Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu masalah gizi yang menjadi
perhatian utama adalah angka anak balita pendek (stunting). Hasil dari South East
Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah anak balita pendek terbesar, jauh
masyarakat menjadi 4 yaitu rendah <20%, medium 20-29%, tinggi 30-39%, sangat
tinggi ≥40%. Hasil RISKESDAS untuk data stunting di Indonesia pada tahun 2013
adalah 37,2% dan tahun 2018 turun menjadi 30,8%. Sehingga permasalahan angka
Saat ini di Indonesia, setiap 100 balita terdapat 12 balita yang kurus, 5 balita
kegemukan, dan 30 balita stunting. Pada tahun 2017, status gizi anak balita umur
0-23 bulan di provinsi Kalimantan Selatan yaitu 75,8% normal dan 24,2% stunting.
Prevalensi stunting (TB/U) balita usia 0-59 bulan pada tahun 2017 Provinsi
kabupaten Tanah Bumbu (17,9%), Banjar (26,1%), Kota Banjarbaru (29,1%), Kota
Hulu Sungai Tengah (39,1%), Hulu Sungai Utara (39,4%), Hulu Sungai Selatan
(39,9%), Tanah Laut (40,6%), Tapin (45,7%), dan Kota Baru (46,7%). Sehingga
28%.5,6,7,8,9
UNICEF, terdapat sekitar 195 juta anak yang hidup di negara miskin dan
jumlah anggota rumah tangga yang lebih banyak karena rumah tangga miskin
cenderung mempunyai tingkat kelahiran yang tinggi. Anak pada keluarga dengan
memberikan gambaran dan pemahaman yang lebih jelas, maka rumusan masalah
pada penelitian ini meliputi hubungan antara status ekonomi keluarga dengan
kejadian stunting pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja puskesmas Cempaka
Banjarbaru.
1.3.1 Umum
keluarga, BBLR dan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada anak
1. Mengetahui gambaran status gizi anak usia 0-59 bulan berdasarkan indikator
Banjarbaru.
stunting pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Cempaka
Banjarbaru.
Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan dan pihak yang terkait dalam
2. Bagi Masyarakat
3. Bagi Peneliti