BAB I
PERCOBAAN AGREGAT
Agregat untuk bahan campuran beton ada dua macam yaitu agregat halus
(pasir) dan agregat kasar (kerikil). Keduanya dapat diperoleh secara alamiah
maupun secara buatan (manual). Secara umum, syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh agregat beton antara lain :
☻ Butiran agregat harus anorganik
☻ Butiran agregat dapat diperoleh dari alam atau buatan (batu pecah).
Kegunaan agregat antara lain :
☻ Memberikan kekuatan pada beton
☻ Memperkecil penyusutan
☻ Memberi sifat tertentu pada beton.
Agregat diperoleh dari deposit alam seperti pasir dan kerikil alam ataupun
penggalian. Pasir alam lebih banyak dan ekonomis sebagai sumber deposit.
Agregat dari sumber alam dan batuan yang digunakan sebagai agregat antara lain :
1. Deposit aluvial
a. Deposit fluviatile
Terdapat di dasar sungai yang mutunya tergantung dari umur dan kondisi
sungai tersebut. Agregat dari sungai ini mempunyai umur sedang dan
mempunyai kualitas yang baik untuk beton.
b. Deposit fluviatile
Agregat ini terdapat di dalam atau di padang es yang telah hancur oleh
arus dan mempunyai kualitas yang baik karena telah mengalami abrasi.
c. Deposit fluviatile
Agregat ini terdapat di pinggiran es terdiri dari agregat yang heterogen dan
tidak baik digunakan untuk beton karena mengandung banyak lumpur.
2. Deposit marine
Agregat ini terdapat di pesisir pantai sebagai hasil dari kumpulan aliran pasang
surut muara sungai. Bentuknya bulat dan pasirnya halus.
BETON
SiO2. Asal mula terbentuknya sama dengan pasir kuarsa putih, yaitu dari
berbagai macam kotoran yang dapat terdiri dari oksida-oksida logam dan
bahan-bahan organik. Kegunaan dari pasir kuarsa hitam ini adalah :
a. Untuk adukan beton, spesi dan sebagainya
b. Untuk pembuatan batu cetak
c. Untuk meningkatkan daya tahan gesek rel kereta api
d. Untuk pembuatan jalan raya
e. Untuk bangunan basah, dan lain-lain.
Pada Laboratorium Struktur dan Bahan ini, dilakukan 6 percobaan agregat halus
(pasir) yaitu :
1. Analisa saringan / gradasi agregat halus (pasir)
2. Berat jenis dan penyerapan agregat halus (pasir)
3. Berat volume agregat halus (pasir)
4. Kadar air agregat halus (pasir)
5. Kadar lumpur dan lempung agregat halus (pasir)
6. Kadar bahan organik agregat halus (pasir)
PERCOBAAN 1.1.1.
ANALISA SARINGAN / GRADASI
AGREGAT HALUS (PASIR)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui susunan butir agregat dari yang besar sampai halus untuk
keperluan desain beton.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ambil contoh agregat dengan cara perempat sebanyak 600 gram
2. Oven selama 24 jam.
3. Timbang pasir kering oven sebanyak 600 gr. Kondisi suhu kamar.
4. Timbang saringan satu persatu, lalu susun menurut ukuran saringan. Mulai
dari pan, lubang saringan terkecil dan seterusnya sampai lubang saringan
terbesar.
5. Masukkan benda uji pada saringan teratas kemudian tutup. Pasang saringan
pada mesin saringan lalu hidupkan motor pengguncang selama 15 menit.
6. Biarkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan debu-debu mengendap.
7. Buka saringan tersebut, kemudian timbang masing-masing saringan beserta
isinya.
8. Hitung berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan.
9. Hitung persentase berat tertahan, kumulatifkan untuk mendapatkan faktor
kehalusan.
D. ANALISA PERHITUNGAN
E. DATA PENGAMATAN
Terlampir
F. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan nilai modulus kehalusan pasir adalah 3,76%%. Nilai ini
memenuhi spesifikasi agregat beton menurut ASTM yaitu 1,50% – 3,80%.
PERCOBAAN 1.1.2.
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN
AGREGAT HALUS (PASIR)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan bulk apparent spesific gravity dan
absorbsi dari agregat halus (pasir) menurut ASTM C-128.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbang pasir seberat 1000 gram.
2. Rendam selama ± 24 jam.
3. Setelah direndam ± 24 jam, keringkan pasir hingga mencapai keadaan kering
permukaan (SSD). Untuk mengetahui kondisi SSD tercapai, ambil kerucut
kuningan tempatkan di tempat yang rata kemudian masukkan sampel 1/3
bahagian, gunakan penumbuk untuk memadatkan tumbuk 8 kali dengan tinggi
jatuh kurang lebih 5 cm. Untuk lapis kedua ditumbuk 8 kali dan lapis ketiga 7
kali.
4. Timbang kondisi SSD sebanyak 500 gr, ambil 2 sampel.
5. Timbang piknometer (dalam keadaan kosong).
6. Isi piknometer dengan aquades, lalu timbang piknometer yang berisi aquades
tersebut, tuangkan kembali aquades apabila sudah ditimbang.
7. Masukkan pasir kondisi SSD sebanyak 500 gram tadi ke dalam piknometer,
lalu tambahkan aquades, kocok selama ± 5 menit.
8. Diamkan selama 24 jam untuk mengeluarkan gelembung udara didalamnya.
9. Setelah 24 jam, timbang piknometer + pasir + aquades.
10. Timbang talang (wadah) kosong
11. Tuangkan pasir dari piknometer ke dalam talang (wadah) tersebut lalu oven
selama 24 jam.
12. Keluarkan sampel dari oven, dinginkan lalu timbang untuk mendapatkan berat
kering.
D. ANALISA PERHITUNGAN
E
Apparent spesific gravity =
E+D–C
E
Bulk spesific gravity on dry basic =
B+D–C
B
Bulk spesific gravity SSD basic =
B+D–C
B–E
Absorption (penyerapan) = X 100%
E
Dimana :
A = berat flask (gram)
B = berat contoh kondisi SSD di udara (gram)
C = berat flask + air + contoh SSD (gram)
D = berat flask + air (standar)
E = berat contoh kering di udara (gram)
E. DATA PENGAMATAN
Terlampir
F. KESIMPULAN
Hasil pengamatan berat jenis agregat memenuhi dalam kisaran (range) spesifikasi
agregat beton menurut ASTM yaitu 1,60 – 3,30. Sedangkan untuk absorpsi
(penyerapan), hasil pengamatan adalah 1,21% memenuhi spesifikasi yaitu
maksimal 4% menurut ASTM .
PERCOBAAN 1.1.3.
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan berat isi agregat halus (pasir) baik dalam kondisi lepas
maupun kondisi padat.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
☻ Kondisi Lepas
1. Ukur volume kontainer.
2. Timbang kontainer dalam keadaan kosong.
3. Isi kontainer dengan pasir sampai penuh.
4. Ratakan permukaan kontainer dengan alat perata.
5. Timbang berat kontainer + pasir.
☻ Kondisi Padat
1. Ukur volume kontainer.
2. Timbang berat kontainer
3. Masukkan agregat halus (pasir) ke dalam kontainer ± 1/3 bagian lalu
tumbuk dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali.
4. Ulangi prosedur (3) untuk lapis ke-2.
5. Untuk lapisan terakhir, masukkan agregat hingga melebihi permukaan atas
kontainer lalu tusuk kembali sebanyak 25 kali.
6. Ratakan permukaannya dengan alat perata.
7. Timbang berat kontainer + pasir.
D. ANALISA PERHITUNGAN
G- T
E. DATA PENGAMATAN
Terlampir
F. KESIMPULAN
Hasil pengamatan berat isi yang diperoleh adalah 1730 kg/cm3 (1,73 kg/lt) dalam
kondisi lepas memenuhi spesifikasi 0,4 – 1,9 kg/lt dan pada kondisi padat
diperoleh 1880 kg/cm3 (1,88 kg/lt) juga memenuhi spesifikasi 0,4 – 1,9 kg/lt.
Volume rongga yang diperoleh dari hasil pengamatan adalah 47,27% pada kondisi
lepas dan 34,61% pada kondisi padat.
PERCOBAAN 1.1.4.
KADAR AIR AGREGAT HALUS (PASIR)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan kadar air agregat halus (pasir) dengan cara pengeringan. Kadar
air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dalam
keadaan kering. Percobaan ini digunakan untuk menyesuaikan berat kadar air
beton apabila terjadi perubahan kadar kelembaban beton.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbang talang kosong yang digunakan.
2. Pasir ditimbang untuk memperoleh berat basah (kondisi lapangan).
3. Setelah itu dioven selama 24 jam dengan suhu 100 0C.
4. Setelah ± 24 jam, dinginkan lalu timbang kembali untuk mendapatkan berat
kering.
D. ANALISA PERHITUNGAN
C–D
Kadar air (%) = X 100%
C
Dimana :
C = berat basah (kondisi lapangan)
D = berat kering (setelah dioven)
E. DATA PENGAMATAN
Terlampir
F. KESIMPULAN
Hasil pengamatan kadar air agregat halus sebesar 4,9%, memenuhi spesifikasi
agregat beton menurut ASTM yaitu 2% - 5%.
PERCOBAAN 1.1.5.
KADAR LUMPUR DAN LEMPUNG
AGREGAT HALUS (PASIR)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui kadar lumpur (lempung) pada pasir dengan cara pencucian.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Oven pasir sebanyak 500 gram selama 24 jam.
2. Setelah 24 jam timbang kembali pasir tersebut untuk mendapatkan berat
kering.
3. Setelah ditimbang cucilah pasir dengan cara :
a. Masukkan kedalam saringan no. 200 dan diberi air pencuci secukupnya,
sehingga benda uji terendam.
b. Guncang-guncangkan saringan tadi selama ± 5 menit.
c. Ulangi prosedur 3a dan 3b diatas, hingga air pencuci menjadi jernih
(lumpur hilang).
4. Setelah dicuci dikeringkan lagi dengan oven selama 24 jam dengan suhu
100oC.
5. Setelah dioven, timbang kembali pasir tersebut untuk mendapatkan berat
kering.
D. ANALISA PERHITUNGAN
(A – B)
Kadar lumpur = X 100%
B
Dimana :
A = berat kering sebelum dicuci (gram)
B = berat kering setelah dicuci (gram)
E. DATA PENGAMATAN
Terlampir
F. KESIMPULAN
Hasil pengamatan kadar lumpur agregat halus yaitu 2,1%, memenuhi spesifikasi
agregat beton menurut ASTM yaitu maksimal 5,0%.
PERCOBAAN 1.1.6.
KADAR ORGANIK AGREGAT HALUS (PASIR)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan kadar bahan organik di dalam pasir yang akan digunakan
dalam adukan beton. Bahan organik yang tercampur pada pasir akan berpengaruh
pada kekuatan beton.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Botol bening diisi dengan pasir 1/3 bagian dan NaOH 3% 1/3 bagian juga.
2. Setelah itu botol tersebut dikocok selama ± 10 menit.
3. Setelah dikocok, diamkan selama 24 jam kemudian diamati perubahan warna
yang terjadi.
4. Bandingkan warna tersebut dengan standard warna kandungan organik.
D. DATA PENGAMATAN
Terlampir
E. KESIMPULAN
Kadar organik agregat halus tergolong tinggi sehingga diperlukan proses
pencucian sebelum digunakan untuk pencampuran beton.
Agregat kasar beton dapat berupa kerikil hasil disintegrasi alami dari batu-
batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. Pada umunya
yang diamksud dengan agregat kasar adalah agrgat dengan besar butiran 5 mm.
Jenis agregat ini permukaannya kasar dan banyak memerlukan air untuk
penggunaan dalam beton serta kegunaannya cukup bagus.
Syarat-syarat kasar agregat antara lain :
☻ Agregat kasar harus terdiri dari butir yang keras dan tidak berpori. Agregat
kasar yang tidak mengandung butir-butir pipih hanya dapat digunkan bila
jumlah butir pipih tersebut tidak lebih dari 20% dari jumlah keseluruhan
agregat. Butir-butir agregat harus tahan terhadap cuaca.
☻ Agregat kasar tidak mengandung lumpur lebih dari 1% ditentukan terhadap
berat kering. Yang diartikan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui
saringan no. 200 (saringan ASTM) atau saringan 0,063 mm. Bila kadar lumpur
melebihi 1% maka agregat kasar harus dicuci dulu sebelum digunakan.
☻ Agregat kasar tidak boleh mangandung zat-zat reaktif alkali yang dapat
memecahkan beton jika zat tersebut bereaksi dengan alkali Na 2O dan K2O
dalam semen Portland.
☻ Kekerasan butiran agregat kasar dapat diperiksa dengan menggunakan mesin
Los Angeles dimana tidak lolos 50% saringan no. 12 (ASTM).
☻ Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
harus bergradasi baik.
Butiran-butiran agregat runcing dan sangat kasar. Butiran yang pipih dan
memanjang membutuhkan lebih banyak semen untuk menghasilkan beton yang
mudah dikerjakan. Hal-hal tersebut diatas penting, bukan saja untuk agregat kasar
tetapi juga untuk agregat halus. Biasanya agregat alam bentuknya bundar akan
tetapi agregat yang diperoleh dari pemecahan batu yang sangat bersudut, pipih,
sangat tipis dan sangat panjang sebaiknya tidak usah digunakan.
Berdasarkan proses terjadinya, agrgat kasar dapat dibagi atas :
1. Agregat alam
Kerikil alam adalah batuan yang diperoleh dari penghancuran batuan induk
secara alamiah. Umumnya jenis ini berbentuk bulat. Bentuk seperti ini baik
untuk pembuatan beton.
2. Agregat buatan
Karena keterbatasan persediaan kerikil alam, maka untuk memenuhi
kebutuhan kerikil biasanya ditempuh dengan cara pemecahan atau
penghancuran batuan. Keuntungan penggunaan kerikil jenis ini dalam
pembuatan beton adalah menghasilkan beton yang berkekuatan tinggi, tahan
panas dan api. Umumnya pembuatan agregat bentuk ini banyak mengandung
pori, sehingga beton yang dihasilkan lebih mahal jika dibandingkan dengan
beton yang menggunakan kerikil alam. Karena sifatnya berpori maak dapat
memberikan perubahan yang berarti dalam pembuatan beton yaitu penyusutan
dan pemuaian.
Syarat- syarat yang harus dipenuhi oleh agregat adalah sebagi berikut :
1. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil dari disintegrasi
dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pecahan batu. Pada
umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar adalah agregat dengan ukuran
butir lebih besar dari 5 mm sesuai dengan syarat-syarat pengawasan mutu
agregat untuk berbagai mutu beton.
2. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.
Agregat kasar yang tidak mengandung butir-butir pipih hanya dapat digunakan
apabila jumlah butirnya tidak melampaui 20% dari agregat seluruhnya.
Agregat kasar tidak mudah hancur oleh perubahan cuaca.
3. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%(ditentukan
berdasarkan berat keringnya), yang dimaksud dengan lumpur dalam hal ini
adalah bagian dari agregat yang lolos saringan no. 0,063 mm. Apabila kadar
lumpurnya melebihi 1% maka agregat tersebut harus dicuci.
4. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton
seperti zat-zat reaktif alkali.
5. Kekerasan dari butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari
Rudeloff dengan beban uji seberat 20 ton dan harus dapat memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
a. Tidak terjadi pembekuan sampai fraksi 9,5 – 1,9 mm lebih dari 24%
terhadap berat.
b. Tidak terjadi pembekuan sampai fraksi 19 – 30 mmlebih daripada 22%
atau mesin Los Angeles beratnya tidak boleh melebihi 50% berat
keseluruhan.
6. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang bervariasi besarnya dan bila
digunakan ayakan dengan susunan ayakan yang telah ditentukan harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Sisa pada ayakan 4 mm harus berkisar 90 – 98% dari berat.
b. Selisih antara sisa kumulatif pada ayakan yang berukuran maksimum 60%
dan minimum 10% dari berat.
7. Berat butir agregat tidak boleh lebih dari 1/5 jarak terkecil antara bidang-
bidang samping dari cetakan, 1/3 dari tebal pelat atau 3/4 dari jarak bersih
minimum antara batang-batang/berkas-berkas tulangan. Penyimpangan dari
batasan ini boleh dengan seizin ahli, cara-cara pengecoran apabila tidak terjadi
sarang-sarang kerikil.
8. Istilah-istilah :
a. Berat jenis spesifik adalah perbandingan antara berat kering agregat kasar
dengan berat air suling pada tekanan volume sama.
b. Berat jenis spesifik kering permukaan jenuh (SSD) adalah perbandingan
antara berat kering permukaan jenuh agregat kasar dengan berat air suling
pada volume sama pada suhu t oC.
c. Berat jenis spesifik semu adalah perbandingan antara berat kering agregat
kasar dengan berat air suling pada volume sama.
d. Penyerapan (absorption) adalah prosentase berat air yang dapat disimpan
pori terhadap agregat kering.
Pada Laboratorium Struktur dan Bahan ini, dilakukan 6 percobaan agregat kasar
(kerikil) yaitu :
1. Analisa saringan / gradasi agregat kasar (kerikil)
2. Berat jenis dan penyerapan agregat kasar (kerikil)
3. Berat volume agregat kasar (kerikil)
4. Kadar air agregat kasar (kerikil)
5. Kadar lumpur dan lempung agregat kasar (kerikil)
6. Abrassion test / keausan.
PERCOBAAN 1.2.1.
ANALISA SARINGAN / GRADASI
AGREGAT KASAR (KERIKIL)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui susunan butir agregat kasar dari yang besar sampai
halus untuk keperluan desain beton.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ambil contoh agregat dengan cara perempat sebanyak 2000 gram.
2. Oven selama 24 jam.
3. Timbang agregat kering oven sebanyak 2000 gr. Kondisi suhu kamar.
4. Timbang saringan satu persatu, lalu susun menurut ukuran saringan. Mulai
dari pan, lubang saringan terkecil dan seterusnya sampai lubang saringan
terbesar.
5. Masukkan benda uji pada saringan teratas kemudian tutup. Pasang saringan
pada mesin saringan lalu hidupkan motor pengguncang selama 15 menit.
6. Biarkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan debu-debu mengendap.
7. Buka saringan tersebut, kemudian timbang masing-masing saringan beserta
isinya.
8. Hitung berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan.
9. Hitung persentase berat tertahan, kumulatifkan untuk mendapatkan faktor
kehalusan.
10. Hitung persentase lolos.
11. Plot ke dalam grafik hasil perhitungan lolos.
D. ANALISA PERHITUNGAN
E. DATA PENGAMATAN
Terlampir
F. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan nilai modulus kehalusan kerikil adalah 6,715% . Nilai ini
masuk dalam spesifikasi agregat beton menurut ASTM yaitu 6,00% – 7,10%.
PERCOBAAN 1.2.2.
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN
AGREGAT KASAR (KERIKIL)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan bulk apparent spesific gravity dan
absorbsi dari agregat kasar (kerikil) menurut ASTM C-128.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ambil kerikil sebanyak 2500 gram.
2. Rendam selama ± 24 jam.
3. Setelah ± 24 jam, keringkan kerikil hingga mencapai keadaan kering
permukaan (SSD).
4. Timbang kondisi SSD sebanyak 1500 gram di udara.
5. Timbang keranjang kosong dalam air.
6. Timbang keranjang + sampel SSD dalam air.
7. Keluarkan sampel dari keranjang dan oven selama ± 24 jam.
8. Keluarkan sampel dari oven, dinginkan lalu timbang untuk mendapatkan berat
kering.
D. ANALISA PERHITUNGAN
C
Apparent spesific gravity =
C - B
C
Bulk spesific gravity on dry basic =
A - B
A
Bulk spesific gravity SSD basic =
A - B
A - C
Absorption (penyerapan) = X 100%
C
Dimana :
A = berat contoh kondisi SSD di udara (gram)
B = berat contoh kondisi SSD dalam air (gram)
C = berat contoh kering di udara (gram)
E. DATA PENGAMATAN
Terlampir
F. KESIMPULAN
Hasil pengamatan berat jenis agregat kasar memenuhi dalam kisaran (range)
spesifikasi agregat beton menurut ASTM yaitu 1,60 – 3,20. Sedangkan untuk
absorpsi (penyerapan), hasil pengamatan adalah 1,01% , memenuhi spesifikasi
maksimal 4,0%.
PERCOBAAN 1.2.3.
BERAT ISI DAN RONGGA UDARA AGREGAT KASAR (KERIKIL)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan berat isi agregat kasar (kerikil) baik dalam kondisi lepas
maupun kondisi padat.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
☻ Kondisi Lepas
1. Ukur volume kontainer.
2. Timbang kontainer dalam keadaan kosong.
3. Isi kontainer dengan kerikil sampai penuh.
4. Ratakan permukaan kontainer dengan alat perata.
5. Timbang berat kontainer + kerikil.
☻ Kondisi Padat
1. Ukur volume kontainer.
2. Timbang berat kontainer
3. Masukkan agregat kasar (kerikil) ke dalam kontainer ± 1/3 bagian lalu
tumbuk dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali.
4. Ulangi prosedur (3) untuk lapis ke-2.
5. Untuk lapisan terakhir, masukkan agregat hingga melebihi permukaan atas
kontainer lalu tusuk kembali sebanyak 25 kali.
6. Ratakan permukaannya dengan alat perata.
7. Timbang berat kontainer + kerikil.
G. ANALISA PERHITUNGAN
G- T
Berat isi agregat dalam kondisi kering oven =
V
H. DATA PENGAMATAN
Terlampir
I. KESIMPULAN
Hasil pengamatan berat isi yang diperoleh adalah 1,75 kg/cm3 (1,75 kg/lt) dalam
kondisi lepas memenuhi spesifikasi 0,4 – 1,9 kg/lt dan pada kondisi padat
diperoleh 1890 kg/cm3 (1,89kg/lt) juga memenuhi spesifikasi 0,4 – 1,9 kg/lt.
Volume rongga yang diperoleh dari hasil pengamatan dalah 29,23% pada kondisi
lepas dan 27,82% pada kondisi padat.
PERCOBAAN 1.2.4.
KADAR AIR AGREGAT KASAR (KERIKIL)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan kadar air agregat kasar (kerikil) dengan cara pengeringan.
Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat
dalam keadaan kering. Percobaan ini digunakan untuk menyesuaikan berat kadar
air beton apabila terjadi perubahan kadar kelembaban beton.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbang talang kosong yang digunakan.
2. Kerikil ditimbang untuk memperoleh berat basah (kondisi lapangan).
3. Setelah itu dioven selama 24 jam dengan suhu 100oC.
4. Setelah ± 24 jam, dinginkan lalu timbang kembali untuk mendapatkan berat
kering.
D. ANALISA PERHITUNGAN
C–D
Kadar air (%) = X 100%
C
Dimana :
C = berat basah (kondisi lapangan)
D = berat kering (setelah dioven)
E. DATA PENGAMATAN
Terlampir
F. KESIMPULAN
Hasil pengamatan kadar air agregat kasar sebesar 1,27%, memenuhi spesifikasi
agregat beton menurut ASTM yaitu 0,5% - 2,0%.
PERCOBAAN 1.2.5.
KADAR LUMPUR DAN LEMPUNG
AGREGAT KASAR (KERIKIL)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui kadar lumpur (lempung) pada kerikil dengan cara pencucian.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Oven kerikil sebanyak 1000 gram selama 24 jam.
2. Setelah 24 jam, timbang kembali kerikil tersebut untuk mendapatkan berat
kering.
3. Setelah ditimbang cucilah kerikil dengan cara :
a. Masukkan kedalam saringan no. 200 dan diberi air pencuci secukupnya,
sehingga benda uji terendam.
b. Guncang-guncangkan saringan tadi selama ± 5 menit.
c. Ulangi prosedur 3a dan 3b diatas, hingga air pencuci menjadi jernih
(lumpur hilang).
4. Setelah dicuci dikeringkan lagi dengan oven selama 24 jam dengan suhu
100oC.
5. Setelah dioven, timbang kembali kerikil tersebut untuk mendapatkan berat
kering.
D. ANALISA PERHITUNGAN
(A – B)
Kadar lumpur = X 100%
A
Dimana :
A = berat kering sebelum dicuci (gram)
B = berat kering setelah dicuci (gram)
E. DATA PENGAMATAN
Terlampir
F. KESIMPULAN
Hasil pengamatan kadar lumpur agregat kasar yaitu 0,83%, memenuhi spesifikasi
agregat beton menurut ASTM yaitu Maksimal 1,0%.
PERCOBAAN 1.2.6.
PEMERIKSAAN ABRASI/KEAUSAN AGREGAT
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui keausan agregat yang diakibatkan oleh faktor-faktor mekanis.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ambil benda uji (kerikil) yang akan diperiksa, lalu cuci sampai bersih.
2. Keringkan dalam oven selama 24 jam pada suhu 110oC.
3. Ambil sampel sebanyak 5000 gram.
4. Masukkan sampel pada drum abrasi beserta bola baja.
5. Tutup kembali drum abrasi.
6. Atur angka pada counter sesuai jumlah putaran yang diinginkan.
7. Tekan tombol start, sehingga drum berputar.
8. Setelah drum berhenti, pasang talang dibawah drum.
9. Buka tutup tekan tombol inching sehingga drum terbalik, sehingga agregat
dan bola baja tertampung pada talang.
10. Saring agregat dengan saringan no. 12 dan agregat yang tertahan dicuci
sampai bersih.
11. Keringkan dengan oven selama 24 jam.
12. Timbang berat keringnya.
D. ANALISA PERHITUNGAN
(A – B)
Keausan = X 100%
A
Dimana :
A = berat kering setelah dicuci (gram)
B = berat kering setelah abrassion test (gram)
E. DATA PENGAMATAN
Terlampir
F. KESIMPULAN
Keausan/abrasi dari agregat kasar sebesar 27,07%, memenuhi spesifikasi agregat
beton menurut ASTM yaitu maksimal 50%.
BAB II
PENGGABUNGAN AGREGAT
Dimana :
a + b + c = 100% = 1
Gabungan antara agregat kasar dengan agregat halus pada umumnya
dilakukan dengan batu pecah antara fraksi-fraksi tertentu. Untuk menggunakan
rumus diatas, maka dicari nilai a pada tiap lobang ayakan yang standar, disini ada
dua nilai yaitu a1 dan a2, dimana :
a1 = nilai prosentase untuk batas atas dari spesifikasi
a2 = nilai prosentase untuk batas bawah dari spesifikasi
Nilai a1 dan a2 dapat digambarkan secara barchart seperti contoh berikut :
nilai a1 dan a2
LOBANG
NO.
SARINGAN 20% 40% 60% 80% 100%
URT.
(mm)
1 38,10
2 19,00
3 4,75
4 0,60
5 0,15
akn akr
daerah terbaik
b = 100% - a%
Mencari prosentase gabungan dengan cara grafis hasilnya agak kasar jika
dibandingkan dengan cara analitis. Cara penggambarannya dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Gambarkan lengkung gradasi semua agregat yang akan digabungkan,
misalnya agregat A dan B seperti gambar 2.2 berikut ini :
0,15 0 8
0,3 GRAFIK
4 GRADASI
20 AGREGAT A
120
0,6 14 35
1,2 16 48 x
100
2,4 22 60
80
4,75 39 75
% lolos
60
9,6 94 100
40
20
0 A
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,75 9,6
Ukuran saringan (mm)
Agregat A Agregat B
2. Tarik garis vertikal A-A sedemikian sehingga jarak antara nilai axis y
maksimum dan grafik atas sama dengan jarak antara nilai axis y minimum
(sumbu X) dan grafik bawah sama panjang.
3. Tarik garis diagonal grafik.
4. Tarik garis horisontal dari perpotongan antara garis vertikal A-A dan garis
diagonal hingga membagi dua sumbu Y.
5. Bagian bawah dari sumbu Y adalah nilai a dan bagian atas adalah nilai b.
BAB III
PEMERIKSAAN BETON
(Tinjauan Umum Mix Design)
3.1. PENDAHULUAN
Beton ialah suatu campuran yang terdiri dari aggregat alam seperti pasir,
batu pecah, dan semen. Sebagai alternatif lain dapat juga digunakan aggregat
buatan seperti trak sebagai hasil sampingan dari peleburan baja, apabila memang
cocok untuk keadaan yang kita hadapi.
Bahan utama campuran lainnya ialah bahan pengikat, yang mengikat
butiran-butiran aggregat menjadi satu dan akhirnya menjadi bahan yang keras.
Bahan yang biasa digunakan ialah bahan yang merupakan hasil reaksi kimia
antara semen dan air. Bahan pengikat lainnya digunakan dalam skala yang lebih
kecil untuk beton khusus, di mana semen dan air yang biasa digunakan, diganti
seluruhnya atau sebagian saja oleh bahan-bahan yang dikenal sebagai epoxy atau
polyester.
Beton yang telah mengeras bagaikan batu karang dengan kekuatan tinggi
(tekan), karena beton dalam keadaan segar dapat dibuat dalam bermacam-macam
bentuk maka keuntungan ini dapat dipakai untuk tujuan arsitektur.
Beton mempunyai kekuatan tarik yang rendah dibandingkan dengan
kekuatan tekannya, sehingga untuk pelaksanaannya biasa dipasang tulangan tarik
dari baja untuk menahan gaya tarik. Beton yang demikian disebut beton bertulang.
Jenis yang lain biasa disebut beton pratekan karena pada betonnya diberi gaya
tekan lebih dulu untuk mengimbangi gaya tarik yang bekerja kemudian.
BAB IV
RANCANGAN CAMPURAN BETON
(CONCRET MIX DESIGN)
Kadar air bebas perlu = 2/3 Wf + 1/3 Wc (agregat pasir alam + split)
3
TABEL PERKIRAAN KADAR AIR BEBAS (KG/M BETON)
BLP = BSSD
1 R P % x1 WP %
BLK = BSSD
1 R K % x 1 WK %
Air = Wa+(BSSD.P-BLP)+(BSSD.K-BLK)
PERCOBAAN 4.1
PEMERIKSAAN BETON SEGAR
(CONCRETE MIXER TEST)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk membuat sampel uji silinder hasil mix-design beton yang bersifat
homogen.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Bersihkan bagian dalam concrete mixer.
2. Timbang bahan yang akan digunakan sesuai hasil perhitungan mix-design.
3. Jalankan mixer concrete.
4. Masukkan agregat ke dalam mixer.
5. Masukkan air sedikit demi sedikit sampai air yang telah disediakan masuk
semua sambil mixer jalan terus.
6. Setelah semua bahan dimasukkan, jalankan mixer sampai ± 2 menit
berikutnya (sampai campuran kelhatan mengkilat).
7. Lakukan pengukuran nilai slump.
8. Setelah nilai slump tercapai, tuangkan campuran ke dalam talang.
9. Beton segar dimasukkan ke dalam cetakan silinder yang telah diolesi gemuk.
10. Tiap 1/3 bagian silinder terisi, padatkan dengan tongkat pemadat.
11. Padatkan dengan vibrator.
12. Ratakan permukaan beton dalam cetakan.
13. Diamkan selama 24 jam.
14. Setelah 24 jam, buka cetakan dengan hati-hati, usahakan beton tidak
menerima getaran.
15. Beton yang telah dibuka dari cetakan langsung direndam dalam bak
perendaman.
D. DATA PENGAMATAN
Terlampir
E. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan diperoleh berat volume beton segar rata-rata adalah
12,96 kg.
PERCOBAAN 4.2
PEMERIKSAAN NILAI SLUMP
(SLUMP TEST)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengukur nilai slump adukan beton segar sehingga diketahui tingkat
workability-nya.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ambil adukan beton dari mixer.
2. Letakkan corong slump di atas talang injak kedua kakinya.
3. Masukkan adukan beton ke dalam corong slump ± 1/3 bagiannya, lalu tusuk-
tusuk dengan batang pemadat secara merata sebanyak 10 kali.
4. Lakukan hal yang sama untuk lapis kedua dan lapis ketiga atau tiap 1/3 bagian
silinder silinder.
5. Ratakan permukaan corong.
6. Angkat corong dengan hati-hati dalam posisi tegak lurus, lalu ukur penurunan
yang terjadi (selisih antara tinggi awal dan akhir). Besarnya penurunan ini
disebut nilai slump.
D. DATA PENGAMATAN
Terlampir
E. KESIMPULAN
Nilai slump pengecoran = 10.25 cm, memenuhi batas slump yang ditentukan
sebesar 12 cm.
PERCOBAAN 4.3
PEMERIKSAAN BERAT VOLUME
BETON SEGAR
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan berat volume beton segar
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbang berat kontainer kosong (A) yang telah diketahui volumenya.
2. Masukkan beton segar ke dalam kontainer ± 1/3 bagiannya, lalu tusuk-tusuk
dengan batang pemadat secara merata sebanyak 25 kali.
3. Lakukan hal yang sama untuk lapis kedua dan lapis ketiga atau tiap 1/3 bagian
silinder silinder.
4. Timbang kontainer dan isinya (B).
D. ANALISA PERHITUNGAN
B - A
Berat isi = kg/liter.
V
E. DATA PENGAMATAN
Terlampir
F. KESIMPULAN
Berat volume beton segar yang diperoleh yaitu 2444,997 kg/m3 mendekati
besarnya berat volume beton segar dari perencanaan mix-design yaitu 2510 kg/m3.
PERCOBAAN 4.4
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON KERAS
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui kuat tekan karakteristik beton keras
B. ALAT
1. Mesin tekan hidrolik
2. Timbangan
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ambil benda uji dari bak perendaman.
2. Keringkan hingga mencapai kondisi SSD (kering
permukaan).
3. Timbang benda uji.
4. Letakkan benda uji pada meja penekan. Periksa
manometer yang akan digunakan pada skala nol.
5. Bundel distel pada posisi penekanan lalu hidupkan
mesinnya.
6. Amati pergerakan manometer, catat nilai maksimum
beban yang dapat ditahan oleh benda uji. Setelah dibagi dengan luas
penampang benda uji, diperoleh nilai kuat tekan karakteristik beton tersebut.
D. ANALISA PERHITUNGAN
( fci fcm) 2
S ....... ( kg / cm 2 )
(n 1)
E. DATA PENGAMATAN
Terlampir
F. KESIMPULAN
- Besarnya kuat tekan beton yang diperoleh dari hasil pengujian adalah
236,26 kg/cm2, lebih besar dibandingkan dengan kuat tekan berdasarkan
mutu beton yang disyaratkan sebesar 304,30 kg/cm2.
- Dari hasil penggambaran histogram dan kontrol syarat pelaksanaan dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan mix-design tidak berjalan dengan baik
sebagaimana terlampir
BAB V
PERCOBAAN KAYU
Kayu merupakan salah satu sumber daya alam yang banyak dimiliki oleh
Indonesia. Pada setiap proyek konstruksi sering dijumpai pemakaian kayu baik
untuk membentuk kolom, balok maupun pelat. Kayu terdiri dari selulosa
(cellulose), hemiselulosa, dan lignin. Lignin merupakan unsur dari sel kayu yang
mempunyai pengaruh yang buruk terhadap kekuatan serat (fibers). Kuat tarik
selulosa (cellulose) setelah diteliti sebesar 2000 MPa, sedangkan unsur lignin
dalam kayu dapat menurunkan kuat tarik sebesar 500 MPa. Menurut Felix Yap
(1964) pada pembebanan tekan biasanya kayu bersifat elastis sampai batas
proposional. Terhadap tarikan, sifat-sifat elastisitas untuk kayu tergantung dari
keadaan lengas. Kayu yang berkadar lengas rendah memperlihatkan batas
elastisitas yang agak rendah, Pengaruh Penambahan Serbuk Kayu Sisa
Penggergajian Terhadap Kuat Desak Beton (Siswadi, Alfeatra Rapa, Dhian
Puspitasari) sedangkan kayu yang berkadar lengas tinggi terdapat perubahan
bentuk yang permanen pada pembebanan. Berdasarkan penelitian kekuatan tarik
kayu lebih tinggi daripada kekuatan tekan yaitu 2 – 3 kali lebih besar . Bahan
penambah yang dipakai pada penelitian ini adalah sebuk sisa penggergajian kayu.
Jenis kayu yang digunakan adalah jenis kayu Bangkirai. Menurut Daftar kayu
Indonesia, kayu bangkirai termasuk kelas kuat I-II, dan sifat susutnya termasuk
kelas sedang.
Dalam penelitian selalu digunakan pengujian dilaboratorium sebagai acuan
untuk membandingkan hasil yang didapat atau digunakan sebagai data penelitian.
Dalam pengujian dilaboratorium diuji dengan menggunakan SNI kayu yang ada.
Dalam uji ada beberapa macam penelitian untuk mengetahui karakteristik suatu
kayu seperti pengujian kadar air kayu, pengujian kuat lentur kayu (SNI 03-3959-
1995), pengujian kuat tarik kayu (SNI 03-3399-1994), pengujian kuat tekan kayu
2 cm
2 cm
10 cm
330 mm
350 mm
(a) (b)
Gambar 3.3 (a)Alat Bantu Penjepit dan (b) benda uji kuat tekan sejajar arah Serat
5.4 Pengujian kuat tarik kayu (SNI 03-3399-1994),
Untuk memperoleh kuat tarik yang ideal maka Benda uji sebagai berikut:
1. Kelompok benda uji harus sama jenisnya;
2. Benda uji bebas cacat;
3. Setiap benda uji mempunyai identitas dengan diberi nomor dan huruf;
4. Jumlah benda uji minimum 2 buah untuk setiap jenis kayu.
5. Ketelitian penampang benda ± 0,25 mm, kadar air maksimum 20%.
6. Ketelitian ukuranpanjang tidak boleh lebih dari 1 mm.
7. Kecepatan pembebanan harus memenuhi ketentuan kecepatan gerakan
yaitu 20 Mpa/menit
tarik tarik
PERCOBAAN 5.1.1
KADAR AIR KAYU
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan kadar air kayu dengan cara pengeringan. Kadar air
kayu adalah perbandingan antara berat air yang dikandung kayu dalam
keadaan kering. Tujuannya untuk menentukan kadar air kayu.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbang benda uji yang digunakan(kondisi lapangan).
2. Setelah itu dioven selama 24 jam dengan suhu 100 0C.
3. Setelah ± 24 jam, dinginkan lalu timbang kembali untuk mendapatkan
berat kering.
D. ANALISA PERHITUNGAN
C–D
Kadar air (%) = X 100%
C
Dimana :
C = berat basah (kondisi lapangan)
D = berat kering (setelah dioven)
E. DATA PENGAMATAN
Terlampir
F. KESIMPULAN
Hasil pengamatan kadar air kayu rata-rata yang diperoleh adalah 22.22%
sehingga kayu bisa diuji karena lebih dari 20%.
PERCOBAAN 5.1.2
PENGUJIAN KUAT LENTUR KAYU DI LABORATORIUM
SNI 03-3959-1995
A. TUJUAN PERCOBAAN
Metode ini mencakup tentang persyaratan, ketentuan dan cara
pengujian kayu dengan benda uji bebas cacat untuk jenis kayu kering udara.
Tuajuannya untuk memperoleh kuat lentur kayu.
C. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Siapkan benda uji sesuai ukuran dan beri kode.
2. Ukur lebar dan tinggi benda uji.
3. Atur jarak tumpuan dan pasang benda uji pada alat uji
4. Letakkan bantalan penekan diatas benda uji.
5. Jalankan mesin dan catat beban maksimum yang terjadi.
6. Tentukan bentuk keretakan yang terjadi dan hitung kuat lenturnya.
D. ANALISA PERHITUNGAN
Kuat ,lentur dari benda uji dihitung sebagai berikut:
3PL
fb =
2bh2
Dimana :
fb = kuat lentur kayu (kg/cm2 )
P = Beban maksimum (kg)
b = lebar banda uji (mm)
h = tinggi benda uji (mm)
E. DATA PENGAMATAN
Terlampir
F. KESIMPULAN
Hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan kuat lentur kayu rata-rata
adalah 15.734 Mpa .
PERCOBAAN 5.1.3
PENGUJIAN KUAT TEKAN KAYU DI LABORATORIUM
SNI 03-3958-1995
A. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuannya untuk memperoleh kuat tekan kayu. Kuat tekan sejajar serat
adalah kekuatan kayu memikul beben yang bekerja dengan arah sejajar serat
kayu. Kuat tekan tegak lurus serat adalah kekuatan kayu memikul beban yang
bekerja dengan arah tegak lurus serat kayu.
Benda uji kuat tekan tegak lurus serat harus sebagai berikut:
1. Kelompok benda uji harus sama jenisnya;
2. Benda uji bebas cacat;
3. setiap benda uji mempunyai identitasdengan diberi nomor dan huruf;
4. Jumlah benda uji minimum 5 buah untuksetiap jenis kayu.
5. Ukuran benda uji untuk kuat tekan tegak lurus serat ditentukan sebesar (20
x 20 x 40)mm dengan ketelitian ± 0,25 mm, kadar airmaksimum 20%,
6. Kecpatan pembebanan konstan dengan kecepatan gerakan beban 0,3 mm
per menit.
7. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Siapkan benda uji sesuai ukuran dan beri kode.
2. Ukur lebar dan tinggi benda uji.
3. Letakkan bebda uji secara sentris terhada p alat pembebanan.
4. Jalankan mesin dan catat beban maksimum yang terjadi
5. Lakukan pembebanan sampai beban maksimum dan catat.
6. Tentukan bentuk keretakan yang terjadi dan hitung kuat tekannya.
8. ANALISA PERHITUNGAN
Kuat ,lentur dari benda uji dihitung sebagai berikut:
P
fc // =
bh
P
fc =
bh
Dimana :
FC = kuat tekan kayu (kg/cm2 )
P = Beban maksimum (kg)
b = lebar banda uji (mm)
h = tinggi benda uji (mm)
9. DATA PENGAMATAN
Terlampir
10. KESIMPULAN
Hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan kuat tekan kayu yang
sejajar serat diperoleh 1,667 Mpa .dan kuat tekan kayu yang tegak lurus
dengan serat diperoleh 5 Mpa .
PERCOBAAN 5.1.4
PENGUJIAN KUAT TARIK KAYU DI LABORATORIUM
SNI 03-3399-1994
A. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuannya untuk memperoleh kuat tarik kayu.
G. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Siapkan benda uji sesuai ukuran dan beri kode.
2. Ukur lebar dan tinggi benda uji.
3. Atur jarum penunjuk skala beban sehingga menunjukkan angka nol.
4. Letakkan benda uji pada mesin tarik dan jepit pada kedua ujungnya
dengan kedudukan vertikal.
5. Jalankan mesin dan catat beban maksimum yang terjadi.
6. Tentukan bentuk keretakan yang terjadi dan hitung kuat tariknya.
1. ANALISA PERHITUNGAN
Kuat tarik dari benda uji dihitung sebagai berikut:
P
Ft // =
bh
Dimana :
Ft = kuat tarik kayu (kg/cm2 )
P = Beban maksimum (kg)
b = lebar banda uji (mm)
h = tinggi benda uji (mm)
2. DATA PENGAMATAN
Terlampir
3. KESIMPULAN
Hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan kuat tarik kayu yang
diperoleh 10.767 Mpa .
PERCOBAAN 5.1.5
PENGUJIAN KUAT BELAH KAYU DI LABORATORIUM
SNI 03-6841-2002 (PD M-02-1997-03)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Metode ini mencakup pengujian ketentuan dan cara uji belah kayu
tegak lurus serat, dengan benda uji kecil bebas cacat untuk jenis kayu kering
udara dan hasilnya digunakan oleh perencana.Tujuannya untuk memperoleh
kuat belah kayu.
4. jumlah benda uji tidak boleh kurang dari 2 buah untuk satu jenis kayu dari
gelondongan;
5. Ketelitian ukuran penampang benda uji ± 0,25 mm.
6. Benda uji harus kering udara dan kadar air maksimum 20 %;
7. Ketelitian pengukuran kelembaban benda uji dan contoh uji ± 0,2 %;
8. Pengujian dilakukan pada bidang tangensial dan bidang radial
9. Kecepatan pembebanan harus memenuhi ketentuan kecepatan gerakan
yaitu 2,5 mm/menit.
C. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Siapkan benda uji sesuai ukuran dan beri kode.
2. Ukur bidang belah benda uji
3. Pasang benda ujipada alat uji dan kencangkan.
4. Atur jarum penunjuk skala beban sehingga menunjukkan angka nol.
5. Jalankan mesin dan catat beban maksimum yang terjadi.
6. Tentukan bentuk keretakan yang terjadi dan hitung kuat belahnya.
D. ANALISA PERHITUNGAN
Kuat tarik dari benda uji dihitung sebagai berikut:
P
Fel =
b
Dimana :
Fel = kuat belah kayu (N/mm )
P = Beban maksimum (N)
b = lebar banda uji (mm)
E. DATA PENGAMATAN
Terlampir
F. KESIMPULAN
Hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan kuat belah kayu yang
diperoleh 2.38 N/mm .