Anda di halaman 1dari 28

Dilan1990

DEFINISI
 LUKA BAKAR adalah cedera pada kulit dan jaringan sekitarnya disebabkan kontak
dengan sumber panas, listrik, radiasi, atau bahan kimia.
 ESKAR adalah jaringan kulit yang menglami nekrosis akibat denaturasi/koagulasi
protein setelah terjadinya trauma termis.
 BULA adalah gelembung berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh darah karena
permeabilitasnya dindingnya meningkat.
 TRAUMA INHALASI adalah terhirupnya asap/udara panas yang dapat mengiritasi
saluran napas.

EPIDEMIOLOGI
 Prevalensi di Indonesia 0,7% (RISKESDAS 2013)
 > 60% pasien luka bakar dalam kisaran usia produktif
 Pria > wanita (karena pekerjaan/aktivitas berisiko)
 55% disebabkan api, 40% disebabkan air mendidih, 5% lain-lain (kimia/listrik)
 60% terjadi di rumah tangga (air panas, api, lstrik), 20% kecelakaan kerja (api, listrik,
ledakan), 20% lain-lain (kecelakaan lalu lintas)

PENYEBAB
1. Api atau benda panas (burn) paling sering pada dewasa
2. Minyak panas
3. Air panas (scald) 60% pada anak
4. Zat Kimia: asam/basa kuat (chemical burn)
5. Listrik/petir (electrical burn)
6. Radiasi
Dilan1990

ANATOMI DAN HISTOLOGI


Epidermis
 Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler.
 Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans
dan Merkel.
 Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.
 Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel
Langerhans).
 Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam):
1. Stratum Korneum: Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum: Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal
telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum: Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya
ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula
keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel
Langerhans.
4. Stratum Spinosum: Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril,
dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk
mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada
tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum
spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum
disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum): Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan
bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis
diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak,
usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.
Dilan1990

Dermis
Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan
jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan:
 Lapisan papiler; tipis: mengandung jaringan ikat jarang.
 Lapisan retikuler; tebal: terdiri dari jaringan ikat padat.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa
derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit
tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis: struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing
forces dan respon inflamasi.

Hipodermis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan
ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di
bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan
nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis/hipodermis: melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol
bentuk tubuh dan mechanical shock absorber
Dilan1990

ANATOMI
Dilan1990
Dilan1990

PATOFISIOLOGI
Buku Ilmu Bedah de Jong:
Kulit terbakar (suhu > 44°C) → pembuluh kapiler rusak → permeabilitas kapiler ↑↑↑ yg
terpajang suhu tinggi, sel darah yang ada di dalamnya rusak sehingga terjadi anemia →
kebocoran cairan, protein plasma, dan elektrolit dari dalam intrakapiler ke interstisial
(hipotensi) → terjadi edema dan muncul bula (terjadi akumulasi cairan) → respon inflamasi:
vasodilatasi pembuluh darah & pembesaran pori → fungsi kulit ↓↓↓ (evaporasi ↑ & suhu
tubuh ↓) → cairan intravaskular ↓↓↓

→ luka bakar > 30% luas permukaan tubuh memicu respon inflamasi yang signifikan →
me↑nya kebocoran cairan dari pembuluh kapiler dan kemudian menyebabkan
pembengkakan jaringan edema → hilangnya volume darah secara keseluruhan + kehilangan
plasma yang signifikan dari darah (darah menjadi lebih kental) → hiponatremia,
hiperkalemia, dan syok hipovolemik

*Jika luas luka bakar > 20% terjadi syok hipovolemik

“Gangguan pada membran sel menyebabkan sel kehilangan kalium yang keluar dari sel dan
mengisi ruang di luar sel sehingga sel tersebut mengikat air dan natrium”
Dilan1990
Dilan1990

Respon Tubuh
1. Respon Lokal

a. Zona Koagulasi / Zona Nekrosis = daerah yang mengalami kontak langsung


 Kerusakan jaringan ireversibel berupa koagulasi (denaturasi) protein
 Dapat dipastikan menglami nekrosis beberapa saat setelah kontak
b. Zona Statis
 Kerusakan di daerah ini disebabkan oleh perubahan endotel pembuluh darah,
trombosit dan leukosit yang diikuti perubahan permeabilitas kapiler, trombosis
dan respon inflamasi local (proses tersebut berlangsung 12-24 jam pasca
trauma)
 Area hipoperfusi yang masih berpotensi untuk diselamatkan
 Target utama resusitasi untuk meningkatkan perfusi ke daerah ini
 Hipotensi berkelanjutan, infeksi, atau edema dapat mengubah area ini menjadi
rusak ireversibel
c. Zona Hiperemia
 Khas: vasodilatasi (akibat inflamasi) tanpa banyak melibatkan reaksi sel

 Jaringan akan membaik, kecuali terdapat sepsis (infeksi menyeluruh)


/hipoperfusi berkepanjangan.
Dilan1990

2. Respon Sistemik
Ketika luas luka bakar mencapai 15-20% total permukaan tubuh, terjadi pelepasan
sitokin dan mediator inflamasi pada lesi yang memberi efek sistemik (ABC):

A. Gangguan Saluran Napas


Trauma termis pada lapisan mukosa saluran napas atas menyebabkan trauma
inhalasi, yang ditandai dengan:
 Obstruksi saluran napas bagian atas (di atas glottis)
 Edema laring dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala: sesak
napas, takipnea, stridor, suara parau, dan dagak berwarna gelap akibat jelaga.
 Reaksi inflamatorik mukosa (mulai dari di bawah glottis sampai dengan alveoli
dan parenkim paru)
 pada kebakaran dalam ruang tertutup, luka pada wajah/leher/upper torso, bulu
hidung terbakar

Mekanisme terjadinya trauma inhalasi:


Paparan terhadap iritan  sel-sel epitel mukosa mengalami inflamasi akut
(mukosa airway/saluran cerna/jaringan lain yang mengalami hipoksia) dan memicu
pelepasan sitokin pro inflamasi dan radikal bebas  inflamasi akut disertai dengan
edema + hipersekresi mukosa saluran napas atas (kerusakan mukosa airway)

Mediator sekunder yang terlibat:


 Oksidan : berasal dari asap dan sel yang mengalami inflamasi
 Neutrofil protease : menyebabkan sloughing mucosa (pengelupasan)
 Sitokin (TNF, IL1) : dilepas dari sel-sel yang rusak
 Pe↑an neuropeptide : menyebabkan bronkokonstriksi
 Pe↓an endopeptidase alami (NEP/Neutral Endo Peptidase) akibat kerusakan
mukosa
Dilan1990

B. Gangguan Mekanisme Bernapas (pada trauma thermis yang mengenai

dada)
Kerusakan jaringan setelah kontak dengan sumber termis (eskar di permukaan
rongga toraks dan melingkar seluruh tubuh ke bagian belakang)  gangguan
ekspansi rongga toraks (terutama inspirasi)  gaya pengembangan paru berkurang
 pe↓↓↓an compliance paru  distres pernafasan

Terbatasnya proses ekspansi dada menyebabkan volume inspirasi berkurang 


gangguan oxygen exchange (penurunan PaO2)

C. Gangguan Sirkulasi
Pe↑an permeabilitas kapiler (respon awal trauma termis)  banyak cairan
intravaskular keluar (ke jaringan interstisium menimbulkan edema interstisium) 
hipovolemia  gangguan perfusi-oksigenasi jaringan  hipoksemia di daerah lokal
trauma  degradasi luka  kematian jaringan (iskemia-nekrosis)  hambatan
proses penyembuhan luka (delayed- atau prolonged- atau bahkan non-healing)

“Hipoperfusi organ dapat menyebabkan gangguan fungsi otak bisa akibat sirkulasi
O2 menurun (pe↓an kesadaran) dan gagal ginjal akut (akibat hipovolemik)”

Ketika luas luka bakar mencapai 30% total permukaan tubuh, respon tubuh terhadap
inflamasi akan menyebabkan antara lain: hiponatremia, hiperkalemia, dan syok
hipovolemik.
Dilan1990

PERJALANAN PENYAKIT
1. Fase awal, fase akut, fase syok (saat kejadian)
Masalah : Trauma inhalasi (Airway) dan gangguan mekanisme bernapas (Breathing)
disertai gangguan sirkulasi (Circulation) → terhambatnya asupan oksigen 
metabolisme sel terganggu
Tata Laksana : hentikan paparan, evaluasi ABC, resusitasi cairan, tanda vital. dan
periksa lab, analgesik, antibiotik
2. Fase pasca syok, fase sub-akut (dalam perawatan)
 Terjadi kerusakan atau kehilangan jaringan
 Luka yang terjadi menyebabkan proses inflamasi disertai eksudasi protein plasma
dan infeksi yang dapat menimbulkan sepsis atau SIRS (systemic inflammatory
response syndrome)
 Tata laksana: atasi infeksi, perawatan luka, dan nutrisi
3. Fase lanjut (setalah rawat jalan)
Dilan1990

Berlangsung sejak proses epitelialisasi sempurna (penutupan luka) hingga maturasi


jaringan. Masalah: scar (hypertrophic scar, keloid, and contracture)

DIAGNOSIS (derajat, luas, dan keparahan luka bakar)


a. Derajat Kedalaman Kerusakan Jaringan (Luka)
1. Luka bakar derajat I
 Kerusakan jaringan terbatas pada bagian permukaan, yaitu epidermis
 Perlekatan epidermis dengan dermis tetap terpelihara baik
 Kulit kering, hiperemik memberikan efloresensi berupa eritema
 Nyeri, karena ujung-ujung saraf teriritasi
 Regenerasi epitel terjadi secara spontan: 5-7 hari
 Contoh: SUN-BURN

2. Luka bakar derajat II


 Kerusakan meliputi seluruh ketebalan epidermis dan sebagian superfisial
dermis
 Nyeri, karena ujung-ujung saraf teriritasi
 Luka bakar derjat II dibedakan menjadi dua:
Derajat II dangkal / superficial partial Derajat II dalam / deep
thickness burn partial thickness burn
 Kerusakan mengenai epidermis  Kerusakan mengenai
dan sebagian dermis hampir seluruh dermis
 Dermal-epdermal junction  Apendises kulit
mengalami kerusakan  terjadi sebagian utuh (folikel
epidermolisis yang diikuti rambut, kelenjar
terbentuknya lepuh (bula, blister) keringat, kelenjar
sebasea)
 Kerap dijumpai eskar
tipis di permukaan.
Dilan1990

 Penyembuhan > 2
minggu

 Apendises kulit utuh (folikel


rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea).
 Penyembuhan terjadi secara
spontan 10-14 hari

3. Luka bakar derajat III (full thickness burn)


 Kerusakan meliputi seluruh ketebalan kulit (epidermis dan dermis) serta
lapisan yang lebih dalam
 Apendises kulit menglami kerusakan
 Kulit yang terbakar berwarna pucat atau lebih putih karena terbentuk
eskar
 Rasa nyeri (-) karena ujung-ujung saraf sensorik rusak/mati
 Penyembuhan terjadi lama
Dilan1990

DERAJAT IIa DERAJAT IIb


DERAJAT I DERAJAT III
(Partial Thickness - (Partial Thickness – Deep
(Superficial) (Full Thickness)
Superficial dermal) dermal)
Patologi Epidermis + lapisan dermis
Hanya mengenai epidermis Epidermis + lapisan dermis Seluruh epidermis, seluruh
(retikuler) dalam
Contoh: sunburn (papiler) superfisial dermis, hingga subkutan
(tidak seluruh dermis)
Warna Kemerahan (hiperemi) Merah muda - kemerahan Merah – putih (pucat) Putih/kuning/
coklat kehitaman

Bula/lepuh - Bula + +/- -


(jelas)
Capillary Refill + + - -
Dilan1990

Nyeri + (nyeri) ++ (sangat nyeri) + (tumpul/sensasi tekanan) -


Kekeringan Kering Lembab Lembab lama kelamaan Kering, kasar
mengering
Lainnya - Edema, pucat Tidak terlalu pucat Hangus, disertai eskar
Waktu 5-10 hari, 2-3 minggu 3-8 minggu Lama/berbulan-bulan & tidak
Penyembuhan sembuh sempurna parut hipertrofik sembuh sempurna
(harus dilakukan skin-graft)
Komplikasi - Infeksi lokal, fluid loss Infeksi lokal, scaring,
contractures (tightening of
skin)
Dilan1990
Dilan1990

Klasifikasi 4 derajat:
Dilan1990

b. LUAS LUKA BAKAR (dihitung pada luka bakar selain derajat 1)


 Usia > 16 tahun
“Wallace rule of nine” menggunakan acuan 1% luas permukaan tubuh = luas
telapak tangan penderita.

 Anak-anak
Menggunakan tabel Lund & Browder dengan mengacu pada ukuran bagian
tubuh terbesar pada bayi/anak, yaitu kepala.
Dilan1990

Kategori Penderita (American Burn Association 2002)


 LB Ringan
1. LB II/III < 10% tanpa cedera pada wajah, tangan, kaki, dan perineum
2. LB II/III < 10% anak (< 10 tahun) dan lansia (> 50 tahun)
3. LB II/III < 15% kelompok usia lain
 LB Sedang
1. LB II/III 10-20% anak (< 10 tahun) dan lansia (> 50 tahun)
2. LB II/III 15-25% kelompok usia lain
3. LB III < 10% tanpa cedera pada wajah, tangan, kaki, dan perineum
 LB Berat
1. LB II/III > 20% anak (< 10 tahun) dan lansia (> 50 tahun)
2. LB II/III >25% kelompok usia lain
3. LB pada wajah, tangan, kaki, dan perineum
4. Trauma inhalasi
5. LB akibat listrik
Dilan1990

PENEGAKAN DIAGNOSIS
a. Identifikasi pasien dan faktor risiko
 Usia
 Jenis Kelamin
 Pekerjaan → memungkinkan pasien terpapar api, zat kimia, dan listrik yang dapat
menyebabkan luka bakar
b. Anamnesis:
 Keluhan Utama: pasien datang dengan keluhan luka bakar. Bisa secara sadar maupun
tidak sadar.
 Riwayat Penyakit Sekarang: Penyebab luka (etiologi), api/thermal injury, zat kimia,
maupun listrik.
 Riwayat penurunan kesadaran, adanya kemungkinan trauma inhalasi (terhirup asap,
dll), adanya kemungkinan cedera lain (terjatuh, dll)
 Riwayat Penyakit Dahulu: penyakit jantung, ginjal, epilepsy
 Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat Kebiasaan: yang dapat menyebabkan risiko terjadinya luka bakar
(pekerjaan, paparan zat berbahaya, dll), penggunaan alcohol dan obat-obatan
terlarang
c. Pemeriksaan Fisik:
1. Inspeksi:
 Perhatikan Airway apakah terdapat sumbatan, eritema, atau edema pada
orofaring dan sekitarnya dapat menggunakan laringoskop
 Perhatikan Breathing apakah dada bergerak normal, atau ada kesulitan bernafas
 Perhatikan luas luka bakar
 Perhatikan derajat keparahan berat-ringannya luka bakar
 Perhatikan derajat kedalaman luka bakar:
i. Derajat I → Epidermis → Eritema
ii. Derajat IIa (Epidermis dan Dermis Superfisial, merah)
Derajat IIb (Epidermis dan Deep reticular dermis, pucat)
→ terdapat bula/blister
Dilan1990

iii. Derajat III → Epidermis dan dermis → Tidak ada bula/blister, dapat
berwarna putih, coklat atau kehitaman.
iv. Derajat IV → sudah mengenai lemak subkutan, otot, bahkan tulang →
Hangus, terlihat tulang.
2. Palpasi
 Perhatikan Circulation → nadi, CRT, dan perabaan akral
 Palpasi disekitar luka
i. Derajat I → nyeri, memucat bila disentuh
ii. Derajat II → sangat nyeri, memucat bila disentuh
iii. Derajat III → mungkin nyeri, atau sudah mulai berkurang/kehilangan
sensasi nyeri
iv. Derajat IV → tidak dapat merasakan nyeri
d. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
• Darah Perifer Lengkap:
1. Hb → penurunan mengindikasikan adanya perdarahan, kenaikan mengindikasikan
adanya cedera
2. Ht → penurunan mengindikasikan kerusakan pembuluh darah akibat panas,
kenaikan mengindikasikan adanya kehilangan cairan
3. Leukosit → Leukositosis dapat terjadi sehubungan adanya infeksi atau inflamasi
 Gas Darah Arteri → untuk mengetahui adanya kecurigaan masalah pernafasan. Pe↓an
PaO2 atau ke↑an PaCO2 akan terlihat pada retensi karbon monoksida.
 Elektrolit serum → Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipernatermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi
dapat terjadi bila mulai diuresis.
 BUN atau Kreatinin → Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi
ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
 EKG → Memantau kerja jantung, untuk mengetahui adanya tanda iskemia
miokardial atau disritmia (terutama untuk luka bakar listrik)
Dilan1990

PENATALAKSANAAN
 PRINSIP TATA LAKSANA
a. LB ringan : mendinginkan daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi
dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berploriferasi, dan menutup
permukaan luka. Luka dapat dirawat tertutup/terbuka.
b. LB berat : penangan umum seperti LB ringan + resusitasi segera (untuk
mencegah syok), bila ada trauma inhalasi berikan oksigen murni dengan
ETT/trakeostomi

 PERTOLONGAN PERTAMA
a. Hentikan proses luka bakar
b. Dinginkan luka bakar tetapi tidak berlebih → efektif pada 20 menit pertama
dengan irigasi air 15°C (jangan air es) selama 15-20 menit. Tujuan:
o mengurangi kedalaman luka bakar, nyeri, dan edema
o menghentikan proses koagulasi protein sel di jaringan yg tepajan suhu tinggi
c. Analgesik (terutama LB superfisial): golongan OAINS seperti ibuprofen, bila tidak
dapat mengatasi nyeri berikan morfin oral/IV 1-3 mg/KgBB/titrasi
d. Tutup luka bakar untuk luka bakar derajat 2-3 (bukan membungkus)
Sebaiknya dressing yang digunakan lentur, lembut, tidak menempel, kedap, dan
transparan

 RESUSITASI
1. Airway
o Collar brace, kecuali yakin tidak ada jejas servikal
o Intubasi (ETT)
Indikasi :
a. Edema/eritema area orofaring dari inspeksi langsung dengan laringoskop
b. Suara yang berubah menjadi kasar atau batuk kasar
c. Stridor, takipnea, dispnea
2. Breathing
Dilan1990

o Luka bakar yang mengelilingi dada, atau sangat luas dan dalam di area dada
→ membatasi gerakan dada → ventilasi inadekuat → dibutuhkan tindakan
eskarotomi (untuk memperbaiki compliance dinding dada)
o Afinitas ikatan CO2 dengan deoksihemoglobin 40 kali lebih kuat bia
dibandingkan O2 → hipoksia ekstraseluler dan intraseluler → (bila perlu) AGD
dapat menunjukan asidosis metabolik dan peningkatan karboksi-hemoglobin
→ berikan oksigen 100% untuk menggeser kedudukan CO2 dengan cepat
3. Circulation
o Indikasi: bila menunjukan gejala syok
o Metode:
a. Metode Baxter/Parkland
Cairan kristaloid RL = 4ml/Kg(BB)/% luas luka bakar
 Diberikan setengah kebutuhan dalam 8 jam pertama, setengah
kebutuhan sisanya dalam 16 jam berikutnya.
 Hari ke-2 diberikan setengah kebuthan hari pertama.
 Target utin output dewasa : 0,5-1 ml/Kg(BB)/jam
 Target urin output anak : 1-2 ml/Kg(BB)/jam
b. Metode Evans-Brooke

 TATA LAKSANA LANJUTAN


1. Bersihkan luka
a. LB derajat I : Cuci dengan air dan sabun + pelembab + antibiotik topikal
b. LB derajat II :
o Bula intak biarkan
Dilan1990

o Bula besar, pecahkan (dari bagian dasar)


o Bula terbuka, buang kulit matinya
o Mencegah infeksi: antibiotik topikal krim silver sulfadiazine 1%
(bakteriostatik) 1-2 kali sehari, tanpa penutup/pembalut
c. LB derajat III :
o Mencegah infeksi: antibiotik topikal
o Minimal 1 bulan dengan timbulnya jaringan parut hipertrofik
o Biasanya membutuhkan eksisi tangensial dan skin graft
2. Gunakan penutup
a. Pengantian dressing pertama: 48 jam (2 hari)
b. Selanjutnya: setiap 3-5 hari berikutnya atau setiap nyeri, bau, keluar cairan
berlebihan
c. 3 minggu tidak ada perbaikan → rujuk bedah plastik

 PERAWATAN TERTUTUP (untuk luka yang eksudatif)


Digunakan penutup dengan bahan yang bersifat absorben menyerap eksudat (kasa
hidrofilik)
Keuntungan : rapi, terlindung, estetika, mencegah kontaminasi
Kerugian : suasana lembab & hangat → memungkinan kuman berkembang biak
→ harus diganti setiap kasa menjadi basah/lembab

 PERAWATAN TERBUKA
Keuntungan : luka lebih cepat kering (kuman sulit berkembang)
Kerugian : dengan penggunaan obat topikal, alas tidur menjadi kotor

 RAWAT JALAN
Indikasi:
a. Luka bakar II < 10% LPT (dewasa usia > 16 tahun)
b. Luka bakar II < 5% LPT (anak usia < 16 tahun)
c. Tidak ada komorbid
Dilan1990

 RUJUK KE UNIT LUKA BAKAR


Indikasi:
a. Luka bakar II > 10% LPT (dewasa usia > 16 tahun)
b. Luka bakar II > 5% LPT (anak usia < 16 tahun)
c. Luka bakar yang mengenai wajah/leher, aksila, tangan, kaki, genitalia,
perineum, persendian utama
d. Luka bakar III (segala usia)
e. Luka bakar akibat listrik/petir atau zat kimia
f. Terdapat trauma inhalasi
g. Terdapat masalah medis (komorbiditas) sebelumnya

 TINDAKAN BEDAH
a. Eskarotomi (pemotongan eskar)
Indikasi : LB III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh (karena pengerutan
keropeng dan pembengkakan yang terus berlangsung dapat menjepit dan
membahayakan sirkulasi → bagian distal bias mati)
Tanda penjepitan seperti nyeri dan kebas pada distal harus segera ditolong
dengan membuat irisan memanjang yang membuka keropeng
b. Eksisi Tangensial (setelah keadaan stabil)
Dilakukan pada hari ke-3 sampai ke-7 untuk membuang jaringan mati.
c. Skin Graft (untuk mencegah penguapan berebihan)
Luka yang telah bersih dapat ditutup dengan skin graft yang diambil dari kulit
sendiri (permanen) atau bahan biologis seperti kuit cadaver untuk sementara bila
terdapat keterbatasan kulit penderita
Indikasi : LB II dalam / LB III agar mencegah terjadinya keloid dan parut hipertrofik.
Dilakukan sebelum hari ke-10 (sebelum timbul jaringan granulasi)

 TAMBAHAN
a. Imunisasi Tetanus : belum imunisasi berikan ATS, bila sudah imunisasi berikan TT
b. Nutrisi : oral/NGT 2500 kalori/hari
Dilan1990

PROGNOSIS
a. Faktor Penderita
1. Usia penderita
Buruk pada bayi (sistem regulasi belum sempurna) dan lansia (proses degeneratif
pada sistem, organ, dan sel)
2. Jenis kelamin
Angka kesakitan (morbiditas) wanita > pria, karena kulit yang lebih tipis & kandungan
air wanita 60% < pria 70%
b. Faktor Trauma
1. Jenis Luka Bakar
Listrik/petir (kerusakanb tunika intima keseluruhan) > zat kimia (destruksi jaringan
hebat) > api > minyak panas > air panas
2. Luas Luka Bakar : semakin luas, semakin buruk prognosisnya
3. Kedalaman Luka Bakar : semakin dalam, semakin lama jelek prognosisnya
4. Lokasi
Muka dan leher : trauma inhalasi & edema laring
Perineum dan anus : kontaminasi pathogen P. aurogenosa dan E. coli
Sendi dan tangan : morbiditas tinggi
c. Faktor Tatalaksana

KOMPLIKASI
1. Pneumonia : menyertai trauma inhalasi
2. Atelektasis : menyertai trauma inhalasi
3. Anemia : pada LB > 10 %
4. PTSD : terutama sering pada anak-anak
5. SIRS (systemic inflammatory response syndrome)
6. MODS (multisystem organ disfunction syndrome)
7. Stress ulcer : biasa terjadi 3-5 hari pasca trauma. Sering pada gaster dan dinding
posterior duodenum. Teori: ketidakseimbangan faktor agresor (peningkatan asam
lambung, gastrin, pepsin, refluks cairan empedu).
Dilan1990

8. ARDS : akibat proses sistemik yang terjadi karena jaringan luka bakar, infeksi
atau inflamasi, bukan dari akibat langsung trauma pada paru
Pada alveoli terjadi penumpukan cairan, protein, dan sel-sel inflamasi yang diikuti
peningkatan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan plasma ke
interstisium (edema).

PENCEGAHAN
 Membatasi suhu air panas
 Alarm asap
 Sistem penyemprot air
 Konstruksi bangunan yang sesuai
 Pakaian tahan api pada pekerja berisiko
 Mengukur suhu air mandi dengan thermometer
 Pelindung cipratan pada kompor
 Pembatasan penjualan kembang api untuk anak-anak
Dilan1990

ETIOLOGI DAN MEKANISME KERUSAKAN (TAMBAHAN)


1. Thermal Injury
 Air mendidih menyebabkan luka bakar derajat IIa hingga IIb
 Api dapat menyebabkan trauma inhalasi dan juga trauma lainnya. Biasanya
menyebabkan luka bakar derajat IIb dan III
 Kontak dengan benda panas, sering pada pasien tidak sadar (epilepsy,
penurunan kesadaran, pengguna alcohol atau narkotika) atau kecelakaan
bidang industry. Biasanya menyebabkan luka bakar derajat IIb atau III
2. Trauma Listrik
Dapat dibagi menjadi 3:
 Listrik setempat → terkena tegangan rendah namun menimbulkan luka yang
kecil dan dalam. Dapat mengganggu siklus jantung dan menyebabkan aritmia.
 Trauma teganan tinggi sesungguhnya → terkena tgangan >1000 V.
menyebabkan kerusakan yang luas hingga kehilangan ekstremitas. Kerusakan
otot dapat menyebabkan rabdomiolisis dan gagal ginjal. Dibutuhkan resusitasi
dan debridement segera dan agresif. Terkena tegangan >70.000 V = FATAL.
 Flash Injury → terkena percikan api dari sumber listrik tegangan tinggi,
terdapat luka superfisial, terdapat aliran listrik dalam tubuh pasien
Yang terpenting dalam trauma listrik adalah monitor jantung dengan EKG.
Kalau normal dan tidak ada riwayat penurunan kesadaran → tidak perlu di monitor.
Kalua ada kelainan irama atau riwayat penurunan kesadaran → pantau 24 jam
3. Trauma kimia
 Terjadi di area industry atau rumah tangga
 Selama bahan korosif masih kontak dengan kulit, akan menyebabkan nekrosis
koagulatif
 Bahan alkali/basa menyebabkan luka bakar yang lebih buruk ketimbang asam
 Tata laksana awal adalah irigasi tubuh pasien dengan air
 Kertas lakmus dapat digunakan untuk mendeteksi bahan kimia

Anda mungkin juga menyukai