Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia, Afrika,
Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Menurut data
WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid di seluruh dunia dan diperkirakan sekitar
500,000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati urutan tertinggi
pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan 400,000 kematian setiap tahunnya.

Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan angka
kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam enteris disebabkan oleh Salmonella
Parathypi A. Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah,
cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah
tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun
tidak menutup kemungkinan untuk orang dewasa. Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi
atau sallmonela paratypi A, B dan C.

Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak dengan
seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada minuman dan makanan,
susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan bakteri
salmonella, pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi saniter yang tidak sehat
menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit typhus.

Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi didalam dunia
kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus abdominalis, karena pada umumnya kuman
menyerang usus, maka usus bisa jadi luka dan menyebabkan pendarahan serta bisa
mengakibatkan kebocoran usus.

Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Anak
dengan Demam Tifoid” dengan tujuan agar mahasiswa memahami dan mengetahui asuhan
keperawatan pada klien dengan demam tifoid.

B. Tujuan
1. Tujuan umum :
Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya demam tifoid serta
mengimplementasikan asuhan keperawatan demam thypoid di lapangan.

2. Tujuan khusus :
a. Mengetahui konsep medik dan asuhan keperawatan pada penyakit demam tifoid
b. Mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan sesuai konsep dan sesuai indikasi klien

C. Manfaat Penulisan
1. Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit demam tifoid
2. Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DEMAM TIFOID
1. Pengertian
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pencernaan dan dan
gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000). Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat
akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat
difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng, 2002).
Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala,
kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya
(Djauzi & Sundaru; 2003). Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat
gangguan kesadaran (Suryadi, 2001).

2. Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi, salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua
sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan
carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi
salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

3. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi 10-14 hari. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang khas berupa
perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu. Gejala Demam Tifoid antara
lain sebagai berikut :
 Demam > 1 minggu terutama pada malam hari
Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama peningkatan
suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada
pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan pada minggu ke tiga suhu
berangsur-angsur turun dan kembali normal.
 Nyeri kepala
 Malaise
 Letargi
 Lidah kotor
 Bibir kering pecah-pecah (regaden)
 Mual, muntah
 Nyeri perut
 Nyeri otot
 Anoreksia
 Hepatomegali, splenomegali
 Konstipasi, diare
 Penurunan kesadaran
 Macular rash, roseola (bintik kemerahan) akibat emboli basil dalam kapiler
 Epistaksis
 Bradikardi
 Mengigau (delirium)
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan
limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan
kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal
bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder.
Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT


Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal
setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil
biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1) Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini
disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah
yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan
berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif
kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam
darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan
kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.

d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin
yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat
pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah
untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita tifoid. Akibat
infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita tifoid (Widiatuti, 2001).
2. Penatalaksanaan
a. Perawataan
1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan
usus.
2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi
perdarahan.
b. Diet
1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
c. Obat-obatan
1) Kloramfenikol.
Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral atau
intravena, sampai 7 hari bebas panas
2) Tiamfenikol.
Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
3) Kortimoksazol.
Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg
trimetoprim)
4) Ampisilin dan amoksilin.
Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu
5) Sefalosporin Generasi Ketiga.
Dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari,
selama 3-5 hari
6) Golongan Fluorokuinolon
a) Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
b) Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
c) Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
d) Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
e) Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
f) Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik,
peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam
organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001).

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Dapat terjadi pada anak laki-laki dan perempuan, kelompok umur yang terbanyak adalah diatas
umur lima tahun. Faktor yang mendukung terjadinya demam thypoid adalah iklim tropis social
ekonomi yang rendah sanitasi lingkungan yang kurang.
c. Keluhan utama
Pada pasien typus abdominalis keluhan utamanya adalah demam.
d. Riwayat penyakit sekarang
Demam yang naik turun remiten, demam dan mengigil lebih dari satu minggu.
e. Riwayat penyakit dahulu
Tidak didapatkan penyakit sebelumnya.
f. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga ada yang karier

g. Riwayat psiko social dan spiritual


Kelemahan dan gangguan interaksi sosial karena bedrest serta terjadi kecemasan.
h. Riwayat tumbuh kembang
Tidak mengalami gangguan apapun, terkadang hanya sakit batuk pilek biasa
i. Activity Daily Life
1) Nutrisi : pada klien dengan demam tifoid didapatkan rasa mual, muntah, anoreksia,
kemungkinan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2) Eliminasi : didapatkan konstipasi dan diare
3) Aktifitas : badan klien lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat dengan tirah baring sehingga
terjadi keterbatasan aktivitas.
4) Istirahat tidur : klien gelisah dan mengalami kesulitan untuk tidur karena adanya peningkatan
suhu tubuh.
5) Personal hygiene : klien dianjurkan bedrest sehingga mengalami gangguan perawatan diri. Perlu
kaji kebiasaan klien dalam personal hygiene seperti tidak mencuci tangan sebelum makan dan
jajan di sembarang tempat.
j. Pemeriksaan fisik
1) Mata : kelopak mata cekung, pucat, dialtasi pupil, konjungtifa pucat kadang di dapat anemia
ringan.
2) Mulut : Mukosa bibir kering, pecah-pecah, bau mulut tak sedap. Terdapat beslag lidah dengan
tanda-tanda lidah tampak kering dilatasi selaput tebal dibagian ujung dan tepi lidah nampak
kemerahan, lidah tremor jarang terjadi.
3) Thorak : jantung dan paruh tidak ada kelainan kecuali jika ada komplikasi. Pada daerah
perangsang ditemukan resiola spot.
4) Abdomen : adanya nyeri tekan, adanya pembesaran hepar dan limpa, distensi abdomen, bising
usus meningkat
5) Ekstrimitas : Terdapat rosiola dibagian fleksus lengan atas.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella thypi.
b. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, mual,
muntah dan anoreksia.
c. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, kehilangan cairan
berlebih akibat muntah dan diare.
d. Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi
e. Ansietas berhubungan dengan proses hospitalisasi, kurang pengetahuan tentang penyakit dan
kondisi anaknya

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Peningkatan Tujuan :  Observasi tanda-  Tanda-tanda vital
suhu tubuh Setelah tanda vital berubah sesuai tingkat
(Hipertermi) diberikan perkembangan penyakit
berhubungan tindakan dan menjadi indikator
dengan proses keperawatan untuk melakukan
infeksi selama 3 x intervensi selanjutnya
Salmonella 24 jam, suhu  Pemberian kompres dapat
Typhi. tubuh normal. menyebabkan peralihan
 Beri kompres pada panas secara konduksi
Kriteria hasil : daerah dahi dan membantu tubuh
- TTV dalam untuk menyesuaikan
batas normal terhadap panas
- TD : 80-  Peningkatan suhu tubuh
120/60-80 mengakibatkan
mmhg penguapan sehingga
- N : 120-140 perlu diimbangi dengan
x/i (bayi), 100- Anjurkan untuk asupan cairan yang
120 (anak) banyak minum air banyak
- S : 36,5-370C putih  Mempercepat proses
- P : 30-60 x/i penyembuhan,
(bayi), 15-30 menurunkan demam.
x/i (anak) Pemberian antibiotik
menghambat
pertumbuhan dan proses
infeksi dari bakteri
 Kolaborasi
pemberian
antiviretik,
antibiotik
2 Resiko Tujuan :  Kaji kemampuan  Untuk mengetahui
pemenuhan Setelah makan klien perubahan nutrisi klien
nutrisi kurang dilakukan dan sebagai indikator
dari kebutuhan tindakan intervensi selanjutnya
tubuh keperawatan  Berikan makanan  Memenuhi kebutuhan
berhubungan selama 3 x 24 dalam porsi kecil nutrisi dengan
dengan intake jam tapi sering meminimalkan rasa
yang tidak kekurangan mual dan muntah
adekuat, mual, nutrisi tidak  Memenuhi kebutuhan
muntah dan terjadi.  Beri nutrisi dengan nutrisi adekuat
anoreksia. diet lunak, tinggi
Kriteria hasil : kalori tinggi protein
- Nafsu makan Anjurkan kepada  Menambah selera makan
meningkat, orang tua dan dapat menambah
- Tidak ada klien/keluarga untuk asupan nutrisi yang
keluhan memberikan dibutuhkan klien
anoreksia, makanan yang
nausea, disukai
- Porsi makan  Anjurkan kepada
dihabiskan orang tua  dapat meningkatkan asam
klien/keluarga untuk lambung yang dapat
menghindari memicu mual dan
makanan yang muntah dan menurunkan
mengandung asupan nutrisi
gas/asam, pedas
 Kolaborasi. Berikan
antiemetik, antasida Mengatasi mual/muntah,
sesuai indikasi menurunkan asam
lambung yang dapat
memicu mual/muntah
3 Resiko defisit Tujuan :  Kaji tanda dan gejala Hipotensi, takikardia,
volume cairan Setelah dehidrasi demam dapat
berhubungan dilakukan hypovolemik, menunjukkan respon
dengan intake tindakan riwayat muntah, terhadap dan atau efek
yang tidak keperawatan kehausan dan turgor dari kehilangan cairan
adekuat, selama 3x24 kulit  Agar segera dilakukan
kehilangan jam, tidak  Observasi adanya tindakan/ penanganan
cairan berlebih terjadi defisit tanda-tanda syok, jika terjadi syok
akibat muntah volume cairan tekanan darah
dan diare. menurun, nadi cepat
Kriteria hasil : dan lemah  Cairan peroral akan
- Tidak terjadi  Berikan cairan membantu memenuhi
tanda-tanda peroral pada klien kebutuhan cairan
dehidrasi, sesuai kebutuhan  Asupan cairan secara
-  Anjurkan kepada adekuat sangat
Keseimban orang tua klien diperlukan untuk
gan intake dan untuk menambah volume
output dengan mempertahankan cairan tubuh
urine normal asupan cairan secara Pemberian intravena
dalam dekuat sangat penting bagi
konsentrasi  Kolaborasi klien untuk memenuhi
jumlah pemberian cairan kebutuhan cairan
intravena

4 Gangguan pola Tujuan :  Kaji pola eliminasi  Sebagai data dasar


eliminasi BAB Setelah klien gangguan yang dialami,
berhubungan dilakukan memudahkan intervensi
dengan tindakan selanjutnya
konstipasi keperawatan  Penurunan menunjukkan
selama 3 x 24 adanya obstruksi statis
jam, pola  Auskultasi bising akibat inflamasi,
eliminasi usus penumpukan fekalit
kembali  Berhubungan dengan
normal. distensi gas

Kriteria hasil :  Indikator kembalinya


- Klien fungsi GI,
melaporkan  Selidiki keluhan mengidentifikasi
BAB lancar nyeri abdomen ketepatan intervensi
- Konsistensi  Observasi gerakan
lunak usus, perhatikan  Mengatasi konstipasi
warna, konsistensi, yang terjadi
dan jumlah feses

 Anjurkan makan
makanan lunak,
buah-buahan yang  Mungkin perlu untuk
merangsang BAB merangsang peristaltik
 Kolaborasi. Berikan dengan perlahan
pelunak feses,
supositoria sesuai
indikasi

5 Ansietas Tujuan :  Kaji tingkat  Untuk mengeksplorasi


berhubungan Setelah kecemasan yang rasa cemas yang dialami
dengan proses dilakukan dialami orang tua oleh orang tua klien
hospitalisasi, tindakan klien  Meningkatkan
kurang keperawatan pengetahuan orang tua
pengetahuan selama 3 x 24 Beri penjelasan pada klien tentang penyakit
tentang penyakit jam, orang tua klien anaknya
dan kondisi kecemasan tentang penyakit
anaknya teratasi anaknya  Mendengarkan keluhan
 Beri kesempatan orang tua agar merasa
Kriteria hasil : pada orang tua klien lega dan merasa
- Ekspresi untuk mengungkap diperhatikan sehingga
tenang kan perasaan nya beban yang dirasakan
- Orang tua berkurang
klien tidak  Libatkan orang tua  Keterlibatan orang tua
sering bertanya klien dalam rencana dalam perawatan
tentang kondisi keperawatan anaknya dapat
anaknya terhadap anaknya mengurangi kecemasan

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : An. D
Tempat/Tanggal Lahir : Mandailing/04 September 2008
Nama Ayah/ibu : Tn. N/Ny. I
Pekerjaan Ayah : TNI-AD
Pekerjaan Ibu : IRT
Alamat : Asrama 122, Dolok Masihule
Suku : Mandailing
Agama : Islam
Pendidikan : SMA

2. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan anaknya demam selama 5 hari, demamnya naik turun dan tidak membaik
dengan obat penurun panas yang telah diberikan.

3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


a. Prenatal
Ibu klien mengatakan tidak ada masalah selama kehamilan An. D, ibu klien memeriksakan
kandungannya ke bidan setempat dan dokter kandungan.
b. Natal
Ibu klien mengatakan kelahiran An. D secara normal dan dibantu oleh bidan setempat dengan
BB An. D adalah 2.8 Kg dan An. D tidak mengalami masalah.

c. Postnatal
Ibu klien mengatakan tidak ada mengalami pendarahan hebat ataupun masalah lainnya setelah
kelahiran An. D

4. Riwayat Masa Lalu


a. Penyakit waktu kecil
Orang tua klien mengatakan sewaktu kecil An. D sering mengalami demam, batuk dan pilek.
b. Pernah dirawat dirumah sakit
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelumnya tidak pernah di rawat di Rumah Sakit, apabila
sakit hanya diberikan obat yang diperoleh dari bidan setempat.
c. Obat-obat yang digunakan
Ibu klien selalu menyediakan obat paracetamol di rumahnya.
d. Tindakan (operasi)
Tidak ada
e. Alergi
Ibu klien mengatakan bahwa An. D tidak ada riwayat alergi baik makanan/pun minuman.
f. Kecelakaan
Ibu klien mengatakan An. D tidak pernah dan jangan sampai terjadi kecelakaan.
g. Imunisasi
Ibu klien mengatakan bahwa imunisasi An. D sudah lengkap karena sangat penting bagi anak.

5. Riwayat Keluarga
Genogram :
6. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh
Ny. I dan Tn. N
b. Hubungan dengan anggota keluarga
Terjalin baik, An. D sering bermain dengan abangnya dan bercanda dengan kedua orang tuanya.
c. Hubungan dengan teman sebaya
Ibu klien mengatakan An. D sering bermain dengan anak-anak di sekitar rumahnya
d. Pembawaan secara umum
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sangat ceria, baik dan ramah dengan orang yang sudah
dikenalnya.

e. Lingkungan rumah
Ibu klien mengatakan bahwa An. D tinggal di asrama tentara dengan kondisi rumah bersih,
menyatu antara 1 dengan lainnya, komunikasi antar tetangga terjalin dengan sangat baik.

7. Kebutuhan Dasar
a. Makanan
1) Makanan yang disukai/ tidak disukai
Ibu klien mengatakan bahwa sebelum sakit, makanan yang disukai An. D adalah telur, buah apel,
dan jajanan. Selama sakit, An. D masih menyukai telur dan buah apel, sedangkan ikan, pisang,
pepaya An. D kurang suka.
2) Selera
Ibu klien mengatakan bahwa An. D selera makan hanya dengan telur, dan kecap saja sudah
cukup.
3) Alat makan yang dipakai
Piring, sendok, dan cangkir.
4) Pola makan/jam
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit makan 3x/hari dan dihabiskan. Selama sakit
makan 3x/hari itupun tidak dihabiskan.

b. Pola tidur
1) Kebiasaan sebelum (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa tidur)
Ibu klien mengatakan bahwa An. D kebiasaan sebelum tidur tidak ada, terkadang ibu klien harus
mengelus-elus punggung An. D karena sakit.

2) Tidur siang
Ibu klien mengatakan bahwa An. D jarang sekali tidur siang karena lebih banyak dihabiskan
untuk bermain.
c. Mandi
Ibu klien mengatakan bahwa An.D mandi 2 x /sehari, pagi sebelum pergi kesekolah, dan sore
hari, sedangkan selama sakit An. D belum pernah mandi.
d. Aktivitas bermain
Ibu klien mengatakan bahwa An. D setelah pulang dari sekolah langsung bermain bersama
teman-teman di sekitar rumah. Selama sakit hanya berbaring di tempat tidur.
e. Eliminasi
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit BAB sebanyak 1 x/hari, dan BAK tidak tentu,
sedangkan selama ± 1 minggu sampai sekarang (29 April 2013) belum ada BAB, dan BAK ± 4
x/hari selama di rawat.

8. Keadaan Kesehatan Saat Ini


a. Diagnosa medis : Susp. Typhoid Fever
b. Tindakan operasi : Tidak ada
c. Status cairan : Ringer Laktat
d. Status nutrisi : Diet M2 TKTP
e. Obat-obatan :
- Cotrimoxazole 2 x cth I
- PCT 3 x1 tab
- Lactulosa 3 x cth I
f. Aktivitas : An. D terbaring lemah di tempat tidur, aktivitas
dibantu dan klien terpasang infus di kaki kanan.
g. Tindakan keperawatan :
- Melakukan pemeriksaan Tanda-tanda Vital
- Menganjurkan orang tua klien melakukan kompres hangat
- Menjelaskan pentingnya memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat
- Menganjurkan An. D untuk banyak istirahat selama fase akut
h. Hasil lab : Tanggal 28 April 2013
- Haemoglobin : 15.6 g/dl
- Hematokrit : 46,9 %
- Leukosit : 9.800/ml
- Trombosit : 189.000/ml
- LED : 5 mm
- Widal :
 O : 1/80 1/80 1/40 1/80
 H : 1/40 1/40 1/80 1/80
i. Foto roentgen : Tidak ada
j. Lain-lain : Tidak ada

9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah, tingkat kesadaran : Composmentis
b. TB/BB : 118 cm, 27 Kg
c. Lingkar kepala : 49 cm

d. Kepala
Tulang kepala normosefalik, rambut hitam, kulit kepala bersih, tekstur lembut, distribusi rapat,
dan kuat, tidak teraba massa, nyeri tekan (-), frontal teraba panas.
e. Mata
Ketajaman penglihatan baik, sklera putih (tidak ada perdarahan), konjungtiva merah muda, ptosis
(-), refleks cahaya (+ 2), pupil isokor.
f. Leher
Trakea tepat berada di garis tengah, pembesaran tyroid (-), nyeri tekan (-), refleks menelan (+).
g. Telinga
Ketajaman terhadap suara (+), tidak ada serumen, cairan (-), simetris antara d/s, kelainan bentuk
(-)
h. Hidung
Septum digaris tengah, pernafasan cuping hidung (-), tidak beringus, bersih, dan tidak ada nyeri
tekan.
i. Mulut
Bibir kering, caries gigi (-), beslag (+), gusi merah muda, otot maseter (+), gerakan lidah baik.
j. Dada
Thorak simetris, ekspansi dada baik, vibrasi dinding dada sama, puting (+2), deformitas (-),
fraktur iga (-), nyeri tekan (-).
k. Paru- paru
Suara napas vesikuler, RR : 32 x/i, bunyi paru resonan

l. Jantung
Bunyi S1 dan S2 terdengar jelas, tidak terdengar bunyi jantung tambahan, HR : 130 x/i.
m. Perut
Umbilikus simetris, acites (-), suepel (+), nyeri tekan (-), peristaltik usus (+) 8 x/i, tekstur kulit
lembut dan elastis (< 2 detik)
n. Punggung
Massa (-), luka (-), nyeri tekan (-)
o. Genetalia
Bentuk normal, skrotum (+), meatus uretra (+), testis (+2), nyeri tekan (-)
p. Ektremitas
1) Ekstremitas atas : Edema (-), ekstremitas hangat, luka (-), terdapat bekas pemasangan infus
(dekstra), jari lengkap, kekuatan otot (+)
a. Ekstremitas bawah : Tidak ada varises, nyeri tekan (-), kekuatan otot (+)

5 5
4 4

q. Tanda vital
a. RR : 32 x/menit
b. HR : 130 x/menit
c. TD : 85/60 mmHg
d. Temp : 38,1 0C

10. Pemeriksaan Tinggkat Perkembangan


a. Kemandirian bergaul
An. D mudah berinteraksi dengan orang lain
b. Motorik halus
An. D sudah bisa menggambar, mewarnai dan menjelaskan gambar yang telah dibuatnya
c. Motorik kasar
An. D dapat menangkap bola dan melemparkannya, dapat melompat dan dapat berjalan dengan 1
kaki
d. Kognitif
An. D dapat mengingat nama ayah dan ibunya, dapat menjumlahkan penjumlahan yang
sederhana (misalnya 1 + 1 = 2)
e. Bahasa :
Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh An. D adalah bahasa Indonesia. An. D berbicara dengan
sangat jelas dan mudah dimengerti.

11. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboraturium (terlampir dihalaman 39)

12. Ringkasan Riwayat Keperawatan


Dari hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa An. D demam selama 5 hari, suhu tubuh
0
38,1 C, BAB (-) selama 1 minggu, peristaltik usus 8 x/i, An. D rewel, muntah (-), mual (-),
tingkat kesadaran : composmentis, ekstremitas bawah (+4), An. D terbaring lemah di tempat
tidur.

13. Masalah Keperawatan


a. Peningkatan suhu tubuh
b. Gangguan pola eliminasi
c. Intoleransi aktivitas

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi Salmonella Typhi.
2. Gangguan pola eliminasi (BAB) berhubungan dengan konstipasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, tirah baring
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah

1 Ds : Invasi bakteri Peningkatan


 Ibu klien mengatakan demam ± selama 5 salmonela typhi melalui suhu tubuh
hari demam bersifat naik turun, ibu makanan atau minuman (hipertermi)
klien mengatakan sudah memberi obat
penurun panas tetapi tidak membaik

Do :
 Teraba panas
 An.D rewel Terjadi peradangan
 T : 38.1 0c pada saluran cerna
 RR : 32 x/i
 HR : 120 x/i
 Pct 3x1 tab

Dilepaskannya zat
pirogen oleh leukosit
pada jaringan yang
meradang

Demam
tipoid

Peningkatan suhu tubuh


(hipertermi)
2 Ds : Terjadi peradangan Gangguan pola
 Ibu klien mengatakan bahwa An. D pada saluran cerna eliminasi (BAB)
sebelum sakit BAB sebanyak 2 x/hari,
sedangkan selama ± 1 minggu sampai
sekarang (29 April 2013) belum ada
BAB
 Ibu klien mengatakan makanan yang
disukai An. D adalah telur, buah apel,
dan jajanan. Sedangkan pisang, pepaya Penurunan kerja
dan ikan An. D kurang suka motilitas usus

Do :
 Makan nasi + telur + kecap
 Makan apel (+)
 Peristaltik usus (8 x/i)
 BAB (-)
 Mual, muntah (-) Konstipasi
 Abdomen : Suepel
 Suara abdomen : Tympani

Gangguan pola
eliminasi (BAB)

3 Ds : Proses infeksi virus Intoleransi


 Ibu klien mengatakan badan anaknya Salmonella Typhi aktivitas
lemas
Do :
 k/u : lemah
 Kekuatan otot (+4)
 Terbaring di tempat tidur Penurunan sistem
 Terpasang infus metabolisme tubuh
 Aktivitas dibantu Ny. I

Kelemahan fisik

Imobilisasi
Intoleransi aktivitas

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan
No
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1 Peningkatan Setelah 1. Ukur tanda-tanda 1. Sebagai dasar untuk


suhu tubuh dilakukan vital setiap 2/4 jam menentukan intervensi
(hipertermi) asuhan 2. Observasi membran
b/d proses keperawatan mukosa bibir, 2. Untuk identifikasi tanda-
infeksi selama 1 x 12 pengisian kapiler dan tanda dehidrasi akibat
Salmonella jam, turgor kulit demam
Typhi diharapkan 3. Anjurkan untuk
suhu klien minum ± 2-2,5
menurun. L/menit 3. Kebutuhan cairan dalam
4. Anjurkan kompres tubuh cukup mencegah
KH : hangat pada dahi, terjadinya demam
1. Suhu tubuh ketiak, dan lipat paha4. Kompres hangat memberi
dalam batas efek vasodilatasi pembuluh
normal (36- darah sehingga
37 0C) 5. Anjurkan untuk tirah mempercepat penguapan
2. Membran baring/pembatasan panas
mukosa aktivitas selama fase 5. Menurunkan kebutuhan
lembab akut metabolisme tubuh
3. Pengisian 6. Anjurkan untuk sehingga menurunkan panas
kapiler < 2 menggunakan pakaian
detik yang tipis dan 6. Pakaian tipis memudahkan
4. An. D tidak menyerap keringat penguapan panas saat
rewel (rileks) penurunan panas klien akan
- 7. Kolaborasi dalam banyak mengeluarkan
pemberian terapi keringat
sesuai indikasi 7. Untuk menurunkan
panas/mengontrol panas,
untuk mengatasi infeksi dan
mencegah penyebaran
infeksi, dan penggantian
cairan akibat penguapan
8. Observasi hasil panas tubuh
pemeriksaan darah 8. Untuk mengetahui
dan feses perkembangan penyakit
typus dan efektifitas terapi
9. Observasi adanya 9. Peningkatan suhu terus
peningkatan suhu menerus setelah pemberian
terus menerus, antipiretik dan antibiotik
distensi abdomen, dan kemungkinan terjadinya
nyeri abdomen komplikasi perforasi usus.

2 Gangguan Setelah 1.
Kaji pola eliminasi 1. Sebagai data dasar
pola eliminasi dilakukan klien gangguan yang dialami
(BAB) b/d asuhan memudahkan intervensi
konstipasi keperawatan selanjutnya
selama 1 x 122.
Asukultasi bunyi usus2. Penurunan menunjukkan
jam, adanya obstruksi statis
diharapkan akibat inflamasi,
pola eliminasi penumpukan fekalit
klien kembali3.
Kaji adanya keluhan 3. Menandakan adanya gas di
normal. nyeri abdomen perut sehingga
mengakibatkan terjadinya
KH : distensi abdomen
1. BAB 1 x/hari4. Anjurkan makan- 4. Makanan lunak serta buah-
2. Konstipasi makanan yang lunak, buahan yang kaya akan
lunak buah-buahan yang serat dapat mengatasi
3. Warna feces merangsang BAB konstipasi
kuning 5. Kolaborasi dalam
4. Tidak pemberian terapi 5. Dapat merangsang
berlendir sesuai indikasi peristaltik usus secara
perlahan sehingga masalah
konstipasi teratasi

3 Intoleransi Setelah 1. Kaji tingkat toleransi1. Sebagai dasar untuk


aktivitas b/d dilakukan klien terhadap menentukan intervensi
kelemahan asuhan aktivitas
fisik, tirah keperawatan 2. Kaji jumlah makanan2. Untuk mengidentifikasi
baring selama 1 x 12 yang dikonsumsi klien intake nutrisi klien
jam, setiap hari
diharapkan 3. Anjurkan klien untuk
klien dapat tidah baring selama 3. Untuk menurunkan
melakukan fase akut metabolisme tubuh dan
aktivitas 4. Jelaskan pentingnya mencegah iritasi usus
secara pembatasan aktivitas 4. Untuk mengurangi
bertahap. selama perawatan peristaltik usus sehingga
5. Bantu klien mencegah iritasi usus
KH : melakukan aktivitas
1. TTV dalam sehari-hari sesuai
batas normal kebutuhan 5. Kebutuhan aktivitas klien
2. Tidak ada 6. Libatkan keluarga terpenuhi dengan energi
keluhan lelah dalam pemenuhan minimal, sehinga
3. Kekuatan otot kebutuhan aktivitas mengurangi peristaltik usus
meningkat sehari-hari 6. Partisipasi keluarga
7. Berikan kesempatan meningkatkan kooperatif
pada klien melakukan klien dalam perawatan
aktivitas sesuai
kondisi klien 7. Meningkatkan partisipasi
klien dapat meningkatkan
harga diri dan
meningkatkan toleransi
aktivitas
D. IMPLEMENTASI

Diagnosa
No Hari/Tgl Implementasi Evaluasi
Keperawatan

S Peningkatan 1. Mengukur tanda-tanda vital An. D S:


E suhu tubuh H:  Ibu klien mengatakan
L (hipertermi)  T : 38,1 0C badan anaknya masih
A b/d proses  RR : 28 x/i panas, walaupun sudah
S infeksi  HR : 128 x/i dikompres
A Salmonella R : An. D rewel (menangis), dan  Ibu mengatakan An. D
Typhi tidak tenang sudah diberikan banyak
30 minum
A 2. Mengamati membran mukosa  Ibu klien mengatakan
P bibir, pengisian kapiler dan turgor bahwa An. D tidak
R kulit pada An. D banyak berakivitas
I H: hanya berbaring di
L  Bibir kering tempat tidur
2013  CRT & turgor kulit < 2 detik  Ibu klien mengatakan
sudah memberikan
3. Menganjurkan An. D untuk pakaian yang tipis dan
banyak minum ± 2-2,5 L/hari menyerap keringat
H : Minum (+)  Ibu klien mengatakan
1 R : An. D tidak sulit minum sudah memberikan obat
penurun panas yang
4. Menganjurkan ibu untuk diberikan
melakukan kompres hangat pada O:
dahi, ketiak, dan lipat paha  Teraba panas di dahi
H : Ibu melakukan kompres  T : 38 C, RR : 130 x/i,
0

hangat di dahi HR : 30 x/i


R : Ny. I mengambil handuk kecil Kompres (+)
dan air hangat dan melakukan  Minum (+)
kompres hangat  Terbaring di tempat tidur
 Bibir lembab
5. Menjelaskan kepada ibu klien  Memakai baju tipis dan
tentang pentingnya tirah menyerap keringat
baring/pembatasan aktivitas  Abdomen : suepel
selama fase akut  Paracetamol
H : Ibu memahami manfaat tirah  IVFD RL 30 gtt/i
baring selama fase akut (demam)
R : Ibu dan An. D memperhatikan A :
penjelasan yang diberikan Masalah peningkatan
suhu tubuh teratasi
6. Menjelaskan kepada Ibu klien sebagian
tentang pentingnya menggunakan
pakaian yang tipis dan menyerap P : Intervensi
keringat bagi An. D dilanjutkan :
H : Baju An. D tipis dan menyerap Kaji TTV
keringat  Anjurkan banyak minum
R : Ibu sudah memahami  Anjurkan untuk kompres
pentingnya pakaian tipis dan hangat
menyerap keringat bagi An. D  Kolaborasi dalam
pemberian terapi
7. Berkolaborasi dalam pemberian
terapi sesuai indikasi
H:
 IVFD RL 30 gtt/i
 Cotrimoxazole 2 x cth II
 Paracetamol 3 x 1 tab
R : An. D mau meminum obat
yang telah diberikan dan tidak ada
tanda-tanda alergi

8. Melihat hasil pemeriksaan darah


dan feses
H:
 Hb : 15,6 g/dl
 Ht : 46,9 %
 Leu : 9.103/ml
 Tromb : 189. 103/ml
 LED : 5 mm
 Widal :
 O : 1/80 1/80 1/40 1/80
 H : 1/40 1/40 1/80 1/80

9. Mengamati adanya peningkatan


suhu terus menerus, distensi
abdomen, dan nyeri abdomen
H : Suhu masih 38,1 0C, distensi
abdomen (-), suepel (+)
R : An. D mengatakan tidak
merasakan sakit dibagian perut

2 Gangguan pola1. Menanyakan kepada ibu pola S:


eliminasi eliminasi An. D  Ibu klien mengatakan
(BAB) b/d H : ibu klien mengatakan An. D bahwa An. D belum ada
konstipasi belum BAB ± 1 minggu BAB
R : An. D mengatakan tidak sesak An. D mengatakan tidak
BAB, Ibu klien mengatakan cemas merasakan sakit pada
karena AN. D tidak BAB selama ± perutnya
1 minggu  An. D mengatakan tidak
2. Mendengarkan suara peristaltik ada sesak BAB
usus  An. D mengatakan tidak
H : Terdengar peristaltik usus suka makan buah
3. Mengkaji adanya keluhan nyeri pepaya dan pisang
abdomen  An. D mengatakan sudah
H : abdomen : suepel, nyeri (-) minum obat
R : An. D mengatakan tidak ada
sakit dibagian perut O:
4. Menganjurkan ibu klien untuk  BAB (-)
memberikan makan-makanan  Abdomen : suepel
lunak, dan buah-buahan yang  M2 TKTP + telur rebus
merangsang BAB (pisang, pepaya) Makan apel (+)
H : M2 TKTP (pakek telur),  Lactulosa 3 x cth I
makan buah apel A:
R : Ibu klien mengatakan Masalah pola eliminasi
memberikan makanan yang di belum teratasi
sediakan oleh RS dan pakek telur,
Ibu klien mengatakan An. D hanya P : Intervensi
mau makan buah apel dilanjutkan :
5. Berkolaborasi dalam pemberian  Kaji eliminasi klien
terapi sesuai indikasi  Auskultasi bunyi usus
H : Lactulosa 3 x cth I  Anjurkan makan-
R : An. D mengatakan belum ada makanan lunak dan
BAB buah
 Kolaborasi dalam
pemberian terapi

3 Intoleransi 1. Mengkaji tingkat toleransi klien S:


aktivitas b/d terhadap aktivitas  Ibu klien mengatakan
kelemahan H : Hanya bisa duduk dan bahwa An. D hanya
fisik, tirah terbaring bisa berbaring dan
baring R : An. D mengatakan badanya duduk di tempat tidur
lemah  Ibu klien mengatakan
anaknya sulit bergerak
2. Mengkaji jumlah makanan yang karena terpasang infus
dikonsumsi klien di kaki sebelah kanan
H : Diet M2 TKTP 3x/hari, makan
roti (+), makan buah (+) O:
R : Ibu klien mengatakan An. D  Berbaring di tempat tidur
makan 3 x/hari tetapi tidak  Terpasang infus di kaki
dihabiskan sebelah kanan
 k/u : lemah
3. Memberi penjelasan kepada ibu
untuk menjaga An. D agar tidak A:
banyak bergerak Masalah aktivitas
H : An. D hanya terbaring di belum teratasi
tempat tidur
R : Ibu klien mengatakan akan P : Intervensi
membatasi aktivitas An. D dilanjutkan :
 Kaji tingkat toleransi
4. Membantu klien melakukan klien terhadap aktivitas
aktivitas sesuai kebutuhan  Bantu melakukan
H : Membantu An. D duduk aktivitas sehari-hari
R : An. D mengatakan senang bisa sesuai kebutuhan
duduk  Anjurkan untuk tiraj
baring selama fase akut
5. Melibatkan keluarga dalam  Libatkan keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan aktivitas pemenuhan kebutuhan
sehari-hari aktivitas sehari-hari
H : Ibu klien bekerja sama dengan
baik
R : Ibu klien mengatakan mau
membantu perawat

6. Memberikan kesempatan pada


klien melakukan aktivitas sesuai
indikasi
H : Bermain handphone
R : An. D senang bermain bola di
HP

1 R Peningkatan 1. Mengukur tanda-tanda vital An. D S:


A suhu tubuh H:  Ibu klien mengatakan
B (hipertermi)  T : 36,2 C
0
bahwa anaknya sudah
U b/d proses  RR : 28 x/i tidak demam lagi
infeksi  HR : 92 x/i  Ibu mengatakan akan
O1 Salmonella R : An. D sudah membaik dan menjalankan anjuran
Typhi terlihat lebih segar yang telah diberikan
M apabila anaknya demam
E 2. Menganjurkan ibu klien untuk lagi
I memberikan banyak minum  Ibu klien mengatakan
apabila demam masih memberikan obat
2013 H : Minum (+) penurun panas karena
R : Ibu klien akan memberikan takut demamnya
banyak minum apabila An. D terulang lagi
demam  Ibu klien berterima kasih
atas penjelasan yang
3. Menganjurkan ibu untuk telah diberikan
melakukan kompres hangat kepadanya
apabila demam terulang kembali
H : Ibu akan melakukan kompres O:
hangat apabila demam lagi  Ekspresi wajah ibu klien
R : Ibu klien mengucapkan terima terlihat senang
kasih atas anjuran yang diberikan  k/u : membaik
 T : 36,5 0C, RR : 28 x/i,
4. Berkolaborasi dalam pemberian HR : 92 x/i
terapi sesuai indikasi  Minum (+)
H:  Bibir lembab
 IVFD RL 30 gtt/i  Paracetamol 3 x 1 tab
 Cotrimoxazole 2 x cth II  IVFD RL 30 gtt/i
 Paracetamol 3 x 1 tab
R : An. D mau meminum obat A:
yang telah diberikan Masalah peningkatan
suhu tubuh sudah
teratasi

P : Intervensi
dihentikan.

2 Gangguan pola1. Menanyakan eliminasi kepada An. S:


eliminasi D  Ibu klien mengatakan
(BAB) b/d H : BAB (-) bahwa anaknya sudah
konstipasi R : An. D mengatakan belum ada BAB tetapi sedikit
BAB, Ibu klien mengatakan  Ibu klien mengatakan
anaknya tidak ada merasakan feces anaknya keras dan
sesak BAB. bau, berwarna kuning
 Ibu klien mengatakan
2. Mendengarkan suara peristaltik anaknya juga makan
usus pisang walaupun harus
H : Terdengar peristaltik usus dipaksa terlebih dahulu
R : An. D mengatakan tidak ada  Ibu klien mengatakan
sesak BAB siang ini anaknya
makan dengan nasi
3. Mengingatkan kembali ibu klien yang telah disediakan
untuk memberikan makan- dan pakai telur
makanan lunak, dan buah-buahan
yang merangsang BAB (pisang, O:
pepaya)  Peristaltik usus (+) 12 x/i
H : M2 TKTP (pakek telur),  M2 TKTP + telur rebus
makan pisang (+)  Makan pisang (+) ¼
R : Ibu klien mengatakan anaknya bagian
pagi ini makan dengan nasi, telur, Lactulosa 3 x cth I
dan sayur bening
A:
4. Berkolaborasi dalam pemberian Masalah pola eliminasi
terapi sesuai indikasi teratasi
H : Diet M2 TKTP, Lactulosa 3 x
cth I P : Intervensi
dihentikan

3 Intoleransi 1. Mengevaluasi tingkat toleransi S:


aktivitas b/d klien terhadap aktivitas  Ibu klien mengatakan
kelemahan H : Duduk dan berbaring bahwa infus anaknya
fisik, tirah R : An. D mengatakan badanya sudah dilepas jam 11.00
baring sudah tidak lemas lagi dan ingin wib
berjalan  Ibu klien mengatakan
anaknya sudah
2. Membantu klien melakukan membaik karena sudah
aktivitas sesuai kebutuhan bisa berjalan dan
H : hanya bisa duduk karena bermain bersama teman
terpasang infus di kaki kanan 1 ruangan
R : An. D mengatakan minta  Ibu klien mengatakan
dilepaskan infusnya senang karena anaknya
besok sudah boleh
3. Mengingatkan untuk tirah baring pulang
apabila masih lemah  Ibu klien mengatakan
H : k/u : membaik akan menjaga anaknya
R : An. D mengatakan ya agar tidak terlalu
kecapaian karena belum
4. Melibatkan keluarga dalam sembuh betul
pemenuhan kebutuhan aktivitas  Ibu klien mengucapkan
sehari-hari terima kasih karena
H : Makan dibantu, kencing sudah perduli dengan
dibantu, dan duduk mandiri anaknya
R : Ibu klien mengatakan aktivitas
anaknya masih harus dibantu O:
 Ekspresi ibu klien
senang
 An. D terlihat senang
dan bermain bersama
teman 1 ruangan
 k/u : baik
 tampak lebih segar

A:
Masalah aktivitas
teratasi
P : Intervensi
dihentikan oleh
mahasiswa. Terapi
pengobatan dilanjutkan
oleh pegawai ruangan

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna
dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran.
Penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella
typhi, salmonella type A.B.C penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi.
Cara pencegahan penyakit typoid yang dilakukan adalah cuci tangan setelah dari toilet
dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang
belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari
makanan pedas.

B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dengan adanya
makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit typoid dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Djauzi & Sundaru. 2003. Imunisasi Dewasa. Jakarta : FKUI
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC
Soegeng, S. 2005. Ilmu Penyakit Anak “Diagnosa dan Penatalaksanaan”. Jakarta : Salemba
Medika
Suryadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : CV Agung Setia
Syamsuhidayat, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai