Rev Bede
Rev Bede
DEFINISI
LUKA BAKAR adalah cedera pada kulit dan jaringan sekitarnya disebabkan kontak
dengan sumber panas, listrik, radiasi, atau bahan kimia.
ESKAR adalah jaringan kulit yang menglami nekrosis akibat denaturasi/koagulasi
protein setelah terjadinya trauma termis.
BULA adalah gelembung berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh darah karena
permeabilitasnya dindingnya meningkat.
TRAUMA INHALASI adalah terhirupnya asap/udara panas yang dapat mengiritasi
saluran napas.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi di Indonesia 0,7% (RISKESDAS 2013)
> 60% pasien luka bakar dalam kisaran usia produktif
Pria > wanita (karena pekerjaan/aktivitas berisiko)
55% disebabkan api, 40% disebabkan air mendidih, 5% lain-lain (kimia/listrik)
60% terjadi di rumah tangga (air panas, api, lstrik), 20% kecelakaan kerja (api, listrik,
ledakan), 20% lain-lain (kecelakaan lalu lintas)
PENYEBAB
1. Api atau benda panas (burn) paling sering pada dewasa
2. Minyak panas
3. Air panas (scald) 60% pada anak
4. Zat Kimia: asam/basa kuat (chemical burn)
5. Listrik/petir (electrical burn)
6. Radiasi
Dilan1990
Dermis
Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan
jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan:
Lapisan papiler; tipis: mengandung jaringan ikat jarang.
Lapisan retikuler; tebal: terdiri dari jaringan ikat padat.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa
derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit
tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis: struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing
forces dan respon inflamasi.
Hipodermis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan
ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di
bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan
nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis/hipodermis: melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol
bentuk tubuh dan mechanical shock absorber
Dilan1990
ANATOMI
Dilan1990
Dilan1990
PATOFISIOLOGI
Buku Ilmu Bedah de Jong:
Kulit terbakar (suhu > 44°C) → pembuluh kapiler rusak → permeabilitas kapiler ↑↑↑ yg
terpajang suhu tinggi, sel darah yang ada di dalamnya rusak sehingga terjadi anemia →
kebocoran cairan, protein plasma, dan elektrolit dari dalam intrakapiler ke interstisial
(hipotensi) → terjadi edema dan muncul bula (terjadi akumulasi cairan) → respon inflamasi:
vasodilatasi pembuluh darah & pembesaran pori → fungsi kulit ↓↓↓ (evaporasi ↑ & suhu
tubuh ↓) → cairan intravaskular ↓↓↓
→ luka bakar > 30% luas permukaan tubuh memicu respon inflamasi yang signifikan →
me↑nya kebocoran cairan dari pembuluh kapiler dan kemudian menyebabkan
pembengkakan jaringan edema → hilangnya volume darah secara keseluruhan + kehilangan
plasma yang signifikan dari darah (darah menjadi lebih kental) → hiponatremia,
hiperkalemia, dan syok hipovolemik
“Gangguan pada membran sel menyebabkan sel kehilangan kalium yang keluar dari sel dan
mengisi ruang di luar sel sehingga sel tersebut mengikat air dan natrium”
Dilan1990
Dilan1990
Respon Tubuh
1. Respon Lokal
2. Respon Sistemik
Ketika luas luka bakar mencapai 15-20% total permukaan tubuh, terjadi pelepasan
sitokin dan mediator inflamasi pada lesi yang memberi efek sistemik (ABC):
dada)
Kerusakan jaringan setelah kontak dengan sumber termis (eskar di permukaan
rongga toraks dan melingkar seluruh tubuh ke bagian belakang) gangguan
ekspansi rongga toraks (terutama inspirasi) gaya pengembangan paru berkurang
pe↓↓↓an compliance paru distres pernafasan
C. Gangguan Sirkulasi
Pe↑an permeabilitas kapiler (respon awal trauma termis) banyak cairan
intravaskular keluar (ke jaringan interstisium menimbulkan edema interstisium)
hipovolemia gangguan perfusi-oksigenasi jaringan hipoksemia di daerah lokal
trauma degradasi luka kematian jaringan (iskemia-nekrosis) hambatan
proses penyembuhan luka (delayed- atau prolonged- atau bahkan non-healing)
“Hipoperfusi organ dapat menyebabkan gangguan fungsi otak bisa akibat sirkulasi
O2 menurun (pe↓an kesadaran) dan gagal ginjal akut (akibat hipovolemik)”
Ketika luas luka bakar mencapai 30% total permukaan tubuh, respon tubuh terhadap
inflamasi akan menyebabkan antara lain: hiponatremia, hiperkalemia, dan syok
hipovolemik.
Dilan1990
PERJALANAN PENYAKIT
1. Fase awal, fase akut, fase syok (saat kejadian)
Masalah : Trauma inhalasi (Airway) dan gangguan mekanisme bernapas (Breathing)
disertai gangguan sirkulasi (Circulation) → terhambatnya asupan oksigen
metabolisme sel terganggu
Tata Laksana : hentikan paparan, evaluasi ABC, resusitasi cairan, tanda vital. dan
periksa lab, analgesik, antibiotik
2. Fase pasca syok, fase sub-akut (dalam perawatan)
Terjadi kerusakan atau kehilangan jaringan
Luka yang terjadi menyebabkan proses inflamasi disertai eksudasi protein plasma
dan infeksi yang dapat menimbulkan sepsis atau SIRS (systemic inflammatory
response syndrome)
Tata laksana: atasi infeksi, perawatan luka, dan nutrisi
3. Fase lanjut (setalah rawat jalan)
Dilan1990
Penyembuhan > 2
minggu
Klasifikasi 4 derajat:
Dilan1990
Anak-anak
Menggunakan tabel Lund & Browder dengan mengacu pada ukuran bagian
tubuh terbesar pada bayi/anak, yaitu kepala.
Dilan1990
PENEGAKAN DIAGNOSIS
a. Identifikasi pasien dan faktor risiko
Usia
Jenis Kelamin
Pekerjaan → memungkinkan pasien terpapar api, zat kimia, dan listrik yang dapat
menyebabkan luka bakar
b. Anamnesis:
Keluhan Utama: pasien datang dengan keluhan luka bakar. Bisa secara sadar maupun
tidak sadar.
Riwayat Penyakit Sekarang: Penyebab luka (etiologi), api/thermal injury, zat kimia,
maupun listrik.
Riwayat penurunan kesadaran, adanya kemungkinan trauma inhalasi (terhirup asap,
dll), adanya kemungkinan cedera lain (terjatuh, dll)
Riwayat Penyakit Dahulu: penyakit jantung, ginjal, epilepsy
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Kebiasaan: yang dapat menyebabkan risiko terjadinya luka bakar
(pekerjaan, paparan zat berbahaya, dll), penggunaan alcohol dan obat-obatan
terlarang
c. Pemeriksaan Fisik:
1. Inspeksi:
Perhatikan Airway apakah terdapat sumbatan, eritema, atau edema pada
orofaring dan sekitarnya dapat menggunakan laringoskop
Perhatikan Breathing apakah dada bergerak normal, atau ada kesulitan bernafas
Perhatikan luas luka bakar
Perhatikan derajat keparahan berat-ringannya luka bakar
Perhatikan derajat kedalaman luka bakar:
i. Derajat I → Epidermis → Eritema
ii. Derajat IIa (Epidermis dan Dermis Superfisial, merah)
Derajat IIb (Epidermis dan Deep reticular dermis, pucat)
→ terdapat bula/blister
Dilan1990
iii. Derajat III → Epidermis dan dermis → Tidak ada bula/blister, dapat
berwarna putih, coklat atau kehitaman.
iv. Derajat IV → sudah mengenai lemak subkutan, otot, bahkan tulang →
Hangus, terlihat tulang.
2. Palpasi
Perhatikan Circulation → nadi, CRT, dan perabaan akral
Palpasi disekitar luka
i. Derajat I → nyeri, memucat bila disentuh
ii. Derajat II → sangat nyeri, memucat bila disentuh
iii. Derajat III → mungkin nyeri, atau sudah mulai berkurang/kehilangan
sensasi nyeri
iv. Derajat IV → tidak dapat merasakan nyeri
d. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
• Darah Perifer Lengkap:
1. Hb → penurunan mengindikasikan adanya perdarahan, kenaikan mengindikasikan
adanya cedera
2. Ht → penurunan mengindikasikan kerusakan pembuluh darah akibat panas,
kenaikan mengindikasikan adanya kehilangan cairan
3. Leukosit → Leukositosis dapat terjadi sehubungan adanya infeksi atau inflamasi
Gas Darah Arteri → untuk mengetahui adanya kecurigaan masalah pernafasan. Pe↓an
PaO2 atau ke↑an PaCO2 akan terlihat pada retensi karbon monoksida.
Elektrolit serum → Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipernatermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi
dapat terjadi bila mulai diuresis.
BUN atau Kreatinin → Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi
ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
EKG → Memantau kerja jantung, untuk mengetahui adanya tanda iskemia
miokardial atau disritmia (terutama untuk luka bakar listrik)
Dilan1990
PENATALAKSANAAN
PRINSIP TATA LAKSANA
a. LB ringan : mendinginkan daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi
dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berploriferasi, dan menutup
permukaan luka. Luka dapat dirawat tertutup/terbuka.
b. LB berat : penangan umum seperti LB ringan + resusitasi segera (untuk
mencegah syok), bila ada trauma inhalasi berikan oksigen murni dengan
ETT/trakeostomi
PERTOLONGAN PERTAMA
a. Hentikan proses luka bakar
b. Dinginkan luka bakar tetapi tidak berlebih → efektif pada 20 menit pertama
dengan irigasi air 15°C (jangan air es) selama 15-20 menit. Tujuan:
o mengurangi kedalaman luka bakar, nyeri, dan edema
o menghentikan proses koagulasi protein sel di jaringan yg tepajan suhu tinggi
c. Analgesik (terutama LB superfisial): golongan OAINS seperti ibuprofen, bila tidak
dapat mengatasi nyeri berikan morfin oral/IV 1-3 mg/KgBB/titrasi
d. Tutup luka bakar untuk luka bakar derajat 2-3 (bukan membungkus)
Sebaiknya dressing yang digunakan lentur, lembut, tidak menempel, kedap, dan
transparan
RESUSITASI
1. Airway
o Collar brace, kecuali yakin tidak ada jejas servikal
o Intubasi (ETT)
Indikasi :
a. Edema/eritema area orofaring dari inspeksi langsung dengan laringoskop
b. Suara yang berubah menjadi kasar atau batuk kasar
c. Stridor, takipnea, dispnea
2. Breathing
Dilan1990
o Luka bakar yang mengelilingi dada, atau sangat luas dan dalam di area dada
→ membatasi gerakan dada → ventilasi inadekuat → dibutuhkan tindakan
eskarotomi (untuk memperbaiki compliance dinding dada)
o Afinitas ikatan CO2 dengan deoksihemoglobin 40 kali lebih kuat bia
dibandingkan O2 → hipoksia ekstraseluler dan intraseluler → (bila perlu) AGD
dapat menunjukan asidosis metabolik dan peningkatan karboksi-hemoglobin
→ berikan oksigen 100% untuk menggeser kedudukan CO2 dengan cepat
3. Circulation
o Indikasi: bila menunjukan gejala syok
o Metode:
a. Metode Baxter/Parkland
Cairan kristaloid RL = 4ml/Kg(BB)/% luas luka bakar
Diberikan setengah kebutuhan dalam 8 jam pertama, setengah
kebutuhan sisanya dalam 16 jam berikutnya.
Hari ke-2 diberikan setengah kebuthan hari pertama.
Target utin output dewasa : 0,5-1 ml/Kg(BB)/jam
Target urin output anak : 1-2 ml/Kg(BB)/jam
b. Metode Evans-Brooke
PERAWATAN TERBUKA
Keuntungan : luka lebih cepat kering (kuman sulit berkembang)
Kerugian : dengan penggunaan obat topikal, alas tidur menjadi kotor
RAWAT JALAN
Indikasi:
a. Luka bakar II < 10% LPT (dewasa usia > 16 tahun)
b. Luka bakar II < 5% LPT (anak usia < 16 tahun)
c. Tidak ada komorbid
Dilan1990
TINDAKAN BEDAH
a. Eskarotomi (pemotongan eskar)
Indikasi : LB III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh (karena pengerutan
keropeng dan pembengkakan yang terus berlangsung dapat menjepit dan
membahayakan sirkulasi → bagian distal bias mati)
Tanda penjepitan seperti nyeri dan kebas pada distal harus segera ditolong
dengan membuat irisan memanjang yang membuka keropeng
b. Eksisi Tangensial (setelah keadaan stabil)
Dilakukan pada hari ke-3 sampai ke-7 untuk membuang jaringan mati.
c. Skin Graft (untuk mencegah penguapan berebihan)
Luka yang telah bersih dapat ditutup dengan skin graft yang diambil dari kulit
sendiri (permanen) atau bahan biologis seperti kuit cadaver untuk sementara bila
terdapat keterbatasan kulit penderita
Indikasi : LB II dalam / LB III agar mencegah terjadinya keloid dan parut hipertrofik.
Dilakukan sebelum hari ke-10 (sebelum timbul jaringan granulasi)
TAMBAHAN
a. Imunisasi Tetanus : belum imunisasi berikan ATS, bila sudah imunisasi berikan TT
b. Nutrisi : oral/NGT 2500 kalori/hari
Dilan1990
PROGNOSIS
a. Faktor Penderita
1. Usia penderita
Buruk pada bayi (sistem regulasi belum sempurna) dan lansia (proses degeneratif
pada sistem, organ, dan sel)
2. Jenis kelamin
Angka kesakitan (morbiditas) wanita > pria, karena kulit yang lebih tipis & kandungan
air wanita 60% < pria 70%
b. Faktor Trauma
1. Jenis Luka Bakar
Listrik/petir (kerusakanb tunika intima keseluruhan) > zat kimia (destruksi jaringan
hebat) > api > minyak panas > air panas
2. Luas Luka Bakar : semakin luas, semakin buruk prognosisnya
3. Kedalaman Luka Bakar : semakin dalam, semakin lama jelek prognosisnya
4. Lokasi
Muka dan leher : trauma inhalasi & edema laring
Perineum dan anus : kontaminasi pathogen P. aurogenosa dan E. coli
Sendi dan tangan : morbiditas tinggi
c. Faktor Tatalaksana
KOMPLIKASI
1. Pneumonia : menyertai trauma inhalasi
2. Atelektasis : menyertai trauma inhalasi
3. Anemia : pada LB > 10 %
4. PTSD : terutama sering pada anak-anak
5. SIRS (systemic inflammatory response syndrome)
6. MODS (multisystem organ disfunction syndrome)
7. Stress ulcer : biasa terjadi 3-5 hari pasca trauma. Sering pada gaster dan dinding
posterior duodenum. Teori: ketidakseimbangan faktor agresor (peningkatan asam
lambung, gastrin, pepsin, refluks cairan empedu).
Dilan1990
8. ARDS : akibat proses sistemik yang terjadi karena jaringan luka bakar, infeksi
atau inflamasi, bukan dari akibat langsung trauma pada paru
Pada alveoli terjadi penumpukan cairan, protein, dan sel-sel inflamasi yang diikuti
peningkatan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan plasma ke
interstisium (edema).
PENCEGAHAN
Membatasi suhu air panas
Alarm asap
Sistem penyemprot air
Konstruksi bangunan yang sesuai
Pakaian tahan api pada pekerja berisiko
Mengukur suhu air mandi dengan thermometer
Pelindung cipratan pada kompor
Pembatasan penjualan kembang api untuk anak-anak
Dilan1990