Anda di halaman 1dari 16

DAMPAK PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM PROGRAM

PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA


(P3MD) DI KECAMATAN LAPPARIAJA KABUPATEN BONE
YOUTH EMPOWERMENT IN DEVELOPMENT PROGRAM AND
VILLAGE COMMUNITY EMPOWERMENT (P3MD) IN THE DISTRICT
OF LAPPARIAJA REGENCY BONE

Suherman1, Muhammad Idrus Taba2, Rahmadanih3


1
Bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah/Manajemen Kepemimpinan Pemuda,
Sekolah Pascasarjana, Universitas Hasanuddin
(email: Suhermanalcom@gmail.com)
2
Bagian Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Sekolah Pascasarjana, Universitas
Hasanuddin
(email: Idrustaba@gmail.com)
ABSTRAK

Program pembangunan dan pemberdayaaan masyarakat desa diharapkan mampu


memberikan dampak terhadap keberdayaan pemuda. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dampak pemberdayaan pemuda dalam P3MD di Kecamatan Lappariaja.
Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif kualitatif. Subyek penelitian ini adalah
Tenaga Ahli P3MD, Pendamping Desa, Pemerintah Kecamatan, Pemerintah
Desa/aparat Desa, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dan Kelompok
Pemuda. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara,
observasi, dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan
penelitian. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberdayaan pemuda terhadap pelaksanaan program P3MD memberikan dampak
keberdayaan dengan tingkat keberdayaan dua, sesuai dengan indikator keberdayaan
yang dikeluarkan oleh UNSECO.

Kata Kunci: Pemuda, Pemberdayaan, P3MD

ABSTRACT

The development program and empowerment of the village community are expected
to be able to have an impact on youth empowerment. This study aims to determine
the impact of youth empowerment in the P3MD in Lappariaja District. This research is
classified as qualitative descriptive research. The subjects of this study were P3MD
Experts, Village Facilitators, District Governments, Village Government/Village
officials, Community and Village Empowerment Services and Youth Groups. Data
collection is done using the method of interview, observation, documentation. The
researcher is the main instrument in conducting research. The technique used in data
analysis is data collection, data reduction, data display, and conclusions. The results
of the study show that youth empowerment towards the implementation of the P3MD
program has an impact on empowerment with two levels of empowerment, according
to the indicators of empowerment issued by UNSECO.

Keywords: Youth, Empowerment, P3MD

PENDAHULUAN

Pembangunan pada hakikatnya bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat. Sesuai dengan tujuan Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan

UUD 1945 alinea keempat yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, menciptakan

kesejahteraan umum, melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, dan membantu

melaksanakan ketertiban dunia dan perdamaian abadi. Pembangunan sebagaimana

pada umumnya, menjadi sel projected reality yang kemudian menjadi acuan dalam
proses pembangunan. Pembangunan seringkali juga menjadi semacam ideology of

developmentalism (Rozikin, 2012).

Pembangunan merupakan hal yang sangat mendasar dalam kegiatan

kenegaraan. Negara memiliki kewajiban untuk menyejahterakan rakyatnya, salah

satunya melalui pembangunan. Pembangunan sejatinya tidak hanya difokuskan di

perkotaan, melainkan juga harus dilakukan di pedesaan. Pembangunan di pedesaan

sudah tentu bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat desa, agar mereka tidak

melakukan urbanisasi besar-besaran ke perkotaan yang dapat menimbulkan

permasalahan kompleks di perkotaan. Oleh karena itu, penting sifatnya bagi

pemerintah untuk lebih memperhatikan kompleksitas kehidupan masyarakat Desa

saat ini, agar mereka mampu hidup sejahtera dan mandiri tanpa harus tertinggal

dengan kehidupan masyarakat yang ada di perkotaan.

Undang-undang No 6 Tahun 2014 atau yang lebih dikenal dengan sebutan

Undang-undang Desa yang telah disahkan dan di undangkan pada tanggal 15 Januari

2014 merupakan perwujudan dan pengakuan, penghormatan negara terhadap desa

dengan keberagaman yang dimiliknya. Di dalam Undang-undang Desa perihal

pembangunan desa terdapat dua hal yang menjadi kunci utama yaitu yang disebut

dengan Desa membangun dan Membangun desa. Desa Membangun artinya desa

memiliki kewenangan penuh dalam mengelola desanya sendiri. Pemerintah desa

bersama masyarakat desa bekerja bersama untuk memajukan dan mengembangkan

desanya sendiri. Dengan cara desa memiliki kewenangan dalam membuat program-

program yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakatnya. Desa yang

memutuskan sendiri kebutuhan desanya dan desa sendiri yang mencari cara untuk

memenuhi kebutuhan tersebut. Desa membangun berarti desa tidak lagi menjadi
objek pembangunan melainkan subjek pembagunan, Oleh Desa, dan Untuk Desa

(Safuridar & Hanum, 2018).

Bagi Desa sebagaimana yang tertera dalam Undang-undang No. 6 tahun 2014

tentang Desa bahwa pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan

melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa,

pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan

lingkungan secara berkelanjutan dengan mengedepankan, kekeluargaan dan

kegotongroyongan guna mewujudkan perdamaian dan keadilan sosial (UU Desa No.

6 tahun 2014 Pasal 78). Perwujudan tujuan tersebut dilaksanakan berdasarkan

kewenangan yang dimiliki oleh Desa dengan mengedepankan pemberdayaan

masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat

Desa.

Pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah strategi, sekarang telah banyak

diterima bahkan telah berkembang dalam berbagai literatur di dunia barat.

Pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah konsep pembangunan merangkum nilai

sosial dan budaya yang berkembang dinamis di masyarakat dan mencerminkan

paradigma pembangunan yang bersifat people centered atau berpusat kepada

masyarakat sebagai subjek dan pelaku pembangunan. Secara konseptual

pemberdayaan masyarakat sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat lapisan

masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari

perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan

adalah memampukan dan memandirikan masyarakat (Sururi, 2015).

Pemberdayaan Masyarakat Desa sebagaimana yang tertulis dalam BAB I,

Pasal 1 Penjelasan 12, Undang-undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, adalah
upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan

meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran,

serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan

dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan

masyarakat Desa.

Untuk memastikan implementasi Undang-undang Desa berjalan dengan baik,

maka pemerintah membuat sebuah kebijakan dalam bentuk program yang lebih

dikenal dengan Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa

(P3MD) oleh Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Program ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas

hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui penyediaan pemenuhan

kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana, pengembangan potensi

ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara

berkelanjutan.

Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) telah

ada di Kabupaten Bone sejak tahun 2015, pelaksanaannya terdiri dari 328 Desa dari

24 Kecamatan, kecamatan Lappariaja merupakan salah satu dari kecamatan yang

melaksanakan program tersebut sejak tahun 2015 sampai tahun 2019 yang di

dalamnya terdiri dari 9 Desa.

Menilik pelaksanaan program tersebut dalam rentang waktu kurang lebih

empat tahun, penulis banyak mendapatkan informasi dan asumsi dari berbagai pihak,

bahwa di dalam proses pelaksanaan Program Pembangunan dan Pemberdayaan

Masyarakat Desa (P3MD) di Kecamatan Lappariaja dikatakan pemuda telah

diberdayakan dalam menyukseskan program tersebut. Keberdayaan tersebut terlihat

dalam partisipasi dipelaksanaan program di berbagai sektor, baik dari segi


perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Hal tersebut tidak terlepas

dari kesadaran pemuda sebagai agen of change dan agen of social control dalam

masyarakat. Selain itu, keterlibatan pemuda dalam pembangunan di kecamatan

Lappariaja tidak terlepas dari dukungan pemerintah Desa dalam memberikan ruang

kepada pemuda dalam proses pelaksanaan pembangunan di Desa.

Namun, asumsi tersebut belum didasari dengan fakta-fakta yang empiris,

sehingga hal tersebut masih berputar dari segi persepsi belaka. Di dalam

kenyataannya belum kelihatan secara detail keberdayaan tersebut, proses dan bentuk

partisipasi pemuda serta dampak yang diberikan terhadap pemberdayaan pemuda

dalam pelaksanaan Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa

(P3MD). Asumsi tersebut belum mampu memberikan konklusi secara empiris

mengenai keberdayaan pemuda dari pelaksanaan program tersebut. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dampak pemberdayaan pemuda dalam pelaksanaan

P3MD di Kecamatan Lappariaja.

BAHAN DAN METODE

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan penjabaran secara

deskriptif. Data yang terkumpul merupakan hasil dari lapangan yang diperoleh melalui

pengumpulan data primer seperti observasi, wawancara, dan studi dokumentasi, dan

pengumpulan data sekunder seperti data pendukung yang diperoleh dari dokumen

yang sudah ada atau literatur tulisan yang sangat berkaitan dengan judul penelitian.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan sejak Mei sampai Juli 2019, yang

meliputi pengambilan dan pengumpulan data lapangan, pengolahan data serta

analisis data. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lappariaja Kabupaten Bone.


Data dan Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi

mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data

primer dan data sekunder (Sugiyono, 2014). Data primer diperoleh langsung dari

informan yang terlibat dalam P3MD yaitu: Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat

Desa, Pendamping Desa Pemberdayaan/ Pendamping Teknik, Pendamping Lokal

Desa, Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa/ aparatur Desa, kelompok Pemuda,

dan Pihak Dinas Pemberadayaan Masyarakat dan Desa. Penentuan Informan di pilih

secara purposive. Sedangkan data skunder diperoleh dari dokumen-dokumen,

catatan-catatan, laporan-laporan maupun arsip-arsip resmi yang diperoleh dari Dinas

maupun Instansi terkait.

Teknik Analisis Data

Untuk menjawab tujuan penelitian maka langkah-langkah analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Analysis Interactive Model dari Miles dan

Huberman. Aktivitas dalam analisis data yaitu data collection, data reduction, data

display, dan conclusion drawing/verification (Sugiyono, 2017).

HASIL

Dampak pemberdayaan pemuda dalam P3MD

Kesejahteraan

Pemuda kecamatan lappariaja mengatakan bahwa sejak adanya program

P3MD pendapatan mereka telah mengalami peningkatan meskipun peningkatan itu

tidak signifikan, peningkatan pendapatan itu didapatkan dari insentif sebagai kader

posyandu yang diberi insentif perbulan. Selain itu, pemuda juga yang aktif dalam

kegiatan perencanaan desa seperti pembuatan RAB sederhana, mereka

mendapatkan insentif dari pembuatan RAB tersebut. Menurut kepala desa/perangkat


desa, dari segi pelaksanaan fisik dalam hal kegiatan pembangunan yang dilakukan

melalui P3MD pemuda juga mendapatkan upah dengan menjadi pekerja pada

kegiatan fisik yang dilaksanakan oleh desa. Kegiatan pembangunan desa

dilaksanakan dengan sistem padat karya tunai dengan ketentuan 30% dari total

anggaran digunakan untuk membayar upah bagi pekerja dan tukang, dengan sistem

tersebut memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat desa termasuk

pemuda.

Selain itu, peningkatan kesejahteraan masyarakat desa Kecamatan Lappariaja

juga didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memberikan

pelayanan kepada pemuda yang membutuhkan pelayanan kesehatan, setelah peneliti

melakukan studi dokumentasi tentang sarana prasarana kesehatan yang ada di

Kecamatan Lappariaja, ditemukan disetiap desa memiliki sarana prasaran kesehatan,

sebagaimana yang tertuang di dalam tabel 1.

Tabel 1. Sarana dan Prasarana Kesehatan Kecamatan Lappariaja

Sarana Kesehatan
No. Desa Total
Puskesmas Pustu Poskesdes Posyandu
1 Matampawalie - - 1 3 4
2 Liliriattang - - 1 2 3
3 Waekeccee - 1 - 2 3
4 Sengengpalie - - 1 2 3
5 Tonronge - - 1 2 3
6 Tenri Pakkua - 1 - 2 3
7 Pattuku Limpoe - 1 - 2 3
8 Ujung Lamuru - - - 3 3
9 Patangkai 1 - - 1 2
Lappariaja 1 3 4 19 27
Sumber: BPS, kecamatan Lappariaja dalam angka 2018 dan SDD Desa 2019, diolah
Sarana prasarana yang ada ditunjang dengan ketersedian tenaga kesehatan

yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat, adapun tenaga kesehatan

tersebut dapat dilihat pada tabel 2.


Tabel 2. Tenaga Kesehatan Kecamatan Lappariaja

Tenaga Kesehatan
No. Desa Medis Perawat Bidan Farmasi Lainnya
1 Matampawalie - - 2 - 1
2 Liliriattang - - 1 - 1
3 Waekeccee - - 2 - 0
4 Sengengpalie - - 2 - 1
5 Tonronge - - 2 - 1
6 Tenri Pakkua - 1 2 - 1
7 Pattuku Limpoe - 1 1 - 1
8 Ujung Lamuru - - 2 - 0
9 Patangkai 2 23 13 1 7
Lappariaja 2 25 28 1 13
Sumber: BPS, kecamatan Lappariaja dalam angka 2018 dan SDD Desa 2019, diolah

Akses

Akses yang dimiliki oleh pemuda Kecamatan Lappariaja terdiri dari akses

informasi dan akses pemanfaataan sumber daya. Menurut pemuda Kecamatan

Lappariaja setiap kegiatan yang akan dilakukan oleh desa mereka senantiasa

mendapatkan informasi, seperti kegiatan musdes yang akan dilakukan oleh desa

pemuda mendapatkan undangan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan musdes,

dengan akses informasi tersebut pemuda mendapatkan informasi tentang kebijakan

yang akan dilaksanakan oleh desa dan memberikan masukan terhadap kebijakan

yang akan diambil oleh desa. Keterbukaan informasi yang ada di desa membuka

ruang kepada seluruh warga masyarakat untuk mengetahui perkembangan program

P3MD di desa, keterbukaan yang dilakukan oleh desa terlihat pada papan

transparansi APBDes yang terpasang di depan kantor desa dan papan informasi

tentang kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh desa, di dalam papan informasi

tersebut tertuang jumlah anggaran yang digunakan untuk pelaskanaan kegiatan

tersebut. Dalam hal akses pelaksanaan P3MD menurut pendamping desa,

pelaksanaan kegiatan terutama kegiatan fisik semua warga masyarakat termasuk

pemuda mempunyai kesempatan yang sama untuk bekerja, karena sejak diterapkan
sistem Padat Karya Tunai (PKT) itu sebelum dimulai kegiatan, pemerintah desa

membuka dulu pendaftaran yang diumumkan di kantor desa atau di masjid. Dalam hal

akses pemanfaatan sumber daya terutama sarana prasarana yang telah dibangun

oleh desa, menurut pemuda dengan dibangunnya fasilitas olahraga di desa, mereka

rutin olahraga setiap sore, bisa main bola memakai lapangan yang dibangun oleh pak

desa dengan anggaran dana desa, yang sebelumnya tidak ada lapangan futsal.

Kesadaran Kritis

Menurut salah seorang pemuda yang ada di Kecamatan Lappariaja

mengatakan selama ini pemuda hampir tidak pernah mengkritisi kepala desa terhadap

kebijakan yang telah dilaksanakan Kepala Desa, karena Kepala Desa terkadang

memberikan tanggapan yang lain terhadap kritik dari pemuda. Sedangkan pemuda

yang lain mengatakan bahwa pemuda sebenarnya kadang menyadari ketika ada hal-

hal yang dilakukan oleh desa tidak sesuai dengan peraturan tapi disatu sisi pemuda

masih segang untuk menyampaikan langsung kepada desa karena pemuda khawatir

dengan akibat kritikan yang di berikan terhadap Kepala Desa.

Partisipasi

Partisipasi pemuda dalam pelaksanaan P3MD terdiri dari peritisipasi fisik atau

tenaga maupun partisipasi secara ide dan gagasan. Partisipasi pemuda dari segi ide

menurut Kepala Desa adalah partisipasi melalui Musdus maupun musdes, di dalam

kegiatan musdes itu pemuda memberikan ide tentang kegiatan/kebijakan yang akan

dilakukan oleh desa. Di samping itu pemuda juga berpartisipasi dalam kegiatan

perencanaan desa, hal ini dikatakan oleh pemuda yang menjadi kader infrastruktur

desa bahwa selain ikut berpartisipasi dalam kegiatan musdes, pemuda juga terlibat

dalam kegiatan perencanaan pembuatan RAB desa. Partisipasi pemuda dalam

pelaksanaan P3MD menurut Sekretaris Desa bahwa kegiatan pembangunan yang


ada di desa melibatkan tenaga pemuda, karena banyak pemuda yang menjadi pekerja

pada pembangunan fisik di desa. Partisipasi pemuda dalam kegiatan evaluasi

kegaiatan pemuda tidak terlibat hal ini dikatakan oleh pendamping lokal desa proses

evaluasi yang ada di desa tidak melibatkan pemuda desa karena evaluasi yang

dilakukan selama ini hanya dilakukan oleh pemerintah melalui inspektorat dan DPMD,

sedangkan proses evaluasi yang dilaksanakan oleh BPD hanya bersifat administratif,

sehingga tidak ada ruang bagi masyarakat dalam hal ini pemuda untuk memberikan

masukan terkait kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh Desa.

Kontrol

Pendamping desa mengatakan bahwa kegiatan musdes merupakan tempat

bagi pemuda untuk mengendalikan kebijakan yang ada di desa karena semua yang

akan dikerjakan di desa dibahas di dalam musdes namun kadang pemuda hanya turut

serta dalam musdes tidak memberikan masukannya. Selain itu pihak Dinas

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa mengatakan bahwa di desa fungsi kontrol ada

pada lembaga BPD akan tetapi BPD belum bekerja sesuai dengan tupoksinya

sehingga kebijakan yang ada tidak terkontrol dengan baik.

PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa dampak pemberdayaan pemuda dalam

P3MD di Kecamatan Lappariaja telah memberikan dampak terhadap keberdayaan

pemuda dengan keberdayaan tingkat dua. Hal ini dibuktikan dengan tercapainya

kesejahteraan dan adanya akses bagi pemuda terhadap sumber daya yang ada di

desa. Indikator kesejahteraan merupakan tingkat keberdayaan dasar/satu dan akses

berada pada tingkat keberdayaan dua menurut indikator keberdayaan yang

ditetapkan oleh UNESCO.


Tujuan dari P3MD adalah Membangun desa dari pinggiran dan mewujudkan

desa menjadi mandiri dan sejahtera. Berdasarkan tujuan tersebut dapat dipahami dua

arti penting yaitu “Sejahtera” dan “Mandiri”. Menurut W.J.S Poerwadarimta dalam

(Sururi, 2015) mengatakan bahwa sejahtera adalah ‘aman, sentosa, dan makmur’. Arti

kesejahteraan itu meliputi kemanan, keselamatan dan kemakmuran. Dalam arti

sempit, kesejahteraan rakyat yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan

manusia, yaitu hal yang menyangkut program-program atau pelayanan-pelayanan

sosial untuk mengatasi masalah-masalah sosial seperti, kemiskinan, ketelantaran,

ketidakberfungsian fisik dan psikis.

Kesejahteraan masyarakat akan terpenuhi apabila ada jaminan keamanan dan

kesehatan bagi setiap warga negara tanpa memandang status sosial. Kesejahteraan

dari segi kesehatan/pelayanan sosial dasar akan mudah tercapai apabila didukung

oleh sarana dan prasarana yang memadai. Dengan ketersediaan sarana dan

prasarana kesehatan yang ada di Kecamatan Lappariaja mengindikasikan bahwa ada

jaminan dan kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan,

karena sarana dan prasarana kesehatan tersebut telah ditunjang oleh SDM/tenaga

kesehatan yang memadai. Selain ketersediaan prasarana kesehatan, dengan adanya

P3MD masyarakat rentang atau keluarga miskin dan pemuda penganggur telah

mendapatkan pekerjaan dengan menjadi pekerja pada kegiatan pembangunan yang

dilaksanakan oleh desa, dari keterlibatan mereka menjadi pekerja pada kegiatan

pembangunan maka pemuda mendapatkan upah dari kegiatan tersebut yang

dibayarkan setiap minggunya, pekerjaan pembangunan tersebut dikenal dengan

sitem padat karya tunai yang bertujuan untuk memberdayakan kelompok masyarakat

miskin dan kelompok masyarakat penganggur, sehingga dengan sistem tersebut


diharapkan akan memberikan dampak terhadap kondisi perekonomian masyarakat

secara umum dan pemuda secara khusus.

Pelaksanaan P3MD memberikan akses yang luas kepada pemuda meliputi

akses informasi, akses pelaksanaan dan akses pemanfaatan sumber daya/fasilitas

desa. Setiap kegiatan yang akan dilakukan oleh desa, maka tidak ada batas atau

sekat bagi pemuda dengan masyarakat secara umum untuk mendapatkan informasi,

berpartisipasi dan memanfaatkan fasilitas yang ada. Hal ini dibuktikan dengan

keterbukaan yang dilakukan oleh pemerintah desa dengan cara mengundang pemuda

untuk mengikuti kegiatan Musdes, membuka pendaftaran bagi calon pekerja yang

ingin menjadi pekerja pada kegiatan pembangunan di desa, serta memberikan ruang

kepada pemuda untuk memanfaatkan sarana prasarana yang telah dibangun oleh

desa, baik sarana jalan maupun sarana olahraga.

Sedangkan untuk tingkat keberdayaan tiga sampai lima adalah kesadaran

kritis, partisipasi dan kontrol, pada level keberdayaan ini dengan pelaksanaan P3MD

pemuda belum berada pada level keberdayaan tersebut. Hal ini disebabkan

kurangnya ruang bagi pemuda untuk menyampaikan kritik kepada pemerintan desa

terhadap kebijakan yang akan dan telah dilaksanakan oleh pemerintah desa. pemuda

sebagai insan muda yang mempunyai sikap kritis harusnya pemuda mampu menjadi

penyeimbang terhadap kebijakan pemerintah desa, apabila kebijakan tersebut tidak

berpihak kepada kepentingan masyarakat dan pemuda. Bargaining position pemuda

dalam proses pelaksanaan pembangunan yang ada di desa harusnya mampu

ditingkatkan oleh pemuda itu sendiri, karena pemuda memainkan posisi strategis dan

teramat penting. Sebagai pelopor perubahan pemuda memiliki organizer atau

penggerak yang menata dan membantu sebagai mediamaker atau fasilitator yang
berfungsi menyampaikan aspirasi, keluhan dan keinginan warga; dan sebagai leader,

pemimpin di masyarakat, menjadi pengurus publik/ warga (Suriani, 2017).

Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan, pasal

16 menyebutkan bahwa Pemuda berperan aktif sebagai kekuatan moral, kontrol

sosial, dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional (UU No. 40

tahun 2019). Artinya pemuda adalah seorang/kelompok yang diharapkan mampu

membawa perubahan dan harus terlibat dalam proses pembangunan. Peran pemuda

dalam pembangunan merupakan keikutsertaan pemuda untuk berkontribusi secara

fisik maupun non fisik dalam pelaksanaan pembangunan.

Partisipasi pemuda dalam pelaksanaan P3MD belum sepenuhnya

diberdayakan karena pemuda hanya diberdayakan pada kegiatan musyawarah yang

dalam hal ini memberikan ide/gagasan tentang perencanaan desa dan kegiatan

pekerjaan fisik, namun pemuda tidak diberdayakan dalam hal kegiatan evaluasi

terhadap kegiatan desa, sehingga tidak diketahui apakah kegiatan yang telah

dilakukan oleh desa sudah tepat sasaran atau tidak. Dengan ketiadaan evaluasi

tersebut berimbas kepada ketidakmampuan pemuda untuk mengendalikan kebijakan-

kebijakan yang ada di desa, ketidakmampuan tersebut mengakibatkan hilangnya

fungsi kontrol yang dilakukan oleh pemuda terhadap pemerintah desa.

KESIMPULAN

Dampak pemberdayaan pemuda dalam P3MD di Kecamatan Lappariaja telah

memberikan dampak terhadap keberdayaan pemuda dengan keberdayaan tingkat

dua. Hal ini dibuktikan dengan tercapainya kesejahteraan dan adanya akses bagi

pemuda terhadap sumber daya yang ada di desa. Dampak keberdayaan tersebut

belum signifikan, berdasarkan indikator yang telah dijadikan tolak ukur keberdayaan.

Oleh karena itu, Pemerintah desa hendaknya lebih memperhatikan keberdayaan


pemuda dalam pengambilan kebijakan agar dampak pelaksanaan P3MD dapat

ditingkatkan dan menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. (2018). Kecamatan Lappariaja dalam angka 2018.


Rozikin, M. (2012). Analisis Pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan di Kota Batu.
Jurnal Politik Vol. 2, No. 02.
Safuridar & Hanum. (2018). Efektivitas Program Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa (P3MD) di Gampong Beusa Seberang Kecamatan Peureulak
Barat. Jensi Vol. 2 No. 02.
SDD. (2019). Sumber Data Desa.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Penerbit Alfabeta,
Bandung.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kualitatif. Penerbit Alfabeta, Bandung.
Suriani. (2017). Mengkaji Peran Pemuda dalam Program Pembangunan di Desa Mallari
Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone. (Tesis). Makassar. Sekolah
Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
Sururi, A. (2015). Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Pembangunan
Infrastruktur Perdesaan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
kecamatan Wanasalam kabupaten Lebak, Vol. 3 No. 2.
UU No. 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan.
UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
Lampiran
Tabel 1.
Sarana Kesehatan
No. Desa Total
Puskesmas Pustu Poskesdes Posyandu
1 Matampawalie - - 1 3 4
2 Liliriattang - - 1 2 3
3 Waekeccee - 1 - 2 3
4 Sengengpalie - - 1 2 3
5 Tonronge - - 1 2 3
6 Tenri Pakkua - 1 - 2 3
7 Pattuku Limpoe - 1 - 2 3
8 Ujung Lamuru - - - 3 3
9 Patangkai 1 - - 1 2
Lappariaja 1 3 4 19 27

Tabel 2.
Tenaga Kesehatan
No. Desa Medis Perawat Bidan Farmasi Lainnya
1 Matampawalie - - 2 - 1
2 Liliriattang - - 1 - 1
3 Waekeccee - - 2 - 0
4 Sengengpalie - - 2 - 1
5 Tonronge - - 2 - 1
6 Tenri Pakkua - 1 2 - 1
7 Pattuku Limpoe - 1 1 - 1
8 Ujung Lamuru - - 2 - 0
9 Patangkai 2 23 13 1 7
Lappariaja 2 25 28 1 13

Anda mungkin juga menyukai