Anda di halaman 1dari 25

KAJIANPENDEKATAN OPEN-ENDED DAN REALISIK

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Penulis : Kelompok 3
1. Ajeng Nandya Puspita (1713021022)
2. Asih Nuraini (1713021032)
3. Alya Husna Choirunnisa (1753021006)
4. Fifi Mesa Anggraini(1713021046)
5. Rizki Mei (1713021007)
P.S. : Pendidikan Matematika

Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran Matematika


Dosen : Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd.

Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
Bandar Lampung
2018
i

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, mari kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul “Kajian Pendekatan Open-ended dan
Realistik pada Pebelajaran Matematika ”
Laporan ini telah kamisusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk
itu kamimenyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusidalam pembuatan ataupun penyusunan laporan dalam pemenuhan
tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika .
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ini.Semoga laporan ini
dapat dijadikan referensi belajar bagi pembacanya.
Bandar Lampung, 27 Maret 2019

Penulis
ii

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 3


1.1 Latar Belakang .................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 4
1.3 Tujuan ................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 6
2.1 Pendekatan Open-ended ..................................................................... 6
2.1.1 Pengaertian Pendekatan Open-ended ........................................ 6
2.1.2 Mengonstruksi Masalah Pendekatan Open-ended ..................... 7
2.1.3 Mengembangkan Rencana Pembelajaran .................................. 8
2.1.4 Tahapan Pendekatan Open-ended ............................................. 9
2.1.5 Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Open-ended .............. 11
2.1.6 Contoh Pendekatan Open-ended Pendekatan Open-ended ....... 12
2.2 Pendekatan Realistik........................................................................... 16
2.2.1 Pengertian Pendekatan Realistik ............................................... 16
2.2.2 Konsepsi Tentang Siswa dalam Pendekatan Realistik .............. 17
BAB II PENUTUP .................................................................................. 21
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 21
3.2 Saran ................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 25
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat
penting, karena matematika sebagai mata pelajaran yang
memungkinkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan
merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Matematika adalah salah satu bidang studi yang ada pada semua
jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan
perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak
secara informal. Belajar matematika merupakan suatu syarat untuk
melanjutkan pendidikan kejenjang berikutnya. Dengan belajar
matematika kita akan belajar bernalar secara kritis, kreatif dan aktif.
Alasan pentingnya matematika untuk dipelajari karena begitu banyak
kegunaannya. Di bawah ini akan diuraikan beberapa kegunaan
matematika yang praktis menurut Russfendi (2006:2008), yaitu: 1)
Dengan belajar matematika kita mampu berhitung dan mampu
melakukan perhitungan-perhitungan yang lainnya 2) Matematika
merupakan prasyarat untuk beberapa mata pelajaran lainnya. 3)
Dengan belajar matematika perhitungan menjadi lebih sederhana dan
praktis. 4) Dengan belajar matematika diharapkan kita mampu
menjadi manusia yang berpikir logis, kritis, tekun, bertanggung jawab
dan mampu menyelesaikan persoalan.
Penguasaan materi pelajaran mutlak harus dimiliki oleh
pendidik, khususnya guru. Hal ini untuk memberikan image atau
anggapan bahwa guru adalah sebagai panutan. Pendidikan adalah
usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
4

proses pembelajaran agar peserta didik, secara aktif mengembangkan


potensi dirinya. Jenjang pendidikan Indonesia terdiri dari pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Tugas seorang pengajar dan pendidik harus mampu
mengkomunikasikan dan menginformasikan materi pelajaran kepada
siswa dengan metode yang bervariasi agar suasana belajar mengajar
tidak monoton dan siswa juga tidak cepat merasa bosan. Selain itu,
guru juga harus mampu membangkitkan minat belajar bagi peserta
didiknya, terutama mereka yang kurang menguasai terhadap pelajaran
tertentu.
Salah satu penyebab rendahnya pemahaman siswa menurut
Zulkardi (2006) di antaranya disebabkan oleh: Siswa kurang
memahami konsep matematika karena pelajaran terlalu abstrak dan
kurang menarik serta kurang contoh permasalahan yang diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Metode yang digunakan
berpusat pada guru sementara siswa cenderung pasif. Penilaian hanya
berfokus ke sumatif dan hanya mengejar jawaban namun
mengabaikan proses. Untuk mengatasi masalah di atas penulis tertarik
dengan salah satu alternatif dari sekian banyak pendekatan yaitu
Pendekatan Matematika.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan antara lain sebagai berikut :
1. Apakah pengaertian pendekatan open-ended ?
2. Bagaimana mengonstruksi masalah pendekatan open-ended ?
3. Bagaimana cara mengembangkan rencana pembelajaran dalam
pendekatan open-ended ?
5

4. Apa saja tahapan pendekatan open-ended ?


5. Apa keunggulan dan kelemahan pendekatan open-ended ?
6. Apa pengertian itu pendekatan realistik ?
7. Bagaimana konsepsi tentang siswa dalam pendekatan realistik ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan open-ended dan
realistik.
2. Untuk dapat mengkonstruksi dan mengembangkan masalah
open-ended.
3. Untuk mengetahui tahapan-tahapan pendekatan open-ended.
4. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan open-ended.
5. Untuk mengetahui konsepsi tentang siswa dalam pendekatan
realistic.
6

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan Open Ended

2.1.1 Pengertian Pendekatan Opend-Ended

Teori mengenai pendekatan open-ended berasal dari negara


Jepang sekitar tahun 1970. Ditahun tersebut diadakan penelitian
mengenai evaluasi yang dilakukan oleh peneliti terkenal yaitu
Shimada dan kawan-kawannya mengenai evaluasi prestasi matematika
siswa, mereka mengembangkan masalah open-ended dalam rangka
mengevaluasi aktivitas siswa. Beberapa tahun kemudia beberapa
peneliti dan guru-guru sekolah ikut berpartisipasi dalam penelitian ini
sehingga akhirnya terbit buku The Open-Ended Approach: A New
Proposal for Teaching Mathematics yang diterbitkan oleh NCTM.
Menurut Shimada (1997) dalam pembelajaran, rangkaian dari
pengetahuan, keterampilan, konsep, prinsip, atau aturan diberikan
kepada siswa biasanya melalui langkah demi langkah. Permasalah
Open-ended dipisahkan menjadi tiga cari yaitu masalah dengan
jawaban akhir yang terbuka, masalah yang menghasilkan beberapa
solusi, atau masalah yang menimbulkan beberapa masalah.
Tujuan dari pembelajaran open-ended menurut Nohda (2000)
ialah untuk membantu mengembangkan kegitan kreatif dan pola pikir
matematis siswa melalui problem solving secara simultan. Dengan
kata lain kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa harus
dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap
siswa dimana akan memacu kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.
7

Pendekatan open-ended menjanjikan suatu kesempatan kepada


siswa untuk menginvestasikan berbagai strategi dan cara yang
diyakininya sesuai dengan kemampuan mengolaborasi permasalahan.
Dimana menurut Suherman bamyak kegiatan berfikir yang sulit
terlepas dari matematka, seperti memahami suatu konsep matematika,
memecahkan permasalahan matematika, mengkonstruksi suatu teori,
atau menyelesaikan permasalahan dengan menerapkan matematika.

2.1.2 Mengkonstruksi Masalah Open-Ended


Menurut Suherman, dkk (2003:129-130) mengkonstruksikan
dan mengembangkan masalah Open-Ended yang tepat dan baik untuk
siswa dengan tingkat kemampuan yang beragam tidaklah mudah. Hal
yang dapat dijadikan acuan dalam mengkonstruksi masalah, antara
lain sebagai berikut :
a. Menyajikan permasalahan melalui situasi fisik yang nyata di mana
konsep-konsep matematika dapat diamato dan dikaji siswa
b. Menyajikan soal-soal pembuktian dapat diubah sedemikian rupa
sehingga siswa dapat menemukan hubungan dan sifat-sifat dari
variabel dalam persoalan itu.
c. Menyajikan bentuk-bentuk atau bangun-bangun (geometri)
sehingga siswa dapat membuat suatu konjektur
d. Menyajikan urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat
menemukan aturan matematika
e. Memberikan beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori
sehingga siswa bisa mengelaborasi sifat-isfat dari contoh itu untuk
menemukan sifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan sifat-sifat
yang umum.
8

f. Memberikan beberapa latihan serupa sehingga siswa dapat


menggeneralisasi dari pekerjaannya.

2.1.3. Mengembangkan Rencana Pembelajaran


Langkah penting lain yang harus dikembangkan guru dalam
pembelajaran melalui pendekatan open-ended adalah menyusun
rencana pembelajaran. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pembelajaran sebelum problem tersebut disampaikan pada
siswa, yakni:
a. Apakah masalah tersebut kaya dengan konsep-konsep matematika
dan bernilai?
Masalah harus mendorong siswa untuk berfikir dari berbagai sudut
pandang. Selain itu, masalah juga harus kaya dengan konsep-
konsep matematika yang sesuia dengan siswa berkemampuan
rendanh sampai tinggi untuk menggunakan strategi sesuai dengan
kemampuannya.
b. Apakah level matematika dari masalah itu cocok dengan siswa?
Pada saat menyelesaikan masalah, siswa harus menggunakan
pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya. Jika soal tersebut
diprediksi diluar jangakaun siswa, maka guru harus mengubahnya.
c. Apakah masalah itu mengundang pengembangan konsep
matematika lebih lanjut?
Masalah harus terkait dengan konsep-konsep matematika lebih
tinggi sehingga memacu siswa berfikir tingkat tinggi.
Apabila telah diformulasi masalah yang sesuia dengan kriteria
tersebut, maka kita dapat mengembangkan rencana pembelajaran yang
baik. Untuk itulah, maka kita susun beberapa hal berikut :
1. Tuliskan respon siswa yang diharapkan
9

2. Tujuan masalah yang diberikan hasrus jelas


3. Sajika masalah semenarik mungkin
4. Lengkapi prinsip posing problem sehingga siswa memahaminya
dengan mudah
5. Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk melakukan
eksplorasi.

2.1.4 Tahapan Pendekatan Open-Ended


Pendekatan Open-Ended yang dikemukakan Inprasitha
mempunyai empat tahapan. Tahapan tersebut adalah Posing Open-
Ended Problem, Students' Self-Learning through Open-Ended
Problem Solving, Whole Class Discussion and Comparison of
Concept, dan Summarization through Conmecting Students'
Mathematical Ideas That Emerged In The Classroom26
Perkembangan kemampuan berpikir intuitif matematis lebih terlihat
pada tahap Posing Open-Ended Problem dań Students' Self-Learnung
through Open-Ended Problem Solving Di tahap Posing Open-Ended
Problem siswa mencoba memahami masalah dan berpikir dengan
menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Di tahap
Students Self-Learning through Open-Ended Problem Solving, siswa
akan berusaha untuk bereksperimen dengan metode yang berbeda dari
yang telah dipelajari sebelumnya dengan beracuan pada konsep yang
ada.
Jaijan dan Suttiamporn menjelaskan tahapan Pendekatan
Open-Ended sebagai berikut:
a) Posing Open-Ended Problenm Di tahap ini, guru mengajukan
masalah open-ended dengan menggunakan beberapa media dan
memberikan waktu kepada siswa untuk memahami masalah
10

b) Students' Salf-Learning through Open-Ended Problem Solving


Tahap ini adalah tahap dimana siswal belajar berusaha secara
mandini memecahkan masalah open-ended dengan berbagai
metode. Guru mengkompilası semua solusi yang diusulkan oleh
siswa
c) Whole Class Discussion and Comparison, Pada tahap ini, siswa
menyajikan solusi dari masalah open-ended. Guru menghargai
semua solusi yang diusulkan siswa dan menghubungkan semua
ide matematika
d) Summarization through Connecting Students' Mathematical Ideas
That Emerged In The Classroom Siswa menghubungkan semua
ide sehingga memperoleh generalisasi, aturan, dan rumus
matematika sebelum siswa mencatatnya di papan dan buku
catatan mereka sendiri dengan menggunakan bahasa mereka.

Berdasarkan pemaparan di atas neliti menggunakan tahapan


Pendekatan Open-Ended dengan penjelasan sebagai berikut.
a. Pengajuan Masalah Open-Ended Di tahap pertama, guru membagi
siswa ke dalam kelompok Guru membagikan LKS kepada siswa
dengan pengajuan masalah open-ended yang dapat dijumpai
dalam kehidupan Siswa diberikan kesempatan untuk memahami
masalah tersebut secara berkelompok
b. Belajar Mandiri Dalam tahap ini, siswa mengidentifikasi
informası yang ada dalam permasalahnn open-ended Siswa
mencanı cara dengan berbagai metode untuk memecahkan
permasalahan yang diberikan guru Cara yang digunakan siswa
bebas berdasarkan pemikrannya yang masuk akal Guru
11

c. Diskusi Kelas dan Perbandingan Konsep Pada tahap ini, siswa


mendiskusikan penyelesaian dalam kelompok dan menyajikannya
di kelas. Setelah presentasi, siswa membandingkan hasil
penyelesaian kelompok lain Keberagaman algoritma dan rumus
yang digunakan tiap siswa dapat terlhat di tahap ini. Tugas guru
di sini ada mengasosiasikan ide yang muncul dari siswa terhadap
permasalahan yang diberikan. lah
d. Kesimpulan Berdasarkan Hubungan Ide Siswa di Kelas Di tahap
terakhir siswa menghubungkan semua ide yang dipresentasıikan
di kelas untuk memperolch generalisasi

2.1.5 Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Open-Ended


Ada beberapa keunggulan dari pendekatan pembelajaran open-
ended, antara lain:
1. Siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara lebih
aktif serta memungkinkan untuk mengekspresikan idenya.
2. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak menerapkan
pengetahuan serta ketrampilan matematika secara komprehensif.
3. Siswa dari kelompok lemah sekalipun tetap memiliki
kesempatan untuk mengekspresikan penyelesaian masalah yang
diberikan dengan cara mereka sendiri.
4. Siswa terdorong untuk membiasakan diri memberikan bukti
atas jawaban yang mereka berikan.
5. Siswa memiliki banyak pengalaman, baik melalui temuan mereka
sendiri maupun dari temannya dalam menjawab permasalahan.

Namun demikian, terdapat beberapa kelemahan pada pendekatan ini,


antara lain:
12

1. Sulit membuat atau menyajikan situasi masalah matematika yang


bermakna bagi siswa.
2. Sulit bagi guru untuk menyajikan masalah secara sempurna.
Seringkali siswa menghadapi kesulitan untuk memahami
bagaimana caranya merespon atau menjawab permasalahan yang
diberikan.
3. Karena jawabannya bersifat bebas, maka siswa kelompok
pandai seringkali merasa cemas bahwa jawabannya akan tidak
memuaskan.
4. Mungkin ada sebagian siswa yang merasa kegiatan belajar mereka
tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.

2.1.6 Contoh Pendekatan Open-Ended


Adapun contoh soal masalah open-ended dalam materi
lingkaran, adalah sebagai berikut:
Selembar seng berbentuk persegi panjang berukuran 50 cm ×
40 cm. Dengan seng tersebut akan dibentuk tutup kaleng berbentuk
lingkaran. Luas seng yang tidak digunakan adalah....
Keterampilan siswa untuk berpikir kreatif diperlukan dalam
masalah tersebut. Siswa dapat menjawab soal dengan beberapa cara,
antara lain:
Penyelesaian :
Diketahui : Seng berbentuk persegi panjang berukuran 50 cm × 40 cm
Ditanyakan : Luas seng yang tidak digunakan untuk menutup kaleng ?
Jawaban I :
Luas seng yang berbentuk persegi panjang = 50 cm × 40 cm = 2000
cm2
Kita misalkan tutup kaleng tersebut berjari-jari 20 cm maka
13

𝐿 = 𝜋𝑟 2
= 3,14 × 202
= 3,14 × 400
= 1256 𝑐𝑚2
Luas seng yang tidak digunakan = 2000𝑐𝑚2 − 1256 𝑐𝑚2 = 744 𝑐𝑚2
Jadi, luas seng yang tidak digunakan adalah 744 cm2.
Jawaban II :
Luas seng yang berbentuk persegi panjang= 50 cm × 40 cm = 2000 cm2
Kita misalkan tutup kaleng tersebut berjari-jari 25 cm maka
𝐿 = 𝜋𝑟 2
= 3,14 × 252
= 3,14 × 625
= 1962,5𝑐𝑚2
Luas seng yang tidak digunakan = 2000𝑐𝑚2 − 1962,5 𝑐𝑚2 = 37,5 𝑐𝑚2
Jadi, luas seng yang tidak digunakan adalah 37,5 cm2
Dari contoh diatas, guru memberikan maslah terkait materi
lingkaran dengan tujuan pembelajarannya adalah membeantu siswa
mengintegrasikan apa yang telah ia pelajari mengenai meteri
lingkaran. Soal terbuka seperti ini disajikan dengan maksud guru
dapat mengemukakan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
sehingga dapat direspon siswa.
Contoh lain yaitu siswa diberikan soal mengenai permasalahan
mencari sebuah luas dari sebuah bangun. Siswa dituntut untuk melihat
dari berbagai sudut pandang yang berbeda serta menggunakan banyak
satrategi atau pendekatan yang berbeda. Adapun soal tersebut dapat
dilihat pada gambar berikut:
Pak Agus mempunyai tanah berbentuk seperti gambar dibawah
ini. Tanah tersebut direncanakan akan ditanam berbagai tanaman.
14

Namun sebelumnya pak Agus ingin mengetahui luas tanah yang dia
dimilikinya. Carilah luas bangun tersebut!

Cara I:
Langkah pertama yang dilakukan siswa yaitu mencari luas
keseluruhan gambar. Siswa melihat dari sudut pandang bahwa bangun
tersebut merupakan bangun trapesium. Langkah selanjutnya yaitu
menghitung luas trapesium tersebut dengan ukuran yang telah
diketahui di soal. Hasil yang didapat yaitu 2400 m2 kemudian
menghitung luas persegi panjang. Subjek menghitung luas persegi
panjang karena melihat dari sudut panjang bahwa persegi panjang
tersebut bukan merupakan luas yang ingin dicari karena pada bagian
tersebut tidak diarsir sehingga subjek menghitung dengan cara luas
trapesium dikurangi luas persegi panjang. Luas persegi panjang
tersebut adalah 500 m2. Subjek menuliskanjawaban akhir yang didapat
adalah 1900 cm2. yang didapatkan dari 2.400 – 500 = 1900𝑚2.
Cara II:
Langkah pertama yang dilakukan siswa yaitu membagi bangun
menjadi tiga bangun yaitu dua persegi panjang, dan trapesium.
Kemudian siswa mencari luas dari bangun yang telah dibaginya
menggunakan rumus luas masing-masing bangun, seperti pada
gambar.
15

Siswa mampu melihat berbagai hal dari sudut pandang yang


berbeda terbukti bahwa tidak hanya satu bangun saja yang dilihat oleh
siswa namun ada tiga bangun yang dilihat oleh siswa. Sehingga luas
secara keseluruhan adalah L1 + L2 + L3 = 1900 m2. Siswa mampu
menggunakan dua strategi dan pendekatan yang berbeda. Siswa
mampu memperlihatkan fleksibilitas dalam menjawab soal.
Cara III:
Subjek membagi bangun menjadi 4 bangun yaitu tiga persegi
panjang, dan segitiga.

Kemudian subjek mencari luas dari bangun yang telah


dibaginya menggunakan rumus luas masing-masing bangun. Subjek
menghitung luas dari masing-masing bangun yang telah dibaginya.
Bangun pertama yaitu persegi panjang dengan ukuran panjang 40m
dan lebar 10 m. Persegi panjang kedua dengan panjang 25m dan lebar
16

20m. Persegi panjang ketiga dengan ukuran panjang 40m dan lebar
10m. bangun keempat yaitu segitiga dengan alas 30m dan ukuran
tinggi 40m. Langkah selanjutnya yang dilakukan subjek yaitu
menjumlah luas keempat bangun tersebut hasilnya yaitu 1900𝑚2.

2.2 Pendekatan Realistik

2.2.1 Pengertian Pendekatan Realistik


Realistic mathematics education, yang diterjemahkan sebagai
pendidikanmatematika realistik (PMR), adalah sebuah pendekatan
belajar matematika yang dikembangkan sejak tahun 1971 oleh
sekelompok ahli matematika dari FreudenthalInstitute, Utrecht
University di Negeri Belanda. Pendekatan ini didasarkan
padaanggapan Hans Freudenthal (1905 – 1990) bahwa matematika
adalah kegiatan manusia. Menurut pendekatan ini, kelas matematika
bukan tempat memindahkan matematika dari guru kepada siswa,
melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan konsep
matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata. Di sini
matematika dilihat sebagai kegiatan manusia yang bermula dari
pemecahan masalah (Dolk, 2006). Karena itu, siswa tidak dipandang
sebagai penerima pasif, tetapi harus diberi kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan
guru.
Proses penemuan kembali ini dikembangkan melalui
penjelajahan berbagai persoalan dunia nyata (Hadi, 2005). Di sini
dunia nyata diartikan sebagai segala sesuatu yang berada di luar
matematika, seperti kehidupan sehari-hari, lingkungan sekitar, bahkan
17

mata pelajaran lain pun dapat dianggap sebagai dunia nyata. Untuk
menekankan bahwa proses lebih penting daripada hasil, dalam
pendekatan matematika realistik digunakan istilah matematisasi, yaitu
proses mematematikakan dunia nyata. Proses ini digambarkan oleh de
Lange (dalam Hadi, 2005) sebagai lingkaran yang tak berujung.
Selanjutnya, oleh Treffers (dalam van den Heuvel-Panhuisen, 1996)
matematisasi dibedakan menjadi dua, yaitu matematisasi horizontal
dan matematisasi vertikal.Matematisasi horizontal adalah proses
penyelesaian soal-soal kontekstual dari dunia nyata. Dalam
matematika horizontal, siswa mencoba menyelesaikan soal-soal dari
dunia nyata dengan cara mereka sendiri, dan menggunakan bahasa dan
simbol mereka sendiri. Sedangkan matematisasi vertikal adalah proses
formalisasi konsep matematika. Dalam matematisasi vertikal, siswa
mencoba menyusun prosedur umum yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan soal-soal sejenis secara langung tanpa bantuan
konteks.

2.2.2 Konsepsi tentang Siswa


Dalam pendekatan matematika realistik, siswa dipandang
sebagai individu (subjek) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman
sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan. Selanjutnya, dalam
pendekatan ini diyakini pula bahwa siswa memiliki potensi untuk
mengembangkan sendiri pengetahuannya, dan bila diberi kesempatan
mereka dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mereka
tentang matematika. Melalui eksplorasi berbagai masalah, baik
masalah kehidupan sehar-hari maupun masalah matematika, siswa
dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam bidang
matematika.
18

Peran Guru
Pemikiran dan konsepsi di atas menggeser peran guru dalam
kelas. Kalau dalam pendekatan tradisional guru dianggap sebagai
pemegang otoritas yang mencoba memindahkan pengetahuannya
kepada siswa, maka dalam pendekatan matematika realistik ini guru
dipandang sebagai fasilitator, moderator, dan evaluator yang
menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan cara mereka
sendiri. Oleh karena itu, guru harus mampu menciptakan dan
mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk
memiliki aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama siswa
lain (interaktivitas).
Karakteristk
Beberapa karakteristik pendekatan matematika realistik
menurut Suryanto (2007) adalah sebagai berikut:
a. Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems)
digunakan untuk memperkenalkan ide dan konsep matematika
kepada siswa.
b. Siswa menemukan kembali ide, konsep, dan prinsip, atau model
matematika melalui pemecahan masalah kontekstual yang
realistik dengan bantuan guru atau temannya.
c. Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap
masalah yang mereka temukan (yang biasanya ada yang berbeda,
baik cara menemukannya maupun hasilnya).
d. Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah
dikerjakan dan apa yang telah dihasilkan; baik hasil kerja mandiri
maupun hasil diskusi.
19

e. Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran


matematika yang memang ada hubungannya.
f. Siswa diajak mengembangkan, memperluas, atau meningkatkan
hasil-hasil dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau
prinsip matematika yang lebih rumit.
g. Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi
atau hasil yang siap pakai. Mempelajari matematika sebagai
kegiatan paling cocok dilakukan melalui learning by doing
(belajar dengan mengerjakan).
Beberapa hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan
matematika realistik di atas adalah bahwa pembelajaran matematika
realistik
a. Termasuk “cara belajar siswa aktif” karena pembelajaran
matematika dilakukan melalui ”belajar dengan mengerjakan;.”
b. Termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa karena mereka
memecahkan masalah dari dunia mereka sesuai dengan potensi
mereka, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator;
c. Termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing karena siswa
dikondisikan untuk menemukan atau menemukan kembali konsep
dan prinsip matematika;
d. Termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal pembelajaran
matematika adalah masalah kontekstual, yaitu masalah yang
diambil dari dunia siswa;
e. Termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa diarahkan
untuk menemukan sendiri pengetahuan matematika mereka dengan
memecahkan masalah dan diskusi.
Dua catatan terakhir di atas mengisyaratkan bahwa secara
prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan
20

pendekatan konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi


kesempatan kepada siswa untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri
pemahaman mereka tentang ide dan konsep matematika, melalui
penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual).
21

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tujuan dari pembelajaran open-ended menurut Nohda (2000)
ialah untuk membantu mengembangkan kegitan kreatif dan pola pikir
matematis siswa melalui problem solving secara simultan. Pendekatan
open-ended menjanjikan suatu kesempatan kepada siswa untuk
menginvestasikan berbagai strategi dan cara yang diyakininya sesuai
dengan kemampuan mengolaborasi permasalahan.
Hal yang dapat dijadikan acuan dalam mengkonstruksi masalah
adalah (1) Melalui situasi fisik yang nyata (2) Menyajikan soal-soal
pembuktia (3) Menyajikan bentuk-bentuk atau bangun-bangun
(geometri) (4) Memberikan beberapa contoh konkrit (5) Memberikan
beberapa latihan.
Di dalam pendekatan realistic mathematics education, kelas
matematika bukan tempat memindahkan matematika dari guru kepada
siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan konsep
matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata. Di sini
matematika dilihat sebagai kegiatan manusia yang bermula dari
pemecahan masalah (Dolk, 2006). Dalam pendekatan matematika
realistik, siswa dipandang sebagai individu (subjek) yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil interaksinya dengan
lingkungan. Selanjutnya, dalam pendekatan ini diyakini pula bahwa
siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri
pengetahuannya, dan bila diberi kesempatan mereka dapat
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang
matematika. Dalam pendekatan matematika realistik ini guru
dipandang sebagai fasilitator, moderator, dan evaluator yang
22

menciptakan situasi dan menyediakan kesempatan bagi siswa untuk


menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan cara mereka
sendiri.

3.2 Saran
Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan penulisan laporan dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/17552134/Pendekatan_Open-
Ended_dalam_Pembelajaran_Matematika

https://www.academia.edu/10625156/Pendekatan_Open-
Ended_dalam_Pembelajaran_Matematika
repo.iain-tulungagung.ac.id/1709/3/BAB%20II.pdf

http://eprints.unm.ac.id/4436/1/SKRIPSI%20AYU%20REZKI%20RASNI.pdf

http://numeracy.stkipgetsempena.ac.id/home/article/download/97/71

TUGAS%20KULIAH%20(semester%204)/HASIN%20ABDULLAH-
FITK.pdf

Dolk, Maarten. 2006. Realistic Mathematics Education.


Makalah kuliah umum di Program Pascasarjana Universitas
Sriwijaya, Palembang, tanggal 29 Juli 2006.

Hadi, Sutarto. 2005. Pendidikan Matematika Realistik. Banjarmasin:


Penerbit Tulip.
van den Heuvel-Panhuisen, Marja. 1996. Assessment and

Realistic MathematicsEducation. Utrecht: CD-Press.


Steinvoorte, Sytze. 2006. ”Terampil berhitung: Manakah
yang lebih besar antara ¾ dan 23 ? ” Majalah PMRI EdisiVIIII
April 2006, halaman 9 – 10.
Suryanto. 2007. ”Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI)”. Majalah PMRI Vol. V No. 1 Januari 2007, halaman
8 – 10.
24

Triyana, Jaka. 2004. ”Peran alat peraga dalam PMRI”. Buletin


PMRI Edisi V Oktober 2004, halaman 3.

Zulkardi. 2002. Developing a Learning Environment on


Realistic MathamaticsEducation for Indonesian Student
Teachers. Ph.D Thesis University of Twente, Enschede, the
Netherlands.

Anda mungkin juga menyukai