Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/329371546

PENGETAHUAN DAN MANUSIA (HAKEKAT DAN TUJUAN)

Article · December 2018

CITATIONS READS

0 1,786

4 authors, including:

Moh. Zaini
IAIN Madura
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Moh. Zaini on 14 December 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENGETAHUAN DAN MANUSIA
(HAKIKAT DAN TUJUAN)
MOH. ZAINI1
Email: zain_hs79@yahoo.co.id

Abstrak: Ilmu pengetahuan merupakan suatu acuan yang harus dibutuhkkan dalam
setiap kehidupan manusia. Sejarah tentang perkembangan ilmu pengetahuan tidak
luput dari perbincangan yang hingga saat ini semakin pesat perbandingannya di zaman
dahulukala. Seiring dengan perkembangan zaman dan pola pikir manusia yang semakin
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidangnya tercapailah suatu
kehidupan baru untuk menunjang perkembangan teknologi dan informasi .

Kata kunci: Pengetahuan, Manusia

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ilmu Pengaetahuan pada dasarnya lahir dan berkembang konsekuensi dari
usaha-usaha manusia baik untuk memahami realitas kehidupan dan alam semesta
maupun untuk menyelesaikan permasalahan hidup yang dihadapinya, serta
mengembangkan dan melestarikan hasil yang sudah di capai oleh manusia
sebelumnya
Menurut Endang Saefuddin ashore (2009) pemahaman ilmu pengetahuan
di letakkan dengan ukuran: pertama, pada demensi fenominalnya, yaitu bahwa
ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai masyarakat, proses, dan produk.
Ilmu pengetahuan yang memiliki strukturnya sendiri ilmu pengetahuan juga
bersifat independen (bebas dari Nilai), tetapi disisi lain sebagai instrumen (alat
dan proses) keberadaannya koheren targantung dan diarahkannya. Siapa yang
mengarahkannya? Yang menjawabnya tidak lain adalah manusia sendiri sebagai
subyek ilmu pengetahuan itu sendiri. Ketika memang bukan merupakan bagian
dairi ilmu pengetahuan dan tekhnologi, tetapi penerapan ilmu pengetahuan dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat memerlukan dimensi etis sebagai alat kontrol
bagi pengembangan iptek agar tidak bertantangan dengan nilai-nilai dan norma-
norma yang ada di dalam masyarakat. Alam ini yang terjadi keharusan untuk
memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia menjaga keseimbagan
ekosistem bertanggung jawab kepada kepentingan umum, kepentingan generasi
mendatang dan bersifat universal.

PEMBAHASAN
Ilmu Pengetahuan
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam Bahasa Inggris yaitu
knowledge. Dalam Encylopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa definisi
pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).
Sedangkan Secara terminologi akan di kembangkan berbagai definisi
tentang pengetahuan. Menurut Drs. Sadi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang

1
Mahasiswa Pascasarjana IAIN Madura

1
diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari
kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau
isi pikiran usaha mnusia untuk tahu.
Dalam kamus filsafat di jelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah
proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya
sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui
(objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu
menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.
Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa pengetahuan dalam arti lus berarti
semua kehadiran internasional objek dalam subjek. Namun dalam arti sempit dan
berbeda dengan imajinasi atau pemikiran belaka, pengetahuan hanya berarti
putusan yang benar dan pasti (kebenaran, kepastian). Di sini subjik sadar akan
hubungan objek dengan eksistensi. Pada umumnya, adalah tepat kalua
mengatajkan pengetahuan hanya merupakan pengalaman “sadar”. Karena sangat
sulit melihat bagaimana persisnya suatu pribadi dapat sadar akan suatu eksisten
tanpa kehadiran eksisten itu di dalam dirinya.
Orang prakmatis, terutama John Dewey tidak membedakan pengetahuan
dengan kebenaran (antara Knowledge demgan truth). Jadi pengetahuan itu harus
benar, kalau tidak benar adalah kontradiksi.2
Ilmu pengetahuan merupakan warisan Bersama umat manusia, bukan
milik pribadi dari orang-orang tertentu. Permulaannya dimulai dengan permulaan
umat manusia. Ketika ketika budaya intelektual Eropa mencapai kedewasaan yang
memadai, yang sebagian besarnya dicapai melalui prestasi negara-negara selain
Eropa lainnya, ilmu eksperimental secara khusus telah matang bagi perkembangan
baru menyeluruh melalui Renaisans, Abad kebangkitan.
Sejatinya ilmu pengetahuan yaitu mengarahkan kecerdasan menuju
kebahagiaan dunia dan akhirat tanpa mengharapkan keuntungan materi,
melakukan pengkajian tak kenal Lelah dan terperinci tentang alam semesta untuk
menemukan kebenaran mutlak yang mendasarinya, dan mengikuti metode yang di
perlukan untuk mencapai tujuan itu, maka ketiadaan hal-hal ini memiliki arti
bahawa ilmu pengetahuan idak dapat memenuhi harapan kita. Meskipun biasanya
dikemukakan sebagai pertikaian antara Kristen dan ilmu pengetahuan, pertikaian
zaman Renains terutama antara ilmuwanda gereja. Copernicus, Galileo, dan
Bacon (dikemukakan sebagai) anti agama telah memunculkan cinta dan pemikiran
untuk menemukan kebenaran.
Sebelum kresten Islam membawa obor pengetahuan ilmiah. Pemikiran
Agama yang memancar dari kebahagiaan akhirat dan cinta serta semangat yang
muncul dari pemikiran itu, yang disertai rasa kefakiran dan ketidak berdayaan di
hadapan pencipta Mahekal, di balik kemajuan ilmiah besar selama 500 tahun yang
tersaksikan di dunia Islam hingga akhir Abad kedua belas. Gagasan ilmu
pengetahuan berdasarkan wahyu ilahi, yang mendorong penelitian ilmiah di dunia
Islam, di persembahkan nyaris sempurna oleh took terkemuka zaman itu, yang
tenggelam dalam pemikiran tantang kebahagiaan akhirat, meneliti alam semesta
tanpa kenal Lelah untuk mencapai kabahagiaan akhirat. Ketaatan mereka kepada
wahyu ilahi menyebabkan kecerdasan yang berasal dari wahyu itu memancarkan
cahaya yang memunculkan gagasan baru ilmu pengtahuan di dalam jiwa manusia.

2
Bakhtiar,Amsal, Filsafat Ilmu,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2013). Hlm. 85-86

2
Jika gagasan ilmu pengetahuan yang diterima dan dimanfaatkan oleh
masyarakat seolah merupakan bagian dari risalah Ilahi, dan yang dipelajari dengan
semangat ibadah, tidak pernah terkena serangan Mongol yang menghancurkan
serta terpaan perang salib yang tak berblas kasih dari Eropa, maka dunia hari ini
akan lebih tercarahkan, memiliki kehidupan intelektual yang lebih kaya, teknologi
yang lebih sehat, dan ilmu pengetahuan yang lebih menjanjikan. Gagasan Islam
tentang ilmu pengetahuan menyatu dengan keinginan kebahagiaan akhirat, cita-
cita akan manfaat bagi kemanusiaan, dan tanggung jawab dalam ranfka meraih
ridha Allah.3
Pengetahuan (knowledge atau ilmu) adalah bagian yang esensial-aksiden
manusia, karena pengetahuan adalah buah dari dari “berpikir”. Berpikir (atau
natiqiyyah) adalah sebagai differentia (atau fash) yang memisahkan manusia dari
sesama genus-nya, yaitu hewan. Sebenarnya kehebtan dan keunggulannya. Yang
dimilikinya. Lalu apa yang telah dan ingin diketahui oleh manusia? Bagaimana
manusia berpengetahuan? Kemudian apakah yang ia ketahui itu benar? Dan apa
yang menjadi tolak ukur kebenaran?
Pertanyaan-pertanyaan di atas sebenarnya sederhana sekali, karena
pertanyaan-pertanyaan ini sudah terjawab dengan sendirinya ketika manusia
sudah masuk kea lam realita. Namun ketika masalah-masalah itu diangkat dan
dibedah dengan pisau ilmu, maka tidak menjadi sederhana lagi. Masalah-masalah
itu akan berubah dari sesuatu yang mudah menjadi sesuatu yang sulit, dari sesuatu
yang sederhana menjadi sesuatu yang rumit (complicated). Oleh karena masalah-
masalah itu dibawa kedalam pembedahan ilmu, makai a menjadi sesuatu yang
diselisihkan dan diperdebatkan. Perselisihan tentangnya menyebabkan perbedaan
dalam cara memandang dunia (world view), sehingga pada gilirannya muncul
perbedaan idiologi. Dan itulah relita dari kehidupan manusia yang memiliki aneka
ragam sudut pandang ideologi.
Atas dasar itu, manusia menganggap penting masalah-masalah di atas
sehingga perlu membahas secara mendalam pengatahuan itu. Dalam hal ini, ilmu
tidak lagi menjadi satu aktivitas otak yang hanya menerima, merkam, dan
mengelola apa yang ada dalam benak tatapi ia menjadi objek. Para pemikir
menyebut ilmu ini dengan epistemologi (teori pengetahuan atau nadzariyyah al-
ma’tifah).4
Pengetahuan alamiah (pengetahuan-pen.) dan pengetahuan ilmiah (ilmu
pengetahuan-pen), bersumber dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas
manusia (Anton Bakker dan Ahmad Charris Zubair: 12). meskipun demikian
pengetahuan di bedakan dari ilmu pengetahuan. Pengetahuan ilmiah hanya
terbatas pada rangkaian informasi tentang sesuatu benda, fakta, peristiwa, dan
lainnya. Melalui pengetahuan ilmiah, seseorang hanya dapat “mengetahui” atau
“tahu” (Robiyanto 2010). Pengetahuan tentang fauna di kalangan masyarakat suku
primitif, misalnya dihubungkan dengan keterampilan berburu guna mendapatkan
daging hewan bagi kebutuhan hidup. Selain itu, juga untuk mengetahui kelakuan
hewan untuk dapat menjaga lading atau sawah dari gangguan hewan dimaksud
(koentjaraningrat 292).5

3
Latif, Mukhtar,Orentasi Ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu,(Jakarta Prenadamidia Group
2014).hlm.297-298
4
Fautanu,Idzam,Filsafat Ilmu Teori &Aplikasi,(Jakarta Ciputat 2012).hlm 51
5
Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2013).hlm. 89

3
Konsep Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai objek, menurut Ali maksum (2011) merupakan
himpunan informasi yang berupa pengetahuan ilmiah tentang gejala yang dapat
dilihat, dirasakan, atau dialami. Gejala ini dapat berupa gejala alam (seperti angin,
air, gempa bumi, Ombak, gerak, dan benda), atau gejala sosial (seperti masyarakat
bangsa, unjuk rasa, kemiskinan, kemakmuran, dan ketersaingan), ataupun gejala
pikir yang abstrak wujudnya, seperti konsep tentang bilangan dan himpunan di
dalam matematika. Masalah yang menjadi perhatian di dalam aktivitas ilmu
pengetahuan yaitu pencarian kejelasan dan perumusan penjelasan mengenai
struktur, fungsi, dan pola laku gejala-gejala, baik gejala alam, gejala sosial,
maupun gejala pikir.
Dengan demikian, bentuk dari hasil kegiatan ilmu pengetahuan
mencakup dua hal, yaitu penjelasan terhadap sesuatu gejala yang dinyatakan
sebagai hukum bila gejalanya merupakn gejala alam, kemudian sebagai dalil bila
gejalanya merupakan gejala pikir atau gejala abstrak.
Disamping hukum atau dalil dan teori yang luas cakupan
keberlakuannya, yaitu suatu kelas gejala (a class of phenomene), dan karenanya
berlaku umum dalam lingkup kelas gejala itu, terdapat juga bentuk kesimpulan
dan penjelasan yang lebih terbatas cakupan keberlakuannya, seperti halnya:
Pertama, korelsi yaitu kesimpulan yang menjamin keberlakuannya terbatas pada
selang liputan observasi yang dilakukan mengenai gejala-gejala itu.
Kedua, Hipotesis, yaitu suatu dugaan mula mengenai penjelasan terhadap
fenomena, dan arena itu masih spekulatif sifatnya.
Ketiga, model, yaitu suatu deskripsi (jadi penjelasan) tentang struktur dan pola
laku suatu fenomena, ditinjau dari suatu titik pandang ter tentu.
Keempat, Conjecture, yaitu suatu kesimpulan yang masih spekulatif sifatnya
ditinjau dari kelengkapan fakta yang mendukungnya dan perincian logika
yang digunakan untuk menjelaskannya.
Ilmu pengetahuan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
filsafat. Bagi para filsafat ilmu pengetahuan itu, filsafat yaitu ilmu pengetahuan.
Dengan demikian jelas terkait bahwa pada mulanya filsafat mencakup
keseluruahan ilmu pengetahuan. Itulah sebabnya, Ali maksum (2011) filsafat
tersebut sebagai mater sceantiarum atau induk segala ilmu pengetahuan. Berkat
ilmu pengetahuan manusia dapat meraih kemajuan yang sangat menakjubkan
dalam segala bidang kehidupan. Tekhnologi cangggih merupakan salah satu
produk dari ilmu pengetahuan.6
Tujuan Ilmu Pengetahuan
Tujuan ilmu pengetahuan dapat debedakan menjadi dua macam
berdasarkan alirannya, sebagai mana dikemukakan oleh Darsono Prawinegoro
(2011), yakni:
Pertama, berdasarkan [erkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu sebatas
untuk memenuhi rasa keingintahuan manusia.
Kedua, ilmu pengetahuanprakmatis. Aliran ini meyakin bahwa pengembangan
ilmu pengetahuan haruslah dapat memberikan manfaat bagi manusia
dalam pemecahan masalah kehidupan.

6
Ibid.hlm.89

4
Jika dilihat dari pemikiran filsafat, maka ilmu (ilmu pengetahuan dapat
digolongkan menjadi dua golongan. Pertama, Ilmu Pengetahuan riil, yaitu
pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial. Kedua, Ilmu pengetahuan formal,
yaitu matematika dan logis. Ini juga sering disebut sebagai alat ilmu pengetahuan,
atau istilah jujun suriasumantri (2010), matematika itu sebagai sarana berfikir
deduktif. Kalua dia dikelompokkan sebagai pengetahuan,maka dia merupakan
pengetahuan yang paling tua umurnya dan paling pertama berkembang.
Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan
Imu sebagai pengetahuan ilmiah berbeda dengan dengan pengetahuan
bias, memiliki ciri-ciri tersendiri di antara ciri yang dimiliki oleh ilmu
pengetahuan seperti dikemukakan Konrad Kebung (2011), yaitu: Pertama,
Sistematis. Para filsuf dan ilmuwan sepaham bahwa ilmu adalah pengetahuan atau
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Ciri-ciri sistematis ilmu
menunjukkan bahwa ilmu merupakan berbagai keterangan dan data yang tersusun
sebagai kumpulan pengetahuan tersebut mempunyai hubungan saling
ketergantungan yang teratur (pertalian tertib).
Pertalian tertib yang dimaksud disebabkan adanya sustu asas tata tertib
tertentu di antara bagian-bagian yang merupakan pokok soalnya. Kedua, Empiris.
Bahwa ilmumengandung pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengamatan
serta percobaan secara terstruktur di dalam bentuk pengalaman, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Ilmu mengamati, menganalisis, menalar, membuktikan, dan
menyimpulkan, hal-hal empiris yang bersifat fakta (factual), baik berupa gejala
maupun kebatinan, gejala alam, gejala kejiwaan, gejala kemasyarakatan,dan
sebagainya. Semua hal fakta yang dimaksud di himpun dan dicatat sebagai data
(datum) sebagai bahan persediaan bagi ilmu.
Ilmu dalam hal ini bukan sekedar fakta, melainkan fakta yang diamati
dalam suatu aktivits ilmiah melalui pengalaman. Fakta bukan pula data, berbeda
dengan fakta,data lebih merupakan berbagai keterangan mengenai sesuatu hal
yang diperoleh melalui penerapan atau sensasi derawi. Ketiga, objektif. Bahwa
ilmu menujukkan pada bentuk pengetahuan yang bebas dari prasangka perorangan
(personel biasa), dan perasaan subjektif berupa kesukaan atau kebencian pribadi.
Ilmu haruslah hanya mengandung pernyataan serta data yang menggambarkan
secara terus terang atau mencerminkan secara tepat gejala yang ditelaahnya. 7
Pengetahuan Manusia
Pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan, maka
didalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran.
Burhanudin Salma (2005) mengemukakan, pengetahuan yang dimiliki manusia
ada empat macam yaitu:
Pertama, Pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan yang dalam filsafat
dikatakan dengan istilah common sense. Karena seseorang memiliki sesuatu di
mana ia menerima secara baik. Semua orang menyebutnya sesuatu itu panas, dan
sebagainya. Dengan common sense, semua orang sampai pada keyakinan secara
umum tentang suatu umum tentang sesuatu, di mana mereka berpendapat sama
semuanya. Common sense diperoleh dari pengalaman sehari-hari, seperti air dapat

7
Ibid. hlm.89-91

5
dipakai untuk menyiram bunga, makanan dapat memuaskan rasa lapar, dan musim
kemarau akan mengeringkan sawah tadah hujan.
Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemah dari science.
Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjuk kan ilmu
pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif. Ilmu pada perinsipnya
merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematiskan common sense,
suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam
kehidupan sehari-hari. Namun dilanjutkan suatu pemikiran secara cermat dan teliti
dengan menggunakan berbagai metode. Ilmu merupakan suatu metode berpikir
secara objektif (objective thinking), tujuannya untuk menggambarkan dan
memberi makna terhadap dunia factual.
Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu diperolehnya melalui
observasi, eksperimen, klasifikasi. Analisis ilmu itu ojektif dan menyampingkan
unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral, dalam arti tidak diprngaruhi
oleh suatu yang bersifat kedirian (subyektif), karena dimulai dengan fakta. Ilmu
merupakan milik manusia secara komprehensif. Ilmu merupakan lukisan dan
keterangan yang lengkap dan konsiten mengenai hai-hal yang dipelajarinya dalam
ruang dan waktu sejauh jangkauan logika dan dapat diamati pancaindra manusia.
Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh
dari pemikira yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih
menekankan pada universalitas dan ke dalam kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu
hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat membahas hal
yang lebih luas dan mendalam. Filsafat bisanya memberikan pengetahuan yang
reflektif dan kritis, sehingga ilmu yang di tandainya kaku dan cenderung tertutup
menjadi longgar kembali.
Keempat, pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya di peroleh
dari Tahun lewat para utusannya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib
diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan mengandung beberapa hal yang
pokok, yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan, yang sering juga
disebut dengan vertikal dan cara berhubungan sesame manusia, yang sering juga
disebut dengan hubungan horizontal. Pengetahuan agama yang lebih penting di
samping informasi tentang Tuhan, juga informasi tentang hari akhir. Iman kepada
hari akhir merupakan ajaran pokok agama dan sekaligus merupakan ajaran yang
membuat manusia optimis akan masa depannya. Menurut para pengamat, agama
masih bertahan sampai sekarang karena adanya doktrin tentang hidup sehat
setelah mati karenanya masih dibutuhkan.8
Perngetahuan Objek Paradigma Metode Kriteria
Sains Empiris Sains Metode Ilmiah Rasional empiris
Filsafat Abtrak rasional Rasional Metode Rasional Rasional
Mistis Abstrak Mistis Latihan Percaya Rasa,Iman,logis,
suprarasional kedang empiris
Dengan kata lain,pengetahuan ilmiah diperoleh secara sadar, aktif,
sistematis, jelas prosesnya secara procedural, metodis dan teknis, tidak bersifat
acak, serta diakhiri dengan verifikasi atau diuji kebenaran (validitas) ilmiahnya. 9

8
Ibid. hlm.92-94
9
Hamdani,Filsafat Sains,(Jl.BKR Lingkar Selatan CV PustakaSetia 2011)hlm.117-118

6
Penutup
Kesimpulan
Ilmu pengetahuan merupakan suatu acuan yang harus dibutuhkkan
dalam setiap kehidupan manusia. Sejarah tentang perkembangan ilmu
pengetahuan tidak luput dari perbincangan yang hingga saat ini semakin pesat
perbandingannya di zaman dahulukala. Seiring dengan perkembangan zaman
dan pola pikir manusia yang semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
dalam bidangnya tercapailah suatu kehidupan baru untuk menunjang
perkembangan teknologi dan informasi.
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam Bahasa Inggris yaitu
knowledge. Dalam Encylopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa definisi
pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).
Sedangkan Secara terminologi akan di kembangkan berbagai definisi
tentang pengetahuan. Menurut Drs. Sadi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang
diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari
kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau
isi pikiran usaha mnusia untuk tahu.
Ilmu pengetahuan merupakan warisan Bersama umat manusia,
bukan milik pribadi dari orang-orang tertentu. Permulaannya dimulai dengan
permulaan umat manusia.

Dafta Pustaka

➢ Bakhtiar, Amsal , Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2013)
➢ Latif,Mukhtar, Orentasi Ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu,(Jakarta
Prenadamidia Group 2014)
➢ Fautanu,Idzam,Filsafat Ilmu Teori &Aplikasi,(Jakarta Ciputat 2012)
➢ Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
2013)
➢ Hamdani, Filsafat Sains,(Jl.BKR Lingkar Selatan CV PustakaSetia 2011)

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai