Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan berkenan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan anak
didik. Pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan,
dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda. Pendidikan adalah
proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang
diharapkan oleh masyarakat. Pendidikan bertujuan untuk membekali setiap
anak agar masing-masing dapat maju dalam hidupnya mencapai tingkat yang
setinggi-tingginya.
Salah satu komponen pendidikan yang sangat penting dan tidak dapat
dipisahkan dari pendidikan itu sendiri adalah belajar. Untuk dapat
meningkatkan mutu pendidikan, salah satu usaha yang dapat kita lakukan
adalah dengan memahami bagaimana seseorang itu belajar sehingga dapat
menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien bagi siswa.
Dalam aspek kognitif mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh
pemahaman, bagaimana pemahaman mengenai dirinya dan lingkungannya
dan bagaimana ia berhubungan dengan lingkungan secara sadar. David Paul
Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Inilah yang membedakan
Ausubel dengan teoritikus-teoritikus lainnya, khususnya ahli psikologi, yang
teori-teorinya diterjemahkan dari dunia psikologi ke dalam penerapan
pendidikan. Ausubel memberi penekanan pada belajar bermakna yaitu suatu
proses yang dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan
yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana teori belajar menurut David Ausubel?
1.2.2 Apa saja tipe-tipe belajar menurut David Ausubel?
1.2.3 Variabel apa saja yang mempengaruhi belajar penerimaan bermakna?
1.2.4 Bagaimana penerapan teori Ausubel dalam pembelajaran?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui teori belajar menurut David Ausubel.
1.3.2 Untuk mengetahui tipe-tipe belajar menurut David Ausubel.
1.3.3 Untuk mengetahui variable yang mempengaruhi belajar penerimaan
bermakna.
1.3.4 Untuk mengetahui penerapan teori Ausubel dalam pembelajaran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Belajar Bermakna Ausubel

Menurut Ausubel dalam Budiningsih (2004, 44) bahwa teori kognitif


banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan
referensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah
dimiliki oleh siswa. struktur kognitif merupakan struktur organisasional yang
ada dalam ingatan seseorang yang mengintregasikan unsur-unsur pengetahuan
yang terpisah-pisah ke dalam suatu unit konseptual.
Menurut Ausubel dalam Andriyani (2008, 3.20) menyatakan bahwa pada
dasarnya orang memperoleh pengetahuan melalui penerimaan, bukan melalui
penemuan. Konsep – konsep, prinsip dan ide-ide yang disajikan pada pelajar
akan diterima oleh pelajar. Dapat juga konsep ini ditemukan sendiri oleh
pelajar (Gagne dalam Andriyani, 2008, 3.20). Menurut Ausubel dalam Dahar
(2006, 94), belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi, yaitu :

1. Dimensi Pertama
Berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang
disajikan pada pelajar melalui penerimaan atau penemuan. Pada tingkat
pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan dalam bentuk
belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final
ataupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan pelajar untuk
menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan.

2. Dimensi Kedua
Menyangkut cara bagaimana pelajar dapat mengaitkan informasi
pada struktur kognitif yang telah ada. Dalam tingkat kedua, siswa
menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan (berupa
konsep atau lainnya) yang telah dimilikinya, dalam hal ini terjadi belajar
bermakna. Akan tetapi, siswa itu dapat juga hanya mencoba-coba
menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkannya pada konsep-
3
konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya; dalam hal ini terjadi
belajar hafalan.

Inti dari teori belajar Ausubel adalah belajar bermakna. Bagi Ausubel,
belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada
konsep-konsep yang relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang
(Dahar, 2006, 95). Belajar bermakna akan terjadi apabila informasi yang baru
diterima pelajar mempunyai kaitan erat dengan konsep yang sudah ada /
diterima sebelumnya dan tersimpan dalam struktur kognitifnya (Andriyani,
2008, 3.20-3.21). Lebih lanjut Andriyani menyatakan bahwa informasi baru
ini juga dapat diterima atau dipelajari pelajar tanpa menghubungkannya
dengan konsep atau pengetahuan yang sudah ada. Cara belajar ini disebut
belajar menghapal.

Kedua dimensi di atas dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Bentuk-Bentuk Belajar (Dahar, 2006, 94)

4
Kedua dimensi, yaitu penerimaan/penemuan dan hafalan/bermakna tidak
menunujukkan dikotomi sederhana, melainkan merupakan suatu kontinum.
Kedua kontinum itu dapat diperhatikan pada tabel di bawah ini.
BELAJAR Menjelaskan Pengajaran Penelitian ilmiah
BERMAKNA hubungan antara audiotutorial yang
konsep-konsep baik
Penyajian melalui Kegiatan Sebagian besar
ceramah atau buku laboratorium penelitian rutin
pelajaran sekolah atau produksi
intelektual
BELAJAR Daftar perkalian Menerapkan Pemecahan
HAFALAN rumus-rumus dengan coba-coba
untuk
memecahkan
masalah
BELAJAR BELAJAR BELAJAR
PENERIMAAN PENEMUAN PENEMUAN
TERPIMPIN MANDIRI

Dua Kontinum Belajar


(Dahar, 2006: 95)

Menurut Dahar (2006, 95), Ausubel menyatakan bahwa banyak ahli


pendidikan menyamakan belajar peneriman dengan belajar hafalan sebab
mereka berpendapat bahwa belajar bermakna hanya terjadi bila pelajar
menemukan sendiri pengetahuan. Namun, bila memperhatikan gambar di atas,
dapat dilihat bahwa belajar penerimaan pun dapat dibuat bermakna, yaitu
dengan cara menjelaskan hubungan antara konsep-konsep. Sementara itu,
belajar penemuan rendah kebermaknaanya dan merupakan belajar hafalan bila
memecahkan suatu masalah dilakukan hanya dengan coba-coba, seperti
menebak teka-teki. Belajar penemuan yang bermakna sekali hanyalah terjadi
pada penelitian yang bersifat ilmiah.
5
2.2 Tipe – Tipe Belajar
Menurut Ausubel dan Robinson dalam Slameto (2010, 24) ada empat
macam tipe belajar :
a. Belajar menerima bermakna (Meaningful Reception Learning)
Belajar menerima bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun
secara logis disampaikan kepada pelajar sampai bentuk akhir, kemudian
pengetahuan yang baru itu dikaitkan dengan pengetahuan yang ia miliki.
b. Belajar menerima yang tidak bermakna (Reception learning)
Belajar menerima yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang telah
tersusun secara logis disampaikan kepada pelajar sampai bentuk akhir,
kemudian pengetahuan yang baru itu dihafalkan tanpa mengaitkannya
dengan pengetahuan yang ia miliki.
c. Belajar penemuan bermakna (Meaningful discovery learning)
Belajar dengan penemuan bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang
telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajarinya atau pelajar
menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian
pengetahuan baru itu ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
d. Belajar penemuan yang tidak bermakna (Discovery learning)
Belajar dengan penemuan tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari
ditemukan sendiri oleh pelajar tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah
dimilikinya, kemudian dia hafalkan.

2.3 Variabel Yang Mempengaruhi Belajar Penerimaan Bermakna


Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut
Ausubel dalam Dahar (2006, 98) ialah struktur kognitif yang ada, stabilitas,
dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu
tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-
arti yang timbul saat informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu,
demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif itu
stabil, jelas, dan diatur dengan baik, arti-arti yang sahih dan jelas atau tidak
meragukan akan timbul dan cenderung bertahan.

6
Dahar (2006, 99) menyebutkan prasyarat belajar bermakna adalah sebagai
berikut:
a. Materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial
b. Anak yang akan melaksanakan belajar bermakna sebaiknya mempunyai
kesiapan dan niat untuk belajar belajar.
Dahar melanjutkan kebermaknaan materi pelajaran secara potensial
bergantung pada dua faktor yaitu sebagai berikut:
a. Materi itu harus memiliki kebermaknaan logis
b. Gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif
pelajar.
Oleh karena itu, agar terjadi belajar bermakna materi pelajaran harus
bermakna secara logis. Pelajar harus memasukkan materi itu ke dalam struktur
kognitifnya dan dalam struktur kognitif pelajar harus terdapat unsur-unsur
yang cocok untuk mengaitkan materi baru secara non arbitrer dan substantif
(Dahar, 2006, 100). Selanjutnya Rosser dalam Dahar (2006, 100) menyatakan
bahwa jika salah satu komponen itu tidak ada, maka materi tersebut dipelajari
secara hapalan.

2.4 Penerapan Teori Ausubel dalam Pembelajaran


Dahar (2006, 100) mengatakan bahwa untuk dapat menerapkan teori
Ausubel dalam mengajar, sebaiknya kita perhatikan apa yang dikemukakan
oleh Ausubel dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology: A
Cognitive View, pernyataan itu berbunyi : “The most important single factor
influencing learning is what the learner already knows. Ascertain this and
teach him accordingly." Ausubel mengatakan faktor terpenting yang
mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui pelajar. Yakinilah hal ini
dan ajarlah ia demikian."
Untuk menerapkan konsep belajar Ausubel dalam mengajar, selain
konsep-konsep yang telah dibahas terdahulu ada beberapa konsep lain yang
perlu diperhatikan yaitu konsep pengaturan awal, diferensiasi progresif,
penyesuaian integratif, dan belajar superordinat (Dahar, 2006, 100)

7
Menurut Dahar (2006, 100-104) Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan
untuk menerapkan teori Ausubel :
1) Pengaturan awal
Ausubel (2006, 11) mengatakan bahwa Pengaturan Awal adalah
perangkat pedagogik yang membantu menerapkan prinsip-prinsip
dengan menghubungkan kesenjangan antara apa yang pelajar sudah
ketahui dan apa yang perlu ia ketahui. Pengaturan awal mengarahkan para
pelajar ke materi yang akan merekapelajari dan menolong mereka untuk
mengingat kembali informasi yang berhubungan dengan materi itu,
sehingga dapat digunakan dalam menanamkan pengetahuan
baru. Pengaturanan awal ini berisi konsep-konsep atau ide-ide yang
diberikan kepada pelajar jauh sebelum materi pelajaran yang
sesungguhnya diberikan (Andriyani, 2008, 3.23).
Ada tiga hal yang dapat dicapai dengan menggunakan pengaturan awal
(Andrayani, 2008, 3.23) :
a. Pengaturanan awal memberikan kerangka konseptual untuk belajar
yang bakal terjadi berikutnya
b. Dapat menjadi penghubung antara informasi yang sudah dimiliki
pelajar saat ini dengan informasi baru yang akan diterima/ dipelajari
c. Berfungsi sebagai jembatan penghubung sehingga memperlancar
proses pengkodean pada pelajar
2) Diferensiasi Progresif
Diferensiasi progresif artinya proses penyusunan konsep yang akan
diajarkan. Menurut Ausubel dalam Dahar (2011, 101), pengembangan
konsep berlangsung paling baik jika unsur-unsur yang paling umum atau
paling inklusif diperkenalkan terlebih dahulu, kemudian baru diberikan
hal-hal yang lebih mendetail dan lebih khusus dari konsep itu. Dengan
perkataan lain, model belajar menurut Ausubel pada umumnya
berlangsung dari umum ke khusus.
3) Belajar Superordinat
Dahar (2006, 103) menyebutkan belajar superordinat terjadi bila konsep-
konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur
8
suatu konsep yang lebih luas, lebih inklusif. Sedangkan menurut
Andriyani (2008, 3.23) untuk menerapkan strategi mengajar seperti ini
perlu dilakukan analisis konsep. Lanjutnya Andriyani mengatakan analisis
konsep dilakukan untuk menemukan kemudian menghubungkan konsep-
konsep utama dari suatu mata pelajaran sehingga dapat diketahui mana
konsep yang paling utama dan superordinat dan mana konsep yang lebih
khusus dan subordinat.
4) Penyesuaian Integratif
Untuk mencapai penyesuaian integratif, materi pelajaran hendaknya
disusun sedemikian rupa hingga kita menggerakkan hierarki konseptual
dari atas hingga ke bawah selama informasi disajikan. Menurut Ausubel
dalam Dahar (2006, 103), dalam mengajar bukan hanya urutan menurut
diferensiasi progresif yang diperhatikan, melainkan juga harus
diperlihatkan bagaimana konsep-konsep baru dihubungkan pada konsep-
konsep superordinat. Andriyani (2008, 3.24) tahap ini guru menjelaskan
dan menunjukkan secara jelas perbedaan dan persamaan materi yang baru
dengan materi yang telah dijelaskan terlebih dahulu yang telah dikuasai
pelajar. Dengan demikian pelajar akan mengetahui alasan dan manfaat
materi yang akan dijelaskan tersebut.

Dalam perkembangannya, belajar bermakna dapat diterapkan melalui


berbagai cara pengajaran, misalnya pengajaran dengan menggunakan peta
konsep (Andriyani, 2008, 3.24).
Adapun cara pembelajarannya menurut Andriyani (2008, 3.24) adalah
sebagai berikut:
1. Pilih suatu bacaan atau salah satu bab dari sebuah buku pelajaran.
2. Tentukan konsep-konsep yang relevan dari topik yang akan atau
sudah diajarkan.
3. Urutkan konsep-konsep tersebut dari yang paling inklusif ke yang
paling tidak inklusif berikut contoh-contohnya.

9
4. Susun konsep-konsep tersebut di atas kertas dari konsep yang paling
inklusif ke konsep yang tidak inklusif secara berurutan dari atas ke
bawah.
5. Hubungkan konsep-konsep ini dengan kata-kata sehingga menjadi
sebuah peta konsep seperti contoh berikut .

Menurut Ausubel dan Novak (Dahar, 2006, 98) ada tiga kebaikan belajar
bermakna, yaitu :
1. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat
2. Informasi baru tyang telah dikaitkan dengan konsep-konsep relevan
sebelumnya dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya
sehingga memudahkan proses belajar mengajar berikutnya untuk memberi
pelajaran yang mirip.
3. Informasi yang pernah dilupakan setelah pernah dikuasai sebelumnya,
meninggalkan bekas sehingga memudahkan proses belajar mengajar untuk
materi pelajaran yang mirip walaupun telah lupa.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Menurut Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi
yaitu berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan
pada pelajar melalui penerimaan (reception learning) atau penemuan
(discovery learning) dan menyangkut cara bagaimana pelajar dapat
mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada, yaitu belajar
bermakna (meaningful learning) atau hafalan (rote meaningful). Pembelajaran
bermakna merupakan suatu proses yang mengaitkan informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut
Ausubel dalam Dahar (2006, 98) ialah struktur kognitif yang ada, stabilitas,
dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu
tertentu. Ausubel mengemukakan bahwa belajar menerima dan belajar
menemukan adalah dua hal yang berbeda. Pada belajar menerima, isi pokok
yang akan dipelajari diberikan kepada pelajar dalam bentuk catatan.
Sedangkan dalam belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya
beriring. Ausubel juga menjelaskan bahwa perbedaan antara belajar hafalan
dan belajar bermakna sering dicampuradukkan dengan perbedaan antara
belajar menerima dan belajar menemukan.
Menurut Dahar (2006, 100-104) Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan
untuk menerapkan teori Ausubel : 1) pengaturan awal, 2) Diferensiasi
progresif , (3) belajar superordinat, 4) penyesuaian integratif.

3.2 SARAN
3.2.1 Bagi mahasiswa calon guru sebaiknya memahami teori belajar bermakna
untuk dijadikan sebagai bekal agar dapat melaksanakan pembelajaran
dengan baik nantinya.

11
3.2.2 Bagi pendidik sebaiknya memahami teori belajar bermakna untuk dapat
membantu meningkatkan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
mutu pendidikan.

12

Anda mungkin juga menyukai