Anda di halaman 1dari 12

ISSN : 2087-0760

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED CLASSROOM


UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA
SISWA KELAS X AP 5 SMK NEGERI 1 AMALAPURA
TAHUN AJARAN 2016/2017

Oleh
I MADE SUBAGIA1)

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan flipped classroom untuk


meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X AP 5 SMK Negeri 1 Amlapura. Penelitian
ini dilatar belakani oleh kuranya referensi yang dimiliki oleh siswa sehingga siswa masuk
kelas tanpa pengetahuan awal yang cukup sehingga berdampak pada rendahnya prestasi
belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian PTK dengan dua siklus. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dengan metode fidded classroom dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Rerata prestasi belajar siswa pada siklus I sebesar 72,22 eningkat menjadi
74, 38. Dengan ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 80,08 persen dan pada siklus
II sebesar 91,89 persen. Pembelajaran dengan flipped classroom dapat mengefektifkan
proses pembelajaran karena aktivitas pembelajaran yang biasanya diselesaikan dikelas
dikerjakan di rumah begitu pula sebaliknya aktivitas pembelajaran yang biasanya
dikerjakan dirumah diselesaikan di kelas. Model pembelajaran ini mengacu pada sistem
pendidikan pada abad 21.

Kata Kunci : Prestasi Belajar,Flipped Classroom

I. PENDAHULUAN satu model pembelajaran yang menuntut siswa


untuk aktif dalam proses pembelajaran adalah
1.1 Latar Belakang model pembelajaran Flipped Classroom.
Model pembelajaran merupakan salah satu Model pembelajaran Flipped Classroom
faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Sehingga sangat sejalan dengan pendidikan abad 21.
pemilihan model pembelajaran merupakan salah Pendidikan pada abad 21, menurut PBB adalah
satu ketrampilan penting yang harus dikuasai oleh membangun masyarakat berpengetahuan
guru. Model pembelajaran yang direkomen- (knowledge-based society) yang memiliki (1)
dasikan dewasa ini adalah model pembelajaran keterampilan melek TIK dan media, (2)
yang menuntut siswa untuk aktif menyusun keterampilan berpikir kritis, (3) keterampilan
pengetahuannya sendiri (student centred). Salah memecahkan masalah, (4) kemampuan

1)
I Made Subagia adalah guru IPA SMK Negeri 1 Amlapura dan Staf pengajar STKIP Agama
Hindu Amlapura

LAMPUHYANG Vol. 8 No. 2 Juli 2017 14


ISSN : 2087-0760

bekomunikasi efektif, (5) keterampilan kelas. Siswa masuk kedalam kelas tanpa modal
berkerjasama secara kolaboratif (Mutmaninah, awal yang cukup padahal agar siswa dapat
2017). Pendidikan diharapkan mampu mengkontruksi pengetahuan sendiri seperti
mengantarkan peserta didiknya untuk memiliki harapan pada model pembelajaran student
lima keterampilan tersebut. Salah satu model centered pengetahuan awal sangat diperlukan.
pembelajaran inovatif yang dapat dimanfaatkan Berdasarkan analisis terhadap permasalahan
guru agara peserta didik dalam proses di kelas X AP 5 pada mata pelajaran IPA maka
pembelajaran adalah Flipped Classroom. dipilih solusi dengan cara menerapkan model
Peserta didik untuk bisa memiliki lima pembelajaran yang menuntut siswa untuk
kemampuan tesebut khususnya siswa SMK mempelajari materi yang akan dipelajari di dalam
Negeri 1 Amalapura kelas X Akomodasi kelas untuk dipelajari terlebih dahulu di rumah
Perhotelan (AP) 5 menjadi tantangan tersendiri. dengan cara menonton vidio, mempelajari
Hala ini karena dari hasil observasi diketemukan sumber belajar yang dapat dicari di internet
beberapa permasalahan di anataranya (1) semua dengan menggunakan HP atau perangkat lain
siswa tidak memiliki sumber bacaan terkait yang telah dimiliki oleh siswa. Model
materi yang dipelajari, (2) siswa masih berpegang pembelajaran seperti ini sangat mungkin untuk
pada pola pembelajaran konvensional yaitu guru dilakukan mengingat hampir semua siswa telah
sebagai sumber utama pengetahuan, (3) siswa memiliki HP Android yang sangat representatif
masuk kelas tanpa pengetahuan awal yang untuk melakukan aktivatas pembelajaran
memadai, (4) hasil belajar siswa masih sangat tersebut. Disamping itu semua siswa telah mampu
rendah jauh dari KKM yang telah ditetapkan menggunakan HP untuk mencari informasi di
sebesar 70. (5) siswa memandang materi IPA dunia maya. Proses pencaraian materi tersebut
bersifat hapalan belaka dan tidak ada hanya bisa dilakukan dirumah mengingat
kontribusinya terhadap keberlanjutan propesi kebijakan sekolah yang tidak memperbolehkas
siswa selanjutnya yang lebih menekankan siswanya membawa HP dengan aplikasi
kemanpuan pariwisata ketimbang sains. (6) multimedia. Sehingga model pembelajaran ini
belum adanya pasilitas internet yang memadai dapat mengefektifkan waktu belajar siswa karena
untuk menunjang proses pembelajaran terutama aktivitas pembelajaran yang biasanya diselaikan
dalam mengakses materi pembelajaran sebagai di kelas sekarang dapat diselesaikan di rumah.
upaya untuk mengatasi terbatasnya buku sumber Dan aktivitas pembelajaran pembelajaran yang
yang ada. Sehingga berdasarkan masalah yang biasa dikerjakan dirumah sekarang dapat
ditemukan dapat diduga pada dasarnya diselesaikan di kelas. Aktivitas pembelajaran
rendahnya hasil belajar siswa karena kurangnya dengan model ini disebut dengan model
referensi yang dimiliki oleh siswa sehingga siswa pembelajaran Flipped Slassroom (Bergmann &
tidak mempersiapkan diri lebih awal untuk Sams dalam Mutmainah, 2017). Dengan model
mempelajari materi yang akan dipelajari di dalam ini peserta didik membaca materi, menonton vidio

LAMPUHYANG Vol. 8 No. 2 Juli 2017 15


ISSN : 2087-0760

pembelajaran sebelum mereka datang ke kelas menggunakan model pembelajaran yang


dan mereka mulai berdiskusi, bertukar mengintegrasikan TIK dalam proses
pengetahuan, menyelesaikan masalah dengan pembelajaran. Salah satu model yang dapat
bantuan siswa lain maupun guru. Sehingga proses digunakan oleh pendidik yaitu model
pembelajaran dibalik oleh guru dengan tujuan pembelajaran flipped classroom yang
untuk mengontrol proses pembelajaran yang lebih menggabungkan dua pendekatan pada proses
besar. Sehingga siswa masuk kelas tidak dengan pembelajaran (online dan di kelas).
kepala kosong dengan demikian hasil belajar Model Flipped Classroomyakni aktivitas
siswa akan menjadi meningkat. pembelajaran yang biasanya diselesaikan di kelas
sekarang dapatdiselesaikan di rumah, dan
1.2 Rumusan Masalah aktivitas pembelajaran yang biasanya dikerjakan
Berdasarkan latar belakang yang telah dirumah sekarang dapat diselesaikan di kelas
diuraikan, masalah yang dirumuskan dalam (Bergmann & Sams, 2012). Pesertadidik
penelitian ini sebagai berikut. Apakah membaca materi, menonton video pembelajaran
denganpenerapan model pembelajaran flipped sebelum mereka datang kekelas dan mereka
classroom dapat meningkatkan prestasi belajar mulai berdiskusi, bertukar pengetahuan,
IPAsiswa kelas X AP 5 SMK Negeri 1 Amlapura menyelesaikan masalah,dengan bantuan siswa
tahun ajaran 2016/2017? lain maupun guru, melatih siswa mengembangkan
kefasihanprosedural jika diperlukan, inspirasi dan
1.3 Tujuan Penelitian membantu mereka dengan proyek-proyekyang
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka menantang dengan memberikan kontrol belajar
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. yang lebih besar. Jadi,sebagai pendidik perlu
Mendeskripsikanpenerapan model pembelajaran membalik aktivitas pembelajaran.
flipped classroom dalam meningkatkan prestasi Model pembelajaran Flipped Classroom
belajar IPAsiswa kelas X AP 5 SMK Negeri 1 didukung dengan metode atau strategibelajar
Amlapura tahun ajaran 2016/2017. flipped learning, dimana pendidik dapat
menggunakan satu atau lebihmetode belajar di
II. KAJIAN PUSTAKA dalam kelas. Flipped learningmerupakan suatu
pendekatanpedagogik yang mengubah
2.1 Model Pembelajaran Flipped Classroom penyampaian instruksi langsung dari kelompok
Pada era digital saat ini, peserta didik kepadaindividu yang membutuhkan, hasil diskusi
merupakan generasi digital native, dimana mereka kelompok disampaikan secara dinamis,serta
dengan mudahnya menggunakan perangkat lingkungan belajar yang kreatif dimana pendidik
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). membimbing peserta didikdalam
Dalam mengimplementasikan kurikulum yang mengimplementasikan konsep dan terlibat secara
menggunakan pendekatan ilmiah, pendidik perlu aktif dalam pembelajaran. Perbedaan anatra

LAMPUHYANG Vol. 8 No. 2 Juli 2017 16


ISSN : 2087-0760

pembelajaran tradisional dan Flipped learning pada malam sebelumnya. Sehingga padaawal
dapat dicermati dalam gambar 2.1. pembelajaran, pendidik menjawab pertanyaan-
Pada pembelajaran tradisional, biasanya pertanyaan tersebut agarpeserta didik tidak salah
peserta didik datang kekelas dalam keadaan dalam memahami materi yang telah mereka
bingung karena belum memahami pekerjaan tonton melaluivideo. Waktu pembelajaran
rumah yangdikerjakan pada malam sebelumnya. digunakan untuk mengerjakan aktivitas mandiri
Umumnya, pendidik akan menghabiskan dan atauaktivitas di laboratorium.
waktupada awal pembelajaran untuk melakukan Berikut ini beberapa kelebihan
aktivitas pembelajaran yang digunakanuntuk menggunakan model flipped classroom
mengingatkan kembali materi yang telah berlalu (Bergmann & Sams, 2012). Adapun kelebihan
atau membahas pekerjaanrumah yang belum dari model flipped classroom adalah sebagai
dipahami peserta didik. Kemudian materi baru berikut:
akan disampaikansekitar 30 sampai 45 menit dan a. Model Flipping menjawab tantangan peserta
waktu pembelajaran dihabiskan untuk didik masa kini
mengingatkanpesera didik tentang tugas mandiri Peserta didik saat ini sudah terbiasa
yang harus mereka kerjakan.Pada pembelajaran mengerjakan pekerjaan rumah sambil
Flipped Classroom, peserta didik berkomunikasi dengan teman melalui sms/
menyampaikan pertanyaanpertanyaanyang what’sapp, media sosial (facebook),serta
terkait dengan materi yang disampaikan melalui mendengarkan musik melalui hp/mp3.
videopembelajaran dan telah mereka tonton Peserta didik saat ini sudahmenjadi generasi

Gambar 2.1 Gambar perbedaan Flipped classroom dan tradisional.

LAMPUHYANG Vol. 8 No. 2 Juli 2017 17


ISSN : 2087-0760

digital. Peralatan digital, seperti handphone, peserta didik yang pandailebih suka
tablet, ipad, danlaptop yang mereka miliki menonton secara cepat, sementara bagi
lebih canggih daripada komputer yang peserta didik yang lambatbelajar perlu
tersedia disekolah. Tetapi sayangnya, masih menyaksikan video secara berulang-ulang.
banyak sekolah yang melarang peserta didik f. Flipping meningkatkan interaksi antara
untuk membawa perlengkapan digital ke peserta didik dengan pendidik
sekolah. g. Flipping memungkinkan pendidik memahami
b. Flipping membantu peserta didik yang peserta didik lebih baik lagi.
memiliki banyak kegiatan di luarsekolah h. Flipping meningkatkan interaksi antar
Peserta didik yang banyak memiliki kegiatan peserta didik
diluar tidak akan kesulitan dalam memahami i. Flipping memungkinkan perbedaan
materi pembelajaran. Bahkan peserta didik karakteristik peserta didik
tersebut dapat mempelajari materi j. Flipping mengubah manajemen kelas
lebihdahulu melalui video pembelajaran yang k. Flipping mengubah cara pendidik
di berikan atau web pembelajaran.Ketika berkomunikasi dengan orangtua
mereka datang ke sekolah, hanya perlu l. Flipping mengedukasi orangtua
menanyakan apa yang belummereka pahami m. Flipping membuat kelas Anda terbuka,
atau berdiskusi dengan teman sambil dapat diakses oleh siapa saja
menyelesaikan tugas dikelas. n. Flipping merupakan teknik yang baik untuk
c. Flipping membantu peserta didik yang mau digunakan ketika pendidik tidakdapat hadir
berusaha untuk memahamimateri belajar di kelas
d. Flipping membantu semua peserta didik
untuk menjadi yang terbaik Pada model flipped classroom, peserta
e. Flipping memungkinkan peserta didik untuk didik datang ke kelas dengan membawa
mengendalikan “GURU” pengetahuan atau informasi yang sudah mereka
Melalui tayangan video yang yang dibuat, peroleh ketika menonton videopembelajaran di
memungkinkan peserta didik untuk rumah. Pendidik merancang aktivitas belajar di
menghentikan, mempercepat, atau kelas sesuai dengantopik yang sedang dibahas,
mengulang kembali tayangan video misalnya berdiskusi untuk menyelesaikan
tersebutsesuai dengan kebutuhan mereka. permasalahan,berkolaborasi dalam melakukan
Penyerapan materi belajar melalui praktikum di laboratorium, atau melakukan
tayanganvideo ini dapat dilakukan peserta simulasi
didik di rumah. Karena keberagaman Hasil penelitian Jacob Enfield, dalam
kemampuan peserta didik, maka apabila Damayanti (2016) disebutkan bahwa pada
Anda sebagai pendidik menyajikanvideo di kegiatan di kelas siswa terlibat dalam kegiatan
kelas akan terjadi ketidakseimbangan. Bagi kelompok dan menyelesaikan konsep dan

LAMPUHYANG Vol. 8 No. 2 Juli 2017 18


ISSN : 2087-0760

keterampilan belajar, bekerja sama untuk proyek sedangkan LKPD digunakan untuk pembelajaran
yang diberikan sedangkan instruktur membantu tatap muka di kelas.Sebagaimana yang
siswa secara individual. Hal ini dimaksudkan dikemukakan oleh Bergmann & Sams (2012),
bahwa dengan model pembelajaran berbasis bahwa sebagai pendidik perlu membuat video
flipped classroom mengutamakan kerjasama atau mencari video pembelajaran yang dapat
antar siswa, kegiatan percobaan untuk mengajarkan materi sesuai dengan tujuan
meningkatkan keterampilan siswa dalam belajar. pembelajaran yang diinginkan. Jika mencari
Chaeruman (2016) juga menyebutkan bahwa video melalui internet, maka pastikan bahwa video
peserta didik melakukan aktivitas belajar di kelas tersebut dapat diakses oleh peserta didik dengan
antara lain: studi kasus/problem solving, mudah. Ada beberapa cara yang dapat
demonstrasi dan simulasi langsung, praktek dilakukan, antara lain: mengunggah video ke
dalam situasi nyata, studi lapangan, serta latihan dalam web sekolah atau menyimpan video dalam
kerja/praktek lapangan. Dengan demikian, ada server lokal di sekolah sehingga dapat diakses
beberapa aktivitas belajar di sekolah dan di kelas secara offline, atau menyimpan video dalam CD
yang dapat dilakukan oleh peserta didik, antara atau flashdisk dan dibagikan kepada peserta
lain: didik.
a. Diskusi kelompok untuk memecahkan
masalah atau menyelesaikan suatu kasus. 2.2 Pengertian Prestasi Belajar
b. Simulasi dan demonstrasi di kelas. Dilihat dari asal katanya prestasi belajar
c. Praktek kerja di laboratorium atau bengkel berasal dari kata “prestasi” dan “belajar”.
atau di lingkungan sekolah. Prestasi berarti hasil yang telah dicapai sedangkan
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah belajar adalah berusaha memperoleh
dilakukan (menurut Apriyanti dkk,2016), kepandaian/ilmu (Depdiknas, 2011: 4). Moh.
perangkat yang sering digunakan dalam Surya (2004:75), menyebutkan bahwa prestasi
pembelajaran flipped classroomadalah video. belajar adalah hasil belajar atau perubahan
Peserta didik dapat bebas mempelajari materi tingkah laku yang menyangkut ilmu pengetahuan,
belajar dengan video, sehingga membuat peserta keterampilan dan sikap setelah melalui proses
didik lebih antusias dan tertarik dalam belajar. tertentu, sebagai hasil pengalaman individu dalam
Hal ini dikarenakan sifat video yang fleksibel yaitu interaksi dengan lingkungannya. Djamarah
dapat diberhentikan (pause), dapat dimundurkan (1994:23) mendefinisikan prestasi belajar sebagai
(rewind), dan dapat diputar ulang (repeat). hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
Selain itu, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) mengakibatkan perubahan dalam diri individu
juga dapat digunakan sebagai perangkat yang sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Kalau
mendukung pembelajaran flipped classroom. perubahan tingkah laku adalah tujuan yang mau
Video digunakan peserta didik untuk dicapai dari aktivitas belajar, maka perubahan
pembelajaran di rumah sebelum tatap muka, tingkah laku itulah salah satu indikator yang

LAMPUHYANG Vol. 8 No. 2 Juli 2017 19


ISSN : 2087-0760

dijadikan pedoman untuk mengetahui kemajuan Prestasi belajar mempunyai arti dan manfaat
individu dalam segala hal yang diperolehnya di yang sangat penting bagi anak didik, pendidik,
sekolah. Dengan kata lain prestasi belajar orang tua/wali murid dan sekolah, karena nilai
merupakan kemampuan-kemampuan yang atau angka yang diberikan merupakan manifestasi
dimiliki oleh peserta didik sebagai akibat dari prestasi belajar peserta didik dan berguna
perbuatan belajar atau setelah menerima dalam pengambilan keputusan atau kebijakan
pengalaman belajar, yang dapat dikatagorikan terhadap peserta didik yang bersangkutan
menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, maupun sekolah. Faktor-faktor yang dapat
dan psikomotor. Sardiman (1988: 25) mempengaruhi prestasi belajar menurut
menyatakan prestasi belajar sangat vital dalam Purwanto (2000: 102) antara lain: (1) faktor yang
dunia pendidikan, mengingat prestasi belajar itu ada pada diri organisme itu sendiri yang dapat
dapat berperan sebagai hasil penilaian dan disebut faktor individual, seperti kematangan/
sebagai alat motivasi. Prestasi belajar adalah hasil pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan
yang dicapai seseorang sebagai individu setelah faktor pribadi, (2) faktor yang ada diluar individu
mengalami suatu proses belajar dalam waktu yang disebut faktor sosial., seperti faktor
tertentu (Nurkancana, 1964: 2). Menurut Puger keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara
(2004), untuk meningkatkan prestasi belajar mengajamya, alat-alat yang dipergunakan dalam
peserta didik diperlukan strategi dan metode belajar-mengajar, lingkungan dan kesempatan
pembelajaran yang dapat mengembangkan yang tersedia dan motivasi sosial. Mohammad
penanaman konsep, penalaran dan memotivasi Surya (1979), mengatakan bahwa faktor-faktor
kegiatan belajar peserta didik. Maka prestasi yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dilihat
belajar adalah hasil yang dicapai peserta didik dari berbagai sudut pandang, antara lain dari sudut
setelah melakukan kegiatan belajar yang si pebelajar, proses belajar dan dapat pula dari
berbentuk angka sebagai simbol dari ketuntasan sudut situasi belajar. Dalam penelitian ini faktor
belajar. Dengan kata lain prestasi belajar ke dua yaitu faktor yang dari luar seperti guru
merupakan kemampuan-kemampuan yang dan metode pembelajran yang akan menentukan
dimiliki oleh peserta didik sebagai akibat prestasi belajar peserta didik.
perbuatan belajar atau setelah menerima Prestasi belajar memiliki fungsi yang
pengalaman belajar, yang dapat dikatagorikan strategis dalam proses pembelajaran. Abdullah
menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, (dalam Mamik Suratmi, 1994: 22), mengatakan
afektif, dan psikomotor. Berdasarkan sejumlah bahwa fungsi prestasi belajar adalah: (a) sebagai
sejumlah devinisi yang disampaikan oleh para indikator dan kuantitas pengetahuan yang telah
ahli pada dasarnya prestasi belajar adalah dimiliki oleh pelajar, (b) sebagai lambang
perubahan tingkah laku peserta didik yang dapat pemenuhan keingintahuan, (c) informasi
diukur sebagai hasil dari proses mengikuti tentang prestasi belajar dapat menjadi
pembelajran. perangsang untuk peningkatan ilmu

LAMPUHYANG Vol. 8 No. 2 Juli 2017 20


ISSN : 2087-0760

pengetahuan dan (d) sebagai indikator daya penelitian ini adalahmodel pembelajaran flipped
serap dan kecerdasan murid. classroomdan prestasi belajar IPA.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar IPA adalah hasil yang dicapai 3.3 Metode Pengumpulan Data dan
peserta didik setelah melakukan kegiatan Instrumen Penelitian
pembelajran yang berbentuk angka sebagai Arikunto (2003: 134), berpendapat bahwa:
simbol dari ketuntasan belajar. Prestasi belajar “metode pengumpulan data yaitu cara yang
ini sangat dipengaruhi oleh factor luar yaitu guru digunakan untuk memperoleh data yang dijadikan
dan model pembelajaran. Hal inilah yang menjadi dasar kajian, dianalisis dan disimpulkan”. Teknik
titik perhatian peneliti ini. pengumpulan data dapat dilakukan dengan
metode yang disesuaikan dengan sumber data.
2.3 Hipotesis Tindakan Dari sekian banyak metode pengumpulan data,
Berdasarkan kajian teori di atas maka dapat maka dalam penelitian ini digunakan dua metode
dibuat jawaban sementara dari permaslahan yang yaitu: metode tes. Metode tes digunakan untuk
diajukan sebgai berikut.Jika model mengumpulkan data prestasi belajar.
pendekatanpenerapan model pembelajaran
flipped classroom dilakukan dengan optimal 3.4 Metode Pengolahan Data
maka dapat meningkatkan prestasi belajar IPA Data Hasil belajar.Rerata hasil belajar diolah
siswa kelas X AP 5 SMK Negeri 1 Amlapura menggunakan rumus sebagai berikut.
tahun ajaran 2016/2017.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan rancangan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut (Nurkancana&Sunartana, 1990)
Trianto, 2010; Agung,1999, Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) terdiri atas empat tahapan, yakni Daya serap (DS) dihitung menggunakan
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/ rumus sebagai berikut.
evaluasi, dan refleksi.

3.2 Subjek dan Objek Penelitian Ketuntasan belajar dihitung menggunakan


Subjek dalam penelitian ini adalah siswa rumus sebagai berikut.
kelasX AP 5 semester 2 Tahun pelajaran 2016/
2017 yang berjumlah 37 orang.Objek dalam

LAMPUHYANG Vol. 8 No. 2 Juli 2017 21


ISSN : 2087-0760

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Prestasi Belajar
No Nama
Siklis I Keterangan Siklus II Ketrangan

1 Adiana I Ketut 73 Tuntas 75 Tuntas


2 Agus Setyawan I Wayan 80 Tuntas 80 Tuntas
3 Anggi Ni Putu 73 Tuntas 75 Tuntas
4 Anggiliani Ni Gusti Ayu 80 Tuntas 80 Tuntas
5 Anik Ariani Sutianingsih Ni Wyn 75 Tuntas 75 Tuntas
6 Arda Primartha Wija Bagus KMG 65 Tidak Tuntas 67 Tidak Tuntas
7 Arda Primartha Wija Bagus GD 65 Tidak Tuntas 67 Tidak Tuntas
8 Ayu Mesani Ni Komang 70 Tuntas 75 Tuntas
9 Bima Wiradana I Gede 73 Tuntas 75 Tuntas
10 Darma I Made 65 Tidak Tuntas 71 Tuntas
11 Desi Aryananti Ni Wayan 73 Tuntas 75 Tuntas
12 Dimas Riastawan I Gede 70 Tuntas 75 Tuntas
13 Dody Prantika Negara I Kadek 73 Tuntas 75 Tuntas
14 Early Purnama Putri Ni Putu 70 Tuntas 75 Tuntas
15 Evita Ariska Ni Putu 73 Tuntas 75 Tuntas
16 intan Rismadianti Ni Wayan 80 Tuntas 80 Tuntas
17 Juliartini Ni Komang 65 Tidak Tuntas 71 Tuntas
18 Lanang Hendrawan I Gede 73 Tuntas 75 Tuntas
19 Mekel Kariase I Gede 80 Tuntas 80 Tuntas
20 Metriani Ni Kadek Ayu 65 Tidak Tuntas 71 Tuntas
21 Nila Sariani ni Kadek 73 Tuntas 75 Tuntas
22 Novi Setianingsih Ni Komang 73 Tuntas 75 Tuntas
23 Oky Ariadi I Komang 73 Tuntas 75 Tuntas
24 Parsa Arimbawa I Gede 65 Tidak Tuntas 65 Tidak Tuntas
25 Pramita Sari Gusti Ayu 65 Tidak Tuntas 75 Tuntas
26 Purjiwa I Gede 80 Tuntas 80 Tuntas
27 Putra Sanjaya I Komang 73 Tuntas 75 Tuntas
28 Rama Suryandika I Komang 70 Tuntas 71 Tuntas
29 Suandiyasa I Komang 73 Tuntas 75 Tuntas
30 Suardika I Nyoman 70 Tuntas 71 Tuntas
31 Surya Kadek 70 Tuntas 71 Tuntas
32 Susila Darma I Gusti Bagus 73 Tuntas 75 Tuntas
33 Wira Adi Suputra I Kadek 70 Tuntas 71 Tuntas
34 Yoga Sastrawan I Gede 70 Tuntas 71 Tuntas
35 Yogy Suryawan I Kadek 80 Tuntas 80 Tuntas
36 Yuni Sunarti Ni Putu 80 Tuntas 80 Tuntas
37 Yuniari Ni Nengah 73 Tuntas 75 Tuntas
JUMLAH 2672 2752
RATA - RATA 72.22 74.38

KETUNTASAN KLASIKAL 80,08 persen 91,89 persen

LAMPUHYANG Vol. 8 No. 2 Juli 2017 22


ISSN : 2087-0760

Gambar 4.1 Grafik Rerata prestasi belajar siklus I dan siklus II.

4.1 Pembahasan seperti koneksi internet yang terbatas dan


Berdasarkan hasil analisis data yang pasilitas lainnya.
dilakukan maka dapat diketahui bahwa Berdasarkan kelemahan yang masih
pembelajaran dengan menggunakan Flipped ditemukan pada siklus I, guru merencanakan
Classroom dapat meningkatkan prestasi belajar dan melaksanakan rencana yang telah
IPA siswa kelas X Akomodasi perhotelan (AP) disusun pada siklus II. Perbaikan yang
5 SMK Negeri 1 Amalapura tahun pelajaran dilakukan pada siklus II adalah aktivitas
2017/2018. Hal ini dapat dilihat dari rerata pembelajaran yang dilakukan dirumah dengan
prestasi belajar IPA pada siklus I sebesar 72,22 memberikan tugas menonton vidio dan mencarai
dengan ketuntasan klasikal sebesar 80, 08 sumber bacaan diiternet dilakukan secara
persen.Peningkatan yang terjadi belum pada berkelompok. Dengan cara ini anak masih
semua siswa hal ini masih ada tujuh orang siswa terbatas dengan pasilitas internet dapat meminta
yang belum bisa mencapai nilai sesuai dengan pada teman lainnya yang telah mendapatkan
KKM. Penyeban dari ketidak tuntasannya adalah materi di internet. Dalam proses ini terjadi
1) siswa tersebut secara umum masih sulit untuk kemampuan anak untuk berkolaborasi dengan
berdiskusi secara aktif dalam pembelajaran, 2) teman sebaya untuk menyelesaikan tugas yang
belum mampu mengakses tugas yang diberikan diberikan. Hasil dari siklus II diketahui bahwa
secara optimal karena masih terbawa pada rerata prestasi belajar siswa meningkat menjadi
kebiasann belajar yang lama, 3) masih belum 74, 38 dengan ketuntasan belajar 91,89 pesesen
mampu menyelesaikan kegiatan belajar yang karena ada tiga anak yang belum mencapai nilai
harus diselesaikan dirumah, 4) masih kesulitan sesuai dengan KKM. Peningkatan prestasi
mengakses referensi karena beberapa alasan belajar dari siklus I ke siklus II memang tidak

LAMPUHYANG Vol. 8 No. 2 Juli 2017 23


ISSN : 2087-0760

begitu tinggi namun melihat dari ketuntasan 5.2 Saran


klasikalnya sangat efektif. Berdasarkan simpulan yang telah dibuat
Penggunaan flipped classrom seperti yang maka dapat dibuat saran sebagai berikut:
telah dikemukakan sebelummnya memberikan 1) Guru hendaknya selalu berinovasi dalam
manfaat yang besar bagi siswa. Siswa yang tidak menerapkan model pembelajaran karena
masuk pada saat pertemuan dikelas masih bisa model pembelajaran merupakan salah satu
belajar materi secara mandiri sehingga tidak faktor yang berpengaruh terhadap prestasi
begitu ketinggalan dengan temannya. Disamping belajar siswa.
itu proses pembelajaran lebih terencana dan 2) Guru dalam memilih model pembeajaran
sistematis karena materi dipelajari terlebih dahulu hendaknya bisa menyesuaikan dengan
oleh siswa dirumah sebelum proses pembelajran karakteristik peserta didik sehingga model
di dalam kelas. sehingga penggunaan waktu yang diterapkan bisa menjadi solusi untuk
pembelajaran lebih efektif dibandingkan dengan mengatasi permasalahan yang dihadapi di
pembelajaran konvensional. Disamping itu siswa dalam kelas.
ketika memasuki kelas memang benar-benar siap 3) Guru hendaknya berani mencoba beberapa
untuk belajar tidak dengan kepala kosong. Dan model pembelajaran inovasi yang telah ada
pembelajaran ini juga memberikan efek samping untuk memperbaiki proses pembelajaran
berupa kemampuan penggunaan ICT kepada yang dihadapi dikelas.
siswa dalam pemelajaran sesuai dengan tuntutan
pendidikan abad 21. DAFTAR PUSTAKA

V. PENUTUP Damayanti, Ni Putu. 2012. Biosing Untuk


Meningkatkan Prestasi Belajar Biologi
5.1 Simpulan Siswa kelas X SMA Negeri 1 Selemadeg.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Hasil Penelitian. Tidak diterbitkan.
dipaparkan dalam pembahasan maka dapat Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian.
disimpulkan bahwa penerapan model Yogyakarta : ANDI OFFSET.
pembelajaran flipped classroom dapat
Departemen Pendidikan Nasional Republik
meningkatkan prestasi belajar IPAsiswa kelas X
Indonesia. Undang-undang Republik
AP 5 SMK Negeri 1 Amlapura tahun ajaran
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
2016/2017. Rerata pretasi belajar IPA pada
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. 2003.
siklus I 72, 22 meningkat pada siklus II menjadi
74, 38. Dengan ketuntasan klasikal pada siklus Dwija, I.W. 2004. Hubungan Antara Konsep
I sebesar 80,08 persen dan pada siklus II sebesar Diri, Motivasi Berprestasi dan Perhatian
91,89 persen. Orang Tua Dengan Hasil Belajar

LAMPUHYANG Vol. 8 No. 2 Juli 2017 24


ISSN : 2087-0760

Sosiologi Pada Siswa Kelas II SMA Sanjaya, Wina. 2011. Penelitian Tindakan
Unggulan Di Kota Amlapura. Tesis Tidak Kelas. Jakarta : Prenada Media Group.
Diterbitkan. Singaraja : Program Seken, I Ketut. Upaya Meningkatkan
Pascasarjana IKIP. Negeri. Kemampuan Guru Pendidikan Agama Hindu
Elliott, S.N. et al. (2000). Educational di Kota Amlapura dalam
Psychology: Effective Teaching, Effective Mengimplementasikan Kurikulum 2013
Learning. Boston: Mc.Graw Hill. melalui Pendekatan Tri Pramana. Jurnal
Hanafiah, N., Cucu Suhana. 2010. Konsep LAMPUHNYANG Vol. 7 No. 1 tahun
Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika 2015. Lembaga Penjaminan mutu: STKIP
Aditama. Amlapura

Hoy, Charles, Colin Bayne-Jardine and Margaret Slavin, E Robert,2005. Cooperative Leraning:
Wood. (2000). Improving Quality in theory,research and practice. London :
Education. London: Falmer Press. 2006. Allymand Bacom.

Miarso, Yusufhadi.(2004). Menyemai benih Stringer, Ernest.1999. Action research second


Teknologi Pembelajaran. Jakarta : Edition.USA : Sage Publicatian.
Pustekkom Diknas & Kencana. Triatno. 2010. Mendesain Model
Moore, K. D. (2005). Effective Instructional Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Strategies From Theory to Practice. Kencana.
California: Sage Publications Inc.

LAMPUHYANG Vol. 8 No. 2 Juli 2017 25

Anda mungkin juga menyukai