Anda di halaman 1dari 24

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM
KARAKTERISTIK BAHAN HASIL PERTANIAN
(Pengukuran Densitas & Spesific Gravity dan Pengukuran Sudut Geser & Angle of
Repose)

Oleh:
Nama : Kania Altiasari
NPM : 240110160070
Hari, Tanggal Praktikum : Jumat, 6 Oktober 2017
Waktu / Shift : 13.30 – 15.30 WIB / B1
Co. Ass : 1. Connie Shintia Ayu Sidabutar
2. Lisa Oktavia Br Napitupulu
3. Zahrah Eza Arpima
4. Zulfaa Irbah Zain

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan hasil pertanian tidak pernah lepas dari cara yang baik untuk
menanganinya. Karena sifatnya yang mudah rusak sehingga butuh penangan
khusus baik dalam segi penyimpanan maupun pengolahan. Selain dari sifatnya yang
mudah rusak, bahan hasil pertanian yang beranekaragam dari mulai bentuk hingga
ukuran membuat kita memutar otak untuk menyimpannya karena akan
menghasilkan rongga yang cukup besar dan banyak, dan itulah yang mengakibatkan
bahan hasil pertanian memakan tempat yang cukup besar. Itu lah tang dinamakan
dengan sifat bulky atau memakan banyak tempat saat disimpan.
Selain itu juga bahan hasil pertanian memiliki sifat yang porus atau memiliki
massa jenis yang rendah. Bahan pertanian juga memiliki pori-pori yang besar
sehingga dalam penangannnya diperlukan cara dan teknik khusus agar bahan tidak
rusak dan menurun kualitasnya.
Bahan hasil pertanian mentah pada umumnya kita temukan dalam bentuk curah
atau butiran-butiran. Butiran-butiran ini dapat berupa padi, gandum, jagung,
kedelai, barley, kopi dan lain sebagainya yang mana setiap bahan akan memiliki
karakteristik masing-masing. Seringkali perancangan alat dan mesin proses tidak
memerhatikan karakteristik dari bahan yang akan diprosesnya sehingga efisiensi
dan efektivitas kerja dari mesin akan menurun dan membuat proses menjadi lebih
lama dan mengalami banyak kendala. Terkadang dalam memproses bahan hasil
pertanian, desain mesin pertanian tidak memerhatikan sudut repose bahan sehingga
seringkali laju alir bahan akan terhambat akibat sudut reposenya kurang atau
bahkan berlebih sehingga proses menjadi tidak maksimal. Selain itu seringkali
dalam penanganan bahan hasil pertanian cair, desain mesin tidak memerhatikan
spesific gravity dari bahan sehingga mesin akan mudah tersumbat, terjadi
pengerakan dan bahkan kerusakan dalam jangka pendek.

Dalam mempertahankan mutu suatu bahan hasil pertanian kita perlu melakukan
upaya atau perlakuan dalam proses penanganan komoditas pertanian tersebut. Salah
satu upaya nya adalah pemahaman tentang sifat bahan hasil pertanian dengan cara
melakukan pengukuran densitas dan specific gravity, pengukuran sudut geser dan
angle of repose produk pertanian yang berbentuk tidak beraturan serta bersifat
porus, yang dimana dilakukan pada praktikum kali ini.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah :
1. Menentukan kerapatan kamba (bulk density), spesific gravity serta sudut
repos (angle of repose) suatu bahan.
2. Mempelajari cara pengukuran densitas produk pertanian yang berbentuk
tidak beraturan serta bersifat porus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Hasil Pertanian


Bahan hasil pertanian merupakan produk pertanian yang dihasilkan langsung
dari tanaman pertanian setelah mengalami proses pemanenan. Bahan hasil
pertanian merupakan produk yang sangat sensitif terhadap perubahan suhu, tekanan
maupun tegangan. Bahan hasil pertanian merupakan produk hidup yang masih
mengalami proses respirasi dan juga proses enzimatis sehingga sangat mudah untuk
menurun kualitasnya setelah terlepas dari proses pemanenan. Bahan hasil pertanian
juga banyak mengandung air yang sangat mudah untuk digunakan mikroorganisme
dalam berkembang sehingga produk pertanian menjadi mudah membusuk dan
rusak (Prakoso, 2012).
2.2 Kerapatan Kamba (Bulk Density).
Bulk Density menunjukan perbandingan antara berat tanah kering dengan
volume tanah termasuk volume pori-pori tanah biasanya dinyatakan dalam gr/cm3
(Hardjowigeno,2012).
Dari sifat fisiknya dapat dilihat, BD tanah Kerapatan partikel tanah mineral
yang berkisar antara 2,60 – 2,75 g.cm-3. Rerataan partikel tanah adalah 2,65 ( BJ
Kuarsa ), sedangkan bahan organik 1,4 g.cm-3. Kerapatan partikel tanah bervariasi
tergantung pada kandungan bahan organik. Tanah lapisan olah yang mengandung
humus mempunyai BJ antara 2,40 – 2,65g.cm-3 (Sutanto, 2005).
Salah satu kegunaan menentukan BD adalah evaluasi terhadap kemungkinan
akar menembus tanah. Pada tanah tanah - dengan bulk density yang tinggi, akar
tanaman tidak dapat menembus lapisan tanah tersebut. Bulk density yang turun
biasanya pori – pori tanah makin banyak terbentuk. (Hardjowigeno, 2010).
Bulk Density dapat digunakan untuk menghitung ruang pori total tanah dengan
anggapan bahwa kerapatan zarah atau partikel density sama dengan 2,65 gr/cm3.
Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk density yang berarti semakin sulit
meneruskan air atau di tembus akar tanaman. Pada umumnya bulk density tanah
mineral berkisar antara 1,1-1,6 gr/cm3(Hardjowigeno 2013).
Bulk Density pada pertumbuhan sedang dan pertumbuhan kecil (1,05-1,32)
relatif tinggi di bandingkan pertumbuhan baik (1,04-1,18) hal ini menunjukkan
semakin tinggi bulk density menyebabkan kepadatan tanah meningkat,aerasi dan
drainase terganggu sehingga perkembangan akar menjadi tidak normal (Hakim,
dkk, 2010).
Berat satuan bahan-bahan butiran (bulk solid) dibedakan menjadi :
a. Berat satuan partikel (γ butiran tunggal) disebut solid/particle density ( p ) .

b. Berat satuan curah (bulk density) yaitu berat bahan curah dibagi volume total
bahan termasuk pori-pori. Macam-macam bulk density yaitu:
1) Apparent/Loose Bulk Density, yaitu densitas bahan curah tanpa
pemadatan ( a )
2) Compacted/Tapped Bulk Density, yaitu densitas bahan curah dengan
pemadatan ( c )
3) Working/Dynamic Bulk Density, yaitu densitas bahan curah untuk
penanganan bahan curah.
2.3 Spesific Gravity
Spesific gravity adalah perbandingan berat bahan terhadap berat air yang
volumenya sama dengan bahan. Spesific gravity dan bulk density dari bahan hasil
pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam proses penanganan bahan
hasil pertanian. Sebagai contoh, data kerapatan kamba dan spesific gravity bahan
diperlukan untuk penyimpanan biji-bijian, perencanaan silo, bunker, hopper,
perancanangan pengemasan, dan lain-lain (Rusendi, Dadi, dkk. 2014).

.......(1)

Untuk gas:
pV = n R T
pV = (m/M) R T
𝜌 = m/V
𝜌 = (p M)(R T)
dimana:
p = Tekanan (atm)
V = Volume (liter)
n = Jumlah mol, kgmol
m = massa, kg
M = berat molekul
T = suhu, 0K
R = konstanta gas (0,08206 (liter.atm) (mol0K) = 10,7315
Sebagaimana yang tercantum dalam rumus SG di atas, bahwa SG merupakan
perbandingan densitas zat terhadap densitas zat standar. Densitas merupakan
perbandingan massa zat dengan volume zat. Volume zat sangat dipengaruhi oleh
suhu. Kenaikan suhu akan mengakibatkan pemuaian zat sehingga volumenya
bertambah. Dengan demikian densitas zat yang sama pada temperatur yang lebih
tinggi akan lebih rendah. Oleh karenanya besarnya SG zat tersebut pun berubah.
Guna kepentingan transaksi jual beli, khususnya di bidang migas supaya
pembeli dan penjual tidak ada yang dirugikan, maka ditetapkan standar SG 60/60
sebagai dasar perhitungan transaksi jual beli. SG 60/60 berarti perbandingan
densitas zat pada suhu 60 degF dengan densitas zat standar pada suhu yang sama.
Namun kenyataannya, sangat sulit mengkondisikan suhu pengukuran tepat pada 60
degF. Oleh karena itu pengukuran dilakukan pada suhu ruangan (berapa pun) yang
nantinya hasil pengukuran tersebut dikonversi ke SG 60/60 dengan suatu koreksi
suhu (Refi. 2013).
2.4 Sudut Repos
Karakteristik friksi yang perlu diketahui dalam perancangan mesin- mesin
pascapanen dari bahan hasil pertanian terutama biji-bijian adalah sudut repos (angle
of repose). Biasanya sudut repos diperlukan untuk menentukan sudut kemiringan
corong pengumpan (hopper) atau kemiringan saringan mesin sortasi. Sudut
repos adalah sudut yang terbentuk antara bidang alas dan bidang miring dari suatu
bentuk segitiga pada saat bahan curah (biji-bjian) dijatuhkan secara bebas atau
sampai bahan mulai jatuh bergulir. Sudut repos terbagi menjadi: (Dediarta, 2011)
a. Sudut repos statik, yaitu sudut gesek antar bijian diambang batas gerak.
b. Sudut repos dinamik, yaitu sudut antara lereng timbunan biji-bijian dengan
permukaan horizontal.
Nilai sudut repos dari suatu bahan dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, kadar air,
dan orientasi bahan.
2.4 Piknometer
Piknometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur nilai massa jenis
atau densitas dari fluida.
Berbagai macam fluida yang diukur massa jenisnya, biasanya kalau dalam
praktikum yang di ukur adalah massa jenis dari oli , dan juga untuk minyak goreng
(Latif, 2016).
Piknometer itu terdiri dari 3 bagian
1. tutup pikno
2. lubang
3. gelas atau tabung ukur
Cara menggunakannya :
1. Lihat berapa volume dari piknometernya. Biasanya ada yang bervolume 25
ml dan 50 ml.
2. Timbang piknometer dalam keadaan kosong.
3. Masukkan fluida yang akan diukur massa jenisnya ke dalam piknomeer
tersebut.
4. Kalau sudah pas volumenya, piknometernya ditutup.
5. Timbang massa piknometer yang berisi fluida tersebut.
6. Hitung massa fluida yang dimasukkan dengan cara mengurangkan massa
pikno berisi fluida dengan massa pikno kosong.
7. Setelah dapat data massa dan volume fluidanya, tinggal menentukan nilai
rho/masssa jenis (p) fluida dengan persamaan:
rho (p) = m/V
Satuan yang di gunakan.
Biasanya massa dalam satuan gram
volume dalam satuan ml = cm^3
Jadi satuan p adalah dalam g/cm^3Massa jenis suatu zat dapat ditentukan
dengan berbagai alat, salah satunya adalah dengan menggunakan
piknometer. Piknometer adalah suatu alat yang terbuat dari kaca, bentuknya
menyerupai botol parfum atau sejenisnya. Jadi dapat diartikan disini, piknometer
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur nilai massa jenis atau densitas
fluida. Terdapat beberapa macam ukuran dari piknometer, tetapi biasanya volume
piknometer yang banyak digunakan adalah 10 ml dan 25 ml, dimana nilai volume
ini valid pada temperature yang tertera pada piknometer tersebut. Berikut contoh
gambar dari piknometer:
Adapun jenis atau bentuk piknometer yang kita ketahui itu terdiri dari tiga
bagian, yaitu:
1. Tutup piknometer, untuk mempertahankan suhu di dalam piknometer.
2. Lubang
3. Gelas atau tabung ukur, untuk mengukur volume cairan yang dimasukkan
dalam piknometer
Berikut tata cara menggunakan piknometer untuk menentukam massa jenis
suatu zat:
1. Melihat berapa volume dari piknometernya (tertera pada bagiantabung ukur),
biasanya ada yang bervolume 25 ml dan 50 ml.
2. Menimbang piknometer dalam keadaan kosong.
3. Memasukkan fluida yang akan diukur massa jenisnya ke dalam piknomeer
tersebut.
4. Menutup piknometer apabila volume yang diisikan sudah tepat.
5. Menimbang massa piknometer yang berisi fluida tersebut.
6. Menghitung massa fluida yang dimasukkan dengan cara mengurangkan
massa pikno berisi fluida dengan massa pikno kosong.
7. Setelah mendapat data massa dan volume fluidanya, kita dapat menentukan
nilai rho/masssa jenis (ρ) fluida dengan persamaan: rho (ρ) = m/V=(massa
pikno+isi) – (massa pikno kosong) / volume. Adapun satuan yang biasanya
di gunakan yaitu massa dalam satuan gram (gr) dan volume dalam satuan
ml = cm3
8. Membersihkan dan mengeringkan piknometer (Latif, 2016).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Berikut merupakan alat-alat yang digunakan pada saat praktikum :
1. Alat Pengukur Sudut Repos
2. Baker Glass
3. Gelas Ukur
4. Piknometer
5. Timbangan Analitik
3.1.2 Bahan
Berikut merupakan bahan-bahan yang digunakan pada saat praktikum.
1. Aquadest
2. Beras
3. Cabai
4. Cairan Toluena (𝐶6 𝐻5 𝐶𝐻3
5. Kacang Hijau
6. Minyak
3.2 Prosedur Percobaan
Prosedur pelaksanaan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
3.2.1 Menentukan Bulk Density
1. Timbanglah sejumlah bahan dengan menggunakan timbangan
analitik.
2. Ukurlah volume bahan yang telah ditimbang tersebut dengan
menggunakan gelas ukur/gelas baker.
3. Hitunglah bulk density bahan dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:
massa bahan
bulk density ( ) 
volume bahan
3.2.2 Menentukan Spesific Gravity
1. Metode Platform Scale
- Timbanglah bahan dengan menggunakan timbangan analitik.
- Masukkan air ke dalam gelas ukur/gelas beaker kemudian
timbanglah glass yang telah diisi air tersebut (massa wadah + air).
- Masukkan bahan ke dalam gelas ukur/gelas beaker yang telah diisi
air tersebut dan catatlah massanya (massa wadah + air +bahan).
- Hitunglah spesific gravity bahan dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:
massa bahan di udara
spesific gravity( BJ )  x spesific gravity air
massa air yang dipindahkan

Dimana: massa air yang dipindahkan = (massa wadah + air + bahan) –


(massa wadah + air).

2. Metode piknometer

Pinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan
rungan yang ditempati cairan ini.
- Menentukan spesifik gravity bahan padat (terutama bijian)
a. Timbang berat sampel diudara (Bs)
b. Timbang berat piknometer (Bp)
c. Masukan cairan toluene kedalam piknometer, timbang berat
toluene+piknometer (Bp+t)
c. Masukan sample bijian kedalam piknometer yang telah terisi cairan toluene,
timbang berat toluene+piknometer+sampel (Bt+p+s) hingga mencapai batas
garis pada piknometer,
d. Setelah piknometer dikosongkan dicuci dan dibersihkan dengan alcohol,
timbang juga berat toluene +air( Bp+a) sampai batas garis pada
piknometer.
e. Hitung spesifik gravity (SGs) dan berat satuan sampel (  s .).

B p t  B p
SG toluene =
B pa  B p

SG toulene xBs
Bs  Bt  p s  Bpt 
SG sampel =

Bs
Volume sampel (Vs) =
SGsampel
Bs
Berat satuan sampel (  s ) =
Vs

- Menentukan spesifik gravity bahan cair (minyak)


a. Siapkan piknometer kosong (m) yg bersih kemudian ditimbang beratnya
dalam gram, selanjutnya masukan aquades sampai garis batas
piknometer.
b. Piknometer tadi ditutup lagi hingga tidak ada gelembung, lalu bersihkan
dinding luar piknometer dengan tisu.Kemudian catatlah suhu pada tutup
piknometer dan timbang kembali berat piknometer yang berisi aquades (
m1 ).
c. Lakukan prosedur untuk sample yang digunakan, catat suhu dan berat
piknometer dan sampel ( m2 ).

m2  m
BJ sampel =
m1  m

- Menentukan Sudut Repos


a. Letakanlah bahan pada permukaan bidang atas (seng) dari alat pengukur
sudut repos.
b. Naikkanlah lapisan atas dari alat pengukur sudut repos sedikit demi
sedikit sampai dengan bahan mulai bergulir jatuh dan amati busur derajat
untuk melihat besarnya sudut yang terbentuk antara lapisan bawah dan
lapisan atas dari alat pengukur sudut repos.
c. Pada saat bahan mulai bergerak, catatlah sudut yang terbentuk (sudut
repos bahan)
d. Ulangi pengukuran pada permukaan yang berbeda (mika dan kayu)
dengan masing-masing permukaan diulang sebanyak 30 kali.

- Mengukur densitas bahan pertanian porus berbentuk tak menentu dengan


pelapisan lilin
a. Siapkan sampel dan timbang beratnya, ms
b. Siapkan air dan ukur volumenya, Va
c. Panaskan lilin sampai mencair
d. Setelah lilin mencair, celupkan sampel ke dalam lilin kemudian timbang
berat sampel berlapis lilin, msl
e. Masukan sampel berlapis lilin ke dalam air. Ukur volume air ditambah
sampel dan lilin, Vs+l+a
f. Hitung volume lilin, Vl
g. Hitung volume sampel berdasarkan persamaan Vs= Vs+l+a – Vl – Va
h. Hitung densitas sampel ρs = ms / Vs
BAB IV
HASIL PERCOBAAN

4.1 Tabel

Tabel 1. Hasil Percobaan Bulk Density Kelompok 1

Percobaan Massa (g) Volume (ml) Bulk Density (Kg/m3)


ke Kedelai Jagung Kedelai Jagung Kedelai Jagung
1 5,04 5 8 6,5 630 769,230769
2 5,04 4,99 8,5 7 592,94117 712,8571429
3 5,02 5 9 7 557,777 714,285714

Tabel 2. Hasil Percobaan SG dengan Metode platform scale Kelompok 2

Massa air 20 ml Massa air +


Massa air yang
Perco Massa Bahan (g) + Massa wadah wadah + bahan Spesific gravity
dipindahkan
baan (g) (g)
ke Kedelai K. Kedelai K. Kedelai K. Kedelai K. Kedelai K.
Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau
A B c D
1 5,02 5 56,66 56,81 61,68 61,79 5,02 4,98 1 1,004
2 4,96 5,02 56,59 56,79 61,55 61,81 4,96 5,02 1 1
3 4,93 4,99 56,48 56,59 61,42 61,58 4,94 4,99 0,9979 1

Tabel 3. Hasil Percobaan SG metode Piknometer Kelompok 3

SG
SG Vs γs (g/
Bahan Bs Bp Bpt Bpts Bpa Sampe
Toluena (mm3) mm3)
l

Kedelai 5,06 16,94 37,04 39,45 42,15 0,7973 2,65 1,9094 2,650

K.Hijau 5,01 16,94 37,15 39,82 42,23 0,8225 1,4017 3,5742 1,4017
Perhitungan :

1. Kedelai

𝐵𝑃𝑡−𝐵𝑃 37,04−16,94
 SG Toluena = 𝐵𝑃𝑎−𝐵𝑃 = 42,15−16,94 = 0,7973
𝑆𝐺 𝑇𝑜𝑙𝑢𝑒𝑛 ∙𝐵𝑠 0,7973∗ 5,06
 SG Sampel = 𝐵𝑠−(𝐵𝑃𝑡𝑠−𝐵𝑃𝑡) = = 2,65
5,06−(39,45−37,04)
𝐵𝑠 5,06
 Vs = 𝑆𝐺 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 2,65 = 1,9094 mm3
𝐵𝑠 5,06
 γs = = = 2,650 g/mm3
𝑉𝑠 1,9094

2. Kacang Hijau
𝐵𝑃𝑡−𝐵𝑃 37,75−16,94
 SG Toluena = 𝐵𝑃𝑎−𝐵𝑃 = = 0,8225
42,239−16,94
𝑆𝐺 𝑇𝑜𝑙𝑢𝑒𝑛 ∙𝐵𝑠 0,8225∗ 5,01
 SG Sampel = 𝐵𝑠−(𝐵𝑃𝑡𝑠−𝐵𝑃𝑡) = = 1,4017
5,01−(39,82−37,75)
𝐵𝑠 5,01
 Vs = 𝑆𝐺 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 1,4017 = 3,5742 mm3
𝐵𝑠 5,01
 γs = 𝑉𝑠 = 3,5742 = 1,4017 g/mm3

Tabel 4. Hasil Percobaan SG Bahan Cair Kelompok 3 (Pengukuran Spesific


Gravity Bahan Cair dengan Piknometer)

Massa Piknometer Massa Bahan


Bahan SG
(g) Piknometer (g)
Aquades 22,15 51,07 0,732710926
Minyak Goreng 22,15 43,34 1,364794714

Tabel 5. Hasil Pengukuran Sudut Repos Kelompok 4

Mika Kayu Seng


No Jagung K. Hijau Jagung K.Hijau Jagung K.Hijau
(o) (o) (o) (o) (o) (o)
1 25 20 23 24 28 29
2 27 20 28 17 23 26
3 31 25 23 16 16 9
4 28 19 19 9 18 11
5 24 15 25 5 20 27
6 22 13 21 19 25 9
7 32 30 23 11 21 9
8 30 20 33 15 18 9
9 32 20 19 13 24 13
10 43 25 19 6 25 23
11 25 15 20 8 19 16
12 25 20 24 15 21 9
13 35 29 23 6 25 9
14 28 25 23 13 20 5
15 33 19 20 20 30 11
16 26 26 22 11 19 30
17 29 11 35 11 16 19
18 27 20 15 9 19 18
19 28 16 24 7 20 11
20 29 11 24 25 24 11
21 30 24 19 17 22 29
22 31 11 18 22 14 29
23 32 11 15 4 22 25
24 31 21 23 18 26 13
25 29 31 17 10 21 26
26 25 16 23 5 16 13
27 26 20 20 16 35 9
28 27 29 24 18 18 28
29 28 18 21 18 17 20
30 28 19 23 9 21 11
Jmlh 866 599 666 397 643 507
2
Rata 42,967 41,483
55,87097 38,64516 25,6129 32,70968
74 87
SD 14785, 13781,
24998,53 11960,03 5253,633 8568,3
2 63
Tabel 6. Hasil Pengukuran Densitas Bahan poros Kelompok 5

Percobaan Ms Va MsL VsLA ML VL Vs ρs


Ke (g) (ml) (g) (cm2) (gr) (cm3) (cm3) (gr/cm3)
1 3,84 50 3,35 53 -0,48 -0,5161 3,5161 1,0921
2 5,44 50 6,13 57 0,69 0,7419 6,2581 0,8692
3 4,75 50 5,18 56 0,43 0,4623 5,5377 0,8577

4.2 Perhitungan

 Perhitungan Hasil Percobaan Kelompok 1


Perhitungan :

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛
BD = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛

- Kedelai
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 5,04 × 10−3 𝐾𝑔
1. BD = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 = = 630 Kg/m3
8 × 10−6 𝑚3
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 5,04 × 10−3 𝐾𝑔
2. BD = = = 592,94117 Kg/m3
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 8,5 × 10−6 𝑚3

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 5,02 × 10−3 𝐾𝑔


3. BD = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 = = 557,777 Kg/m3
9 × 10−6 𝑚3

- Jagung
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 5 × 10−3 𝐾𝑔
1. BD = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 = 6,5 × 10−6 𝑚3 = 769,230769 Kg/m3
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 4,99 × 10−3 𝐾𝑔
2. BD = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 = = 712,8571429 Kg/m3
7 × 10−6 𝑚3
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 5 × 10−3 𝐾𝑔
3. BD = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 = 7 × 10−6 𝑚3 = 714,285714 Kg/m3

 Perhitungan Hasil Percobaan Kelompok 2


Perhitungan :

- Massa yang dipindahkan


1. Kedelai
 d = c – b = 61,68 – 56,66 = 5,02
 d = c – b = 61,55 – 56,59 = 4,96
 d = c – b = 61,42 – 56,48 = 4,94
2. Kacang Hijau
 d = c – b = 61,79 – 56,81 = 4,98
 d = c – b = 61,81 – 56,79 = 5,02
 d = c – b = 61,58 – 56,59 = 4,99
- Spesific Gravity
1. Kedelai
𝑎 5,02
 SG = d x SG air = 5,02 x 1 = 1
𝑎 4,96
 SG = d x SG air = 4,96 x 1 = 1
𝑎 4,93
 SG = d x SG air = 4,94 x 1 = 0,99797508

2. Kacang Hijau
𝑎 5
 SG = d x SG air = 4,98 x 1 = 1,004
𝑎 5,02
 SG = d x SG air = 5,02 x 1 = 1
𝑎 4,99
SG = d x SG air = 4,99 x 1 = 1

 Perhitungan Hasil Percobaan Kelompok 3


Perhitungan :

M2−M 43,34 −22,15


1. SG Minyak Goreng = M1−M = 51,07 − 22,15 = 0,732710926
M2−M 51,07 −22,15
2. SG Aquades = M1−M = 43,34 − 22,15 = 1,364794714

 Perhitungan Hasil Percobaan Kelompok 4


Perhitungan :

∑ 𝑋 2 − ∑ 𝑋²/𝑛)
𝑆𝐷 = ( )
𝑛−1

- Jagung di Permukaan Bidang Mika

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑅𝑒𝑝𝑜𝑠 885


Rata-rata = = = 29,50
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 30

8662
8662 − 30
SD = = 24998,53
30 − 1
- Kacang Hijau diPermukaan Bidang Mika

5992
5992 − 30
SD = = 11960,03
30 − 1

- Jagung di Permukaan Bidang Kayu

6662
6662 − 30
SD = = 14785,2
30 − 1

- Kacang Hijau di Permukaan Bidang Kayu

3972
3972 − 30
SD = = 5253,633
30 − 1

- Jagung di Permukaan Bidang Seng

6432
6432 − 30
SD = = 13781,63
30 − 1

- Kacang Hijau di Permukaan Bidang Seng

5072
5072 − 30
SD = = 8568,3
30 − 1

 Hasil Perhitungan Kelompok 5


Perhitungan :

Catatan : ρL = 0,93 g/cm3


1. Percobaan 1
ML = MsL – Ms = 3,35 – 3,84 = -0,48 gr
𝑀𝐿 −0,48
VL = = = -0,5161 cm3
ρL 0,93

Vs = VsLA – Va – VL = (53-50) - (-0,5161) = 3,5161 cm3


𝑀𝑠 3,84
ρs = = 3,5161 = 1,0921 g/cm3
Vs

2. Percobaan 2
ML = MsL – Ms = 6,13 – 5,44 = 0,69 gr

𝑀𝐿 0,69
VL = = 0,93 = 0,7419 cm3
ρL

Vs = VsLA – Va – VL = (57 -50) - 0,69 = 6,2581 cm3


𝑀𝑠 5,44
ρs = = 6,2581 = 0,8692 g/cm3
Vs

3. Percobaan 3
ML = MsL – Ms = 5,18 – 4,75 = 0,43 gr
𝑀𝐿 0,43
VL = = 0,93 = 0,4623 cm3
ρL

Vs = VsLA – Va – VL = (56-50) – 0,43 = 5,5377 cm3


𝑀𝑠 4,75
ρs = = 5,5377 = 0,8577 g/cm3
Vs
BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini membahas mengenai pengukuran densitas dan spesifik
gravity serta pengukuran Sudut Geser dan Angle of Repose. Pengukuran kali ini
penting dilakukan untuk mengetahui penanganan yang tepat terhadap bahan hasil
pertanian yang memiliki karakteristik yang mudah rusak. Praktikum kali ini
khususnya ditujukan untuk bahan pertanian curah dan dalam kuantitas yang besar.
Kita perlu mengetahui bagaimana penanganan serta perngolahan dari bahan
pertanian tersebut serta memerlukan teknik khusus dengan memerhatikan kerapatan
maupun sudut reposenya agar laju aliran bahan saat diproses tidak terhambat.
Namun bahan pertanian tidak hanya berupa curah namun dapat berupa zat cair
sehingga untuk penanganannya diperlukan data spesific gravity agar tidak membuat
laju alirnya terhambat saat dilakukan proses penanganan.
Berdasarkan hasil percobaan untuk mengetahui Bulk Density didapatkan hasil
yang berbeda-beda. Nilai bulk density dipengaruhi oleh massa dan volume. Maka
dapat disimpulkan bahwa bulk density berbanding lurus dengan massa dan
berbanding terbalik dengan volume. Semakin besar volume suatu bahan maka
semakin kecil bulk density-nya. Begitupun sebaliknya, semakin kecil volumenya
maka semakin besar nilai bulk density-nya. Percobaan dilakukan tiga kali, namun
hasil yang didapatkan berbeda-beda, hal ini terjadi karena praktikan kurang teliti
dalam menimbang dan mengukur volume bahan. Informasi mengenai bulk density
membantu kita dalam menentukan design storange (ruang penyimpanan). Karena
berdasarkan data bulk denisty tersebut, kita dapat menetukan design storange
(ruang penyimpanan) yang diperlukan oleh produk tersebut. Apabila nilai bulk
denisty dari produk tersebut besar, maka ruang penyimpanan yang diperlukan
oleh produk tersebut besar pula. Dan apabila nilai bulk denisty kecil maka ruang
penyimpanan yang diperlukan oleh produk tersebut kecil pula.
Selanjutnya adalah pengukuran spesific gravity yang menunjukkan
kerapatan massa yang dipengaruhi oleh gravitasi. Saat pengukuran densitas dari
kacang hijau dan jagung, diketahui hasil pengukuran masih kurang mendekati
literatur yang telah diketahui. Namun perbedaannya tidak terlalu jauh dan
menunjukkan bahwa praktikum kali ini masih kurang akurat. Hal tersebut bisa
dikarenakan keterbatasan pengukuran massa dengan menggunakan neraca analitik
maupun kesalahan dalam pembacaan volume bahan. Sementara itu hasil
pengukuran BD dengan metode BD dan platform scale memiliki nilai yang
berbeda, hal ini dikarenakan dalam pengukuran dengan menggunakan metode BD
masih banyak mengalami kesalahan diantaranya adalah karena kesalahan dalam
pembacaan massa air yang dipindahkan setelah bahan dimasukkan ke dalam gelas
ukur. Namun jika dibandingkan dengan literatur maka kedua hasil pengukuran
tersebut masih cukup jauh dari literatur yang ada sehingga dapat diketahui bahwa
kedua percobaan tersebut masih belum memiliki akurasi dan presisi yang baik.
Lalu pengukuran sudut repose yang dilakukan sebanyak 30 kali pada setiap
jenis bahan agar pengukuran mendapatkan hasil yang lebih akurat untuk penentuan
sudut repose. Pengukuran sudut repose juga dilakukan dengan berbagai jenis bahan
bidang antara lain kayu, seng dan mika. Hal ini disebabkan sudut repose sangat
dipengaruhi oleh koefisien gesek bidang gesernya dimana semakin besar koefisien
gaya geseknya maka sudut repose yang terbentuk akan semakin besar. Berdasarkan
literatur yang ada, koefisien gaya gesek mika lebih besar dari kayu dan seng
sehingga bahan akan lebih mudah untuk meluncur di sepanjang permukaan bidang.
Pengukuran sudut repose ini juga dapat menentukan jenis bahan yang cocok untuk
perancangan alat dan mesin proses agar sudut repose yang terbentuk tidak terlalu
besar dan bahan pertanian akan dengan mudah mengalir.
Pada percobaan bahan densitas bahan porus, praktikan menggunakan cabe
sebagai bahan percobaannya. Cabai diguunakan karena bahan ini memilika rongga-
rongga sehingga harus ditutupi terlebih dahulu oleh lilin yang telah dicairkan.
Setelah dicelupkan ke dalam cairan lilin pori-pori cabai akan tertutup dan tidak
terjadi perpindahan air ke dalam maupun ke luar dari bahan sebab bahan pertanian
porus akan lebih mudah untuk mentransfer air. Selain itu pelilinan juga dilakukan
untuk melapisi permukaan bahan agar pori-pori bahan tidak terisi oleh proses
respirasi bahan sehingga perhitungan akan menjadi lebih akurat dan presisi ketika
proses respirasi dan perpindahan air ditekan seminimum mungkin.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah:
1. Karakteristik bahan hasil pertanian merupakan karakteristik yang paling
mudah untuk diamati untuk pembuatan desain alat dan mesin pascapanen.
2. Bahan hasil pertanian yang memiliki karakteristik yang mudah rusak
sehingga butuh penanganan dan teknik yang tepat dalam pengolahannya.
3. Bahan pertanian tidak hanya berupa curah namun dapat berupa zat cair
sehingga untuk penanganannya diperlukan data spesific gravity agar tidak
membuat laju alirnya terhambat saat dilakukan proses penanganan.
4. Nilai bulk density dipengaruhi oleh massa dan volume.
5. Bulk density berbanding lurus dengan massa dan berbanding terbalik dengan
volume.
6. Informasi mengenai bulk density membantu kita dalam menentukan design
storange (ruang penyimpanan).
7. Pengukuran spesific gravity yang menunjukkan kerapatan massa yang
dipengaruhi oleh gravitasi.
8. Sudut repose sangat dipengaruhi oleh koefisien gesek bidang gesernya
dimana semakin besar koefisien gaya geseknya maka sudut repose yang
terbentuk akan semakin besar.
9. Koefisien gaya gesek mika lebih besar dari kayu dan seng sehingga bahan
akan lebih mudah untuk meluncur di sepanjang permukaan bidang.
10. Pengukuran sudut repose ini juga dapat menentukan jenis bahan yang cocok
untuk perancangan alat dan mesin proses agar sudut repose yang terbentuk
tidak terlalu besar dan bahan pertanian akan dengan mudah mengalir.
6.2 Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah:
1. Setiap praktikan sebaiknya memahami konsep praktikum yang akan
dilaksanakan untuk mempermudah pelaksanaan praktikum.
2. Setiap praktikan sebaiknya dibuat kondusif agar jalannya praktikum dapat
mengefisiensikan waktu selama percobaan dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim. 2010. Bulk Density. Available at:
https://www.scribd.com/doc/76403105/BD. (Diakses pada tanggal 10
Oktober 2017 pukul 18.35 WIB).
Jassin, Ernawati. 2011. Kajian Eksperimental Nilai Konduktivitas Termal Dan
Panas Spesifik Beberapa Jenis Ikan. Available at:
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/76017798e2b283d63122d90bc757fd58
.pdf (Diakses pada tanggal 15 Oktober 2017 pukul 20.15 WIB).
Junaedi, Iskandar. 2015. Lilin Lebah Murni.Available at : http://lilinlebah.com.
(diakses pada tanggal 7 Oktober 2017 pukul 16.08 WIB).
Prakoso, Sujiwo. 2010. Bahan Hasil Pertanian dan Teknologi Proses. Terdapat
pada : http://pasca.ipb.ac.id. (diakses pada tanggal 7 Oktober 2017 pukul
16.10 WIB).
Tzia, Constantina. 2010. Food Engineering Handbook Terjemahan Bahasa
Indonesia. CRC Press: Paris
Yuyun, Belladina. 2012. Piknometer. Terdapat pada : http://yu2n-
sevenfoldism.co.id. (diakses pada tanggal 7 Oktober 2017 pukul 16.01
WIB)
LAMPIRAN

Gambar 1. Air 50 ml Gambar 2. Cabai


(Sumber : dokumentasi Pribadi,2017) (Sumber : dokumentasi Pribadi,2017)

Gambar 3. Pencelupan bahan Gambar 4. Lilin Cair


(Sumber : dokumentasi Pribadi,2017) (Sumber : dokumentasi Pribadi,2017)

Anda mungkin juga menyukai