Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Bersih

Menurut Permenkes RI No. 416/MEN.KES/PER/IX/1990, Air adalah air

minum, air bersih, air kolam renang, dan air pemandian umum. Air minum adalah

air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air

bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya

memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

2.2 Sumber Air Bersih

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber

yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut

antara lain:

a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit

b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan

beracun c. Tidak berasa dan tidak berbau

d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga e.

Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen

Kesehatan RI.

Air dikatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-

bahan kimia yang berbahaya dan sampah atau limbah industri (Chandra, 2007).

Air yang berada dipermukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.

8
Universitas Sumatera Utara
9

Sumber-sumber air dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Air permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Air

permukaan meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk,

rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang

jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami

pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun yang lainnya.

b. Air laut

Air laut mempunyai sifat asin karena kandungan garam NaCl. Kadar

garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi

syarat untuk air minum. Namun demikian, air laut ini juga dapat dipergunakan

sebagai sumber air minum di beberapa negara yang sudah tidak memiliki sumber

air yang lebih baik setelah melalui proses desalinasi yang masih sangat mahal

biayanya (Sutrisno, 2010).

c. Air angkasa (Hujan)

Air angkasa terjadi dari proses evaporasi dari air permukaan dan

evotranspirasi dari tumbuh-tumbuhan oleh bantuan sinar matahari dan melalui

proses kondensasi kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan, salju ataupun

embun. Air angkasa mempunyai sifat tanah (soft water) karena kurang

mengandung garam-garam dan zat-zat mineral sehingga terasa kurang segar juga

boros terhadap pemakaian sabun. Air angkasa juga bersifat agresif terutama

terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir sehingga mempercepat

terjadinya korosi. Air angksa atau air hujan merupakan sumber utama air dibumi.

Universitas Sumatera Utara


10

Walau pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut

cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang

berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme,

dan gas, misalnya, karbon dioksida, nitrogen dan amoniak (Chandra, 2007).

d. Air tanah

Air tanah (ground water) adalah cadangan air yang bersumber dari air

presipitasi dan merembes menjadi air infiltasi berada di bawah permukaan litosfer

tertampung dalam cekungan-cekungan dan mengalir membentuk sungai bawah

tanah dan muncul sebagai mata air (Arjana, Gusti B, 2013).

Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibanding sumber lain. Pertama,

air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses

purifikasi. Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang tahun, saat musim

kemarau sekalipun. Sementara itu, air tanah juga memiliki beberapa kerugian atau

kelemahan dibanding sumber air lainnya. Air tanah mengandung zat-zat mineral

dalam konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi yang tinggi dari zat-zat mineral

semacam magnesium, kalsium, dan logam berat seperti besi dapat menyebabkan

kesadahan air. Selain itu, untuk menghisap dan mengalirkan air ke atas

permukaan, diperlukan pompa (Chandra, 2007).

Air tanah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:

1. Air Tanah Dangkal

Air tanah dangkal yaitu air yang terjadi karena proses peresapan air dari

permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian juga bakteri sehingga air tanah

akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia karena melalui lapisan

Universitas Sumatera Utara


11

tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan

tanah. Pengotoran juga masih terus berlangsung terutama pada muka air ynag

dekat dengan muka tanah. Air tanah ini digunakan sebagai sumber air minum

melalui sumur-sumur dangkal. Sebagai sumber air minum, ditinjau dari segi

kualitas agak baik. Tetapi dari segi kuantitas kurang cukup dan tergantung pada

musim.

2. Air Tanah Dalam

Air tanah dalam yaitu air tanah yang terdapat setelah lapisan rapat air

yang pertama. Pengambilan air tanah dalam ini tidak semudah pengambilan air

tanah dangkal. Biasanya air tanah dalam ini berada pada kedalaman antara 100 –

300 meter.

Pada umumnya kualitas air tanah dalam lebih baik dari air tanah dangkal

karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Susunan unsur-

unsur kimia tergantung pada lapis-lapis tanah yang dilalui. Jika melalui tanah

kapur maka air menjadi sadah karena mengandung Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2.

3. Mata air

Mata air yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan

tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam hampir tidak terpengaruhi oleh

musim dan kualitasnya sama dengan air tanah dalam (Sutrisno, 2010).

Universitas Sumatera Utara


12

2.3 Sarana Air Bersih

2.3.1 Sumur

a. Sumur Gali

Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas

dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah- rumah

perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan

tanah.

Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif

dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi

melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran

manusia kakus/jamban dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena

lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air. Keadaan konstruksi

dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan sumber kontaminasi,

misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba.

Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik, bila

tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam sumur. Pada

segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang baik bila cara

pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk memperkecil

kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan pencegahannya.

Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan syarat-syarat fisik dari

sumur tersebut yang didasarkan atas kesimpulan dari pendapat beberapa pakar di

bidang ini, diantaranya lokasi sumur tidak kurang dari 10 meter dari sumber

pencemar, lantai sumur sekurang-kurang berdiameter 1 meter jaraknya dari

Universitas Sumatera Utara


13

dinding sumur dan kedap air, saluran pembuangan air limbah (SPAL) minimal 10

meter dan permanen, tinggi bibir sumur 0,8 meter, memililki cincin (dinding)

sumur minimal 3 meter dan memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat. Sumur gali

sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Entjang, 2000):

1. Jarak

Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah

jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepage

pit), dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada

keadaan serta kemiringan tanah, lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir dan

jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti

kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya (Chandra, 2007).

2. Dinding Sumur Gali

Kriteria yang harus diperhatikan dalam membuat dinding sumur gali

adalah:

a. Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali harus

terbuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut dimaksudkan agar

tidak terjadi perembesan air/pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik

habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter

dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu bata tanpa semen, sebagai

bidang perembesan dan penguat dinding sumur (Entjang, 2000).

b. Pada kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur harus dibuat

dari tembok yang tidak tembus air, agar perembesan air permukaan yang

telah tercemar tidak terjadi. Kedalaman 3 meter diambil karena bakteri pada

Universitas Sumatera Utara


14

umumnya tidak dapat hidup lagi pada kedalaman tersebut. Kira-kira 1,5

meter berikutnya ke bawah, dinding ini tidak dibuat tembok yang tidak

disemen, tujuannya lebih untuk mencegah runtuhnya tanah (Azwar, 1995).

c. Dinding sumur bisa dibuat dari batu bata atau batu kali yang disemen. Akan

tetapi yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa beton untuk sumur gali

bertujuan untuk menahan longsornya tanah dan mencegah pengotoran air

sumur dari perembesan permukaan tanah. Untuk sumur sehat, idealnya pipa

beton dibuat sampai kedalaman 3 meter dari permukaan tanah. Dalam

keadaan seperti ini diharapkan permukaan air sudah mencapai di atas dasar

dari pipa beton. (Machfoedz, 2004).

d. Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan tanah yang

mengandung air cukup banyak walaupun pada musim kemarau (Entjang,

2000).

3. Bibir Sumur Gali

Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat antara lain :

a. Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal 70 cm untuk

mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek keselamatan

(Entjang, 2000).

b. Dinding sumur di atas permukaan tanah kira-kira 70 cm, atau lebih tinggi dari

permukaan air banjir, apabila daerah tersebut adalah daerah banjir

(Machfoedz, 2004).

Universitas Sumatera Utara


15

c. Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan harus

dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini merupakan satu

kesatuan dengan dinding sumur (Chandra, 2007).

4. Lantai Sumur Gali

Ada beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antara lain :

a. Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m lebarnya dari

dinding sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas

permukaan tanah, bentuknya bulat atau segi empat (Entjang, 2000).

b. Tanah di sekitar tembok sumur atas disemen dan tanahnya dibuat miring

dengan tepinya dibuat saluran. Lebar semen di sekeliling sumur kira-kira

1,5 meter, agar air permukaan tidak masuk (Azwar, 1995).

c. Lantai sumur kira-kira 20 cm dari permukaan tanah (Machfoedz, 2004).

5. Saluran Pembuangan Air Limbah

Penentuan persyaratan dari sumur gali didasarkan pada hal-hal sebagai

berikut:

a. Kemampuan hidup bakteri patogen selama 3 hari dan perjalanan air dalam

tanah 3 meter/hari.

b. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara vertical sedalam 3

meter.

c. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara horizontal sejauh 1

meter.

d. Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat sumur digunakan maupun

sedang tidak digunakan.

Universitas Sumatera Utara


16

e. Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur. Menurut Entjang (2000),

saluran pembuangan air limbah dari sekitar sumur dibuat dari tembok yang

kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya 10m. Sedangkan pada sumur

gali yang dilengkapi pompa, pada dasarnya pembuatannya sama dengan

sumur gali tanpa pompa, tapi air sumur diambil dengan mempergunakan

pompa. Kelebihan jenis sumur ini adalah kemungkinan untuk terjadinya

pengotoran akan lebih sedikit disebabkan kondisi sumur selalu tertutup.

b. Sumur Bor

Dengan cara pengeboran, lapisan air tanah yang lebih dalam ataupun

lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai sehingga sedikit

dipengaruhi kontaminasi. Umumnya air ini bebas dari pengotoran mikrobiologi

dan secara langsung dapat dipergunakan sebagai air minum. Air tanah ini dapat

diambil dengan pompa tangan maupun pompa mesin.

2.3.2 Air Pipa

Sumber air yang sering digunakan oleh masyarakat selain air sumur gali

adalah air pipa atau air kran. Air bersih yang bersumber dari air kran di salurkan

melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Namun, setiap PDAM di setiap

daerah belum tentu memiliki kualitas dan kuantitasnya sama dengan daerah

lainnya.

Sarana perpipaan adalah bangunan beserta peralatan dan perlengkapannya

yang menghasilkan, menyediakan dan membagikan air minum untuk masyarakat

melalui jaringan perpipaan/distribusi. Air yang dimanfaatkan adalah air tanah atau

Universitas Sumatera Utara


17

air permukaan dengan atau tanpa diolah. Ada beberapa cara pendistribusian air

perpipaan meliputi:

1. Sambungan rumah, air disalurkan sampai rumah melalui jaringan perpipaan

sehingga masyarakat tidak perlu lagi pergi dari rumah untuk mengambil air.

2. Kran umum, air hanya disalurkan sampai target tertentu dan masyarakat dapat

mengambil air dari tempat tersebut melalui kran.

3. Hidran umum adalah kran umum yang dilengkapi dengan tangki air karena

penyaluran air kurang dari 24 jam dalam sehari atau karena tekanannya rendah.

4. Terminal air, pada dasarnya sama dengan hidran umum, tetapi ditujukan untuk

daerah yang belum terjangkau jaringan distribusi air minum (jaraknya relatif

jauh), sehingga air bersih secara berkala dikirim dengan tangki dan ditampung

dalam terminal-terminal air.

2.4 Peranan Air Bagi Kehidupan Manusia

Semua makhluk hidup memerlukan air, karena air merupakan kebutuhan

dasar bagi kehidupan. Tidak satupun kehidupan yang ada di dunia ini dapat

berlangsung terus tanpa tersedianya air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan

akan air ini amat mutlak, karena sebenarnya zat pembentuk tubuh manusia

sebagian besar terdiri dari air, yang jumlahnya sekitar 73 % dari bagian tubuh

tanpa jaringan lemak (Azwar, 1995).

Tubuh manusia sebagian terdiri dari air, berkisar 50-70% dari seluruh berat

badan. Jika tubuh tidak cukup mendapat air atau kehilangan air hanya sekitar 5%

dari berat badan (pada anak besar dan dewasa) maka keadaan ini dapat

menyebabkan dehidrasi berat. Sedangkan kehilangan air untuk 15 % dari berat

Universitas Sumatera Utara


18

badan dapat menyebabkan kematian. Karenanya orang dewasa perlu minum

minuman 1,5-2 liter air sehari atau 2200 gram setiap harinya (Soemirat, 2000).

Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan,

metabolisme, mengangkat zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan

suhu tubuh dan menjaga tubuh jangan sampai kekeringan (Harini, 2007). Air yang

dibutuhkan oleh manusia untuk hidup sehat harus memenuhi syarat kualitas.

Disamping itu harus pula dapat memenuhi secara kuantitas (jumlahnya).

2.5 Peranan Air Dalam Penyebaran Penyakit

Air sangat dibutuhkan oleh manusia tetapi air juga dapat menimbulkan

berbagai gangguan kesehatan terhadap pemakainya karena mengandung mineral

atau zat-zat yang tidak sesuai untuk dikonsumsi sehingga air dapat menjadi media

penular penyakit. Didalam menularkan penyakit air berperan dalam empat cara:

a. Water Borne

Kuman petogen dapat berada dalam air minum untuk manusia dan hewan.

Bila air yang mengandung kuman patogen ini terminum maka dapat menjadi

penyakit pada yang bersangkutan. Penyakit menular yang disebarkan oleh air

secara langsung ini sering kali dinyatakan sebagai penyakit bawaan air atau

“Water Borne Disease”. Penyakit-penyakit tersebut diantaranya : kholera,

penyakit typhoid, penyakit hepatitis infeksiosa, penyakit disentri basiler.

Penyakit– penyakit ini hanya dapat menyebar apabila mikroba penyebabnya dapat

masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari.

b. Water Washed

Universitas Sumatera Utara


19

Cara penularan penyakit ini berkaitan erat dengan air bagi kebersihan

umum alat-alat terutama alat-alat dapur, makan, dan kebersihan perorangan.

Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup, maka penyakit-

penyakit tertentu dapat dikurangi pada manusia. Kelompok-kelompok penyakit ini

banyak terdapat di daerah tropis. Peranan terbesar air bersih dalam penularan cara

water washed terutama berada di bidang hygiene sanitasi.

c. Water Bashed

Penyakit pada siklusnya memerlukan pejamu (host) perantara.

Pejamu/perantara ini hidup didalam air, contoh penyakit ini adalah penyakit

schistosomiasis dan dracunculus medinensis (guinea warm). Larva

schistosomiasis hidup dalam keong-keong air. Setelah waktunya, larva ini akan

berubah bentuk menjadi cercaria dan menembus kulit (kaki) manusia yang berada

dalam air tersebut. Badan-badan air yang potensial untuk menjangkitkan jenis

penyakit ini adalah badan-badan air yang terdapat di alam yang sering

berhubungan erat dengan kehidupan manusia sehari-hari seperti menangkap ikan,

mandi, cuci, dan sebagainya.

d. Water Rellated Vektor Disease (vektor-vektor insekta yang berhubungan

dengan air).

Air merupakan tempat perindukan bagi beberapa macam insekta yang

merupakan vektor beberapa macam penyakit. Air yang merupakan salah satu

unsur alam yang harus ada di lingkungan manusia merupakan media yang baik

bagi insekta untuk berkembang biak. Beberapa penyakit yang dapat disebabkan

oleh insekta ini adalah malaria, yellow fever, dengue, onchocersiasis (river

Universitas Sumatera Utara


20

blindness). Nyamuk aedes aegypti yang merupakan vektor penyakit dengue dapat

berkembang biak dengan mudah bila pada lingkungan terdapat tempat-tempat

sementara untuk air bersih seperti gentong air, pot, dan sebagainya.

2.6 Syarat Kualitas Air

Berdasarkan Permenkes RI Nomor: 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang

Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air, syarat-syarat air bersih antara lain:

a. Syarat Fisik

Air yang layak dikonsumsi dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari

adalah air yang mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air minum maupun

air baku (air bersih), antara lain harus memenuhi persyaratan secara fisik, tidak

berbau, tidak berasa, tidak keruh, serta tidak berwarna. Pada umunya syarat fisik

ini diperhatikan untuk estetika air. Adapun sifat-sifat air secara fisik dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya sebagai berikut :

1. Suhu

Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air

tersebut dan dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahannya

terutama apabila temperature sangat tinggi. Temperatur yang diinginkan adalah ±

30C suhu udara disekitarnya yang dapat memberikan rasa segar, tetapi iklim

setempat atau jenis dari sumber-sumber air akan mempengaruhi temperatur air.

Disamping itu, temperatur pada air mempengaruhi secara langsung toksisitas

banyaknya bahan kimia pencemar, pertumbuhan mikroorganisme, dan virus.

Temperature atau suhu air diukur dengan menggunakan termometer air.

Universitas Sumatera Utara


21

2. Bau dan Rasa

Bau dan rasa biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya disebabkan

oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe tertentu organisme

mikroskopik, serta persenyawaan-persenyawaan kimia seperti phenol. Bahan–

bahan yang menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber. Intensitas

bau dan rasa dapat meningkat bila terdapat klorinasi. Karena pengukuran bau dan

rasa ini tergantung pada reaksi individu maka hasil yang dilaporkan tidak mutlak.

Untuk standard air bersih sesuai dengan Permenkes RI

No.416/MENKES/PER/IX/1990 menyatakan bahwa air bersih tidak berbau dan

tidak berasa .

3. Kekeruhan

Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak

partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur

dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat,

lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar dari partikel-partikel kecil yang

tersuspensi. Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan

dalam penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan

mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam usaha penyaringan, dan akan

mengurangi efektivitas usaha desinfeksi (Sutrisno, 2010). Tingkat kekeruhan air

dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dengan metode Turbidimeter.

Untuk standard air bersih ditetapkan oleh Permenkes RI No.

416/MENKES/PER/IX/1990, yaitu kekeruhan yang dianjurkan maksimum 5 NTU

Universitas Sumatera Utara


22

b. Syarat Kimia

Air bersih yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh

zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa (Hg),

Aluminium (Al), Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida (F), Calsium (Ca),

Mangan ( Mn ), Derajat keasaman (pH), Cadmium (Cd), dan zat-zat kimia

lainnya. Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia

yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat tidak baik bagi

kesehatan dan material yang digunakan manusia. Contohnya pH; pH Air

sebaiknya netral yaitu tidak asam dan tidak basa untuk mencegah terjadinya

pelarutan logam berat dan korosi jaringan. pH air yang dianjurkan untuk air

minum adalah 6,5–8,5.

c. Syarat Bakteriologis

Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air

angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda

sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Penyakit yang

ditransmisikan melalui faecal material dapat disebabkan oleh virus, bakteri,

protozoa, dan metazoa. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan

sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan Coli (Coliform

bakteri) tidak merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator

dari pencemaran air oleh bakteri patogen (Soemirat, 2000).

Universitas Sumatera Utara


23

2.7 Kandang Ternak

2.7.1 Pengertian Kandang Ternak

Kandang merupakan bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal

hewan. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai

penghasil pangan, bahan baku industri, jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait

dengan pertanian. Kandang ternak adalah struktur atau bangunan dimana hewan

ternak dipelihara selain itu kandang ternak merupakan tempat beristirahat dan

berteduh bagi ternak (Sarwono, B 2012).

2.7.2 Jarak Kandang dari Pemukiman

Ternak dapat mencemari lingkungan melalui kotorannya dalam bentuk

pencemaran air permukaan maupun air dalam tanah, udara, maupun melalui suara

ternak yang dapat menimbulkan kebisingan. Kotoran hewan telah terbukti sebagai

pelabuhan sejumlah mikroorganisme yang mungkin juga menjadi infektif pada

manusia, seperti salmonella tertentu, Campylobacter dan Cryptosporidium (Curtis,

2000). Oleh karena itu jarak minimumnya ke pemukiman harus diperhatikan

(Kementerian Pertanian RI, 2012).

Komponen sanitasi kandang yang harus diperhatikan menurut HAKLI

dalam penelitian Siti Berlian Zebua (2013) antara lain menyangkut letak

bangunan kandang. Beberapa persyaratan letak kandang sebagai berikut :

1. Harus memperhatikan faktor hygiene. Faktor higiene lingkungan penting

untuk ternak maupun peternak, antara lain untuk menjamin kesehatan ternak

dan lingkungan sekitar.

Universitas Sumatera Utara


24

2. Letak bangunan kandang juga harus jauh dari pemukiman penduduk.

Berdasarkan teori dari Kusnoputranto (2002) dan MENRISTEK (2005)

mengenai jarak kandang dengan rumah sebaiknya terpisah dari rumah tinggal

dengan jarak minimum 10 meter.

3. Dibangun dekat sumber air, yang berfungsi untuk air minum dan

memandikan ternak serta sebagai sarana pembersih lantai.

4. Mudah diakses transportasi.

5. Kandang tunggal menghadap ke timur, kandang ganda membujur utara

selatan.

6. Penggunaan sumber air untuk ternak tidak mengganggu ketersediaan air bagi

masyarakat. Persyaratan untuk topografi ini antara lain tempat kandang harus

lebih tinggi dari sekitar, tanah mudah menyerap air sehingga mengurangi

kemungkinan genangan air.

7. Tempat tidak terlalu tertutup pepohonan rindang yang dapat mengurangi sinar

matahari dan sirkulasi udara.

8. Kandang harus dekat dengan petugas, sehingga mempermudah dan

memperlancar pengawasan kesehatan, keamanan, dan tata laksana.

9. Ketersediaan air bersih untuk minuman ternak dan jarak dengan pakan ternak

seperti rumput, sebaiknya di dekat kandang ada cukup sumber air bersih,

seperti sumur, air PDAM, atau mata air. Agar proses perawatan ternak lebih

efisien.

Universitas Sumatera Utara


25

2.7.3 Limbah Peternakan

Limbah adalah suatu hasil sampingan dari proses industri yang tidak

digunakan, dapat berbentuk padat, cair, debu, suara, getaran, perusakan dan lain-

lain yang dapat menimbuklkan pencemaran bahkan penyakit apabila tidak

dikelola dengan baik (Rijaluszaman dan Ismoyo dalam Herlin, 2008).

Perbandingan jarak yang cukup dekat antara peternakan dengan

pemukiman warga, sangat memungkinkan terjadinya pencemaran yang

diakibatkan oleh kotoran ternak. Hal tersebut dapat terjadi karena rembesan

kotoran yang dipicu oleh air hujan. Maka dari rembesan yang masuk kedalam air

sumur gali akan turut serta pula bakteriologis kedalam air.

2.8 Escherichia coli

2.8.1 Defenisi Escherichia coli

E.coli merupakan flora normal di dalam intestin. Bakteri enterik yang lain

(spesies proteus, enterobacter, dan klebsiella) juga ditemukan sebagai anggota

flora normal dalam usus tetapi jarang dibandingkan dengan E.coli. E.coli lebih

sering digunakan sebagai objek penelitian ilmiah dibandingkan mikroorganisme

yang lain ( Jawetz, 2007).

E.coli adalah bakteri gram negatif yang dapat bertahan hidup dalam

lingkungan dengan atau tanpa udara (anaerob fakultatif). E.coli merupakan

penghuni normal dari usus kecil dan usus besar. E.coli bersifat patogen pada

manusia, sebagian besar strain E.coli adalah flora usus normal nonpatogenik,

strain-strain lain bersifat patogenik dengan faktor virulensi dan efek yang

berbeda-beda. E.coli dapat menyebabkan infeksi saluran kemih (Shanty, 2011)

Universitas Sumatera Utara


26

2.8.2 Morfologi Dan Struktur Antigen

Escherichia coli memiliki struktur antigenik yang kompleks

diklasifikasikan lebih dari 150 antigen somatis O yang tahan panas

(lipopolisakarida) yang berbeda, lebih dati 100 antigen K (kapsular) yang tidak

tahan panas, dan lebih dari 50 antigen H (flageller). Antigen K merupakan bagian

luar dari antigen O tetapi tidak pada semua enterobacteriaceae. Beberapa antigen

K adalah polisakarida, termasuk antigen K dari E.coli (Jawetz, 2007).

Antigen K dapat berpengaruh pada reaksi aglutinasi dengan antisera O dan

mereka dapat dihubungkan dengan virulensi misalnya, strain E.coli memproduksi

antigen K1 yang merupakan penyebab utama pada meningitis neonatal, dan

antigen K dari E.coli menyebabkan pelekatan bakteri pada sel epitelial yang

memungkinkan invasi ke sistem gastrointestinal atau infeksi saluran kemih

(Jawetz, 2007).

Antigen H terletak pada flagella dan didenaturasi atau dihilangkan oleh

panas atau alkohol. Antigen H mengadakan aglutinasi dengan antibodi H,

biasanya Ig G. Penentu dalam antigen H merupakan fungsi dari rangkaian asam

amino pada protein flagella, antigen H pada permukaan bakteri dapat

mempengaruhi aglutinasi oleh antibodi anti O (Jawetz, 2007).

2.8.3 Klasifikasi Escherichia coli berdasarkan sifat-sifat virulensinya

1. Enteropathogenic E. coli (EPEC)

Enteropathogenic E. coli (EPEC) menyebabkan gastroenteritis akut

pada bayi yang baru lahir sampai berumur 2 tahun, khususnya terjadi di

negara berkembang. EPEC melekat dan kualitas menginfeksi sel mukosa usus

Universitas Sumatera Utara


27

kecil. Kolonisasi bakteri ini pada usus kecil dapat menyebabkan diare

(Pelczar, 2005).

2. Enteroinvasive E. coli (EIEC)

Serotipe E. coli jenis ini ditemukan sebagai penyebab diare pada anak

anak yang lebih besar dan juga penyebab diare pada orang dewasa. Mereka

ini menyerang sel-sel epitel usus besar dan menyebabkan sindrom klinis yang

mirip dengan sindrom yang disebabkan oleh Shigella (Pelczar, 2005).

3. Enterotoxigenic E. coli (ETEC)

Enterotoxigenic E. coli (ETEC) memproduksi toksin LT dan toksin ST.

Toksin ini bekerja pada eritrosit untuk menstimulasi sekresi cairan,

menyebabkan terjadinya diare. E.coli yang memiliki enterotoksin-enterotoksin

ini berhubugan dengan traveller’s diarrhoea (diare yang terjadi pada

pelancong) : penyakit diare yang singkat (Gillespie, 2008).

4. Enterohemorrhagic E.coli (EHEC)

Strain ini memproduksi verotoksin yang dinamakan demikian karena

aktivitasnya pada sel vero in vitro. Diare berdarah yang disebabkannya dapat

dipersulit oleh hemolisis dan gagal ginjal akut.

Organisme ini komensal pada sapi dan ditransmisikan ke manusia

melalui buruknya higiene sanitasi ditempat pemotongan hewan dan tempat

produksi makanan (Gillespie, 2008).

5. Enteroaggretive E. coli (EAEC)

Serotipe jenis ini menyebabkan diare akut dan kronik pada

masyarakat di negara berkembang. EAEC digolongkan berdasarkan bentuk

Universitas Sumatera Utara


28

dan perlekatan pada sel manusia. EAEC Bisa menyebabkan diare akut dan

kronis pada anak- anak (Jawetz, 2007).

2.8.4 Penyakit- Penyakit yang disebabkan oleh Escherichia coli

Penyakit yang dapat timbul akibat terjadinya pencemaran bakteri

Escherichia coli adalah :

1. Diare

Enterophatogenic E. coli (EPEC) merupakan penyebab penting diare pada

bayi, khususnya di negara berkembang. EPEC melekat erat pada sel mukosa usus

kecil, menyebabkan penggundulan dari mikrovilli. Infeksi EPEC adalah diare

yang cair, yang biasanya susah diatasi namun kronis. Durasi dari diare oleh EPEC

dapat diperpendek dan diare kronik dapat disembuhkan dengan pemberian

antibiotika (Jawetz, 2007).

2. Infeksi Saluran kemih

Escherichia coli adalah penyebab infeksi saluran kemih yang paling sering

pada sekitar 90% infeksi saluran kemih pertama pada wanita muda. Gejala dan

tanda- tandanya antara lain sering berkemih, disuria, hematuria, dan piuria. Nyeri

pinggang ditimbulkan oleh infeksi saluran kemih bagian atas (Jawetz, 2007).

3. Sepsis

Bila pertahanan inang normal tidak mencukupi, Escherichia coli dapat

memasuki aliran darah dan menyebabkan sepsis. Bayi yang baru lahir dapat

sangat rentan terhadap sepsis Escherichia coli karena tidak memiliki antibodi

IgM. Sepsis dapat terjadi akibat infeksi saluran kemih (Jawetz, 2007).

Universitas Sumatera Utara


29

4. Meningitis dan abses otak

Escherichia coli merupakan penyebab meningitis neonatal yang penting

dan berhubungan dengan mortalitas yang tinggi. Strain sering kali

mengekspresikan antigen kapsular K1 dalam jumlah besar. Meningitis juga dapat

terjadi setelah prosedur bedah syaraf, terutama jika dilakukan pemasangan alat

prostetik (Gillespie,2008).

2.9 Salmonella sp.

2.9.1 Pengertian Salmonella

Salmonella adalah organisme yang kompleks yang memproduksi berbagai

faktor virulensi, termasuk antigen permukaan (surface antigens), Faktor-faktor

yang berperan pada invasi, endotoksin, sitotoksin, dan enterotoksin. Bakteri ini

tahan hidup di berbagai kondisi lingkungan seperti keadaan dingin ataupun suhu

yang agak panas (Tim Mikrobiologi, 2003).

Menurut Lesmana (2006) Salmonella adalah organisme yang termasuk

dalam famili Enterobacteriaceae,dengan sifat-sifat sebagai berikut:

1. Bentuk batang

2. Negatif-Gram

3. Tidak berspora

4. Mempunyai flagel peritrik

5. Tidak berkapsul

6. Hidup secara aerob atau fakultatif anaerob

Bakteri ini dapat ditemukan di mana-mana dan dapat menimbulkan infeksi

Universitas Sumatera Utara


30

Pada manusia dan hewan baik domestik maupun hewan liar. Pada manusia,

Salmonella menyebabkan berbagai macam penyakit seperti gastroentritis,

septikenia, dan demam enterik.

Menurut Lesmana (2006) salmonellosis adalah istilah yang digunakan

untuk menyatakan infeksi yang disebabkan oleh genus Salmonella, namun

seringkali salmonellosis digunakan secara khusus untuk gastroenteritis yang

disebabkan keracunan makanan karena salmonella. Infeksi oleh karena

salmonella dapat dibagi menjadi dua:

1. Infeksi non-tifoid (yang paling dominan adalah penyakit diare)

2. Demam tifoid atau demam enterik yang disebabkan oleh Salmonella ser.

Typhi dan Salmonella ser. Paratyphi

2.9.2 Sifat Salmonella sp.

Menurut Tim Mikrobiologi (2003) Salmonella memiliki kemampuan untuk

beradaptasi terhadap empedu dengan konsentrasi yang relatif tinggi dibandingkan

bakteri enterik yang lain. Salmonella tahan terhadap bahan kimia tertentu

(misalnya brilliant green, sodium tetrathionate, sodium deoxycholate) yang

menghambat bakteri enterik lain; senyawa tersebut kemudian berguna untuk

ditambahkan pada media untuk mengisolasikan salmonella dari tinja.

2.9.3 Klasifikasi Salmonella sp.

Pada saat ini dikenal ada dua spesies dalam genus Salmonella, yaitu :

1. Salmonella enterica yang terdiri dari enam subspesies, masing-masing

adalah :

a. S. enterica subsp. enterica (subspesies I)

Universitas Sumatera Utara


31

b. S. enterica subsp. salamae (subspesies II)

c. S. enterica subsp. arizona (subspesies IIIa)

d. S. enterica subsp. diarizona (subspesies IIIb)

e. S. enterica subsp. houtenae (subspesies IV)

f. S. enterica subsp. indica (subspesies VI)

2. Salmonella bongori (dahulu dimasukkan ke subspesies V)

Subspesies I biasanya diisolasi dari manusia dan hewan berdarah panas;

sedangkan subspesies II, IIIa, IIIb, IV dan VI serta S. bongori biasanya terdapat

pada hewan-hewan berdarah dingin serta di lingkungan alam bebas (jarang pada

manusia) (Lesmana, 2006)

2.9.4 Dampak Kesehatan Akibat Salmonella sp.

Salmonella sp. pada manusia dan hewan ternak dapat menyebabkan

penyakit yang bersifat asimptomatik hingga infeksi yang parah yang berakhir

dengan mortalitas yang tinggi. Di samping manusia, Salmonella dapat

menginfeksi banyak macam binatang dan mampu menginvasi jaringan di luar

usus, menyebabkan demam enterik, dimana bentuk yang terberat adalah demam

tifoid (typhoid fever).

Salmonellosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh salmonella.

Bakteri dari genus Salmonella merupakan bakteri penyebab infeksi. Jika tertelan

akan masuk ke dalam tubuh sehingga menimbulkan gejala yang disebut

salmonellosis. Gejala Salmonellosis yang paling sering terjadi adalah

gastroenteritis. Infeksi Salmonella bisa menyebabkan gastroenteritis yang

merupakan infeksi pada kolon dan biasanya 18-24 jam setelah masuknya

Universitas Sumatera Utara


32

organisme. Beberapa spesies salmonella juga dapat menimbulkan gejala penyakit

lainnya. Misalnya Septisemia dengan lesi fokal dan demam enterik seperti demam

tifoid. (Tim Mikrobiologi, 2003)

2.9.5 Patogenesis Salmonella sp.

Salmonella adalah organisme yang kompleks yang memproduksi berbagai

faaktor virulensi, termasuk antigen permukaan (surface antigens), faktor-faktor

yang berperan pada invasi, endotoksin, sitotoksin, dan enterotoksin. Peranan

masing-masing faktor dalam patogenesis infeksi Salmonella bervariasi, tergantung

serotipe yang menyebabkan infeksi dan sistem hospesnya, karena Salmonella

dapat menimbulkan sindroma yang berbeda pada hospes lain.

Salmonella masuk ke dalam tubuh manusia melalui cara oral. Tonsil dan

jaringan limfatikn pharynx tidak berfungsi sebagai pintu masuk kuman, tetapi

kuman masuk langsung ke lambung. Apabila Ph lambung cukup baik (asam; pH

<2.0), keasaman lambung ini akan mencegah kuman berkembang biak dan

membunuhnya. Tetapi bila pH asam lambung meningkat, misalnya karena

pemakaian obat-obatan seperti antasid secera reguler, bakteri dapat tetap hidup

dan meneruskan perjalanannya ke usus halus.

Masa inkubasi berkisar 10-14 hari. Masa inkubasi dipengaruhi oleh

banyaknya salmonella yang masuk dalam tubuh. Sebanyak 50 % orang dewasa

7 5
menjadi sakit bila menelan sebanyak 10 bakteri. Dosis dibawah 10 tidak

menimbulkan penyakit. Bakteri melalui sel intestinal masuk ke dalam aliran

darah. Mereka difagositosis namun tidak terbunuh oleh sel fagositosit (Lesmana,

2006).

Universitas Sumatera Utara


33

2.9.6 Infeksi Yang Disebabkan Salmonella sp.

Infeksi yang disebabkan oleh bakteri salmonella sp. pada manusia yaitu :

1. Gastroenteritis (Enterokolitis)

Gastroenteritis oleh Salmonella merupakan infeksi pada kolon dan

biasanya terjadi 18-24 jam setelah masuknya organisme. Pennyakit ini ditandai

dengan diare, demam, dan nyeri abdomen. Umumnya, penyakit tersebut sembuh

spontan (self limited), berakhir setelah 2-5 hari. Pada kebanyakan kasus, penderita

tidak memerlukan perhatian medis, dan gejala-gejala ini sering disebut sebagai

stomach flu. Pada kasus-kasus berat yang biasanya terjadi pada bayi dan orang

tua, memerlukan perhatian terhadap kemungkinan terjadinya dehidrasi dan

ketidakseimbangan elektrolit(Tim Mikrobiologi, 2003).

2. Septisemia

Septisemia oleh bakteri samonella ditandai dengan demam, menggigil,

anoreksia, dan anemia. Lesi fokal bisa terjadi pada setiap jaringan, misalnya

osteomielitis sekunder, pneumonia, abses pulmonum, menigitis, atau endokarditis

(Tim Mikrobiologi, 2003).

3. Demam tifoid (Demam enterik )

Demam tifoid (enterik) disebabkan oleh konsumsi air atau makanan yang

terkontaminasi salmonella typhi pasien datang dengan demam, perubahan

kebiasaan buang air besar (diare/konstipasi), dan ruang yang klasik tetapi jarang

(rose spot di daerah abdomen) (Gillespie et.al.2008).

Universitas Sumatera Utara


34

2.9.7 Gejala dan tanda terinfeksi salmonella sp.

Gejala utama selama minggu pertama adalah demam yang meliputi

malaise, sakit kepala, batuk tidak produktif, konstipasi, nyeri perut, dan konfusi

mental. Sering sekali terjadi delirium, dan neuropsikiatrik. Pada minggu kedua,

salmonella typhi mulai menyebabkan lesifokal pada jaringan submukosa limfoid,

dan sering sekali diare.

Menurut Lesmana (2006) tanda fisik seperti bradikardi, rose spots pada

abdomen maupun splenomegali dapat terjadi pada sebagian kecil pasien.

Beberapa pasien menunjukkan leucopenia. Salmonella sering kali berada

intraseluler dalam makrofag dan dapat melindungi salmonella dari mekanisme

antibodi humoral, dan dapat melawan beberapa anti biotik. Komplikasi pada tifoid

dapat terjadi selama 2 sampai 5 minggu setalah onset penyakit, meliputi perforasi

intestinal, pendarahan intestinal, myocarditis, osteomyelitis dan meningitis.

2.10 Diare

2.10.1 Defenisi Diare

Menurut WHO (2013) diare adalah keluarnya tinja yang lunak atau cair

dengan frekuensi 3x atau lebih perhari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam

tinja, atau bila ibu merasakan adanya perubahan konsistensi dan frekuensi buang

air besar pada anaknya.

Menurut Kemenkes RI (2011) diare adalah suatu kondisi dimana seseorang

buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja

dan frekuensinya lebih dari tiga kali dalam satu hari.

Universitas Sumatera Utara


35

Menurut Hipocrates dalam Suharyono (2012) diare adalah buang air besar

dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih

lembek atau cair.

2.10.2 Jenis Diare

Berdasarkan jenisnya, diare dibagi tiga yaitu (WHO, 2013) :

a. Diare Akut

Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya

kurang dari 7 hari). Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi

merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.

b. Disentri

Disentri yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri

adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan

terjadinnya komplikasi pada mukosa.

c. Diare persisten

Diare persisten yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus

menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan

gangguan metabolisme.

2.10.3 Tanda dan Gejala Diare

Menurut Widoyono (2008), tanda dan gejala diare pada anak antara lain:

a. Gejala umum

1. Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare.

2. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut.

3. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare.

Universitas Sumatera Utara


36

4. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun,

apatis bahkan gelisah.

b. Gejala spesifik

1. Vibrio cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau

amis.

2. Disentriform: tinja berlendir dan berdarah.

2.10.4 Faktor-Faktor Penyebab Diare

Diare dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:

1. Faktor Mikrobiologis

Menurut Suharyono (2012), beberapa aspek mikrobiologis yang dapat

menyebabkan terjadinya diare, yaitu :

a. Virus : Rotavirus, Norwalk agent.

b. Bakteri : E. coli, Salmonella, Shigella., Vibrio, Clostridia perfringens, dan

sebagainya.

c. Parasit : candida, Ascaris lumbricoides, Trichiuris trichiura, Strongyloides

stercoralis, Entamoeba histolitica, Trichomonas dan Hymenolepis nana.

2. Faktor Gizi

Pada anak dengan malnutrisi serangan diare terjadi lebih sering dan lebih

lama. Semakin buruk keadaan gizi anak, semakin sering dan semakin berat diare

yang dideritanya. Hubungan gizi dengan diare di negara berkembang sering

merupakan lingkaran tertutup yang sulit dipecahkan (Suharyono, 2012).

Universitas Sumatera Utara


37

3. Faktor Makanan

Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,

beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang matang. Makanan

yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak-anak balita

(Suharyono, 2012).

4. Faktor Lingkungan

Sanitasi lingkungan yang buruk akan berpengaruh terhadap terjadinya

diare. Masalah kesehatan lingkungan meliputi: kurangnya penyediaan air minum

yang bersih, kurangnya pembuangan kotoran yang sehat, keadaan rumah yang

pada umumnya tidak sehat, higiene dan sanitasi makanan yang belum baik, belum

ditanganinya higiene dan sanitasi industri secara intensif, dan pembuangan limbah

di daerah pemukiman yang kurang baik (Suharyono, 2012).

5. Faktor perilaku

Menurut Depkes RI (2006), faktor perilaku yang dapat menyebabkan

penyebaran bakteri pathogen dan meningkatkan risiko terjadinya diare adalah

sebagai berikut :

a. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama

kehidupan.

b. Menggunakan botol susu yang memudahkan pencemaran bakteri

pathogen, karena botol susu susah dibersihkan.

c. Menyimpan makanan pada suhu kamar, yang jika didiamkan beberapa

jam bakteri pathogen akan berkembang biak.

d. Menggunakan air minum yang tercemar.

Universitas Sumatera Utara


38

e. Tidak mencuci tangan setelah buang air besar atau sesudah makan dan

menyuapi anak.

f. Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar.

6. Faktor psikologis

Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan

diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak balita, umumnya terjadi pada anak

yang lebih besar.

2.10.5 Pencegahan Diare

Menurut Kemenkes RI (2011), tujuan pencegahan adalah untuk

tercapainya penurunan angka kesakitan diare dengan meningkatkan akses

masyrakat terhadap sarana sanitasi. Pencegahan diare dapat dilakukan sebagai

berikut:

1. Menggunakan Air Bersih yang Cukup

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur

fecal-oral. Hal tersebut dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut,

cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan,

makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar.

2. Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting

dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan

sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum

menyiapkan makanan, sebelum menyuapi anak dan sebelum makan, mempunyai

pengaruh dalam kejadian diare.

Universitas Sumatera Utara


39

3. Menggunakan Jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan

jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit

diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan

keluarga harus buang air besar di jamban.

2.11 Kerangka Konsep

Air Sumur Gali


- Kualitas
Bakteriologis
(Escherichia coli Kejadian
& Salmonella Diare
sp.)

Konstruksi Sumur
Gali

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai