Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


SEMESTER I

Oleh:
RENI DIAN SAPUTRI
I4B017090

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2018
1. LATAR BELAKANG
Hemoroid merupakan penyebab umum dari perdarahan rektum dan ketidaknyamanan
anal, namun keakuratan insiden sulit untuk ditentukan karena pasien cenderung mencari
pengobatan sendiri, bukan penanganan medis. Menurut Slavin (2008) hemoroid diderita oleh 5%
seluruh penduduk dunia. Insiden hemoroid terjadi pada 13%-36% populasi umum di Inggris
(Lohsiriwat, 2012). Berdasarkan data dari The National Center of Health Statistics di Amerika
Serikat, prevalensi hemoroid sekitar 4,4% (Buntzen et al., 2013). Di Mesir, hemoroid dianggap
penyakit daerah anus tersering dengan prevalensi tinggi hampir 50% dari kunjungan
proctological di Unit Kolorektal (Ali et al., 2011). Belum banyak data mengenai prevalensi
hemoroid di Indonesia. Namun dari penelitian yang telah dilakukan Wandari (2011) di RSUP H.
Adam Malik Medan, jumlah pasien yang didiagnosis hemoroid pada tahun 2009-2011 berjumlah
166 orang dengan prevalensi 69,17%.

2. TUJUAN
Laporan pendahuluan ini bertujuan untuk:
a. Menjelaskan definisi hemoroid.
b. Menjelaskan etiologi hemoroid.
c. Menjelaskan klasifikasi hemoroid.
d. Menjelaskan patofisiologi hemoroid.
e. Menjelaskan tanda gejala hemoroid.
f. Menjelaskan komplikasi hemoroid.
g. Menjelaskan pemeriksaan penunjang hemoroid.
h. Menjelaskan pathway hemoroid.
i. Menjelaskan pengkajian pasien hemoroid.
j. Menjelaskan diagnosa keperawatan pasien hemoroid.
k. Menjelaskan fokus intervensi pasien hemroid.

3. DEFENISI
Plexus hemoroid merupakan pembuluh darah normal yang terletak pada mukosa rektum
bagian distal dan anoderm. Gangguan pada hemoroid terjadi ketika plexus vaskular ini
membesar. Sehingga kita dapatkan pengertiannya dari “hemoroid adalah dilatasi varikosus vena
dari plexus hemorrhoidal inferior dan superior” (Dorland, 2002). Hemoroid adalah kumpulan
dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di daerah anorektal. Hemoroid bukan
sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan beberapa
unsur berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot di sekitar anorektal (Felix, 2006).

4. ETIOLOGI
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
Penyebab hemoroid sebagai berikut:
a. Peningkatan tekanan intra-abdomen. Misalnya kegemukan, kehamilan, konstipasi.
b. Komplikasi dari penyakit cirhosis hepatis.
c. Terlalu banyak duduk.
d. Tumor abdomen/pelvis.
e. Mengejan saat BAB.
f. Hipertensi Portal

Menurut Villalba dan Abbas (2007), etiologi hemoroid sampai saat ini belum diketahui secara
pasti, beberapa faktor pendukung yang terlibat diantaranya adalah:
a. Penuaan
b. Kehamilan
c. Hereditas
d. Konstipasi atau diare kronik
e. Penggunaan toilet yang berlama-lama
f. Posisi tubuh, misal duduk dalam waktu yang lama
g. Obesitas.

5. KLASIFIKASI
Berdasarkan letaknya hemorrhoid terbagi atas 2 :
a. Hemorrhoid eksterna Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis inferior
yang timbul di sebelah luar musculus sphincter ani.
b. Hemorrhoid interna Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis superior dan
media yang timbul di sebelah proksimal dari musculus sphincter ani.
Kedua jenis hemorrhoid ini sangat sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk
yang berusia di atas 25 tahun. (Lindseth,2006).
Menurut Pearson (2007), hemoroid internal diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan
yakni:
a. Derajat I, hemoroid mencapai lumen anal canal
b. Derajat II, hemoroid mencapai sfingter eksternal dan tampak pada saat pemeriksaan
tetapi dapat masuk kembali secara spontan.
c. Derajat III, hemoroid telah keluar dari anal canal dan hanya dapat masuk kembali
secara manual oleh pasien.
d. Derajat IV, hemoroid selalu keluar dan tidak dapat masuk ke anal canal meski
dimasukkan secara manual.

6. PATOFISIOLOGI
Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya menyebabkan gejala
ketika mengalami proses pembesaran, peradangan, atau prolaps. Sebagian besar penulis setuju
bahwa diet rendah serat menyebabkan bentuk feses menjadi kecil, yang bisa mengakibatkan
kondisi mengejan selama BAB. Peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakkan dari
hemoroid, kemungkinan gangguan oleh venous return. Pada seseorang yang hamil atau obesitas
memberikan tegangan abnormal dari otot sfingter internal juga dapat menyebabkan masalah
hemoroid.
7. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid (Villalba dan Abbas, 2007)
yaitu:
a. Hemoroid internal
1) Prolaps dan keluarnya mukus.
2) Perdarahan.
3) Rasa tak nyaman.
4) Gatal.
b. Hemoroid eksternal
1) Rasa terbakar.
2) Nyeri ( jika mengalami trombosis).
3) Gatal.
8. PENATALAKSANAAN
Menurut Acheson dan Scholefield (2006), penatalaksanaan hemoroid dapat dilakukan dengan
beberapa cara sesuai dengan jenis dan derajat daripada hemoroid.
Pembedahan yang sering dilakukan yaitu:
a. Skleroterapi. Teknik ini dilakukan menginjeksikan 5 mL oil phenol 5 %, vegetable oil,
quinine, dan urea hydrochlorate atau hypertonic salt solution. Lokasi injeksi adalah
submukosa hemoroid. Efek injeksi sklerosan tersebut adalah edema, reaksi inflamasi dengan
proliferasi fibroblast, dan trombosis intravaskular. Reaksi ini akan menyebabkan fibrosis
pada sumukosa hemoroid. Hal ini akan mencegah atau mengurangi prolapsus jaringan
hemoroid (Kaidar-Person dkk, 2007). Senapati (1988) dalam Acheson dan Scholfield (2009)
menyatakan teknik ini murah dan mudah dilakukan, tetapi jarang dilaksanakan karena
tingkat kegagalan yang tinggi.
b. Rubber band ligation. Ligasi jaringan hemoroid dengan rubber band menyebabkan nekrosis
iskemia, ulserasi dan scarring yang akan menghsilkan fiksasi jaringan ikat ke dinding
rektum. Komplikasi prosedur ini adalah nyeri dan perdarahan.
c. Infrared thermocoagulation. Sinar infra merah masuk ke jaringan dan berubah menjadi
panas. Manipulasi instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengatur banyaknya jumlah
kerusakan jaringan. Prosedur ini menyebabkan koagulasi, oklusi, dan sklerosis jaringan
hemoroid. Teknik ini singkat dan dengan komplikasi yang minimal.
d. Bipolar Diathermy. Menggunakan energi listrik untuk mengkoagulasi jaringan hemoroid dan
pembuluh darah yang memperdarahinya. Biasanya digunakan pada hemoroid internal derajat
rendah.
e. Laser haemorrhoidectomy.
f. Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation. Teknik ini dilakukan dengan
menggunakan proktoskop yang dilengkapi dengan doppler probe yang dapat melokalisasi
arteri. Kemudian arteri yang memperdarahi jaringan hemoroid tersebut diligasi
menggunakan absorbable suture. Pemotongan aliran darah ini diperkirakan akan mengurangi
ukuran hemoroid.
g. Cryotherapy. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan temperatur yang sangat rendah
untuk merusak jaringan. Kerusakan ini disebabkan kristal yang terbentuk di dalam sel,
menghancurkan membran sel dan jaringan. Namun prosedur ini menghabiskan banyak
waktu dan hasil yang cukup mengecewakan. Cryotherapy adalah teknik yang paling jarang
dilakukan untuk hemoroid (American Gastroenterological Association, 2004).
h. Stappled Hemorrhoidopexy. Teknik dilakukan dengan mengeksisi jaringan hemoroid pada
bagian proksimal dentate line. Keuntungan pada stappled hemorrhoidopexy adalah
berkurangnya rasa nyeri paska operasi selain itu teknik ini juga aman dan efektif sebagai
standar hemorrhoidectomy (Halverson, 2007).

Menurut Nagie (2007), pencegahan hemoroid dapat dilakukan dengan:


a. Konsumsi serat 25-30 gram sehari. Makanan tinggi serat seperti buahbuahan, sayur-mayur,
dan kacang-kacangan menyebabkan feses menyerap air di kolon. Hal ini membuat feses
lebih lembek dan besar, sehingga mengurangi proses mengedan dan tekanan pada vena
anus
b. Minum air sebanyak 6-8 gelas sehari
c. Mengubah kebiasaan buang air besar. Segera ke kamar mandi saat merasa akan buang air
besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses. Hindari mengedan.

9. KOMPLIKASI
a. Perdarahan
b. Trombosis
c. Hemoroidal strangulasi

10. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Pemeriksaan laboratoruim
Untuk mendeteksi kadar hematokrit dan adanya anemia.
b. Pemeriksaan anoskopi
Untuk melihat hemoroid internal yang tidak menonjol keluar
c. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Untuk memastikan keluhan disebabkan oleh hemoroid
11. PENGKAJIAN
Pengkajian nursing care plans pada pasien hemoroid meliputi:
a. Kebiasaan sehari-hari klien
1) Nutrisi dan metabolisme : kebiasaan makan rendah serat dan kurang minum.
2) Eliminasi : kontipasi, nyeri saat BAB, darah segar.
3) Aktivitas : pekerjaan terlalu lama berdiri/duduk.
4) Pemeliharaan kesehatan : olahraga, penyakit dahulu.
b. Inspeksi pada bagian kulit perianal
1) Hemoroid eksternal tampak dikulit subkutan pada anus bila terjadi akibat trombosis
dan adanya massa perineal.
2) Prolaps hemoroid internal : agak basah, mukosa merah pada bagian atas, mungkin
timbul noda pada celana dalam.
12. PATHWAY
DAFTAR PUSTAKA
Acheson, A. G. & Scholefield, J. H., 2008, Management of Haemorrhoids, British Medical Journal ;
336: 380-383.
Ali, et.al., 2014, The Impact of Nutrition on Child Development at 3 Years in a Rural Community of
India, International Journal of Prevenive Medicine, vol 5, no 4.
Buntzen, S., Christensen, P., Khalid, A., Ljungmann, K., Lindholt, J., Lundby, L., Rossell, L., 2013,
Diagnosis and Treatment of Haemorrhoids, Danish Medical Journal, 60(12): 1-9.
Corwin Elizabeth, J, 2009, Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC.
Doenges, Marylinn dkk. (2000), Rencana Asuhan Keperawata, Penerbit EGC: Jakarta.
Dorland, W.A. Newman, 2002, Kamus Kedokteran Dorland, alih bahasa Huriwati Hartanto, dkk.,
edisi 29, ECG, Jakarta.
Felix, M.L. 2006. Current Therapy in Emergency Medicine. Toronto : BC. Becker Inc. 613-615.
Lohsiriwat, V,. 2012, Hemorrhoids : From Basic Pathophysiology To Clinical Management, World
Journal of Gastroenterology, 18(17): 2009-17.
Nanda international, 2016, Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2016-2018. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma, 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC, Edisi Revisi Jilid 2, Yogyakarta: Mediaction Publishing.
Smeltzer, S., & Bare., 2002, Buku ajar keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai