“ALIRAN JABARIYAH”
MASNUHUN
11710280
A. Latar Belakang
Rasa ingin tahu yang bersifat ilmiah dan penyelidikan-
penyelidikan ilmiah yang sistematis merupakan ciri-ciri yang
menonjol dalam peradaban Islam. Hal ini tidak mengherankan karena
Islam adalah sebuah agama yang rasional tetapi bukan sebuah agama
yang rasionalistis (berpijak pada rasio semata). Agama Islam
mengembangkan sebuah kesadaran yang tinggi mengenai kedudukan
akal sebagai inti dalam tradisi-tradisi agama dan dalam
mempertahankan sikap kritis terhadap ilmu pengetahuan. Islam tak
hanya menghargai dan menyuruh belajar tapi juga memberikan
metode pengamatan yang rasional. Dengan begitu, Islam tidak hanya
menghasilkan “ilmuwan-ilmuwan” besar, tetapi juga sebuah tradisi
sains yang menyeluruh -sebuah tradisi yang mengintegrasikan
obyektifitas ilmiah di dalam Filsafat Islam1.
Aristoteles memulai metafisikanya dengan pernyataan “setiap
manusia dari kodratnya ingin tahu”. Pernyataan ini tampak
berbenturan dengan generasi sebelumnya, Sokrates, yang
menganggap “ia tahu bahwa ia tidak tahu”, sehingga Delphi
menginterpretasikan tidak ada manusia yang lebih bijaksana dari
pada Sokrates dengan pernyataan: “tidak ada manusia yang
mempunyai pengetahuan, tetapi sementara orang lain mengira bahwa
mereka mempunyai pengetahuan, Sokrates sendiri yang mengetahui
bahwa ia tidak tahu”.
2 Al-Ghazali, The Book of Knowledge, yang diterjemahkan oleh Nabih Amin Faris, Asyraf, Lahore, 1962.
Pengetahuan yang diwahyukan: Pengetahuan ini kita
peroleh dari para Nabi dan Rasul, tidak kita peroleh dengan
menggunakan akal seperti ilmu hitung, juga tidak dengan
percobaan-percobaan seperti obat-obatan atau dengan
pendengaran seperti bahasa-
bahasa”. Pengetahuan yang tidak diwahyukan: sumber pokok
dari “ilmu-ilmu” ini adalah akal, pengamatan, percobaan, dan
akulturasi (penyesuaian).
b. Kewajiban-Kewajiban
Pengetahuan yang diwajibkan kepada setiap orang
(fardh al ‘ain): yaitu pengetahuan yang penting sekali untuk
keselamatan seseorang, misalnya etika sosial, kesusilaan, dan
sebagainya.
Pengetahuan yang diwajibkan kepada masyarakat
(fardh al kifayah): yaitu pengetahuan yang penting sekali
untuk keselamatan seluruh masyarakat. Misalnya pertanian,
obat-obatan, arsitektur dan teknik mesin.
c. Fungsi Sosial
Ilmu-Ilmu yang patut dihargai: yaitu ilmu-ilmu (sains)
yang berguna dan tak boleh diabaikan “karena segala aktifitas
hidup ini tergantung kepadanya…”
Ilmu-ilmu yang patut dikutuk: termasuk astrologi,
magik, studi ilmiah mengenai cara-cara penyiksaan, dan
sebagainya.
Di dalam kerangka di atas, sains dan kemanusiaan tidak
berdiri sebagai “dua buah kultur” yang saling terpisah tetapi
sebagai dua pilar yang memperoleh rasa solidaritasnya yang vital
dari keseluruhan kultur manusia. Jadi, di dalam kerangka ini,
pengetahuan itu sekaligus bersifat dinamis dan statis. Terdapat
perkembangan setahap-demi setahap dalam bentuk-bentuk ilmu
pengetahuan (sains) tertentu, sementara terdapat pula kesadaran
akan keabadian pengetahuan prinsipil yang diperoleh dari wahyu
itu. Kerangka pengetahuan Islam tak pernah menutup mata
terhadap pengetahuan yang diwahyukan itu, pengetahuan yang
merupakan “matriks” kerangka bagi semua sains.
2. Ilmu (Sains)
Pengetahuan sebagai pengetahuan yang benar dibicarakan
dalam ranah pengetahuan ilmiah (ilmu/sains). Ilmu (sains) adalah
pengetahuan yang bertujuan untuk mencapai kebenaran ilmiah
tentang objek tertentu yan diperoleh melalui pendekatan, metode
dan sistem tertentu3. Jika proses cerapan rasa tahu manusia
merupakan pengetahuan secara umum yang tidak mempersoalkan
seluk beluk pengetahuan tersebut, ilmu – dengan cara khusus dan
sistematis – dalam hal ini mencoba untuk menguji kebenaran
pengetahuan tersebut secara lebih luas dan mendalam. Ilmu tidak
3 Soetriono dan SRDm Hanafie. Epistemologi dan Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Penerbit Andi,
2007. hlm:19
hanya berbicara tentang hakikat (ontologis) pengetahuan itu
sendiri, melainkan juga mempersoalkan tentang bagaimana
(epistemologis) pengetahuan tersebut dapat diproses menjadi
sebuah pengetahuan yang benar-benar memiliki nilai guna
(aksiologis) untuk kehidupan manusia. Oleh karenanya,
perkembangan ilmu pengetahuan itu pada dasarnya bersifat
dinamis.
Ilmu pengetahuan pada prinsipnya merupakan
sebuah tesisyang diuji dengan antitesis sehingga menghasilkan
pengetahuan yang baru (sintesis). Hail pengetahuan baru tersebut
(sintesis) akan menjadi sebuah tesis yang baru pula sehingga akan
diuji kembali dengan antitesis yang baru dan akan melahirkan
pengetahuan yang baru (sintesis)4. Demikian seterusnya, ilmu
pengetahuan akan terus berjalan secara dinamis bagaikan “anak
tangga” mengikuti pola 1, 2, 3,…dan seterusnya.
3. Filsafat
Selain pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah (sains)
yang telah dipaparkan di atas, filsafat juga merupakan bagian
penting yang turut dibicarakan dalam ranah pengetahuan, sebab
filsafat merupakan bagian dari pengetahuan itu sendiri. Filsafat
memiliki pengertian yang cukup beragam, antara lain :
a. All learning exclusive of technical precepts and practical arts;
b. a discipline comprising as it core logic, aesthetic, ethics,
metaphysic, and epistemology;
c. a search for a general understanding of values and reality by
chiefly speculative rather than observational means;
d. an analysis of the ground of and concepts expressing
fundamental beliefs;
4 Irwandar . Dekonstruksi Pemikiran Islam, Idealitas Nilai dan Realitas Empiris. Yogyakarta: Ar-Ruz Media,
2003. hlm:48
e. a theory underlying or regarding a sphere of activity of
thought;
f. the most general beliefs, concepts and attitudes of and
individual or group;
g. calmness of temper and judgment5.
Perbedaan akan lebih mudah dilihat dengan membuat
tabulasi tentang fungsi dan cara memperoleh pengetahuan
berdasarkan tiga jenis pengetahuan tersebut (pengetahuan, sains,
dan filsafat) sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 2 1 Fungsi dan Cara Memperoleh Pengetahuan
Jenis Cara
Fungsi
Pengetahuan Memperolehnya
Untuk memenuhi kebutuhan Melalui pencernaan
hidup sehari-hari tanpa indra dan
Pengetahuan Biasa
mempersoalkan seluk beluk pengalaman secara
pengetahuan secara mendalam umum
5 Philips Babcock Gove, et.al. (ed). Webster Third New International Dictionary. Massachussets, USA: G &
C Merriam Company Publisher, 1966. hlm:1698
Jenis Cara
Fungsi
Pengetahuan Memperolehnya
Untuk menguji kebenaran dari
Melalui penalaran
pengetahuan manusia secara
dengan metode dan
umum yang berkisar pada
Ilmu (Sains) cara-cara tertentu
pengalaman sehari-hari guna
secara objektif dan
memenuhi kebutuhan hidup
sistematis
manusia
Melalui penalaran
Untuk mencari jawaban dari
yang luas dan
pertanyaan-pertanyaan akhir
Filsafat mendasar dengan
guna menemukan kebenaran
pola berpikir
yang hakiki
sistematis
A. Kesimpulan
Istilah pengetahuan, ilmu (sains), dan filsafat pada
pembahasan sebelumnya banyak disinggung sebagai bagian dari
ruang lingkup pengetahuan itu sendiri. Namun demikian, meskipun
ketiganya memiliki persamaan sebagai pengetahuan tetap ditemukan
perbedaan-perbedaan mendasar, baik dari segi pengertian, fungsi
maupun cara-cara untuk memperolehnya. Untuk melihat perbedaan-
perbedaan tersebut lebih jauh, sangat penting terlebih dahulu
dipaparkan pengertian dari ketiganya.
Pengetahuan sebagai pengetahuan yang benar dibicarakan
dalam ranah pengetahuan ilmiah (ilmu/sains). Ilmu (sains) adalah
pengetahuan yang bertujuan untuk mencapai kebenaran ilmiah
tentang objek tertentu yan diperoleh melalui pendekatan, metode dan
sistem tertentu. Jika proses cerapan rasa tahu manusia merupakan
pengetahuan secara umum yang tidak mempersoalkan seluk beluk
pengetahuan tersebut, ilmu – dengan cara khusus dan sistematis –
dalam hal ini mencoba untuk menguji kebenaran pengetahuan
tersebut secara lebih luas dan mendalam. Ilmu tidak hanya berbicara
tentang hakikat (ontologis) pengetahuan itu sendiri, melainkan juga
mempersoalkan tentang bagaimana (epistemologis) pengetahuan
tersebut dapat diproses menjadi sebuah pengetahuan yang benar-
benar memiliki nilai guna (aksiologis) untuk kehidupan manusia.
Oleh karenanya, perkembangan ilmu pengetahuan itu pada dasarnya
bersifat dinamis.
Selain pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah (sains) yang
telah dipaparkan di Atas, filsafat juga merupakan bagian penting
yang turut dibicarakan dalam ranah pengetahuan, sebab filsafat
merupakan bagian dari pengetahuan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://hadifauzan.blogspot.co.id/2012/03/makalah.html
http://yudhiart.blogspot.co.id/2011/01/islam-sebagai-pengetahuan-
ilmiah.html
au7ia.blogspot.co.id/2012/12/makalah-metode-studi-islam.html