50. pembuatan pulp. Karena bahan baku berupa eceng
Erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil gondok memiliki kadar selulosa yang tinggi dan
kemudian dimasukkan ke dalam waterbath. kadar lignin yang rendah, maka eceng gondok
Waterbath dioperasikan pada variasi layak untuk dijadikan sebagai bahan baku
temperatur 70oC, 80oC, 90oC, 100oC dan variasi pembutan pulp.
waktu pemasakan 0,5 ; 1 ; 1,5 jam. 4.2.2. Pengaruh Variasi Konsentrasi Etanol
Hasil pemasakan disaring untuk memisahkan dan Waktu Pemasakan terhadap
larutan pemasak (black liquor) dari pulp. Padatan Rendemen Pulp
dicuci dengan aquadest sampai filtrat jernih. Pengaruh variasi konsentrasi Etanol dan
Pulp dikeringkan dalam oven dengan suhu waktu pemasakan terhadap rendemen pulp (%)
1050C selama 6-8 jam, setelah kering masukkan dapat dilihat pada Gambar 4.1
sehingga terbentuk pulp kering dan siap untuk
dilakukan analisa kadar selulosa dan ligninnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Hasil Analisa Bahan Baku
Berdasarkan analisa terhadap sampel dari
bahan baku, berupa batang eceng gondok
diperoleh data hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1. Hasil Analisa Bahan Baku


No Jenis Analisa Presentase (%)
1 Kadar Air 12,8933
2 Kadar Abu 1,9239
3 Kadar Silikat 0,6232
4 Kadar Selulosa 55,7522
5 Kadar Lignin 13,2177

4.1.2. Hasil Analisa Rendemen Pulp


Penelitian pembuatan pulp eceng gondok
ini melalui proses Organosolv menggunakan
larutan pemasak,yaitu larutan campuran Etanol-
NaOH (proses alcell). Variabel yang diteliti
adalah konsentrasi etanol (5%, 10%, 15%, 20%),
temperatur (70oC, 80oC, 90oC, dan 100oC) dengan
media pemanas waterbath, dan lama waktu
pemasakan (0,5 jam, 1 jam, dan 1,5 jam). Rasio
antara pelarut dan sampel adalah 50:1 (vol/berat)
serta konsentrasi NaOH konstan yaitu 1%.

4.2. Pembahasan
4.2.1. Analisa Awal terhadap Bahan Baku
Dari Tabel 2.4 diperoleh kadar selulosa
dari beberapa tanaman non kayu bahan baku pulp,

38 Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009


Gambar 4.1. Pengaruh Konsentrasi Etanol dan
Waktu Pemasakan terhadap
Rendemen Pulp

Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa


semakin tinggi konsentrasi Etanol pada waktu
pemasakan 0,5 jam maka rendemen pulp yang
didapatkan akan semakin kecil. Begitu juga pada
waktu pemasakan 1 jam dan 1,5 jam, semakin
tinggi konsentrasi Etanol maka rendemen yang
didapat akan semakin kecil. Hal ini disebabkan
karena makin tinggi konsentrasi pelarut akan
mengakibatkan makin banyaknya selulosa yang
terlarut, sehingga didapatkan % rendemen yang
rendah.
Rendemen Pulp yang diperoleh dari
percobaan ini berkisar antara 43,12% - 57,49%.
Nilai Rendemen yang terbesar diperoleh pada
waktu pemasakan 0,5 jam dengan konsentrasi
Etanol 5% sebesar 57,49%. Sedangkan nilai
rendemen yang terkecil diperoleh pada waktu
pemasakan 1,5 jam dengan konsentrasi Etanol
20% sebesar 43,12%.

4.2.3. Pengaruh Variasi Konsentrasi Etanol


dan Waktu Pemasakan terhadap Kadar
Selulosa
Pengaruh variasi konsentrasi Etanol dan waktu Gambar 4.2. Pengaruh Konsentrasi Etanol dan
pemasakan terhadap kadar selulosa (%) dapat Waktu Pemasakan terhadap Kadar
dilihat pada Gambar 4.2 Selulosa
Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa
untuk waktu pemasakan 0,5 jam, semakin tinggi Kadar Selulosa yang diperoleh dari
konsentrasi Etanol maka semakin kecil kadar penelitian ini yaitu antara 24,83% - 54,67%.
selulosa yang didapatkan. Begitu juga untuk Kadar Selulosa yang terkecil didapat pada waktu
waktu pemasakan 1 jam dan 1,5 jam semakin pemasakan 1,5 jam dengan konsentrasi Etanol
tinggi konsentrasi Etanol maka semakin rendah 20% yaitu sebesar 24,83%. Sedangkan nilai
kadar selulosa yang didapatkan. Akan tetapi, terbesar diperoleh pada waktu pemasakan 1 jam
kadar selulosa pada waktu pemasakan 1 jam lebih dengan konsentrasi Etanol 5% yaitu sebesar
besar dari kadar selulosa pada waktu pemasakan 54,67%.
0,5 jam.
4.2.4. Pengaruh Variasi Konsentrasi Etanol
dan Waktu Pemasakan terhadap
Kadar Lignin.

Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009 39


Pengaruh variasi konsentrasi Etanol dan tinggi konsentrasi Etanol maka kadar lignin yang
waktu pemasakan terhadap Kadar Lignin dapat didapat akan semakin besar.
dilihat pada Grafik 4.3 Kadar Lignin yang diperoleh berkisar
antara 5,12% - 13,17%. Kadar lignin yang terkecil
diperolah pada waktu pemasakan 1 jam dengan
konsentrasi Etanol 5%. Hal ini disebabkan
kandungan lignin yang terdapat pada pulp belum
cukup larut dalam waktu 0,5 jam. Kadar lignin
terbesar diperoleh pada waktu pemasakan 1,5 jam
dengan konsentrasi Etanol 20%.

4.2 Kondisi Terbaik Penelitian


Kondisi pemasakan yang baik pada range
variabel penelitian ini adalah konsentrasi Etanol
5%, temperatur pemasakan 70oC, dan waktu
pemasakan 1 jam, karena pada kondisi tersebut
diperoleh kandungan selulosa dan lignin yang
mendekati literatur. Kandungan selulosa yang
diperoleh pada penelitian ini adalah 54,67%,
kandungan lignin yang diperoleh sebesar 5,12%
dan rendemen pulp yang dihasilkan yaitu 56,39%.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat
diambil beberapa kesimpulan:
1) Semakin tinggi konsentrasi Etanol yaitu
sebesar 20%, maka rendemen pulp yang
dihasilkan semakin rendah.
2) Semakin tinggi temperatur pemasakan yaitu
sebesar 100oC, maka rendemen pulp yang
dihasilkan semakin rendah.
3) Semakin lama waktu pemasakan yaitu 1,5
jam, maka rendemen pulp yang dihasilkan
makin rendah.
4) Kondisi pemasakan yang terbaik pada
penelitian ini adalah pada konsentrasi Etanol
5%, temperatur pemasakan 70oC, dan waktu
pemasakan 1 jam dengan rendemen pulp
sebesar 56,39%, kadar selulosa sebesar
54,67% dan kadar lignin sebesar 5,12%.

Beberapa saran yang dapat diberikan setelah


melakukan penelitian ini adalah :

1) Sebaiknya konsentrasi pelarut lebih


divariasikan lagi, untuk memperoleh
Gambar 4.3. Pengaruh Konsentrasi Etanol dan informasi yang lebih akurat tentang range
Waktu Pemasakan terhadap Kadar konsentrasi yang dapat mencapai keadaan
Lignin optimum.
2) Sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut
Dari Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan proses-proses selain
semakin tinggi konsentrasi Etanol pada waktu Proses Organosolv sehingga dapat dijadikan
pemasakan 0,5 jam maka kadar lignin yang bahan perbandingan.
didapatkan akan semakin besar. Begitu juga pada
waktu pemasakan 1 jam dan 1,5 jam, semakin

40 Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009


3) Sebaiknya digunakan campuran pelarut selain
Etanol-NaOH sehingga dapat dilihat
keuntungan dan kerugiannya.
4) Variabel temperatur dan lama waktu
pemasakan sebaiknya dapat dilakukan dengan
range yang lebih variatif lagi.
5) Sebaiknya perlu diadakan penelitian lebih
lanjut mengenai pemanfaatan limbah pulp.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Anggraini, Dian dan Yosei Oktora Basri. 2007.
Pemanfaatan Daun Nenas Sebagai Bahan
Baku Pembuatan Pulp dengan
Menggunakan Larutan Pemasak
Campuran Alkali-Ethanol (NaOH-
C2H5OH). Universitas Sriwijaya:
Inderalaya.

Pahlevi, Okta Reza dan Aprizal Agustinus. 2008.


Pengaruh Variabel Waktu Dan Konsentrasi
Larutan Aseton Dan NaOH Pada
Pembuatan Bahan Baku Pulp Dari Alang-
Alang. Universitas Sriwijaya: Inderalaya.

Yuniarti, Dewi Putrid an Liza Machdalia. 1988.


Pemanfaatan Eceng Gondok Sebagai
Bahan Baku untuk Pembuatan Karton.
Universitas Sriwijaya: Inderalaya.

http://brades.multiply.com/journal/item1/Pembuat
an_Briket_Arang_Dari_Enceng_Gondok_E
ichornia_Crasipess_Solm_Dengan_Sagu_S
ebagai_Pengikat_ (diakses tanggal 12
November 2008)

http://frutituti.multiply.com/reviews/item3
(diakses tanggal 10 Juli 2008)

http://id.wikipedia.org/wiki/Eceng_gondok
(diakses tanggal 10 Juli 2008)

http://www.dephut.go.id/files/Gunawan.pdf
(diakses tanggal 10 Juli 2008)

http://www.esmartschool.com/PNU005/PNU0050
010.asp.asp_files (diakses tanggal 10 Juli 2008)

http://www2.kompas.com/kompascetak/02/07/14/i
ptek/tekn22.htm (diakses tanggal 12 November
2008)

Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009 41

Anda mungkin juga menyukai