“Filsafat Pendidikan”
Dosen Pengampu
Prof. Dr. Baharuddin S.T, M.Pd/May Sari Lubis S.Pd, M.Pd
Disusun Oleh:
FAKULTAS TEKNIK
PRODI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak
memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita, pemimpin akhir zaman yang sangat dipanuti oleh
pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW. “ EPISTEMOLOGI ILMU ” ini sengaja di
bahas karena sangat penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin lebih
mengenal mengenai filsafat pendidikan.
Selanjutnya, penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan pengarahan-pengarahan sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kepada Ibu dosen dan teman-teman yang lain untuk
memberikan sarannya kepada penyusun agar penyusunan makalah ini lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya
semua yang membaca makalah ini.
Wassallamu’alaikum Wr. Wb.
DAFTAR ISI
E p i s t e m o l o g i I l m u K e l . 1 P T E A 2 0 1 9 | ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang
pengetahuan. Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan, perlu
diperhatikan bagaimana dan sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan. Jika kita
mengetahui batas-batas pengetahuan, kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal
yang pada akhirnya tidak dapat diketahui. Sebenarnya kita baru dapat menganggap
mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi.
Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan, atau
mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-
kemungkinan dan bukannya kepastian, atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara
bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang
yang tidak memungkinkannya (Luis O. Kattsoff, 2004).
Dalam pembahasan filsafat, epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat.
Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi, juga ontologi dan aksiologi. Epistemologi
adalah teori pengetahuan, yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan
pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan. Ontologi adalah teori tentang “ada”, yaitu
tentang apa yang dipikirkan, yang menjadi objek pemikiran. Sedangkan aksiologi adalah
teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat, kegunaan maupun fungsi dari objek
yang dipikirkan itu. Oleh karena itu, ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara
berurutan, mulai dari ontologi, epistemologi, kemudian aksiologi. Dengan gambaran
senderhana dapat dikatakan, ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi), lalu dicari cara-cara
memikirkannnya (epistemologi), kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu
manfaat atau kegunaan (aksiologi).
E p i s t e m o l o g i I l m u K e l . 1 P T E A 2 0 1 9 | iii
iv
B. Rumusan Masalah
1. Apa arti dari epistemologi?
2. Apa yang di maksud epistemologi filsafat?
3. Apa saja objek dan tujuan epistemologi?
4. Apa landasan dari epistemologi?
5. Apa saja pengaruh-pengaruh dari epistemologi?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah filsafat pendidikan
2. Mengetahui arti dari epistemologi.
3. Mengetahui apa yang di maksud epistemologi filsafat.
4. Mengetahui apa saja objek dan tujuan epistemologi.
5. Mengetahui apa landasan dari epistemologi.
6. Mengetahui apa saja pengaruh-pengaruh dari epistemologi.
E p i s t e m o l o g i I l m u K e l . 1 P T E A 2 0 1 9 | iv
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Epistemologi
Epistemologi (filsafat ilmu) adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan.
Epistemologi merupakan salah satu objek kajian dalam filsafat, dalam pengembangannya
menunjukkan bahwa epistemologi secara langsung berhubungan secara radikal
(mendalam) dengan diri dan kehidupan manusia. Pokok kajian epistemologi akan sangat
menonjol bila dikaitan dengan pembahasan mengenai hakekat epistemologi itu sendiri.
Secara linguistik kata “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu: kata
“Episteme” dengan arti pengetahuan dan kata “Logos” berarti teori, uraian, atau alasan.
Epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan yang dalam bahasa
Inggris dipergunakan istilah theory of knowledge. Istilah epistemologi secara etimologis
diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar dan dalam bahasa Indonesia disebut
filsafat pengetahuan. Secara terminologi epistemologi adalah teori mengenai hakikat ilmu
pengetahuan atau ilmu filsafat tentang pengetahuan.
B. Epistemologi Filsafat
Epistemelogi filsafat membicarakan tiga hal, yakni objek filsafat (yaitu yang di
pikirkan), cara memperoleh pengetahuan filsafat dan ukuran kebenaran pengetahan
filsafat).
1. Objek filsafat
Tujuan berfilsafat ialah menemukan kebenaran yang sebenarnya, yang
terdalam. Jika hasil pemikiran itulah sistematika flsafat. Sistematika atau
struktur filsafat dalam garis besar terdiri dari ontology, epistemologi, dan
eksiologi. Isi setiap cabang filsafat di temukan oleh objek apa yang di teliti
(pemikiranya). Jika ia memikirkan pandidikan maka jadilah filsafat pendidikan,
jika yang di pikirkannya adalah hukum maka hasilnya tentulah filsafat hukum,
dan begitu juga seterusnya. Seberapa luas yang kemungkinaan dapat di pikirkan?
luas sekali.yaitu semua yang ada dan mungkin ada, inilah objek filsafat. Jika ia
memikirkan etika jadilah filsafat etika, dst.
Objek penelitian filsafat lebih luas dari objek penelitian sain. Sain hanya
meneliti objek yang ada, sedangkan filsafat meneliti ojek yang ada dan mungkin
ada. Sebenarnaya masih ada objek lain yang di sebut objek forma yang
menjelaskan tentang sifat kemendalaman penelitian filsafat. Ini di bicarakan
pada efistemologi filsafat. Perlu juga di tegaskan (lagi) bahwa sains meneliti
objek-objek yang ada dan emperis; yang ada tetapi abstak (tidak emperis) tidak
dapat meneliti oleh sain. Sedangkan filsafat meneliti objek yang ada tetapi
abstrak, adapun yang mungkin ada, sudah jelas abstrak, itu pun jika ada.
Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi atau teori pengetahuan yang untuk
pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu. Objek epistemologi ini
menurut Jujun S. Suriasuamantri berupa “ segenap proses yang terlibat dalam usaha kita
untuk memperoleh pengetahuan.” Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang
mejadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya
tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap perantara yang harus dilalui dalam
mewujudkan tujan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa
suatu tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali.
D. Landasan Epistemologi
Landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah, yaitu cara yag dilakukan ilmu
dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan
pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut
ilmiah, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa
disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah.
Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menjadi
ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan sangat
bergantung pada metode ilmiah. Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh
dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta secara integratif. Rasio atau akal merupakan
instrumen utama untuk memperoleh pengetahuan. Rasio ini telah lama digunakan
manusia untuk memecahkan atau menemukan jawaban atas suatu masalah pengetahuan.
Bahkan ini merupakan cara tertua yang digunakan manusia dalam wilayah keilmuan.
Pendekatan sistematis yang mengandalkan rasio disebut pendekatan rasional denagn
pegertian lain disebut dengan metode deduktif yaang dikenal denagn silogisme
Aristoteles, karena dirintis oleh Aristoteles.
Pada silogisme ini pengetahuan baru diperoleh melalui kesimpulan deduktif (baik
menggunakan logika deduktif, berpikir deduktif atau metode deduktif), maka harus ada
pengetahuan dan dalil umum yang disebut premis mayor yang menjadi sandaran atau
dasar berpijak dari kesimpulan-kesimpulan khusus. Bertolak dari premis mayor ini
dimunculkan premis minor yang merupakan bagia dari premis mayor. Setelah itu baru
bisa ditarik kesimpulan deduktif. Dismping itu, pendekatan rasiaonal ini selalu
mendayagunakan pemikiran dalam menafsirkan suatu objek berdasarkan argumentasi-
argumentasi yang logis. Jika kita berpedoman bahwa argumentasi yang benar adalah
penjelasan yang memilki kerangka berpikir yang paling meyakinkan, maka pedoman ini
pun tidak mampu memecahkan persoalan, sebab kriteria penilainya bersifata nisbi dan
selalu subjektif. Lagi pula kesimpulan yang benar menurut alur pemikiran belum tentu
benar menurut kenyataan. Seseorang yang menguasai teori-teori ekonomi belum tentu
mampu menghasilkan keuntungan yang besar, ketika dia mempraktekan teori-teorinya.
Padahal teori-teori itu dibangun menurut alur pemikiran yang benar.
E. Pengaruh Epistemologi
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Epistemologi (filsafat ilmu) adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan.
Epistemologi merupakan salah satu objek kajian dalam filsafat, dalam
pengembangannya menunjukkan bahwa epistemologi secara langsung berhubungan
secara radikal (mendalam) dengan diri dan kehidupan manusia. Pokok kajian
epistemologi akan sangat menonjol bila dikaitan dengan pembahasan mengenai hakekat
epistemologi itu sendiri. Epistemelogi filsafat membicarakan tiga hal, yakni objek
filsafat (yaitu yang di pikirkan), cara memperoleh pengetahuan filsafat dan ukuran
kebenaran pengetahan filsafat. Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi atau teori
pengetahuan yang untuk pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu.
Objek epistemologi ini menurut Jujun S. Suriasuamantri berupa “ segenap proses yang
terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.” Proses untuk memperoleh
pengetahuan inilah yang mejadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi
mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap perantara
yang harus dilalui dalam mewujudkan tujan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa
terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali.
Selanjutnya, apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut? Jacques Martain
mengatakan, “ tujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab
pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang
memungkinkan saya dapat tahu.”hal ini menunjukkan, bahwa tujuan epistemologi bukan
untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi
yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah hal lebih penting dari itu,
yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan. Landasan epistemologi
ilmu disebut metode ilmiah, yaitu cara yag dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan
yang benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang
disebut ilmu. Pengaruh epistemologi secara global epistemologi berpengaruh terhadap
peradaban manusia. Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya.
Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi. Epistemologi menjadi
modal dasar dan alat strategis dalam merekayasa pegembangan alam menjadi sebuah
produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
http://belongtosarah.blogspot.com/2013/04/makalah-filsafat-ilmu-epistemologi.html.