Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENGUJIAN ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR

1.1 Pendahuluan
Pengujian analisis saringan agregat halus dan kasar dimaksudkan sebagai acuan dan
pegangan untuk mengetahui gradasi butiran dari agregat halus dan agregat kasar
termasuk agregat campuran.

Pengujian dilakukan dengan cara penyiapan, penimbangan, pengeringan, dan


penyaringan contoh uji. Hasil pengujian dinyatakan dalam persentase material yang
tertahan pada setiap saringan, persentase total dari material yang lolos setiap saringan,
dan persentase total dari material yang tertahan pada setiap saringan, dan persentase
total dari material yang tertahan pada setiap saringan, serta indeks modulus kehalusan.

1.2 Ruang Lingkup


Metode uji ini meliputi penentuan pembagian ukuran partikel agregat halus dan agregat
kasar dengan penyaringan berdasarkan standar SNI ASTM C136:2012 “Cara Uji
Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar”.

1.3 Arti dan Kegunaan


Analisis saringan agregat adalah penentuan persentase berat butiran agregat yang lolos
dari satu set saringan kemudian angka-angka persentase tersebut digambarkan pada
grafik pembagian butir. Agregat biasanya terdiri atas beraneka ragam ukuran mulai dari
kecil sampai besar. Apabila agregat yang digunakan mempunyai ukuran yang seragam
maka volume pori-pori yang diperoleh akan sangat besar akan, tetapi jika agregat yang
digunakan mempunyai ukuran yang bervariasi maka volume pori-pori akan sangat kecil
dengan jumlah kemampatan yang sangat tinggi.

Untuk mendapatkan hasil pencampuran beton dengan jumlah kemampatan yang tinggi
maka kita memerlukan agregat dengan ukuran yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, perlu
dilakukannya pengujian terhadap gradasi atau pengujian analisis saringan untuk
menguraikan ukuran-ukuran agregat dalam saringan atau ayakan. Batasan ukuran
butiran antara agregat halus dan agregat kasar menurut British Standard adalah 4,75
mm. Dimana agregat halus dibagi menjadi 4 kelompok, dengan spesifikasi batas bawah
dan atas dari persentase berat kumulatif lolos saringan sebagai berikut :
Tabel 1.1 Batas Gradasi Agregat Halus menurut SNI-03-2834-2000
Batas Persentase Lolos Ayakan Agregat
SNI-03-2834-2000 ASTM C33
Ukuran
No. Gradasi No. 1 Gradasi No. 2 Gradasi No. 3 Gradasi No. 4 Fine
(mm)
(Kasar) (Sedang) (Agak Halus) (Halus) Aggregate
Bawah Atas Bawah Atas Bawah Atas Bawah Atas Bawah Atas
3/8" 9,600 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
No. 4 4,800 90 100 90 100 90 100 95 100 95 100
No. 8 2,400 60 95 75 100 85 100 95 100 80 100
No. 16 1,200 30 70 55 90 75 100 90 100 50 85
No. 30 0,600 15 34 35 59 60 79 80 100 25 60
No. 50 0,300 5 20 8 30 12 40 15 50 5 30
No. 100 0,150 0 10 0 10 0 10 0 15 0 10
(Sumber: SNI 03-2834-2000 dan ASTM C33)

Adapun untuk agregat kasar memiliki pengelompokkan batas bawah dan batas atas
berdasarkan SNI 03-2834-2000 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.2 Batas Gradasi Agregat Kasar Menurut SNI 03-2834-2000
Batas Persentase Lolos Ayakan Agregat
Ukuran
No. Ukuran Butiran Ukuran Butiran Ukuran Butiran
Saringan
Saringan Maks. 10 mm Maks. 20 mm Maks. 40 mm
(mm)
Bawah Atas Bawah Atas Bawah Atas

3" 76,20 - - - - 100 100

1,5" 38,10 - - 100 100 95 100

3/4" 19,05 100 100 95 100 35 70

3/8" 9,60 50 85 30 60 10 40

No. 4 4,74 0 10 0 10 0 5

(Sumber : SNI 03-2834-2000)


Tabel 1.3 Batas Gradasi Agregat Kasar Menurut ASTM C33
Ukuran No. 4" 3 1/2" 3" 2 1/2" 2" 1 1/2" 1" 3/4" 1/2" 3/8" No.4 No.8 No.16
Nominal Gradasi 100 88,90 76,20 63,50 50,80 38,10 25,40 19,05 12,70 9,60 4,74 2,40 1,20
1 1/2" - 3 1/2" 1 100 90-100 - 25-60 - 0-15 - 0-5
1 1/2" - 2 1/2" 2 100 90-100 35-70 0-15 - 0-5
1" - 2" 3 100 90-100 35-70 0-15 - 0-5
N0.4 - 2" 357 100 95-100 - 35-70 - 10-30 - 0-5
3/4" - 1 1/2" 4 100 90-100 20-55 0-15 - 0-5 -
No.4 - 1 1/2" 467 100 95-100 35-70 - 10--30 0-5
1/2" - 1" 5 100 90-100 20-55 0-10 0-5 -
3/8" - 1" 56 100 90-100 40-85 10-40 0-15 0-5
No.4 - 1" 57 100 95-100 - 25-60 - 0-10 0-5
3/8" - 3/4" 6 100 90-100 20-55 0-15 0-5 -
No.4 - 3/4" 67 100 90-100 - 20-55 0-10 0-5
No.4 - 1/2" 7 100 90-100 40-70 0-15 0-5
No.8 - 1/2" 8 100-100 85-100 10-30 0-10 0-5

(Sumber: ASTM C33)

1.4 Peralatan dan Bahan


1.4.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan, terdiri dari:
1) Satu set saringan;
Tabel 1.4 Ukuran Saringan
No. Saringan Ukuran Saringan (mm)
3,5” 90,0
3” 75,0
2,5” 63,0
2” 50,0
1,5” 37,5
1” 25,0
¾” 19,0
½” 12,5
3/8” 9,5
No. 4 4,75
No. 8 2,36
No. 16 1,18
No. 30 0,60
No. 50 0,30
No. 100 0,15
No. 200 0,075
(Sumber: ASTM E11)
2) Timbangan berkapasitas 20 kg dan kapasitas 5 kg (digital) dengan ketelitian
0,1% dari berat benda uji;
3) Oven (110 ±5°C);
4) Sieveshaker;
5) Sendok pasir;
6) Sikat/ kuas.

1.4.2 Bahan
Berat minimum benda uji tergantung pada ukuran maksimum agregat dengan ketentuan
sebagai berikut:
Tabel 1.5 Berat Benda Uji Minimum Agregat Halus
Ukuran Maksimum Agregat Halus Berat Benda Uji
No. Saringan Ukuran Saringan (gr)
No. 4 4,75
300
No. 8 2,38
(Sumber: SNI ASTM C136:2012)

Tabel 1.6 Berat Benda Uji Minimum Agregat Kasar


Ukuran Maksimum Agregat Kasar Berat Benda Uji
No. Saringan Ukuran Saringan (kg)
3,5” 90,0 100
3” 75,0 60
2,5” 63,0 35
2” 50,0 20
1,5” 37,5 15
1” 25,0 10
¾“ 19,0 5
½“ 12,5 4
3/8 “ 9,5 1
(Sumber : SNI ASTM C136:2012)
1.5 Persiapan Praktikum
Persiapan praktikum yang dilakukan, terdiri dari:
1) Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110±5°C) selama ± 24 jam atau
hingga mencapai berat tetap;

Gambar 1.1 Benda Uji Dimasukkan Ke dalam Oven


2) Berat benda uji dalam keadaan kering oven sesuai dengan Tabel 1.2 (untuk
agregat halus) dan Tabel 1.3 (untuk agregat kasar).

1.6 Prosedur Praktikum


Prosedur yang dilakukan, terdiri dari:
1) Benda uji diayak dengan susunan saringan paling besar ditempatkan di bagian
paling atas selama 15 menit;
Gambar 1.2 Penyusunan Saringan
2) Masing-masing ayakan dibersihkan, dimulai dari ayakan yang teratas dengan
kuas;
3) Berat agregat yang tertahan di atas masing-masing ayakan ditimbang;

Gambar 1.3 Penimbangan Agregat


4) Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat
tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan No.4. Selanjutnya agregat
halus dan agregat kasar disediakan sebanyak jumlah seperti tercantum di atas.
1.7 Perhitungan
Persentase berat benda uji yang tertahan di atas saringan:
1) Berat Benda Uji:
Berat Tertahan Kumulatif = (Wn-1 ) – Wn ............................. (1-1)
W W
Persentase Berat Tertahan Kumulatif = An x 100% + An-1 x 100% .. (1-2)

Persentase Berat Lolos Kumulatif = (A - Wn ) x 100% .................. (1-3)


2) Modulus Kehalusan:
Σ Skum AH (%)
FMAH = ...................................... (1-4)
100
Σ Skum AK (%)
FMAK = ....................................... (1-5)
100

Keterangan:
A = Berat benda uji
Wn = Berat Tertahan pada saringan ke-n
Wn-1 = Berat Tertahan pada saringan sebelumnya
FMAH = Modulus kehalusan agregat halus
FMAK = Modulus kehalusan agregat kasar
ΣSkum(%) AH = Berat total % tertahan kumulatif saringan 4, 8, 16, 30, 50, 100
ΣSkum(%) AK = Berat total % tertahan kumulatif saringan > 0,150 mm.

1.8 Pengolahan Data


Pengujian Analisis Saringan Agregat Kasar dan Halus dilakukan di Laboratorium
Teknologi Bahan Konstruksi, Teknik Bahan Konstruksi. Pengujian ini dilakukan pada
Jumat, 23 Agustus 2019. Hasil dari pengujian ini disajikan dalam grafik dan tabel
berikut.
Tabel 1.7 Analisa Saringan Agregat Halus Benda Uji 1

Kumulatif
Ukuran Berat Berat
No.
Saringan Tertahan Tertahan Berat Berat
Saringan
(mm) (gr) (%) Tertahan Lolos
(%) (%)
3/8" 9,50 0,00 0,00 0,00 100,00
No. 4 4,75 0,00 0,00 0,00 100,00
No. 8 2,36 2,00 0,40 0,40 99,60
No. 16 1,18 14,00 2,81 3,21 96,79
No. 30 0,60 71,00 14,23 17,43 82,57
No. 50 0,30 185,00 37,07 54,51 45,49
No. 100 0,15 218,00 43,69 98,20 1,80
No. 200 0,075 9,00 1,80 100,00 0,00
Pan 0,00 0,00 100,00 0,00
Jumlah 499,00 100,00

Tabel 1.8 Analisa Saringan Agregat Halus Benda Uji 2


Kumulatif
Ukuran Berat Berat
No. Berat Berat
Saringan Tertahan Tertahan
Saringan Tertahan Lolos
(mm) (gr) (%)
(%) (%)
3/8" 9,5 0,00 0,00 0,00 100,00
No. 4 4,75 0,00 0,00 0,00 100,00
No. 8 2,36 1,00 0,20 0,20 99,80
No. 16 1,18 14,00 2,80 3,00 97,00
No. 30 0,6 72,00 14,40 17,40 82,60
No. 50 0,3 190,00 38,00 55,40 44,60
No. 100 0,15 209,00 41,80 97,20 2,80
No. 200 0,075 10,00 2,00 99,20 0,80
Pan 4,00 0,80 100,00 0,00
Jumlah 500,00 100,00
Contoh perhitungan untuk benda uji 1 No. Saringan 100 :
1) Persentase tertahan :
218
% Tertahan = × 100 = 43,9%
499,00
2) Persentase lolos :
% Lolos = 45,49 % - 43,9 %
= 1,80 %

Tabel 1.9 Analisis Saringan Kumulatif Berat Lolos Benda Uji Agregat Halus
Syarat
Kumulatif Berat Lolos (%) Syarat (%)
(%)
No. Saringan
SNI 03-2834-2000
Benda Uji 1 Benda Uji 2 Rata-rata Gradasi No. 4
ASTM C33

3/8" 100,00 100,00 100,00 100-100 100-100


No. 4 100,00 100,00 100,00 95-100 95-100
No. 8 99,60 99,80 99,70 95-100 80-100
No. 16 96,79 97,00 96,90 90-100 50-85
No. 30 82,57 82,60 82,58 80-100 25-60
No. 50 45,49 44,60 45,05 15-50 5-30
No. 100 1,80 2,80 2,30 0-15 0-10
No. 200 0,00 0,80 0,40 0-0 0-0
Pan 0,00 0,00 0,00 - -

Berdasarkan analisis saringan agregat halus pada Tabel 1.9 didapat rata-rata kumulatif
berat lolos yang dapat dikorelasikan dengan syarat SNI 03-2834-2000 Gradasi No. 4 dan
ASTM C33. Adapun rata-rata kumulatif dan syarat-syarat dikorelasikan dalam bentuk
grafik sebagai berikut.
Kumulatif Persentasi Lolos (%) Grafik Perbandingan Hasil Gradasi Agregat Halus dengan
Batas Gradasi SNI 03-2834-2000
100.00 96.90
90.00 99.70 100.00 100.00
80.00 82.58
70.00
60.00
50.00
40.00 45.05
30.00
20.00
10.00
0.00 0.40 2.30
0.075 0.150 0.300 0.600 1.180 2.360 4.750 9.500
Ukuran Saringan (mm)
Batas Atas Batas Bawah Benda Uji

Gambar 1.4 Grafik Agregat Halus terhadap Batas Gradasi SNI 03-2834-2000

Grafik Perbandingan Hasil Gradasi Agregat Halus dengan


Kumulatif Persentasi Lolos (%)

Batas Gradasi ASTM C33


100.00 96.90
90.00 99.70 100.00 100.00
80.00 82.58
70.00
60.00
50.00
40.00 45.05
30.00
20.00
10.00
0.00 0.40 2.30
0.075 0.150 0.300 0.600 1.180 2.360 4.750 9.500
Ukuran Saringan (mm)
Batas Atas Batas Bawah Benda Uji

Gambar 1.5 Grafik Agregat Halus terhadap Batas Gradasi ASTM C33
Dari Gambar 1.4 dan Gambar 1.5 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kumulatif berat
lolos agregat halus telah memenuhi syarat SNI 03-2834-2000 Gradasi No.4 namun tidak
memenuhi syarat ASTM C33.
Tabel 1.10 Analisa Saringan Agregat Kasar Benda Uji 1
Kumulatif
No. Ukuran Berat Tertahan Berat Tertahan Berat Berat
Saringan Saringan (gram) (%) Tertahan Lolos
(%) (%)
3" 75,00 0,00 0,00 0,00 100,00
2 1/2" 63,00 0,00 0,00 0,00 100,00
2" 50,00 0,00 0,00 0,00 100,00
1 1/2" 37,50 0,00 0,00 0,00 100,00
1" 25,00 0,00 0,00 0,00 100,00
3/4" 19,00 5088,00 34,07 34,07 65,93
1/2" 12,50 5455,00 36,52 70,59 29,41
3/8" 9,50 2261,00 15,14 85,73 14,27
No. 4 4,75 2101,00 14,07 99,80 0,20
No. 8 2,36 30,00 - 100,00 -
No. 16 1,18 - - 100,00 -
Pan 0,00 99,80 0,20
Jumlah 14935,00 100,00

Tabel 1.11 Analisa Saringan Agregat Kasar Benda Uji 2


Kumulatif
No. Ukuran Berat Tertahan Berat Tertahan Berat Berat
Saringan Saringan (gram) (%) Tertahan Lolos
(%) (%)
3" 75,00 0,00 0,00 0,00 100,00
2 1/2" 63,00 0,00 0,00 0,00 100,00
2" 50,00 0,00 0,00 0,00 100,00
1 1/2" 37,50 0,00 0,00 0,00 100,00
1" 25,00 0,00 0,00 0,00 100,00
3/4" 19,00 5133,00 34,37 34,37 65,63
1/2" 12,50 5529,00 37,02 71,39 28,61
3/8" 9,50 2171,00 14,54 85,93 14,07
No. 4 4,75 2089,00 13,99 99,91 0,09
No. 8 2,36 30,000 - 100,00 -
No. 16 1,18 - - 100,00 -
Pan - - - -
Jumlah 14952 100,11
Tabel 1.12 Analisis Saringan Kumulatif Berat Lolos Benda Uji Agregat Kasar
Kumulatif Berat Lolos (%) Syarat (%) Syarat (%)
SNI 03-2834-
No. 2000 ASTM C33
Saringan Benda Uji 1 Benda Uji 2 Rata-rata Uk. Gradasi No.
Butiran Maks. 467
40 mm
3'' 100,00 100,00 100,00 100-100 -
2 1/2'' 100,00 100,00 100,00 - -
2'' 100,00 100,00 100,00 - 100
1,5'' 100,00 100,00 100,00 95-100 95-100
1'' 100,00 100,00 100,00 - -
3/4'' 65,93 65,63 65,78 35-70 35-70
1/2'' 29,41 28,61 29,01 - -
3/8'' 14,27 14,07 14,17 10-40 10-30
No. 4 0,20 0,09 0,14 0-5 0-5
No. 8 - - - - -
No. 16 - - - - -

Berdasarkan analisis saringan agregat kasar pada Tabel 1.8 didapat rata-rata kumulatif
berat lolos yang dapat dikorelasikan dengan syarat SNI 03-2834-2000 Uk. Butiran
Maks. 40 mm dan ASTM C33 Gradasi No. 467. Adapun rata-rata kumulatif dan syarat-
syarat dikorelasikan dalam bentuk grafik sebagai berikut.
Grafik Perbandingan Hasil Gradasi Agregat Kasar dengan
Batas Gradasi ASTM C33 No. 467 100.00
Kumulatif Persentase Lolos (%)

100.00 100.00 100.00


100.00 100.00
90.00
80.00
70.00 65.78
60.00
50.00
40.00
30.00 29.01
20.00
14.17
10.00 0.14
0.00
4.75 9.50 19.00 38.00 76.00
Ukuran Saringan (mm)
Benda Uji Batas Bawah Batas Atas

Gambar 1.6 Grafik Agregat Kasar terhadap Batas Gradasi Uk. Butiran Maks. 40 mm
Grafik Perbandingan Hasil Gradasi Agregat Kasar dengan
Batas Gradasi ASTM C33 No. 467 100.00

Kumulatif Persentase Lolos


100.00 100.00 100.00
100.00 100.00
90.00
80.00
70.00 65.78
60.00
(%)

50.00
40.00
30.00 29.01
20.00
14.17
10.00 0.14
0.00
4.75 19.00 76.00
Ukuran Saringan (mm)
Benda Uji Batas Bawah Batas Atas

Gambar 1.7 Grafik Agregat Kasar terhadap Batas Gradasi ASTM C33
Dari Gambar 1.6 dan Gambar 1.7 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kumulatif berat
lolos agregat halus telah memenuhi syarat SNI 03-2834-2000 Uk. Butiran Maks. 40 mm
dan syarat ASTM C33. Adapun modulus kehalusan dari agregat halus dan kasar yang
telah diuji disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 1.13 Modulus Kehalusan Agregat
Σskum Syarat
Jenis Benda Uji Fineness
AH Average ACI Keterangan
Agregat No. Modulus
(%) 221
Tidak
Benda Uji 1 173,75 1,74
Agregat Memenuhi
1,73 2,2-3,1
Halus Tidak
Benda Uji 2 173,2 1,73
Memenuhi
Agregat Benda Uji 1 790,19 7,90 Memenuhi
7,91 5,5-8,5
Kasar Benda Uji 2 791,60 7,92 Memenuhi
Contoh perhitungan agregat halus benda uji 1:
Σ Skum AH = Berat total % tertahan kumulatif saringan 4, 8, 16, 30, 50, 100
= 0,00 + 0,40 + 3,21 + 17,43 + 54,51 + 98,20
= 173,75%

Σ Skum AH (%)
Fineness Modulus =
100
173,75
=
100
= 1,74

Pada Tabel 1.13 didapatkan hasil modulus kehalusan pada agregat halus sebesar 1,73
dan untuk agregat kasar 7,91. Dari hasil yang didapatkan maka pada benda uji agregat
halus tidak memenuhi persyaratan ACI 221 yaitu pada interval 2,2 – 3,1 hal ini
dikarenakan analisis saringan agregat halus yang ternasuk gradasi No.4 sehingga
dikategorikan sebagai agregat sangat halus, sedangkan untuk benda uji agregat kasar
memenuhi persyaratan ACI 221 yaitu pada interval 5,5 – 8,5. Agregat halus disarankan
untuk tidak digunakan pada pencampuran beton dikarenakan dapat mempengaruhi
kelecakan mortar beton.
BAB 2
PENGUJIAN KADAR AIR AGREGAT HALUS DAN AGREGAT KASAR

2.1 Pendahuluan
Ketepatan massa komponen agregat dan air dalam pembuatan beton sangat
mempengaruhi kualitas beton tersebut. Namun pada kenyataannya sering kali ditemui
stok agregat yang akan digunakan berada dalam kondisi basah sehingga massa agregat
dan massa air perlu dikoreksi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian kadar air
agregat antara lain sesuai dengan cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan.

2.2 Ruang Lingkup


Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan ini mencakup penentuan persentase
air yang dapat menguap dari dalam contoh agregat dengan cara pengeringan
berdasarkan standar SNI 1971:2011, “Cara uji kadar air agregat dengan pengeringan”.
Hasil pengujian kadar air ini dapat digunakan dalam pekerjaan perencanaan campuran
dan pengendalian mutu terhadap beton. Apabila agregat dapat berubah secara kimiawi
akibat pemanasan (misalnya kapur), atau diperlukan pengukuran yang lebih teliti maka
pengujian harus menggunakan oven berventilasi yang dilengkapi dengan pengontrol
temperatur.

2.3 Arti dan Kegunaan


Kadar air agregat merupakan perbandingan antara berat air yang terkandung dalam
agregat dengan berat agregat dalam keadaan kering atau dengan kata lain adalah
banyaknya air yang terkandung di dalam agregat, dan disajikan dalam bentuk
persentase. Nilai kadar air ini digunakan untuk mengoreksi terhadap tekanan air pada
perencanaan pembuatan beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat di lapangan.
Kadar air agregat secara umum dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1) Kadar air dengan keadaan dimana agregat kering dan sama sekali tidak berair
(kering tungku);
2) Kadar air dengan keadaan dimana permukaan agregat kering akan tetapi pori-
porinya tetap basah (kering udara);
3) Kadar air yang keadaannya jenuh kering permukaan;
4) Kadar air dengan keadaan dimana agregat banyak mengandung air (basah).

2.4 Peralatan dan Bahan


2.4.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan, terdiri dari:
1) Timbangan berkapasitas 20 kg dan kapasitas 5 kg (digital) dengan ketelitian
0,1% dari berat benda uji;
2) Oven;
3) Cawan logam berkapasitas cukup besar untuk tempat pengeringan benda uji;
4) Sendok pasir/sekop.

2.4.2 Bahan
Berat minimum benda uji tergantung pada ukuran maksimum agregat dengan ketentuan
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Persyaratan Berat Minimum Benda Uji
Ukuran Nominal
Jenis Maksimum Massa Minimum Benda Uji
Agregat Agregat Agregat (Kg)
mm Inci
Agregat
4,75 (No. 4) 0,5
Halus
9,5 3/8 1,5
12,5 ½ 2
19,0 ¾ 3
Agregat
25,0 1 4
Kasar
37,5 1½ 6
50 2 8
63 2½ 10
(Sumber: SNI 1971:2011)
2.5 Persiapan Praktikum
Benda uji disiapkan agregat kasar dan agregat halus sesuai dengan yang diisyaratkan.

2.6 Prosedur Praktikum


Prosedur yang dilakukan, terdiri dari:
1) Cawan ditimbang dan dicatat beratnya (W1);

Gambar 2.1 Penimbangan Berat Cawan


2) Benda uji dimasukkan ke dalam cawan, kemudian ditimbang beratnya (W2);

Gambar 2.2 Penimbangan Berat Benda Uji


3) Berat benda uji dihitung (W3 = W2 – W1);
4) Benda uji + cawan dikeringkan dalam oven pada suhu (110 ±5°C) hingga
mencapai berat tetap.

Gambar 2.3 Benda Uji Dikeringkan ke dalam Oven


5) Setelah kering, benda uji ditimbang dan dicatat berat benda uji + cawan (W4);
6) Berat benda uji kering dihitung (W5= W4 – W1);
7) Pengujian dilakukan pada 2 benda uji yang berbeda.

2.7 Perhitungan
Untuk menentukan besarnya kadar air agregat, digunakan rumus berikut:
W3 - W5
Kadar air agregat = x 100%.............................. (2-1)
W5
Keterangan:
W1 = Berat cawan
W2 = Berat cawan + benda uji awal
W3 = Berat benda uji awal (W2-W1)
W4 = Berat cawan + benda uji kering oven
W5 = Berat benda uji kering oven (W4-W1)

2.8 Pengolahan Data


Pengujian kadar air agregat halus dan agregat kasar dilakukan di Laboratorium
Teknologi Bahan Konstruksi UKRIDA. Hasil dari pengujian ini didapatkan data yang
disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2.2 Kadar Air Agregat Halus dan Kasar
Agregat Halus Agregat Kasar
Keterangan Benda Benda Benda Benda
Uji 1 Uji 2 Uji 1 Uji 2
Berat wadah (W1) 280 gr 241 gr 221 gr 295 gr
Berat benda uji + wadah (W2) 780 gr 741 gr 6221 gr 6295 gr
Berat benda uji awal (W3) 500 gr 500 gr 6000 gr 6000 gr
Berat wadah + benda uji kering
776 gr 737 gr 6080 gr 6039 gr
oven (W4)
Berat benda uji kering oven (W5) 495 gr 494 gr 5859 gr 5743 gr
Kadar air total % 1,01 1,21 2,41 4,48
Rata-rata kadar air % 1,11 3,44
Dari hasil pengolahan data didapat nilai kadar air toal untuk agregat halus benda uji 1
sebesar 1,01%, untuk benda uji 2 sebesar 1,21%, dengan rata-rata kadar air sebesar
1,11% dan untuk agregat kasar benda uji 1 sebesar 2,41%, untuk benda uji 2 sebesar
4,48%, dengan rata-rata kadar air sebesar 3,44%. Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui persentasi kadar air dalam agregat sebagai keperluan pengaturan massa
komponen agregat. Menurut ACI E1-07, syarat untuk kadar air pada agregat halus dan
agregat kasar berturut-turut adalah 0-10 % dan 0-2 %. Oleh karena itu, hasil pengujian
rata-rata kadar air yang didapat dari kedua benda uji telah memenuhi syarat ACI E1-07.
Dengan demikian benda uji yang digunakan dalam pengujian dapat digunakan sebagai
material campuran beton.
BAB 3
PENGUJIAN KADAR ORGANIK AGREGAT HALUS

3.1 Pendahuluan
Pengujian ini digunakan untuk memberikan peringatan bahwa mungkin ada sejumlah
kotoran organik yang merugikan dalam penerimaan agregat halus yang akan digunakan
sebagai material untuk beton.

3.2 Ruang Lingkup


Pengujian dilakukan untuk menentukan perkiraan adanya kotoran organik yang
merugikan dalam agregat halus dengan menggunakan standar warna kaca (organic
plate) berdasarkan standar SNI 2816:2014, “Cara uji bahan organik dalam agregat halus
untuk beton”.

3.3 Arti dan Kegunaan


Nilai yang terpenting dari standar ini adalah untuk memberikan peringatan bahwa
mungkin ada sejumlah kotoran organik yang merugikan. Bila benda uji tetap ingin
digunakan walapun pengujian menghasilkan warna yang lebih gelap dari warna standar,
maka disarankan untuk melakukan uji pengaruh kotoran organik pada kekuatan mortar
sesuai ASTM C87.

3.4 Peralatan dan Bahan


3.4.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan, terdiri dari:
1) Gelas ukur transparan dengan volume 350 ml dengan penutup karet yang tidak
bereaksi dengan NaOH;
2) Piring standar warna atau organic plate;
3) Timbangan berkapasitas 5 kg (digital).
3.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan sebagai berikut:

1) Agregat halus yang lolos saringan No. 4 dengan berat minimum 500 gram dalam
keadaan kering. Pengujian dilakukan dalam kondisi belum dicuci dua benda uji
dan sudah dicuci dua benda uji;
2) Larutan NaOH (Natrium Hidroksida) 3%.
3.5 Persiapan Praktikum
Benda uji dikeringkan sebanyak 500 gram dalam oven dengan suhu (110±5ºC) selama ±
24 jam atau hingga mencapai berat tetap.

3.6 Prosedur Praktikum


Prosedur praktikum yang dilakukan, terdiri dari:
1) Benda uji dimasukkan ke dalam gelas ukur sampai 130 ml;
2) Senyawa NaOH 3% ditambahkan ke dalam gelas ukur sampai 200 ml;

Gambar 3.1 Penambahan Senyawa NaOH 3% ke dalam Gelas Ukur


3) Gelas ukur ditutup dengan rapat, kemudian gelas ukur dikocok selama 10 menit,
kemudian didiamkan selama 24 jam;
Gambar 3.2 Gelas Ukur dikocok Selama 10 menit
4) Warna cairan diamati di atas permukaan pasir dalam gelas ukur itu dan warnanya
dibandingkan dengan larutan pembanding.

Gambar 3.3 Pengamatan Warna Larutan dengan Warna Pembanding


5) Jika kadar organik terlalu tinggi/ atau terlalu kotor (lebih besar dari standar
warna Gardner no. 11) maka warna cairan di dalam gelas ukur lebih tua bila
dibandingkan dengan warna cairan pembanding.
3.7 Pengolahan Data
Pengujian dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil UKRIDA. Hasil pengujian disajikan
dalam bentuk gambar sesuai hasil pengamatan secara langsung.
Tabel 3.1 Perbandingan Warna Organic Plate
Keterangan Benda Uji Tidak Dicuci Benda Uji Dicuci

Gambar

Nomor Nomor 11 Nomor 14


Warna Coklat Pekat Coklat Terang

Dari hasil pengujian kadar organik agregat halus yang telah dilakukan, dapat dilihat
bahwa agregat halus yang telah dicuci termasuk warna gardner nomor 11 dan untuk
agregat halus yang belum dicuci termasuk warna gardner nomor 14, sehingga agregat
halus yang belum dicuci dianggap mengandung kotoran organik yang merugikan yang
akan menyebabkan campuran beton mengalami penurunan mutu beton dan kekuatan
mortar sesuai ASTM C87. Dan untuk agregat halus yang telah dicuci sudah berdasarkan
SNI 2861:2014 yaitu warna gardner nomor 11 dan dapat digunakan untuk campuran
beton.
BAB 4
PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN

4.1 Pendahuluan
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan untuk melakukan pengujian berat
isi semen portland. Berat isi semen Portland adalah perbandingan antara berat kering
semen pada suhu ruang dengan satuan isi.

4.2 Ruang Lingkup


Metode ini mencakup menentukan nilai berat isi semen Portland dan untuk
pengendalian mutu semen berdasarkan standar SNI 15-2531-1991, “Cara uji berat jenis
semen Portland”.

4.3 Arti dan Kegunaan


Semen adalah bahan yang digunakan secara umum di seluruh dunia sebagai bahan dasar
untuk beton, mortar, plester, dan adukan. Semen akan bereaksi dan dapat mengeras
apabila bersenyawa dengan air yang disebut sebagai proses Hidrasi. Berat jenis semen
disyaratkan memiliki nilai 3,15. Pada kenyataannya berat jenis semen yang diproduksi
akan berkisar antara 3,05 hingga 3,25. Variasi ini akan berpengaruh pada proporsi
campuran semen dalam campuran.

4.4 Peralatan dan Bahan


4.4.1 Peralatan
1) Botol Le Chatelier;
2) Cawan;
3) Beaker Glass;
4) Corong;
5) Timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1% dari berat benda uji;
6) Termometer.
4.4.2 Bahan
1) Semen Portland 64 gram;
2) Kerosin bebas air.

4.5 Prosedur Praktikum


1) Botol le chatelier diisi dengan kerosin hingga sampai skala 0-1, dan bagian
dalam botol dikeringkan di atas permukaan cairan;

Gambar 4.1 Pengisian Botol Le Chatelier dengan Kerosin


2) Botol le chatelier berisi kerosin diletakkan ke dalam cawan berisi air, biarkan
botol ±60 menit hingga suhu kerosin sama dengan suhu air;

Gambar 4.2 Penyetaraan Suhu Kerosin dengan Suhu Air


3) Setelah suhu cairan dan suhu air sama, tinggi permukaan cairan terhadap skala
botol dibaca (V1);
4) Benda uji semen sebanyak 64 gram dimasukkan ke dalam botol secara hati-hati,
jangan sampai ada benda uji yang menempel pada dinding botol;

Gambar 4.3 Pemasukan Semen ke dalam Botol


5) Botol digoyang secara perlahan hingga gelembung udara dalam benda uji keluar,
kemudian botol dimasukkan kembali ke dalam cawan air dan dibiarkan hingga
suhu dalam botol dan air sama;
6) Tinggi permukaan larutan pada skala botol dibaca (V2).

4.6 Perhitungan
Rumus yang digunakan dalam menentukan berat jenis semen, yaitu:
Berat semen
Berat jenis semen = ……………………(9-1)
V2 - V1

Keterangan:
V1 = pembacaan tinggi permukaan kerosin terhadap skala botol suhu air;
V2 = pembacaan tinggi permukaan semen + kerosin terhadap skala botol suhu air.
4.7 Pengolahan Data
Pengujian berat jenis semen dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi.
Data disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1 Berat Jenis Semen
Keterangan Benda Uji 1 Benda Uji 2
Berat Semen (gram) 64 64
V1 (ml) 0,9 0,1
V2(ml) 22,3 20,8
Berat Jenis Semen 3,00 3,09
Rata-rata 3,05

Contoh perhitungan Tabel 4.1 benda uji 1:


Berat semen
Berat jenis semen =
V2 - V1
64
=
22,3 - 0,9
= 3,00 gram/cm3

Berdasarkan pengolahan data berat jenis semen yang telah dilakukan, diperoleh berat
jenis semen benda uji 1 sebesar 3,00 gram/ cm3, benda uji 2 sebesar 3,09 gram/ cm3 dan
berat jenis rata-rata kedua benda uji sebesar 3,05 gram/ cm3. Dari pengujian ini
disimpulkan bahwa berat jenis benda uji sudah memenuhi syarat pada SNI-15-2049-
2004 yaitu berat jenis 3,15 dengan variasi 0,15. Dengan demikian semen yang
digunakan pada telah memenuhi persyaratan sebagai material pencampuran beton. G0

Anda mungkin juga menyukai