Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Analisa gas darah adalah salah satu tindakan pemeriksaan laboratorium


yang ditujukan ketika dibutuhkan informasi yang berhubungan dengan
keseimbangan asam basa pasien. Hal ini berhubungan untuk mengetahui
keseimbangan asam basa tubuh yang dikontrol melalui tiga mekanisme, yaitu
system buffer, sistem respiratori, dan sistem renal (Wilson, 1999). Gas darah arteri
memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam basa),
oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan
kelebihan dan kekurangan gas. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara
luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit
berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan
hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat
menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan
keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, dan data laboratorium lainnya.
Paru mempunyai fungsi utama untuk melakukan pertukaran gas, yaitu
mengambil O2 dari udara luar dan mengeluarkan CO2 dari badan ke udara luar.
Bilamana paru berfungsi secara normal, tekanan parsial O2 dan CO2 di dalam
darah akan dipertahankan seimbang, sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pemeriksaan
analisis gas darah merupakan pemeriksaan laboratorium yang penting sekali di
dalam penatalaksanaan penderita akut maupun kronis, terutama penderita penyakit
paru.
Pemeriksaan analisis gas darah penting baik untuk menegakkan diagnosis,
menentukan terapi, maupun untuk mengikuti perjalanan penyakit setelah
mendapat terapi. Sama halnya dengan pemeriksaan EKG pada penderita jantung
dan pemeriksaan gula darah penderita diabetes millitus. Dengan majunya ilmu
pengetahuan, terutama setelah ditemukan alat astrup, tekanan parsial O2 dan
CO2 serta pH darah dapat diukur dengan mudah.

1
Pemeriksaan gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam
penanganan pasien-pasian penyakit berat dan menahun. Pemeriksaan analisa gas
darah dikenal juga pemeriksaan ASTRUP yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang
dilakukan melalui darah arteri. Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran
pH (dan juga keseimbagan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar
biokarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Sehubungan
dengan hal tersebut maka penyusun akan membahas tentang pemeriksaan Analisa
Gas Darah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang ada maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah :
1 Apa itu Analisa Gas Darah ?
2 Apa tujuan dan manfaat dari Analisa Gas Darah ?
3 Bagaimana cara pengambilan sampel untuk analisa gas darah ?
4 Bagaimana indikasi dalam pemeriksaan gas darah ?
5 Apa saja komponen untuk menilai gas darah ?
6 Bagaimana pemeriksaan analisa gas darah ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan dari makalah ini adalah :
1 Untuk mengetahui analisa gas darah
2 Untuk mengetahui tujuan dan manfaat dari analisa gas darah
3. pengambilan sampel untuk analisa gas darah
4 Untuk mengetahui indikasi dalam pemeriksaan analisa gas darah.
5 Untuk mengetahui komponen yang akan diperiksa.
6 Untuk mengetahui cara pemeriksaan analisa gas darah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian AGD (Analisa Gas Darah)


Analisa Gas Darah (AGD) atau sering disebut Blood Gas Analisa
(BGA) merupakan pemeriksaan penting untuk penderita sakit kritis yang
bertujuan untuk mengetahui atau mengevaluasi pertukaran Oksigen ( O2),
Karbondiosida ( CO2) dan status asam-basa dalam darah arteri.
Analisa gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya
dilakukan untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan
oleh gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolik. Komponen dasar AGD
mencakup pH, PaCO2, PaO2, SO2, HCO3 dan BE (base excesses/kelebihan
basa).
Pemeriksaan gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam
penanganan pasien-pasian penyakit berat dan menahun. Pemeriksaan analisa gas
darah dikenal juga pemeriksaan ASTRUP yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang
dilakukan melalui darah arteri. Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran
pH (dan juga keseimbagan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar
biokarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa.
Pemantauan pertukaran gas dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
- Pemantauan invasive (kateter arteri, punksi arteri, punksi vena, dan punksi
kapiler)
- Pemantauan non invasive (pulse oximetry, monitor transkutaneus,monitor
karbondioksida end-tidal)
2.2 Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan AGD (Analisa Gas Darah)
Sebuah analisis ABG mengevaluasi seberapa efektif paru-paru yang
memberikan oksigen ke darah . Tes ini juga menunjukkan seberapa baik paru-paru
dan ginjal yang berinteraksi untuk menjaga pH darah normal (keseimbangan
asam-basa). Peneliatian ini biasanya dilakukan untuk menilai penyakit khususnya
pernapasan dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi paru-paru, dan sebagai

3
pengelolaan pasien untuk terapi oksigen (terapi pernapasan). Selain itu, komponen
asam-basa dari uji tes dapat memberikan informasi tentang fungsi ginjal.
Adapun tujuan lain dari dilakukannya pemeriksaan analisa gas darah,yaitu :
1. Menilai fungsi respirasi (ventilasi)
2. Menilai kapasitas oksigenasi
3. Menilai Keseimbangan asam-basa
4. Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel
5. Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.
6. Untuk mengetahui kadar CO2 dalam tubuh
7. Memperoleh darah arterial untuk analisa gas darah atau test diagnostik
yang lain.
Disamping itu Analisis gas darah digunakan untuk diagnosa dan
pengelolaan :
a) Penyakit pernafasan
b) Pemberian oksigen
c) Kadar oksigenasi dalam darah
d) Kadar CO2
e) Keseimbangan asam-basa
f) Ventilasi
AGD tidak perlu dilakukan apabila:
a. Hasil tidak akan memberikan pengaruh pada tindakan medis selanjutnya
b. Mengikuti prosedur pemeriksaan yang ada, bukan karena adanya indikasi
c. Masih terdapat cara lain yang lebih mudah untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan
d. Komplikasi yang timbul >>daripada hasil AGD yang diharapkan
Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD :

a) Gelembung udara

Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel
darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen
sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.

4
b) Antikoagulan

Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung.


Pemberian heparin yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan
pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh
keasaman heparin.

c) Metabolisme

Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan


hidup, ia membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu,
sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel
tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam.

d) Suhu

Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan


tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2.

e) Nilai

Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan


nilai PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi.
Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen merupakan faktor yang penting
pada nilai oksigenasi darah.

2.3 Pengambilan Sample AGD (Analisa Gas Darah)


Sampel darah untuk pemeriksaan Analisa Gas Darah dapat dilakukan pada
arteri radialis, arteri tibialis posterior, arteri dorsalis pedis, dan lain-lain. Arteri
femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada alternatif lain,
karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila
terjadi spasme atau trombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris
sebaiknya tidak digunakan karena adanya risiko emboli. Korelasi nilai sampel
darah arteri dan kapiler bervariasi, baik untuk pH dan PCO2, tapi jelek untuk
PaO2. Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan analisa gas darah:
 Gelembung udara
 Tekanan
Disamping itu, pemilihan bagian analisa gas darah :

5
a. Kriteria tergantung pada :
- Ada tidaknya sirkulasi koleteral
- Seberapa besar arteri
- Jenis jaringan yang mengelilingnya
b. Bagian-bagian yang tidak boleh dipilih :
- Adanya peradangan
- Adanya iritasi
- Adanya edema
- Dekat dengan luka
- Percabangan arteri dengan fistula
Beberapa hal penting yang perlu di perhatikan dalam pengambilan darah ini
meliputi :
 Gunakan tehnik steril
 Hindari penusukan yang sering pada tempat yang sama untuk mencegah
aneurism
 Jangan menusukkan jarum lebih dari 0,5 cm
 Harus mengetahui anatomi untuk mencegah terjadinya penusukan pada
saraf
 Lakukan palpasi sebelum di lakukan penusukan
 Bila perlu pengulangan pemeriksaan analisa gas darah dokter akan
memasang “arteri line”
Pengambilan Darah Arteri
Pengambilan darah arteri umumnya menggunakan arteri radialis di daerah
pergelangan tangan. Jika tidak memungkinkan dapat dipilih arteri brachialis di
daerah lengan atau arteri femoralis di lipat paha. Pengambilan darah harus
dilakukan dengan hati-hati dan oleh tenaga terlatih. Sampel darah arteri umumnya
digunakan untuk pemeriksaan analisa gas darah.

6
1. Arteri Radialis dan Arteri Ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test)

Merupakan pilihan pertama yang paling aman dipakai untuk fungsi arteri
kecuali terdapat banyak bekas tusukan atau hematome juga apabila Allen test
negatif. Arteri yang berada di pergelangan tangan pada posisi ibu jari. Terdapat
sirkulasi kolateral (suplai darah dari beberapa arteri). Kesulitannya ukuran arteri
kecil, sulit memperoleh kondidi pasien dengan curah jantung yang rendah.

Test Allen’s merupakan uji penilaian terhadap sirkulasi darah di tangan, hal
ini dilakukan dengan cara yaitu: pasien diminta untuk mengepalkan tangannya,
kemudian berikan tekanan pada arteri radialis dan arteri ulnaris selama beberapa
menit, setelah itu minta pasien unutk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada
arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus
memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila
tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika
pemeriksaan negative, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.

2. Arteri Brakialis

Arteri yang berada pada medial anterior bagian antecubital fossa, terselip
diantara otot bisep. Ukuran arteri besar sehingga mudah dipalpasi dan ditusuk.
Sirkulasi kolateral cukup, tetapi tidak sebanyak RA.
Merupakan arteri pilihan keempat karena lebih banyak resikonya bila terjadi
obstruksi pembuluh darah. Kesulitannya :
a. Ukuran arteri besar sehingga mudah untuk dipalpasi dan ditusuk.
b. Sirkulasi koleteral cukup, tidak sebanyak RA.
c. Kesulitan :
ü Letak arteri lebih dalam
ü Letaknya dekat dengan basilic vena dan syaraf median
ü Hematom mungkin terjadi
3. Arteri Femoralis

Merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas tidak dapat
diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan menghambat aliran darah ke

7
seluruh tubuh / tungkai bawah dan bila yang dapat mengakibatkan berlangsung
lama dapat menyebabkan kematian jaringan.
Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat terjadi
percampuran antara darah vena dan arteri. Selain itu arteri femoralis terletak
sangat dalam dan merupakan salah satu pembuluh utama yang memperdarahi
ekstremitas bawah.
Merupakan arteri yang paling besar untuk ABG. Berada pada permukaan
paha bagian dalam, disebelah lateral tulang pubis. Dapat dilakukan ABG
sekalipun pasien dengan curah jantung yang rendah. FA hanya digunakan dalam
kondisi gawat darurat atau sulit mendapat arteri lain. Kesulitan :
v Sirkulasi koleteral sedikit sehingga mudah terjadi infeksi pada tempat
pengambilan
v Sulit untuk aseptis
v Pada orang tua, gangguan dinding arteri sebelah dalam
v Letaknya dekat dengan vena paha.
5. Bagian arteri lainnya
a) Pada bayi : arteri kulit kepala, arteri tali pusat
b) Pada orang dewasa : arteri dorsal pedis
Arteri Femoralis atau Brakialis sebaiknya jangan digunakan jika masih ada
alternative lain karena tidak memiliki sirkulasi kolateral yang cukup untuk
mengatasi bila terjadi spasme atau thrombosis. Sedangkan arteri temporalis atau
axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya resiko emboli ke otak.

Beberapa hal penting dalam menampung sampel darah adalah :


a. Darah dari syring atau suntikan harus dimasukkan ke dalam tabung dengan
cara melepas jarum lalu mengalirkan darah perlahan-lahan melalui dinding
tabung. Memasukkan darah dengan cara disemprotkan, apalagi tanpa
melepas jarum, berpotensi menyebabkan hemolisis. Memasukkan darah ke
dalam tabung vakum dengan cara menusukkan jarum pada tutup tabung,
biarkan darah mengalir sampai berhenti sendiri ketika volume telah
terpenuhi.

8
b. Homogenisasi sampel jika menggunakan antikoagulan dengan cara
memutar-mutar tabung 4-5 kali atau membolak-balikkan tabung 5-10 kali
dengan lembut. Mengocok sampel berpotensi menyebabkan hemolisis.
c. Urutan memasukkan sampel darah ke dalam tabung vakum adalah :
pertama - botol biakan (culture) darah atau tabung tutup kuning-hitam
kedua - tes koagulasi (tabung tutup biru), ketiga - tabung non additive
(tutup merah), keempat - tabung tutup merah atau kuning dengan gel
separator atau clot activator, tabung tutup ungu/lavendet (EDTA), tabung
tutup hijau (heparin), tabung tutup abu-abu (NaF dan Na oksalat)
2.4 Indikasi Analisa Gas Darah
Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu :

1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik

Penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya hambatan


aliran udara pada saluran napas yang bersifat progresif non reversible ataupun
reversible parsial. Terdiri dari 2 macam jenis yaitu bronchitis kronis dan
emfisema, tetapi bisa juga gabungan antar keduanya.

2. Pasien dengan edema pulmo


Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan
yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai
gantinya udara. Ini dapat menyebabkan persoalan-persoalan dengan pertukaran
gas (oksigen dan karbon dioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan
pengoksigenan darah yang buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai "air
dalam paru-paru" ketika menggambarkan kondisi ini pada pasien-pasien.

Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang


berbeda. Ia dapat dihubungkan pada gagal jantung, disebut cardiogenic pulmonary
edema, atau dihubungkan pada sebab-sebab lain, dirujuk sebagai non-cardiogenic
pulmonary edema.

3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)

ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar
kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel alveolar

9
dan perubahan dalarn jaring- jaring kapiler , terdapat ketidakseimbangan ventilasi
dan perfusi yang jelas akibat-akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan
ekstansif darah dalam paru-.paru. ARDS menyebabkan penurunan dalam
pembentukan surfaktan , yang mengarah pada kolaps alveolar . Komplians paru
menjadi sangat menurun atau paru- paru menjadi kaku akibatnya adalah
penurunan karakteristik dalam kapasitas residual fungsional, hipoksia berat dan
hipokapnia.

4. Infark miokard

Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Fenton,
2009). Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak
umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan (Santoso, 2005).

5. Pneumonia

Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana


alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab
untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan
cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena
bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan kimia
atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau secara tak langsung dari penyakit lain
seperti kanker paru atau penggunaan alkohol.

6. Pasien syok

Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah arteri
tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan
yang adekuat tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah jantung, volume darah,
dan pembuluh darah. Jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini kacau dan
faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok
juga terjadi hipoperfusi jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi dan
metabolism sel sehingga seringkali menyebabkan kematian pada pasien.

10
7. Post pembedahan coronary arteri baypass

Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon inflamasi


sistemik pada derajat tertentu dimana hal tersebut ditandai dengan hipotensi yang
menetap, demam yang bukan disebabkan karena infeksi, DIC, oedem jaringan
yang luas, dan kegagalan beberapa organ tubuh. Penyebab inflamasi sistemik ini
dapat disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara lain oleh karena
penggunaan Cardiopulmonary Bypass (Surahman, 2010).

8. Resusitasi cardiac arrest

Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh
beberapa faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan
yang banyak, sengatan listrik,kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam
ataupun serangan asma yang berat), kelainan bawaan, perubahan struktur jantung
(akibat penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan.

Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension


pneumothorax. Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti.
Berhentinya peredaran darahmencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh.
Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai
oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak,
menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal.

Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5
menit dan selanjutnyaakan terjadi kematian dalam 10 menit. Jika cardiac arrest
dapat dideteksi dan ditangani dengansegera, kerusakan organ yang serius seperti
kerusakan otak, ataupun kematian mungkin bisa dicegah.

2.5 Komponen yang diperiksa dalam analisa gas darah meliputi :


a. PH
PH akan menggambarkan konsentrasi ion H+ dalam tubuh. Ada peningkatan
atau penuruna ion H+ akan mempengaruhi stabilitas dari PH cairan tubuh. Bila
ion H+ meningkat PH akan rendah dan bila ion H+ menurun PH akan meningkat.

11
b. PaCO2
PaCO2 adalah tekanan partial yang ditimbulkan oleh CO2 yang terlarut.
PaCO2 ini merupakan parameter untuk mengetahui fungsi respirasi dan
menentukan cukup tidaknya ventilasi alveolar. Bila PaCO2 rendah menunjukkan
adanya hyperventilasi karena rangsangan pernafasan dan bila PaCO2 tinggi
(hypoventilasi) menunjukkan adanya kegagalan ventilasi alveolis. Pada PaCO2
rendah konsentrasi ion H+ akan rendah dan PH meningkat, sedangkan bila terjadi
peningkatan PaCO2 konsentrasi ion H+ akan mengingat dan PH menjadi rendah
c. PaO2
PaO2 adalah tekanan yang ditimbulkan oleh oksigen yang terlarut dalam
darah. PaO2 akan memberikan petunjuk cukup tidaknya oksigenisasi darah arteri
d. Base Ekses (E . E)
Menggambarkan secara langsung kelebihan basa kuat / kekurangan asam
tetap atau kekurangan basa / kelebihan asam. Bila nilai positif menunjukkan
kelebihan basa dan bila nilai negatif menunjukkan kelebihan asam
e. TCO2
Total CO2 yang terdapat dalam plasma, yang meliputi asam karbonat,
bikarbonat dan senyawa karbamino. TCO2 dapat digunakan sebagai petunjuk
klinik gangguan keseimbangan asam untuk memperkirakan kelebihan atau
kekurangan basa karena perbandingan bikarbonat dan asm bikarbonat 20 : 1
f. Sat O2
Derajat kejenuhan Hb dengan oksigen. Sat O2 sangat membantu untuk
menghitung kandungan oksigen dalam darah.
2.6 Pemeriksaan Analisa Gas Darah
1. Pra Analitik
a. Persiapan Pasien :
- Memberikan penjelasan pada klien (bila mungkin) dan keluarga mengenai
tujuan pengambilan darah dan prosedur yang akan dilakukan.
- Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa sakit
- Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul
- Jelaskan tentang allen’s test
- Mengatur posisi pasien

12
b. Persiapan Sampel : Antikoagulan yang digunakan dalam pengambilan
darah arteri adalah heparin. Pemberian heparin yang berlebiham akan
menurunkan tekanan CO2. Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas
darah dalam tabung. Sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek
penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
c. Metode Pemeriksaan :
d. Prinsip Pemeriksaan : Gas sampel yang diambil melalui probe akan masuk
ke setiap sampel sel secara bergiliran dimana gas sampel akan
dibandingkan dengan gas standar melalui pemencaran system infra red
dimana akan menghasilkan perbedaan panjang gelombang yang akan
dikonversi receiver menjadi signal analog (420).
e. Alat dan Bahan :
1. 3 ml sampai 5 ml gelas syringe,
2. 1 ml ampul heparin aqueous,
3. 20 G 11/4‖ jarum,
4. 22 G 1‖ jarum,
5. Sarung tangan,
6. Alkohol atau povidone-iondine pad,
7. Gauze pads,
8. Topi karet untuk syringe hub atau penutup karet untuk jarum,
9. Label,
10. Ice-filled plastic bag,
11. Perekat balutan,
12. Opsional:
a. 1% licoaine solution,
b. Peralatan siap AGD.

2. Analitik
2.1 Prosedur pada tindakan analisa gas darah ini adalah sebagai berikut (McCann,
2004):

a. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan sebelum memasuki ruangan


pasien.
b. Cuci tangan dengan menggunakan tujuh langkah benar

13
c. Bila menggunakan peralatan AGD yang sudah siap, buka peralatan
tersebut serta pindahkan labelcontoh dan tas plastik (plastic bag).
d. Catat label nama pasien, nomor ruangan, temperatur suhu pasien, tanggal
dan waktu pengambilan,metode pemberian oksigen, dan nama perawat
yang bertugas pada tindakan tersebut.
e. Beritahu pasien alasan dalam melakukan tindakan tersebut dan jelaskan
prosedur ke pasien untuk membantu mengurangi kecemasan dan
meningkatkan kooperatif pasien dalam melancarkantindakan tersebut.
f. Cuci tangan dan setelah itu gunakan sarung tangan.
g. Lakukan pengkajian melalui metode tes Allen.Minta klien untuk
mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung pada arteri
radialisdan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan
tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari
dan tangan harus memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test
allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan t etap pucat, menunjukkan
test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif, hindarkan tangan tersebut
dan periksa tangan yang lain.
h. Bersihkan daerah yang akan di injeksi dengan alkohol atau povidoneiodine
pad.
i. Gunakan gerakan memutar (circular ) dalam membersihkan area injeksi,
dimulai dengan bagian tengah lalu ke bagian luar.
j. Palpasi arterti dengan jari telunjuk dan tengah satu tangan ketika tangan
satunya lagi memegang syringe
k. Pegang alat pengukur sudut jarum hingga menunjukkan 30-45 derajat.
Ketika area injeksi arteribrankhial, posisikan jarum 60 derajat.
l. Injeksi kulit dan dinding arterial dalam satu kali langkah.
m. Perhatikan untuk blood backflow di syringe
n. Setelah mengambil contoh, tekan gauze pad pada area injeksi hingga
pedarahan berhenti yaitusekitar 5 menit.
o. Periksa syringe dari gelembung udara. Jika muncul gelembung udara,
pindahkan gelembung tersebut dengan memegang syringe ke atas dan
secara perlahan mengeluarkan beberapa darah ke gauze pad

14
p. Masukan jarum ke dalam penutup jarum atau pindahkan jarum dan
tempatkan tutup jarum pada jarum yang telah digunakan tersebut.
q. Letakkan label pada sampel yang diambil yang sudah diletakkan pada ice-
filled plastic bag
r. Ketika pedarahan berhenti, area yang di injeksi diberikan balutan kecil
dan direkatkan.
s. Pantau tanda vital pasien, dan observasi tanda dari sirkulasi.
t. Pantau atau perhatikan risiko adanya perdarahan di area injeksi.

2.2 Pemeriksaan Analisa Gas Darah.


Pemeriksaan Analisa Gas darah dilkukan dengan menggunakan alat otomatik
yang disebut Blood Gas Analyzer. Adapun prosedure untuk pemeriksaan ini
adalah :

1. Nyalakan power ON
2. Setiap pertama kali menghidupkan alat, lalu kalibrasi dengan cara tekan
calibrate kemudian enter. Alat akan melakukan kalibrasi secara otomatis.
3. Apabila ada sample pemeriksaan sebelum melakukan pemeriksaan tekan
status untuk mengetahui kondisi apakah pH, PCO2 dan PO2 kondisinya
OK. Jika OK sample langsung dapat diperiksa. Setelah dilakukan
pemeriksaan, alat ini akan mengkalibrasi secara otomatis.
4. Apabila alat sudah dalam kondisi ready for analysa berarti alat sudah siap
melakukan pemeriksaan, tekan Analyzer. Selang pengisap sample akan
keluar secara otomatis kemudian masukan sample bersamaan tekan lagi
analyzer sampai sample terhisap secara otomatis selang akan masuk
sendiri.

Wadah sampel yang dimasukkan ke selang dapat disesuaikan dengan kondisi.

a. Syringe
Untuk pengukuran gas darah menggunakan syringe 2 mL. The Vitalpath
Analyzer akan langsung mengaspirasi dari jarum suntiknya

15
b. Tabung Koleksi Heparin
Dapat juga menggunakan tabung DRI-CHEM ® 4000 atau DRI-CHEM ®
7000 yang sudah berisi heparin. Dengan ukuran tabung 0,5 mL dan 1,5 mL.

c. Tabung Kapilari

Ketika pasien mengalami dehidrasi atau memerlukan sampel yang sedikit,


atau saat melakukan pemeriksaan ulang dapat menggunakan tabung kapilari berisi
140 uL.

5. Lakukan daftar isian seperti yang terlihat dilayar monitor, sample ID , HB, suhu
badan, jenis sample (0 arteri, 1 vena, 2 kapiler), F102 (volume oksigen yang
dilorelasi dengan persen lihat daftar), kemudian clear 2x.

6. Alat akan menghitung secara otomatis dalam waktu yang relatif cepat hasil akan
keluar melalui printer.

Berikut ini merupakan Gambar Blood Gas Analyzer beserta cara


pemeriksaannya

3. Pasca Analitik
Interprestasi Hasil :
1. Hipoksia
- Ringan PaO2 50 – 80 mmHg
- Sedang PaO2 30 – 50 mmHg
- Berat PaO2 20 – 30 mmHg
2. Hiperkapnia
- Ringan PaCO2 45 – 60 mmHg
- Sedang PaCO2 60 – 70 mmHg
- Berat PaCO2 70 – 80 mmHg
3. Nilai Normal normal :
a. pH darah arteri 7,35 – 7,45
b. PaO2 80 – 100 mmHg
c. PaCO2 35 – 45 mmHg
d. HCO3- 22 – 26 mEq/l
e. Base Excess (B.E) -2,5 – (+2,5) mEq/l
f. O2 Saturasi 90 – 100 %

16
Berikut terdapat klasifikasi gangguan asam basa primer :
a. Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang
diproduksi dapat dikeluarkan melalui ventilasi.
b. Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan
perubahan pH, seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2 di
mana mekanisme kompensasi ginjal belum terlibat, dan perubahan
ventilasi baru terjadi. Bikarbonat dan base excess dalam batas normal
karena ginjal belum cukup waktu untuk melakukan kompensasi. Kesakitan
dan kelelahan merupakan penyebab terbanyak terjadinya alkalosis
respiratorik pada anak sakit kritis.
c. Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat
hipoventilasi dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai
penurunan pH. Misalnya, pada intoksikasi obat, blokade neuromuskuler,
atau gangguan SSP. Dikatakan kronis bila ventilasi yang tidak adekuat
disertai dengan nilai pH dalam batas normal, seperti pada
bronkopulmonari displasia, penyakit neuromuskuler, dan gangguan
elektrolit berat.
d. Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas
normal dan pH di bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang
memerlukan intervensi dengan perbaikan ventilasi dan koreksi dengan
bikarbonat.
e. Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH
7,30–7,40. Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan
ventilasi.
f. Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal
melakukan kompensasi terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan
tekanan CO2 dalam batas normal dan pH lebih dari 7,50 misalnya pasien
stenosis pilorik dengan muntah lama.
g. Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak
adekuat serta pH lebih dari 7,50.
h. Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60
mmHg walau telah diberikan oksigen yang adekuat

17
i. Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia
yang ada sehingga normal.
j. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat
meningkatkan tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya
pada bayi karena dapat menimbulkan retinopati of prematurity,
peningkatan aliran darah paru, atau keracunan oksigen. Oleh karena itu,
perlu dilakukan pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan distribusi
oksigen.

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yang ada maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Analisa Gas Darah ( AGD ) atau sering disebut Blood Gas Analisa
(BGA) merupakan pemeriksaan penting untuk penderita sakit kritis yang
bertujuan untuk mengetahui atau mengevaluasi pertukaran Oksigen ( O2),
Karbondiosida ( CO2) dan status asam-basa dalam darah arteri.
b. Tujuan lain dari dilakukannya pemeriksaan analisa gas darah,yaitu :
Menilai fungsi respirasi (ventilasi), Menilai kapasitas oksigenasi, Menilai
Keseimbangan asam-basa, Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel,
Efisiensi pertukaran O2 dan CO2., Untuk mengetahui kadar CO2 dalam
tubuh
c. Sampel darah untuk pemeriksaan Analisa Gas Darah dapat dilakukan pada
arteri radialis, arteri tibialis posterior, arteri dorsalis pedis, dan lain-lain.
d. Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu :
1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik.

2. Pasien dengan edema pulmo .

3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS).

4. Infark miokard

5. Pneumonia

6. Klien syok

7. Post pembedahan coronary arteri baypass.

8. Resusitasi cardiac arrest

9. Klien dengan perubahan status respiratori

e. Komponen yang akan dilakukan pemeriksaan gas darah berupa : pH,


PaCO2,PaO2,dll

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat, terutama bagi penyusun .

19
DAFTAR PUSTAKA

Joyce LeFever Kee. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, Edisi 6.
Jakarta : EGC
Laboratorium Patologi Klinik FK-UGM. 1995. Tuntunan Praktikum Hematologi, Bagian
Patologi Klinik FK-UGM. Yogyakarta : FK-UGM
R. Gandasoebrata. 1992. Penuntun Laboratorium Klinik. Bandung : Dian Rakyat
http://nurulbutterfly.blogspot.com/2013/06/analisa-gas-darah-agd.html . Diakses Pada
Tanggal 08 November 2018
http://ankes28poltekkesbandung.blogspot.com/2013/10/blood-gas-analyzer.html . Diakses
Pada Tanggal 08 November 2018
https://www.scribd.com/doc/75288842/Analisa-Gas-Darah-Agd . Diakses Pada Tanggal 08
November 2018

20

Anda mungkin juga menyukai