E = Em cos(kx- ωt ..............................................................................(2.2)
B = Bm cos(kx- ωt ..............................................................................(2.3)
ω 2 πf
= = λ . f =
k 2π/λ
c..............................................................................(2.4)
∂E
Turunan parsial dari persamaan (2.2),berarti t dianggap bilangan tetap,dan
∂x
∂B
turunan parsial dari persamaan (2.3),berarti x dianggap tetap,sehingga :
∂t
E = Em cos(kx- ωt ¿
∂E
=¿ Em [-k sin (kx- ωt ¿
∂x
∂E
=¿ [-k Em sin (kx- ωt ¿
∂x
.......................................................................(2.5)
B=Bm cos(kx- ωt ¿
∂B
=Bm [ ωsin (kx- ωt ¿ ¿
∂t
−∂ B
=−ω B m sin (kx- ωt ¿ .................................................................
∂t
(2.6)
∂ E −∂ B
=
∂x ∂t
(2.7)
1
ue = ε 0 E2 ............................................................................................( 2.9)
2
dengan :
ue = rapat energi (J/m3 atau Jm-3)
8,85 X 10−12 C2 / Nm2
)
ε 0 =permitivitas vakum ¿
E=kuat medanlistrik (N /C)
1 2
W LI
um = = 2
Volume
volume
μ0 ∈ ¿
2 l
2 (
1 μ 0 AN 2
l
I
1
= μ0 ¿
) 2 =
¿
¿
¿
Al 2 l () 1
¿
¿
2 μ0
2
B
um= .............................................................................(2.10)
2 μ0
Dengan :
4 π x 10−7
Wb/Am)
μ0= permeabilitas vakum ¿
3. Intensitas Gelombang Elektromagnetik
1
S= E × B ……………..…………………………(1.13)
μ₀
EmBm
Smaks= . Sementara itu, untuk cos ² θ (kx−ωt) = 0, nilai persamaan
μ₀
(1.12) adalah minimum, yaitu S min = 0. Dengan demikian, nilai intensitas rata-
rata adalah:
Smaks+ Smin
Ś =
2
(EmBm /μ ₀)+0
Ś =
2
(EmBm /μ ₀)+0
Ś = ………………………………….(1.13)
2 μ₀
1
Rapat energi sesaat karena medan listrik (uₑ) dinyatakan dengan u ₑ= ε ₀ E ² , dan
2
B²
rapat energi sesaat medan magnet (um) dinyatakanum ¿ Dengan
2 μ₀
1
menggunakanhubungan c = E/B dan c= , maka persamaan diatas menjadi:
√μ ₀ ε ₀
( E/c )² ( E/ √ μ ₀ ε ₀) ²
um ¿ =
2μ ₀ 2μ₀
E 2 . μ ₀. ε ₀ 1
um ¿ = E² ε₀
2 μ₀ 2
1 B²
maka, μ m = μ c = E²ε₀ =
2 2 μ₀
……………………………. (1.14)
B²
u=μ e + μ m =2 μ m = …………………………………… (1.15)
μ₀
E 1
Perbandingan =C , sedangkan nilai cos2 ( kx−ωt )= . Maka diperoleh
B 2
rapat energi total rata-rata adalah:
É B́ EmBm EmBm 1
ú=
μ₀ c
=
μ₀c
co s2 ( kx−ωt )=
μ ₀c 2 ()
EmBm
ú= ………………………………………….. (1.16)
2 μ₀ c
EmBm
Ś= …………………………………………… (1.17)
2 μ₀c
ś
ú= atau Ś=c . ú
c
medium
λn yang dinyatakan oleh persamaan :
λ udara
n=
λn
Persamaan ini menyatakan bahwa indeks bias medium berbanding terbalik
dengan panjang gelombang dalam medium. Karena sinar merah memiliki panjang
gelombnag terbesar, indeks bias prisma untuk warna merah adalah yang terkecil,
sebaliknya indeks bias prisma untuk warna ungu adalah yang terbesar.
nu =n m
Sudut deviasi δ untuk sudut pembias β yang kecil :
δ = ( n - 1) β
Lebar spectrum yang ditimbulkan oleh prisma bergantung pada selisih
deviasi warna ungu dan warna merah. Selisih sudut antara deviasi warna ungu
dengan sudut deviasi warna merah disebut sudut dispersi . Secara sistematis :
Φ = δu - δm
= (nu - 1 )β -(n m - 1 )β
¿(n n -n m )β
Keterangan:
Φ = sudut dispersi
nu = indeks bias sinar ungu
nm = indeks bias sinar merah
δu = deviasi sinar ungu
δm=deviasi sinar merah
Jika dua prisma segitiga digabungkan dengan menepatkan sudut puncaknya
berseberangan, cahaya akan keluar dari prisma tanpa mengalami dispersi. Susunan
dua prisma yang tidak mengalami dispersi disebut prisma akromatik. Susunan
prisma akromatik diperoleh jika dispersi oleh prisma (1) sama dengan dispersi
prisma (2) sehingga kedua dispersi tersebut saling meniadakan. Secara matematis
persamaannya dapat ditulis sebagai berikut.
Φ=Φ
(nu1 - n m1 )β 1 = (n u2 - n m2 ) β2
(n u2 - n m2 )
β2 = β1
(n u1 - n m1 )
Untuk menghilangkan dispersi antara sinar ungu dan sinar merah kita gunakan
susunan Prisma Akhromatik.
F tot = F kerona - F flinta = 0
Untuk menghilangkan deviasi suatu warna, misalnya hijau, kita gunakan
susunan prisma pandang lurus.
Dtot = D kerona - D flinta = 0
β = r 1 +i 2
dengan:
β = sudut pembias prisma
i 2 = sudut datang pada permukaan 2
δm = (n2 − n1) β
dengan :
n1 = indeks bias medium
n2 = indeks bias prisma
β = sudut pembias (puncak) prisma
δm = sudut deviasi minimum
a. Sudut Dispersi
Sudut dispersi merupakan sudut yang dibentuk antara deviasi sinar satu
dengan sinar lain pada peristiwa dispersi (penguraian cahaya). Sudut ini merupakan
selisih deviasi antara sinar-sinar yang bersangkutan. Jika sinarsinar polikromatik
diarahkan pada prisma, maka akan terjadi penguraian warna (sinar monokromatik)
yang masing masing sinar mempunyai deviasi tertentu.
Selisih sudut deviasi antara dua sinar adalah sudut dispersi, ϕ . Sebagai contoh, pada
Gambar 2.7 dapat dinyatakan:
deviasi sinar merah δm=(nm−1) β
deviasi sinar ungu δu=(nu−1) β
Dengan demikian, dispersi sinar merah terhadap ungu sebesar:
φ=δu−δm
¿( nu – 1) β – (nm – 1) β
φ=( nu – nm ) β
dengan:
φ = sudut dispersi
nu= indeks bias warna ungu
nm= indeks bias warna merah
β = sudut pembias prisma
2. Interferensi
Interferensiadalahpaduanduagelombangataulebihmenjadisatugelombangbaru.
Interferensiterjadijikaterpenuhiduasyaratberikutini.
a. Keduagelombangcahayaharuskoheren,
dalamartibahwakeduagelombangcahayaharusmemilikibedafase yang selalutetap,
olehsebabitukeduanyaharusmemilikifrekuensi yang sama.
b. Keduagelombangcahayaharusmemiliki amplitude yang hampirsama.
Pada eksperimen Young, dua sumber cahaya kohern diperoleh dari cahaya
monokromatis yang dilewatkan dua celah. Kedua berkas cahaya kohern itu akan
bergabung membentuk pola-pola interferensi.
Inteferensi maksimum (konstruktif) yang ditandai pola terang akan terjadi jika kedua
berkas gelombang fasenya sama. Ingat kembali bentuk sinusoidal fungsi gelombang
berjalan pada grafik simpangan (y) versus jarak tempuh (x). Dua gelombang sama
fasenya jika selisih jarak kedua gelombang adalah nol atau kelipatan bulat dari
panjang gelombangnya.
a.Interferensimaksimum
Apabiladuagolombangsalingketemudansalingmenguatkanmakaakanterjadiinterferen
simaksimumdanterjadiplagaristeang.padacelahgandainterferensiiniakanterjadiapabil
akeduagelombangmemilikifase yang
samayaituapabilakeduanyaberfrekuensisamadantitik-titik yang
bersesuaianberadapadatempat yang samaselamaosilasipadasaat yang
sama.Berdasarkan gambar di atas, selisih lintasan antara berkas S1dan d sin θ,
dengan d adalah jarak antara dua celah.Jadi interferensi maksimum (garis terang)
terjadi jika
p
sinθ =tan θ=
l
p
Sehinggadapatdituliskanmenjadi:n λ = d
l
Dengan
P = jarakgaristerangdaripusat
d = jarakkeduasumber
l = jaraklayarkesumbercahaya
λ = panjanggelombang
n =ordeataunomorterang(n = 0,1,2,3…)
b. Interferensi minimum
Interferensimaksimumterjadijikaduagelombangbertemudansalingmenguatkan.
Namun, jikaduagelombangtidakbertemu,
danakansalingmeniadakanmakaterjadiinterferensi minimum,
sehinggaterbentukpolagarisgelap. Interferensiiniterjadipadaduagelombangyang
tidaksefase. Jarakgarisgelapke-n daripusatterangadalah:
Pada perhitungan garis gelap menggunakan rumus di atas, n = 1 untuk terang garis
gelap pertama, n = 2 untuk garis gelap kedua, dan seterusnya. Tidak ada nilai n = 0
untuk perhitungan garis gelap menggunakan rumus di atas.
Interferensi dapat terjadi pada lapisan tipis seperti lapisan sabun dan lapisan minyak.
Jika seberkas cahaya mengenai lapisan tipis sabun atau minyak, sebagian berkas
cahaya dipantulkan dan sebagian lagi dibiaskan kemudian dipantulkan lagi. Gabungan
berkas pantulan langsung dan berkas pantulan setelah dibiaskan ini membentul pola
interferensi.
Seberkas cahaya jatuh ke permukaan tipis dengan sudut datang i. Sebagian berkas
langsung dipantulkan oleh permukaan lapisan tipis (sinar a), sedangkan sebagian lagi
dibiaskan dulu ke dalam lapisan tipis dengan sudut bias r dan selanjutnya dipantulkan
kembali ke udara (sinar b).
Sinar pantul yang terjadi akibat seberkas cahaya mengenai medium yang indeks
biasnya lebih tinggi akan mengalami pembalikan fase (fasenya berubah 180 o),
sedangkan sinar pantul dari medium yang indeks biasnya lebih kecil tidak mengalami
perubahan fase. Jadi, sinar a mengalami perubahan fase 180o, sedangkan sinar b tidak
mengalami perubahan fase. Selisih lintasan antara a dan b adalah 2d cos r.Oleh karena
sinar b mengalami pembalikan fase, interferensi konstruktif akan terjadi jika selisih
lintasan kedua sinar sama dengan kelipatan bulat dari setengah panjang gelombang (λ).
Panjang gelombang yang dimaksud di sini adalah panjang gelombang cahay pada
lapisan tipis, bukan panjang gelombang cahaya pada lapisan tipis dapat ditentukan
dengan rumus:
λ = λ0/n.
2d cos r = (m – ½ ) λ ; m = 1, 2, 3, …
2d cos r = m λ ; m = 0, 1, 2, 3, …
3. Cincin Newton
3. Difraksi
Difraksi Gelombang Peristiwa difraksi atau lenturan dapat terjadi jika sebuah
gelombang melewati sebuah penghalang atau melewati sebuah celah sempit. Pada suatu
medium yang serba sama, gelombang akan merambat lurus. Akan tetapi, jika pada medium
itu gelombang terhalangi, bentuk dan arah perambatannya dapat berubah.
Sebuah gelombang pada permukaan air merambat lurus. Lalu, gelombang tersebut
terhalang oleh sebuah penghalang yang memiliki sebuah celah sempit. Gelombang akan
merambat melewati celah sempit tersebut. Celah sempit seolah-olah merupakan sumber
gelombang baru. Oleh karena itu, setelah melewati celah sempit gelombang akan merambat
membentuk lingkaran-lingkaran dengan celah tersebut sebagai pusatnya.
Jika muka gelombang bidang tiba pada suatu celah sempit (lebarnya lebih kecil dari
panjang gelombang), maka gelombang ini akan mengalami lenturan sehingga terjadi
gelombang-gelombang setengah lingkaran yang melebar di belakang celah tersebut. Peristiwa
ini dikenal dengan difraksi. Difraksi merupakan pembelokan cahaya di sekitar suatu
penghalang /suatu celah.
Ketika cahaya monokromatik dari sumber yang jauh (atau laser) lewat melalui
sebuah celah sempit kemudian ditangkap oleh layar, cahaya ini akan menghasilkan
pola difraksi pada layar tersebut seperti pola yang ditunjukkan pada gambar dibawah
ini
Pola inti terdiri atas maksima sentral yang lebar dan intens (sangat terang)
ditambah sejumlah maksima yang lebih sempit dan kurang intens (yang disebut
maksima sekunder atau sisi) pada kedua sisinya). Diantara maksima ini terdapat
sejumlah minima. Pola seperti itu sama sekali tidak akan diharapkan pada optika
geometris. Jika cahay merambat dalam garis lurus speprti sinyal maka celah ini kakan
membiarkan sebagian dari sinar itu membentuk gambar tersebut pada layar.
Pada difraksi celah tunggal tidak terjadi pola terang, tetapi terang pusatnya
sangat lebar. Untuk menentukan difraksi celah tunggal menggunakan rumus berikut :
d sinθ=m λ
m=1, 2,3
λ = panjang gelombang
Pada gambar diatas kita bagi celah menjadi N wilayah dengan lebar yang
sama, ∆x yang cukup kecil sehingga setiap wilayah bertindak sebagai sumber
wavelet Huygens. Kita ingin menumpangkan wavelet-wavelet yang dating pada titik
P sembarang pada layar, dengan sudut θ terhadap sumbu tengah sehingga kita
dapat menentukan amplitudo Eθ komponen listrik gelombang resultan di P.
Intensitas cahaya di P. dengan demikian sebanding dengan kuadrat amplitudonya.
Untuk mencari Eθ kita memerlukan hubungan fase diantara wavelet-wavelet yang
dating. Beda fase diantara wavelet dari wilayah yang berdampingan diberikan oleh
2π
(beda fase) = ( ) (beda panjang lintasan)
λ
∆ ɸ=¿ ( 2λπ ) ( ∆ x sinθ )
d. Intensitas secara kuantatif dalam difraksi celah tunggal
Dalam bagian ini akan menjabarkan rumusan untuk intensitas I (θ) polanya
sebagai fungsi θ . Kita nyatakan dan akan dibuktikan berikut ini bahwa intensitas
ini diberikan oleh
I ( θ ) =I m ( sinα α ) 1 πα
, Dengan α = ɸ= sin θ
2 λ
Lambing α hanyalah hubungan yang memudahkan antara sudut θ yang
menentukan letak suatu titik pada layar dan intensitas cayaha I (θ) pada titik itu.
Intensitas I m merupakan nilai terbesar intensitas I ( θ) dalam polanya dan terjadi
pada maksima sentral (dengan θ=0) dan ɸ merupakan beda fase (dalam
radian) antara sinar=sinar atas dan bawah yang celah yang lebarnya α .
1. Radar
2. Sinar gamma
3. Sinar- X
Sinar – X ditemukan pada tahun 1895 oleh Wilhelm K Rontgen, disebut juga
16 20
sinar rontgen. Sinar- X mempunyai frekuensi 10 Hz sampai 10 Hz. Panjang
gelombangnya sangat pendek yaitu 10 cm samapai
−9
10
−6
cm. Karena panjang
gelombang sangat pendek sinar- X mempunyai daya tembus yang kuat. Sinar- X dapat
menembus benda – benda lunak seperti daging dan kulit, tetapi tidak dapat menembus
benda keras seperti hidung, gigi, dan gelombang. Kerena itu sinar ini sering
dimanfaatkan di dalam bidang kedokteran terutama untuk melihat kondisi dalam
tubuh tanpa melakukan pembedahan.
Foto sinar- X diambil menggunakan kamera sinar- X . bagian – bagian tubuh
yang keras akan menahan sinar – X sehingga bagian memancarkan sinar fluoresens
pada flim.
Selain dibidang kedokteran, sinar- X juga digunakan untuk mendeteksi suatu
benda. Di bandara, hotel dan pusat pusat perbelajaan untuk melihat barang – barang
yang dibawah oleh pengujung atau penumpang. Sinar – X juga digunakan dalam
teknik radiografi untuk menguji sebuah benda dan meriksa kerusakan atau cacat pada
mesin. Sinar – X juga sering dimanfaatkan untyk memeriksa stuktur kristal.