Jurnal Ok
Jurnal Ok
ABSTRACT
The development program and empowerment of the village community are expected
to be able to have an impact on youth empowerment. This study aims to determine
the impact of youth empowerment in the P3MD in Lappariaja District. This research is
classified as qualitative descriptive research. The subjects of this study were P3MD
Experts, Village Facilitators, District Governments, Village Government/Village
officials, Community and Village Empowerment Services and Youth Groups. Data
collection is done using the method of interview, observation, documentation. The
researcher is the main instrument in conducting research. The technique used in data
analysis is data collection, data reduction, data display, and conclusions. The results
of the study show that youth empowerment towards the implementation of the P3MD
program has an impact on empowerment with two levels of empowerment, according
to the indicators of empowerment issued by UNSECO.
PENDAHULUAN
pada umumnya, menjadi sel projected reality yang kemudian menjadi acuan dalam
proses pembangunan. Pembangunan seringkali juga menjadi semacam ideology of
sudah tentu bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat desa, agar mereka tidak
saat ini, agar mereka mampu hidup sejahtera dan mandiri tanpa harus tertinggal
Undang-undang Desa yang telah disahkan dan di undangkan pada tanggal 15 Januari
pembangunan desa terdapat dua hal yang menjadi kunci utama yaitu yang disebut
dengan Desa membangun dan Membangun desa. Desa Membangun artinya desa
desanya sendiri. Dengan cara desa memiliki kewenangan dalam membuat program-
memutuskan sendiri kebutuhan desanya dan desa sendiri yang mencari cara untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Desa membangun berarti desa tidak lagi menjadi
objek pembangunan melainkan subjek pembagunan, Oleh Desa, dan Untuk Desa
Bagi Desa sebagaimana yang tertera dalam Undang-undang No. 6 tahun 2014
pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan
kegotongroyongan guna mewujudkan perdamaian dan keadilan sosial (UU Desa No.
masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat
Desa.
masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari
Pasal 1 Penjelasan 12, Undang-undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, adalah
upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan
dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan
masyarakat Desa.
maka pemerintah membuat sebuah kebijakan dalam bentuk program yang lebih
ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara
berkelanjutan.
ada di Kabupaten Bone sejak tahun 2015, pelaksanaannya terdiri dari 328 Desa dari
melaksanakan program tersebut sejak tahun 2015 sampai tahun 2019 yang di
empat tahun, penulis banyak mendapatkan informasi dan asumsi dari berbagai pihak,
dari kesadaran pemuda sebagai agen of change dan agen of social control dalam
Lappariaja tidak terlepas dari dukungan pemerintah Desa dalam memberikan ruang
sehingga hal tersebut masih berputar dari segi persepsi belaka. Di dalam
kenyataannya belum kelihatan secara detail keberdayaan tersebut, proses dan bentuk
deskriptif. Data yang terkumpul merupakan hasil dari lapangan yang diperoleh melalui
pengumpulan data primer seperti observasi, wawancara, dan studi dokumentasi, dan
pengumpulan data sekunder seperti data pendukung yang diperoleh dari dokumen
yang sudah ada atau literatur tulisan yang sangat berkaitan dengan judul penelitian.
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan sejak Mei sampai Juli 2019, yang
mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data
primer dan data sekunder (Sugiyono, 2014). Data primer diperoleh langsung dari
informan yang terlibat dalam P3MD yaitu: Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat
dan Pihak Dinas Pemberadayaan Masyarakat dan Desa. Penentuan Informan di pilih
digunakan dalam penelitian ini adalah Analysis Interactive Model dari Miles dan
Huberman. Aktivitas dalam analisis data yaitu data collection, data reduction, data
HASIL
Kesejahteraan
tidak signifikan, peningkatan pendapatan itu didapatkan dari insentif sebagai kader
posyandu yang diberi insentif perbulan. Selain itu, pemuda juga yang aktif dalam
melalui P3MD pemuda juga mendapatkan upah dengan menjadi pekerja pada
dilaksanakan dengan sistem padat karya tunai dengan ketentuan 30% dari total
anggaran digunakan untuk membayar upah bagi pekerja dan tukang, dengan sistem
pemuda.
juga didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memberikan
Sarana Kesehatan
No. Desa Total
Puskesmas Pustu Poskesdes Posyandu
1 Matampawalie - - 1 3 4
2 Liliriattang - - 1 2 3
3 Waekeccee - 1 - 2 3
4 Sengengpalie - - 1 2 3
5 Tonronge - - 1 2 3
6 Tenri Pakkua - 1 - 2 3
7 Pattuku Limpoe - 1 - 2 3
8 Ujung Lamuru - - - 3 3
9 Patangkai 1 - - 1 2
Lappariaja 1 3 4 19 27
Sumber: BPS, kecamatan Lappariaja dalam angka 2018 dan SDD Desa 2019, diolah
Sarana prasarana yang ada ditunjang dengan ketersedian tenaga kesehatan
Tenaga Kesehatan
No. Desa Medis Perawat Bidan Farmasi Lainnya
1 Matampawalie - - 2 - 1
2 Liliriattang - - 1 - 1
3 Waekeccee - - 2 - 0
4 Sengengpalie - - 2 - 1
5 Tonronge - - 2 - 1
6 Tenri Pakkua - 1 2 - 1
7 Pattuku Limpoe - 1 1 - 1
8 Ujung Lamuru - - 2 - 0
9 Patangkai 2 23 13 1 7
Lappariaja 2 25 28 1 13
Sumber: BPS, kecamatan Lappariaja dalam angka 2018 dan SDD Desa 2019, diolah
Akses
Akses yang dimiliki oleh pemuda Kecamatan Lappariaja terdiri dari akses
Lappariaja setiap kegiatan yang akan dilakukan oleh desa mereka senantiasa
mendapatkan informasi, seperti kegiatan musdes yang akan dilakukan oleh desa
yang akan dilaksanakan oleh desa dan memberikan masukan terhadap kebijakan
yang akan diambil oleh desa. Keterbukaan informasi yang ada di desa membuka
P3MD di desa, keterbukaan yang dilakukan oleh desa terlihat pada papan
transparansi APBDes yang terpasang di depan kantor desa dan papan informasi
tentang kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh desa, di dalam papan informasi
pemuda mempunyai kesempatan yang sama untuk bekerja, karena sejak diterapkan
sistem Padat Karya Tunai (PKT) itu sebelum dimulai kegiatan, pemerintah desa
membuka dulu pendaftaran yang diumumkan di kantor desa atau di masjid. Dalam hal
akses pemanfaatan sumber daya terutama sarana prasarana yang telah dibangun
oleh desa, menurut pemuda dengan dibangunnya fasilitas olahraga di desa, mereka
rutin olahraga setiap sore, bisa main bola memakai lapangan yang dibangun oleh pak
desa dengan anggaran dana desa, yang sebelumnya tidak ada lapangan futsal.
Kesadaran Kritis
mengatakan selama ini pemuda hampir tidak pernah mengkritisi kepala desa terhadap
kebijakan yang telah dilaksanakan Kepala Desa, karena Kepala Desa terkadang
memberikan tanggapan yang lain terhadap kritik dari pemuda. Sedangkan pemuda
yang lain mengatakan bahwa pemuda sebenarnya kadang menyadari ketika ada hal-
hal yang dilakukan oleh desa tidak sesuai dengan peraturan tapi disatu sisi pemuda
masih segang untuk menyampaikan langsung kepada desa karena pemuda khawatir
Partisipasi
Partisipasi pemuda dalam pelaksanaan P3MD terdiri dari peritisipasi fisik atau
tenaga maupun partisipasi secara ide dan gagasan. Partisipasi pemuda dari segi ide
menurut Kepala Desa adalah partisipasi melalui Musdus maupun musdes, di dalam
kegiatan musdes itu pemuda memberikan ide tentang kegiatan/kebijakan yang akan
dilakukan oleh desa. Di samping itu pemuda juga berpartisipasi dalam kegiatan
perencanaan desa, hal ini dikatakan oleh pemuda yang menjadi kader infrastruktur
desa bahwa selain ikut berpartisipasi dalam kegiatan musdes, pemuda juga terlibat
kegaiatan pemuda tidak terlibat hal ini dikatakan oleh pendamping lokal desa proses
evaluasi yang ada di desa tidak melibatkan pemuda desa karena evaluasi yang
dilakukan selama ini hanya dilakukan oleh pemerintah melalui inspektorat dan DPMD,
sedangkan proses evaluasi yang dilaksanakan oleh BPD hanya bersifat administratif,
sehingga tidak ada ruang bagi masyarakat dalam hal ini pemuda untuk memberikan
Kontrol
bagi pemuda untuk mengendalikan kebijakan yang ada di desa karena semua yang
akan dikerjakan di desa dibahas di dalam musdes namun kadang pemuda hanya turut
serta dalam musdes tidak memberikan masukannya. Selain itu pihak Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa mengatakan bahwa di desa fungsi kontrol ada
pada lembaga BPD akan tetapi BPD belum bekerja sesuai dengan tupoksinya
PEMBAHASAN
pemuda dengan keberdayaan tingkat dua. Hal ini dibuktikan dengan tercapainya
kesejahteraan dan adanya akses bagi pemuda terhadap sumber daya yang ada di
desa menjadi mandiri dan sejahtera. Berdasarkan tujuan tersebut dapat dipahami dua
arti penting yaitu “Sejahtera” dan “Mandiri”. Menurut W.J.S Poerwadarimta dalam
(Sururi, 2015) mengatakan bahwa sejahtera adalah ‘aman, sentosa, dan makmur’. Arti
kesehatan bagi setiap warga negara tanpa memandang status sosial. Kesejahteraan
dari segi kesehatan/pelayanan sosial dasar akan mudah tercapai apabila didukung
oleh sarana dan prasarana yang memadai. Dengan ketersediaan sarana dan
karena sarana dan prasarana kesehatan tersebut telah ditunjang oleh SDM/tenaga
P3MD masyarakat rentang atau keluarga miskin dan pemuda penganggur telah
dilaksanakan oleh desa, dari keterlibatan mereka menjadi pekerja pada kegiatan
sitem padat karya tunai yang bertujuan untuk memberdayakan kelompok masyarakat
desa. Setiap kegiatan yang akan dilakukan oleh desa, maka tidak ada batas atau
sekat bagi pemuda dengan masyarakat secara umum untuk mendapatkan informasi,
berpartisipasi dan memanfaatkan fasilitas yang ada. Hal ini dibuktikan dengan
keterbukaan yang dilakukan oleh pemerintah desa dengan cara mengundang pemuda
untuk mengikuti kegiatan Musdes, membuka pendaftaran bagi calon pekerja yang
ingin menjadi pekerja pada kegiatan pembangunan di desa, serta memberikan ruang
kepada pemuda untuk memanfaatkan sarana prasarana yang telah dibangun oleh
kritis, partisipasi dan kontrol, pada level keberdayaan ini dengan pelaksanaan P3MD
pemuda belum berada pada level keberdayaan tersebut. Hal ini disebabkan
kurangnya ruang bagi pemuda untuk menyampaikan kritik kepada pemerintan desa
terhadap kebijakan yang akan dan telah dilaksanakan oleh pemerintah desa. pemuda
sebagai insan muda yang mempunyai sikap kritis harusnya pemuda mampu menjadi
ditingkatkan oleh pemuda itu sendiri, karena pemuda memainkan posisi strategis dan
penggerak yang menata dan membantu sebagai mediamaker atau fasilitator yang
berfungsi menyampaikan aspirasi, keluhan dan keinginan warga; dan sebagai leader,
sosial, dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional (UU No. 40
membawa perubahan dan harus terlibat dalam proses pembangunan. Peran pemuda
dalam hal ini memberikan ide/gagasan tentang perencanaan desa dan kegiatan
pekerjaan fisik, namun pemuda tidak diberdayakan dalam hal kegiatan evaluasi
terhadap kegiatan desa, sehingga tidak diketahui apakah kegiatan yang telah
dilakukan oleh desa sudah tepat sasaran atau tidak. Dengan ketiadaan evaluasi
KESIMPULAN
dua. Hal ini dibuktikan dengan tercapainya kesejahteraan dan adanya akses bagi
pemuda terhadap sumber daya yang ada di desa. Dampak keberdayaan tersebut
belum signifikan, berdasarkan indikator yang telah dijadikan tolak ukur keberdayaan.
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 2.
Tenaga Kesehatan
No. Desa Medis Perawat Bidan Farmasi Lainnya
1 Matampawalie - - 2 - 1
2 Liliriattang - - 1 - 1
3 Waekeccee - - 2 - 0
4 Sengengpalie - - 2 - 1
5 Tonronge - - 2 - 1
6 Tenri Pakkua - 1 2 - 1
7 Pattuku Limpoe - 1 1 - 1
8 Ujung Lamuru - - 2 - 0
9 Patangkai 2 23 13 1 7
Lappariaja 2 25 28 1 13