Anda di halaman 1dari 15

UJI ANTIOKSIDAN DARI SIMPLISIA CAESALPINIA SAPPAN Caesalpinia sappan L.

)
(ANTIOXIDANT TEST FROM CAESALPINIA SAPPAN (Caesalpinia sappan L.))
Bella Vania Sianto1,Chusnul2,Ika Nuraini3,Laila Intan Pratama4,Sintia Dina Pranata5,Siti
Nur Aini6,Yulis Mitra Reformasika7
Jurusan Farmasi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universutas Ma Chung, Malang,I ndonesia,
65151

ABSTRAK
Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) merupakan salah satu spesies tumbuhan yang dapat
dimanfaatkan sebagai obat, mempunyai aktivitas antioksidan penangkal radikal bebas dari
kandungan utamanya brazilin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari
kayu secang dengan melakukan proses ektraksi pada simplisia, mengetahui kandungan senyawa
yang terdapat dalam kayu secang, melakukan uji antioksidan menggunakan metode KLT
(Kromatografi Lapis Tipis) dan DPPH.
Kata kunci: Kayu secang, Antioksidan, Kromatografi, DPPH

ABSTRACT
Secang wood (Caesalpinia sappan L.) is one of the plant species that can be used as a
medicine, has antioxidant activity to counteract free radicals from its main ingredient, Brazilin.
This study aims to determine the antioxidant activity of secang wood by extracting the simplicia,
knowing the content of compounds contained in secang wood, conducting antioxidant tests using
the TLC (Thin Layer Chromatography) and DPPH methods.
Keywords: Secang wood, Antioxidants, Chromatography, DPPH
PENDAHULUAN proses oksidasi terhadap zat gizi yang
Indonesia memiliki berbagai macam mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit
jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan (Rahmawati,2011).
sebagai bahan baku obat-obatan,seperti Salah satu spesies tumbuhan yang dapat
minuman herbal atau jamu sebagai dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah
pengobatan tradisional dikalangan secang (Caesalpinia sappan L.), tergolong
masyarakat pedesaan yang sudah menjadi tumbuhan herbal yang tumbuh alami dihutan-
tradisi maupun budaya. Pada tahun 1985 hutan sekunder dan mudah di dapatkan di
WHO (World Health Organization) telah Indonesia. Tumbuhan ini sebagian besar
memprediksi sekitar 80% penduduk dunia dipergunakan sebagai pewarna alami, hasil
dari ektraksi kayu secang ini diambil dari
telah banyak memanfaatkan tumbuhan obat
komponen utamanya yakni brazilin (Fu et al.,
herbal untuk kesehatan. Diantaranya untuk
2008; Jun et al., 2008).
pencegahan dan pengobatan, terutama untuk
penyakit kronis ,degeneratif maupun kanker Morfologi
(Mirza,2010).
Penyakit kronis dan degeneratif dapat Klasifikasi Kayu Secang
disebabkan oleh radikal bebas yag berlebih, (Tjitrosoepomo, 1994 dalam Fadliah,
senyawa tersebut akan menyerang sel-sel di 2014) :
tubuh yang sehat. Apabila jumlah radikal Kingdom : Plantae
bebas di dalam tubuh kita berlebihan, maka Division : Spermatophyta
sistem pertahanan tubuh yang biasanya Sub Division : Angiospermae
melawan senyawa radikal bebas tidak akan Class : Dicotyledonae
efektif lagi bekerja sebagai pelindung Ordo : Rosales
serangan radikal bebas, sehingga terjadilah
Famili : Leguminose ekstrak tersebut mampu mengandung
Genus : Caesalpinia sebagian besar senyawa yang di inginkan
(Anonim,1995).
Secang (Caesalpinia sappan L.)
merupakan salah satu spesies tumbuhan yang Secang juga memiliki komponen
dapat dimanfaatkan sebagai obat, tergolong kandungan senyawa lainnya selain brazilin
tumbuhan herbal yang tumbuh alami dihutan- yakni alkaloid, tannin, saponin, flavonoid,
hutan sekunder dan mudah di dapatkan di terpenoid, dan lainnya. Senyawa fenolik
Indonesia. Tumbuhan ini sebagian besar seperti flavonoid pada ekstrak kayu secang
dipergunakan sebagai pewarna alami, hasil ini, mempunyai aktivitas antioksidan
dari ektraksi kayu secang ini diambil dari penangkap radikal bebas. Aktivitas
komponen utamanya yakni brazilin (Fu et al., penangkap antioksidan disini di istilahkan
2008;Jun et al., 2008). Pemanfaatan pada
sebagai peredam atau penangkap (scavenger)
kayu secang ini, dilakukan dengan mengolah
radikal bebas, yaitu molekul yang dapat
tanaman tersebut menjadi ekstrak terlebih
berinteraksi dengan radikal bebas dan
dahulu yaitu melalui proses ekstraksi sesuai
standart mutu bahan yang ada. Sehingga berfungsi menetralkan radikal bebas
kandungan aktif yang diharapkan dalam (Panovska et al., 2005).
Ekstrak kayu secang berkhasiat EVAPORASI
mengobati diare, meningkatkan imunitas, Evaporasi adalah peralatan yang
malaria, vasorelaxant, hepatoprotective dan digunakan untuk menurunkan kadar air
tumor (Anariawati, 2009). Sebagai bahan pelarut dengan menggunakan prinsip
antibakter, yakni dapat menghambat aktivitas penguapan. Sampai pada nilai yang
bakteri dalam saluran pencernaan karena diinginkan. (Heldman et al,1992)
mengandung asam galat di dalam ekstrak Dalam proses penguapan ini, pelarut yang
kayu secang (Fazri,2009). digunakan biasanya air, etanol dll yang
kemudian dikeluarkan dari tanaman melalui
MASERASI pemanasan sampai memperoleh konsentrasi
Proses ekstraksi yang sering yang di harapkan (Toledo,1991)
digunakan adalah maserasi. Maserasi adalah Proses evaporasi merupakan proses yang
proses ekstraksi simplisa menggunakan dilibatkan pindah panas dan pindah masa
pelarut dengan beberapa kali gojokan atau secara simultan. Artinya, dalam proses ini
pengadukan pada temperature suhu ruangan sebagaian air atau pelarut akan diuapkan
(kamar). Maserasi merupakan proses sehingga akan diperoleh suatu produk yang
penyarian yang paling baik digunakan untuk kental (konsestrat). Proses pindah panas dan
bahan simplisia halus dMaserasi dilakukan pindah masa yang efektif akan meningkatkan
dengan cara merendam serbuk simplisia kayu kecepatan penguapan. Evaporasi akan terjadi
secang dalam pelarut. Pelarut akan apabila suhu suatu bahan sama atau lebih
menembus dinding sel dan masuk kerongga tinggi dari titik didih cairan
sel zat aktif. Perbedaan konsentrasi antara (Wirakartakusumah et al,1988)
larutan zat aktif, larutan yang pekat akan Proses yang kami lakukan pada saat
terdesak keluar. Peristiwa tersebut akan pratikum ialah setelah dilakukan penyaringan
berulang dan terjadi kesetimbangan antara menggunakan kain saring kemudian disaring
larutan diluar maupun di dalam. (Ansel, lagi menggunakan kertas saring, setelah itu
1986). cairan yang sudah di saring dilakukan
Keuntungan metode ini mudah dan tidak evaporasi dengan cara memindahkan
perlu melakukan pemanasan, sehingga kecil simplisia ke dalam labu yang digunakan
kandungan bahan alam menjadi rusak atau evaporasi. Saat evaporasi berlangsung,
terurai. Pemilihan pelarut ini berdasarkan tekanan dari alat evaporasi harus dijaga, saat
kelarutan dan polaritasnya memudahkan sudah turun diangka 0 harus dinaikkan
pemisahan kandungan pada sampel. sampai kurang lebih -15 (ekstrak yang
Kerugian pada proses maesrasi ini adalah dievaporasi tidak boleh sampai menyembur).
waktu pengerjaan yang lama dan penyarian Proses evaporasi berlangsung hingga cairan
yang kurang sempurna. Namun, dalam waktu yang dievaporasi berwarna pekat karena
pengerjaan lama dan dengan keadaan yang terpisah dari etanolnya. Setelah itu cairan
diam selama proses maserasi ini berlangsung tersebut disaring serta dipindahkan kecawan
dapat memungkinkan banyaknya senyawa arloji. Cairan yang berada dicawan arloji
yang akan terekstraksi (Istiqomah, 2013). diletakkan di waterbath, proses ini
berlangsung hingga cairan tersebut 4) Lubang kondensor : berfungsi pintu
mengering dan menjadi ekstrak. Setelah masuk bagi air kedalam kondensor
kering, ekstrak tersebut dikeruk. Kemudian yang airnya disedot oleh pompa vakum
ekstrak diletakkan di botol vial yang telah 5) Kondensor: berfungsi sebagai
dihasilkan dan beratnya adalah 22,759 g. pendingin yang mempercepat proses
Alat yang digunakan perubahan fasa, dari fasa gas ke fasa air
1) Hotplate : berfungsi untuk mengatur 6) Lubang kondensor : berfungsi pintu
suhu pada waterbath keluar bagi air dari dalam kondensor
2) Waterbath: sebagai wadah air yang 7) Labu alas bulat penampung : berfungsi
dipanaskan oleh hot plate untuk labu sebagai wadah bagi penampung pelarut
alas 8) Ujung rotor : berfungsi sebagai tempat
3) Ujung rotor: berfungsi sebagai tempat labu alas bulat
labu alas bulat sampel bergantung
Bahan yang digunakan 4. Simplisia secang
Simplisia cengkeh Cara kerja
1. Penetapan kadar abu
KADAR ABU 2-3 gram zat yang telah digerus lalu
Kadar abu adalah campuran dari ditimbang,masukkan kedalam crus
komponen mineral dan anorganik.Kadar abu platina dan crus silikat yang telah
dianalisis dengan membakar bahan pangan dipijarkan dan ditara,ratakan.Pijarkan
atau pengabuannya dalam suhu yang sangat berlahan-lahan hingga arang
tinggi.Penentuan kadar abu berhubungan erat habis,didinginkan kemudian
dengan kandungan mineral yang ada dalam ditimbang,bilas dengan air
suatu simplisia,kemurnian serta panas,saring menggunakan kertas
kebersihan.Pengukuran kadar abu bertujuan saring bebas abu.Pijarkan sisa dan
untuk mengehtahui besarnya andungan kertas saring dalam crus yang
mineral yang terdapat dalam suatu simplisia sama.Masukkan filtrate kedalam
(Persagi,2009). crs,uapkan,pijarkan hingga bobot
Alat dan Bahan tetap kemudian timbang.Hitung kadar
Alat abu terhadap simplisia yang telah
1. .Mortir dan stamfer dikeringkan di udara.
2. Timbangan 2. Penetapan kadar abu yang larut dalam
3. Kertas saring air
4. Water bath Abu yabg diperoleh pada penentapan
5. Cawan penguap kadar abu,didihkan dengan 25 ml air
6. Labu alas bulat selama 5 menit,kumpulkan bagian
Bahan yang tidak larut,saring menggunakan
1. Air panas crus kaca masir,atau kertas saring
2. Asam klorida encer bebas abu cuci dengan air panas dan
3. Klorofrom 95% pijarkan selama 15 menit pada suhu
<450°C,hingga bobot tetap kemudian 6. LOD
timbang.Perbedaan bobot sesuai
Tujuan dari LOD untuk mengetahui
dengan kadar abu yang larut dalam
kadar air yang terkandung pada
air.Hitung kadar abu yang larut dalam simplisia secang.Setelah memperoleh
air. kadar abu simplisia ini didihkan
3. Penetapan kadar sari yang larut dalam selama dengan 25 ml air selama 5
air menit, kemudian disaring
Keringkan serbuk (4/18) menggunakan kertas saring ( bobot
diudara,maserasi 5 gram serbuk dari kertas saring adalah 662,7 mg).
dengan 150 ml kloroform p dalam Kemudian masukkan kedalam oven
labu bersumbat.Selama 6 jam pada suhu < 450°C selama 48 jam.
pertama sekali kali kocok agar Setelah di oven simplisia di timbang
homogen selanjutnya barkan selama (bobot simplisia adalah 39,3mg)
18 jam.Saring,uaokan 20 ml filtrate kemudian dihitung kadarnya,
hingga kering dalam cawan penguap menurut literature kadar dari air
sendiri < dari 5% dan hasil yang
yang telah ditara,pabaskan pada suhu
didapat 1,27%.
105°C hingga bobot tetap.Hitung
kadar % sari yang larut dalam air. Pembahasan
4. Penetapan kadar sari yang larut dalam 1. Penetapan kadar abu
etanol Abu merupakan residu bahan
Keringkan serbuk (4/18) di anorganik dari proses pembakaran
udara,maseras 5 gram serbuk dengan dan merupakan hasil oksidasi
100 ml ethanol 95% dalam labu komponen bahan, tujuan dari
tersumbat.Selama 6 jam pertama penetapan kadar abu yaitu untuk
sekali kali dikocok agar homogeny menentukan kadar mineral,
selanjutnya dibiarkan selama 18 kemurnian dan kebersihan suatu
jam.Saring cepat dengan membiarkan bahan yang digunakan selain dari itu
penguapan ethanol 95%,uapkan 20 perlunya pengujian abu digunakan
ml filtrate hingga kering dalam cawan untuk mengetahui kontaminasi
penguap berdasarkan dasar rata yang mineral yang bersifat toksik. Pada
ditara,panaskan pada suhu 105°C penetapan ini dilakukan dengan cara
hingga bobot tetap.Hitung kadar metode langsung yaitu dengan cara
dalam % sari yang larut dalam sebanyak 5 gram dipanaskan hingga
ethanol. menjadi abu.
5. Penetapan bahan organik asing Abu yang didapatkan kemudian di
Timbang 25-50 gram simplisia larutkan dalam air panas, abu yang
ratakan.Pisahkan bahan organic asing tertahan pada kertas saring di
timbang dan tetapkan jumlahnya keringkan kemudian dihitung berapa
dalam % terhadap simplisia yang rendemennya dan kadarnya
digunakan. didapatkan kadar penetapan kadar
abu yaitu 8,28% hasil ini sesuai
dengan panduan MMI yaitu tidak penetapan kadar sari larut etanol yaitu
melebihi dari 16% 23,67%.
2. Penetapan kadar abu larut air dan Uji Kualitatif Secara Kimiawi
tidak larut dalam air
Tujuan dai penetapan ini untuk Uji Alkaloid
meningkatkan tingkat pengotoran Senyawa alkaloid adalah senyawa
oleh silikat sementara prinsip dari organik hasil metabolit sekunder yang
penetapan kadar abu larut air ini yaitu umumnya terdapat di alam, terutama pada
sejumlah abu yang diperoleh tumbuhan tingkat tinggi, namun senyawa
dilewatkan pada kertas saring yang tersebut juga dapat ditemukan pada hewan,
merupakan kertas saring bebas abu bakteri, dan jamur. Senyawa alkaloid adalah
kemudian abu yang tertinggal senyawa dengan struktur heterosiklik dengan
merupakan abu yang tidak larut. Pada satu atau lebih gugus nitrogen(N) sehingga
praktikum ini didapatkan hasil senyawa alkaloid bersifat alkali/basa. Untuk
presentase kadar abu larut air yaitu mengetahui kandungan alkaloid dalam suatu
1,62% yang dimana hasil ini ekstrak tumbuhan, dapat dilakukan dengan
merupakan hasil yang sesuai dengan uji reaksi secara fitokimia.
panduan MMI yaitu tidak melebihi Pada uji alkaloid, digunakan reagen
dari 4% sementara presentase kadar Mayer(K2[HgI4]) dan
abu tidak larut air didapatkan hasil Dargendorff(K[BiI4]). Prinsip uji skrining
1,27% hasil ini menunjukan dari kedua reagen tersebut sebenarnya sama.
kesesuaian dengan pedoman MMI Kedua reagen tersebut akan memberikan
yaitu tidak melebihi dari 5% gugus -K untuk berikatan dengan gugus -N
3. Penetapan kadar sari larut dalam air pada alkaloid, sehingga dihasilkan senyawa
dan larut dalam etanol dengan cincin heterosiklik dan gugus -NK
Penetapan kadar ini merupakan yang merupakan senyawa berwarna. Reagen
penetapan yang bertujuan untuk Mayer akan menghasilkan endapan berwarna
memperkirakan kadar senyawa aktif kuning dan reagen Dargendroff akan
berdasarkan sifatnya atau menghasilkan endapan berwarna merah.
polaritasnya. Hasil dari penetapan ini
nantinya akan memisahkan senyawa
yan bersifat polar (larut air) dan
senyawa yang bersifat. Hasil dari
penetapan ini diharapkan tidak
melebih 100%. Hasil dari penetapan
kadar sari larut air yaitu 98,64% hasil
ini menunjukan hasil bahwa simplisia
uji yang digunakan memiliki sifat
polar (larut air) sementara hasil
dilakukan dengan reaksi kimia yang disebut
Borntrager’s test. Pada reaksi ini, senyawa
antrakinon dihasilkan dari oksidasi senyawa
antranol atau senyawa antrahidrokuinon.
Kedua senyawa ini dihasilkan dari reaksi
tautomerasi senyawa antron dengan senyawa
Gambar 1. Uji alkaloid antrahidrokuinon didahului dengan
Pada praktikum ini digunakan serbuk pembentukan senyawa oksantron yang
simpleks dari kayu secang yang dilarutkan dihasilkan dari oksidasi senyawa antron.
dalam asam klorida 1% 10 ml. Ekstrak
kemudian ditempatkan dalam gelas beker
berisi air mendidih selama 30 menit.
Suspensi yang telah disaring kemudian
ditempatkan dalam dua tabung reaksi sama
banyak. Pada tabung pertama dibagi lagi ke
dalam dua tabung sama banyak dan dalam
masing-masing tabung diberi reeagen Mayer
dan reagen Dargendorff. Dari hasil Gambar 2. Uji Antrakinon
penambahan reagen tersebut, tidak Pada praktikum ini digunakan
ditemukan adanya endapan dalam kedua serbuk simpleks dari kayu secang yang
tabung sehingga dapat disimpulkan dalam dilarutkan dalam kalium hidroksida 0,5 N, 10
serbuk kayu secang tersebut tidak terdapat ml dan hydrogen peroksida 1 ml yang
senyawa alkaloid. kemudian dipanaskan hingga mendidih
selama 2 menit. Suspensi kemudian
Uji Antrakinon dibiarkan hingga mencapai suhu ruang dan
Antrakinon adalah senyawa golongan disaring. Filtrat kemudian ditambahkan asam
glikosida, yaitu senyawa yang jika asetat glasial 10 tetes dan toluene 10 ml.
dihidrolisis akan menghasilkan satu atau Lapisan atas kemudian diambil dan
lebih senyawa gula/glikon dan senyawa ditambahkan kalium hidroksida. Dari hasil
bukan gula/aglikon. Jika senyawa gula yang reaksi tersebut, tidak ditemukan adanya
dihasilkan adalah bukan glukosa, maka warna kemerahan pada lapisan air sehingga
senyawa tersebut adalah senyawa glikosida. dapat disimpulkan dalam serbuk kayu secang
Senyawa glikosida terbentuk dari kondensasi tersebut tidak terdapat senyawa antrakinon.
gugus hidroksil gula dengan aglikon, gugus
hidroksil sekunder juga mengalami Uji Polifenol
kondensasi menghasilkan cincin oksida. Senyawa polifenol adalah senyawa
Salah satu jenis senyawa glikosida adalah kimia yang dalam bidang kesehatan dapat
senyawa glikosida antrakinon yang ditandai dimanfaatkan karena memiliki sifat
dengan adanya gugus karbonil pada atom C9 atantioksidan kuat dan umunya dapat
dan atom C10 atau hanya atom C9 antron dan ditemukan pada tumbuhan, terutaman pada
antranol. Pada uji senyawa antrakinon, dapat
buah-buahan. Di alam terdapat berbagai jenis kompleks dalam bentuk endapan. Ikatan
senyawa polifenol, seperti flavonol, tannin, antara tannin dengan protein terdiri atas
isoflavon, dan sebagainya. Senyawa ikatan hydrogen, dan ikatan hidrofobik.
polifenol tersusun atas banyak senyawa Reaksi antara tannin-protein dapat
fenolik yang jumlahnya mempengaruhi dipengaruhi oleh struktur protein,
struktur dan sifat fisika serta kimia. Senyawa karakteristik tannin, dan kondisi selama
fenol adalah senyawa organic aromatis proses reaksi (pH, suhu, konsentrasi, dan
dengan cincin siklik aromatis yang berikatan sebagainya). Pada praktikum ini, serbuk
dengan gugus hidroksi. Untuk mengetahui simpleks dilarutkan dalam air dan kemudian
kandungan senyawa polifenol dalam larutan dipanaskan dalam penangas air selama 30
uji, dapat dilakukan dengan mereaksikan menit. Larutan kemudian disaring dan filtrate
dengan ferii klorida yang akan menghasilkan ditambahkan natrium klorida dan kemudian
senyawa hijau-biru jika positif mengandung disaring lagi. Filtrat kemudian diberi larutan
senyawa polifenol. gelatin 1% 5 ml dan jika terbentuk endapan
menandakan adanya senyawa tannin. Dari
hasil reaksi tersebut, tidak ditemukan adanya
endapan sehingga dapat disimpulkan dalam
Gambar 3. Uji polifenol serbuk kayu secang tersebut tidak terdapat
senyawa tannin.
Pada praktikum ini digunakan serbuk
simpleks yang dilarutkan dalam air 10 ml dan
serbuk simpleks yang dilarutkan dalam
penyari etanolm 80% 10 ml. Kedua larutan
tersebut dipanaskan dalam penangas air
mendidih dan dalam keadaan masih panas,
disaring. Setelah dingin kedalam larutan
tersebut ditambahkan pereaksi besi (III)
klorida dan jika terbentuk warna hijau
kebiruan, maka dalam simplisia tersebut
mengandung polifenol. Dari hasil praktikum,
terbentuk warna hijau-biru dalam larutan uji
sehingga dapat disimpulkan, dalam serbuk Gambar. 4 uji tannin
kayu secang terkandung senyawa polifenol. Uji Saponin
Saponin adalah senyawa glikosida amfipatik
Uji Tanin (zat samak) yang larut dalam ng dapat ditemukan dalam
Senyawa tannin adalah salah satu tumbuhan. Saponin terdiri atas gugus aglikon
jenis senyawa polifenol yang merupakan yang berikatan dengan rantai karbohidrat.
metabolit sekunder pada tumbuhan. Tanin Gugus aglikon atau sapogenin terdiri atas
terdiri atas gugus fenolik dan dapat bereaksi sterol(gugus steroid) atau gugus triterpenoid
dengan protein menghasilkan senyawa umum dan gugus glikosilnya terikat pada C3.
Gugus karbohidrat bersifat mudah larut FRAKSINASI
dalam air sedangkan gugus sapogenin Fraksinasi adalah proses pemisahan
bersifat mudah larut dalam lemak. Struktur komponen-komponen dalam ekstrak
senyawa saponin menyebabkan seenyawa berdasarkan tingkat kepolarannya. Salah satu
tersebut dapat menghasilkan busa yang metode yang dapat digunakan adalah vacuum
bersifat stabil, Untuk mengetahui kandungan liquid chromatography (VLC).VLC
senyawa saponin, pada praktikum ini merupakan kromatografi kolom yang
dilarutkan 300 mg serbuk simpleks dalam 10 dipercepat dan bekerja pada kondisi vakum,
ml air. Larutan kemudian ditutup dan sehingga prosesnya berlangsung cepat,
dikocok selama 30 detik. Tabung kemudian kolom kromatografi dikemas kering dalam
dibiarkan dan setelah 30 menit, diamati. Jika keadaan vakum agar diperoleh kerapatan
terbentuk buih, amak dalam senyawa tersebut maksimum. Pemisahan komponen secara
mengandung saponin. Uji lain dilakukan kromatografi kolom dilakukan dalam suatu
dengan pipa kapiler. Larutan serbuk simpleks kolom yang diisi dengan fase diam dan fase
disaring dan kemudian dialirkan dalam pipa gerak untuk mengetahui banyaknya
kapiler kemudian ketinggian cairan dalam komponen yang keluar melalui
pipa caliper dibandingkan dengan ketinggian kolom.(Adnan,1997;Hostettmann et al.,
air suling. Adanya saponin ditunjukkan jika 1995)
tinggi cairannya setengah atau kurang dari Prinsip kerja dari vacuum liquid
tinggi air suling. Dari hasil reaksi tersebut, chromatography ( VLC) adalah adanya
tidak terlihat adanya buih endapan sehingga adsorpsi atau serapan, sedangkan
dapat disimpulkan dalam serbuk kayu secang pemisahnya didasarkan pada senyawa-
tersebut tidak terdapat senyawa saponin. senyawa yang dipisahkan terdistribusi
diantara fase diam dan fase gerak dalam
perbandingan yang berbeda beda.

Gambar. 5 uji saponin


gradient polaritas diharapan mampu Pelarut merupakan factor utama dalam
memisahkan senyawa -senyawa dengan fraksinasi
polaritas yang berbeda Pemilihan pelarut didasarkan atas
(Sastrohamidjojo,2005). selektivitas yaitu pelarut hanya boleh
Alat yang digunakan adalah melarutkan ekstrak yang diinginkan,
kolom,vakum,klem,penyumbat,elenmeyer sementara komponen komponen lain dari
sebagai penampung.Bahan yang digunakan bahan ekstraksi tidak terlarut; kelarutan yaitu
ekstrak secang, n-hexan, methanol ,etil pelarut diusahakan sebisa mungkin memiliki
acetat.Fase diam yang digunakan pelarut n- perbedaan kerapatan yang besar antara
hexan, methanol dan etil acetat. pelarut dan bahan ekstraksi; reaktifitas yaitu
pelarut pada umumnya tidak menyebabkan
perubahan secara kimiawi pada komponen Air Ethanol Metanol Kloroform Aseton
komponen bahan yang diekstraksi, rasio Antosiannin Tanin Terpenoid Terpenoid Flavonoid

pelarut-bahan baku yaitu semakin besar rasio Tanin Sterol Saponin Flavonoid Flavonoid

pelarut-bahan baku, maka akan memperbesar Saponin Polifenol Tannin

konsentrasi solute yang terlarut pada Terpenoid flavonoid Flavonoid

permukaan partikel sehingga akan Lecectin Terpenoid Polifenol

memperbesar gradient konsentrasi didalam Tabel 1. Pelarut bahan aktif


dan dipermukaan partikel padatan sebagai Sumber : Tiwari et al., 2011
akibatnya, laju ekstrasi akan mengalami Dari tabel data tersebut di atas, maka
peningkatan. pemakaian pelarut metanol bertujuan
Pelarut pelarut tersebut berpengaruh untuk melarutkan senyawa Polifenol yang
terhadap senyawa yang akan diekstrak ada pada ekstrak kayu secang.
Berdasarkan sifat dan kepolaran pelarut,
maka dapat diketahui bahan aktif yang KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)
dilarutkan. Kromatografi adalah suatu teknik
Tabel pelarut yang digunakan untuk yang digunakan untuk memissahkan
melarutkan bahan aktif campuran yang tidak volatile.Kromatografi
juga dapat diartikan sebagai teknik
pemisahan campuran yang didasarkan

didasarkan atas perbedaan distribusi dari 1. Terjadi interaksi antara solute dengan
komponen-komponen campuran tersebut fase gerak dan diam
diantara dua fase yaitu fase diam dan fase 2. Perimbangan interakasi akan
gerak.Fase gerak adalah sisitem yang terdiri menentukan kecepatan migrasi solute
dari larutan organic tunggal maupun melalui fase diamnya
campuran yang berguna sebagai pembawa  Semakin kuat interaksi dari
senyawa yang akan dipisahkan sedangkan solute maka semakin lambat
fase diam adalah system yang terdiri dari plat fase diamnya
aluminium atau kaca yang permukaanya  Semakin kuat interaksi dari
terdapat sorbent (silica gel) sebagai media solute makan semakin cepat
memisahkan senyawa polar.Macam-macam fase geraknya
kromatografi diantaranya kromatografi lapis Hal yang pertama kami lakukan
tipis,kromatografi kertas,kromatografi adalah penotolan sampel diplat silica
kolom,kromatografi cair dan kromatografi gel.Jarak yang kami gunakan pada saat
preparat. pentolan yaitu 1 cm dan untuk penotolan
Kromatografi lapis tipis(KLT) sendiri dilakukan secara 2 kali yaitu untuk
adalah metode pemisahan menggunakan fase penotolan pertama yaitu ekstrak dari secang
diam berupa plat aluminium dan dan kedua yaitu larutan yang kami dapatkan
permukaanya dilapisi silica .Konsep pada saat melakukan cara soxletasi sebagai
pemisahan menggunakan KLT adalah : pembanding.Setelah ditotolkan silica gel
diletakkan di gelas yang telah diisi dengan jelas warna yang dihasilkan dan jarak yang
toluen sebagiai fase gerak.Tujuan dari ditempuh.Antara totolan secang dengan
pemberian toluene sendiri yaitu sebagai pembanding didapatkan bahwa warna
pembawa senyawa yang akan keduanya sama dan jarak nya sama atau
dipisahkan.Setelah fase gerak naik sesuai sejajar dan dapat dikatakan positif sedangkan
dengan jarak yang telah ditentukan plat silica pada cahaya 254 nm tidak terlihat rambatan
gel diangkat dengan menggunakan pinset dan dari senyawa totolan,sehingga dapat dihitung
diletakkan pada alat KLT.Hasil totolan dapat Rf atau jarak spot yang ditempuh
terlihat pada cahaya 366 nm terlihat dengan

DPPH 3,8ml dan 0,2ml quersetin sementara


pada kontrol negatif dibuat dengan
Gambar. 6 contoh penotolan mencapurkan 3,8ml DPPH dengan 0,2ml
Contoh penotolan sampai dengan direndam etanol. Setelah semua larutan selesai maka
dengan fase gerak yang kemudian mulai dilakukan scanning dengan spektrofotometri
merambat spot yang ditotolkan hingga UV-Vis dengan panjang gelombang 517 nm
didapat hasilnya. .

UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN Pada pengujian ini dilakukan pada


DENGAN METODE DPPH fraksi yang telah didapatkan, tujuan dari
Pada pengujian antioksidan senyawa pengujian ini untuk mengetahui aktivitas dari
simplisia uji hal yang dilakukan pertama simplisia uji yang digunakan memiliki
yaitu membuat larutan DPPH pada aktivitas atau tidak. Metode yang digunakan
pembuatan larutan DPPH keamanan pada yaitu menggunakan DPPH dari metode ini
praktikum sangat di perhatikan dilihat dari akan didapatkan nilai EC50 (effective
sifat DPPH dapat mengkontaminasi tubuh concentration 50) yang merupakan
larutan metanol sebanyak 1,0 ml DMSO konsentrasi substrat yang menyebabkan 50%
untuk mendapatkan DPPH dengan hilangnya aktivitas DPPH, yang dimana
konsentrasi 19,6 mg.l, larutan ini harus selalu semakin tinggi aktivitas antioksidan suatu
dibuat baru dan ditutup dengan aluminium senyawa makan nilai dari EC50 akan
foil untuk mengurangi tingkat kontaminasi semakin rendah hal ini dapat diketahui dari
kedalam tubuh larutan ini yang kemudian adanya penurunan absorbansi DPPH akibat
akan dibuat larutan stok quersetin dengan penambahan senyawa tersebut.
cara sebanyak 10,0 mg quersetin Prisip dari metode pengujian secara DPPH
dicampurkan kedalam 1,0ml DMSO lalu yaitu pengukuran aktivitas antioksidan secara
ditambahkan metanol sebanyak 10,0ml. kualitatif dengan pengukuran penangkapan
Pembuatan larutan kontrol positif dan radikal DPPH oleh senyawa yang diharapkan
negatif, pada kontrol positif dibuat dengan
mempunyai aktivitas antioksidan dengan
menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Chart Title
Konsentr Absorba Absorba %S Persama IC y = 4.995x + 81.108
asi nsi nsi an (mg/ 88
R² = 0.8467
(mg/ml) sampel kontrol Y= bx + ml) 86

Axis Title
a
84 Series1
0,2 0,0668 0,3623 81,5 Y= -6,227
6 4,995x 82
+ Linear
80
0,4 0,0577 0,3623 84,0 81,108 (Series1)
7
0 1 2
0,8 0,0565 0,3623 84,4 R2= Axis Title
0,8467
1,0 0,0493 0,3623 86,3
9 Gambar. 7 kurva absorbansi
1,2 0,0545 0,3623 84,9
5
Nilai EC50 ekstrak secang berdasarkan hasil
Tabel. 2 absorbansi perhitungan yan didapatkan adalah -6,227
mg/ml. menurut molyneux (2004), jika suatu
Nilai EC50 ekstrak secang didapatkan zat mempunyai sifat antioksidan bila nilai
persamaan regresi linier pada tabel diatas, EC50 yan gdiperoleh berkisar 200-1000
dimana y=4,995x + 81,108 dan r=0,8467. μg/mL, sehingga didapatkan hasil bahwa zat
Koefisien y pada persamaan ini adalah tersebut kurang aktif berpotensi sebagai zat
sebagai EC50 sementara koefisien x antioksidan. Kontrol positif yan digunakan
merupakan besarnya konsentrasi yang pada pengujian ini yaitu DPPH 3,8ml dan
diharapkan dapat merendam 50% aktivitas 0,2ml quersetin, penggunakan kontrol positif
radikal DPPH. Nilai r= 0,8467 hasil ini pada pengujian ini adalah untuk mengetahui
kurang mendekati +1 sehingga nilai tersebut seberapa kuat potensi dari senyawa
merupakan nilai negatif sehingga antioksidan yang terdapat pada simplisia uji
menggambarkan kurva hubungan ekstrak dibandingkan dengan kontrol positif. Jika
secang yang tidak linear. Dapat dilihat pada nilai EC50 sampel mendekati nilai EC50
gambar berikut. pada kontrol positif maka dapat dikatakam
bahwa sampel berpotensi sebagai salah satu
alternatif antioksidan yang sangat kuat.

KESIMPULAN
Praktikum yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa kayu secang positif
dalam arti mengandung senyawa polifenol
dan negative dalam arti tidak mengandung
senyawa alkaloid,tannin,antrakinon dan
saponin,kadar abu yang dimiliki oleh kayu
secang 8,28% sesuai dengan MMI.
DAFTAR PUSTAKA Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas
Winarsi,H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Hasanuddin. Makassar.
Bebas. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Gandjar, G.H, dan Rohman, A. 2007. Kimia
Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fazri, M. E. 2009. Uji efektivitas antibakteri
ekstrak metanol kayu secang (Caesalpinia
Prakash, A. 2001. Antioxidant Activity. sappan L.) terhadap Helicobacter pylori
Medallion Laboratories-Analytical Progress.
secara in vitro. [Skripsi]. Fakultas Farmasi.
Volume 19. Nomor 2.Hal 1-4
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Depkes RI. Parameter Standar Umum Ekstrak Surakarta.
Tumbuhan Obat, Jakarta. 2000.
Depkes RI. Materia Medika Indonesia, Jakarta.
1979. Fu Y-S, Lin Y-Y, Chou S-C, et al.
Tetramethylpyrazine inhibits activities of
Heldman, Dennis R. 1992. Handbook of glioma cells and glutamate
Food Engineering. Marcel Dekker, Inc., neuroexcitotoxicity: Potential therapeutic
application for treatment of gliomas. Neuro-
New York. Oncology. 2008;10:139–152.

Toledo, R. T. 1991. Fundamentals of Food


Process Engineering (Second Edition). Istiqomah. 2013. Perbandingan Metode
Ekstraksi Maserasi Dan Sokletasi Terhadap
Chapman&Hall, New York. Kadar Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis
Retrofracti Fructus). Skripsi. UIN Jakarta
Wirakartakusumah, M. A. 1988. Prinsip-
Prinsip Teknik Pangan. PAU Pangan dan
Mirza, Z. 2010. Inventarisasi pemanfaatan
Gizi IPB, Bogor. tumbuhan obat secara tradisional oleh Suku
Osing Banyuwangi. [Skripsi]. Jurusan
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi Pendidikan MIPA. Fakultas Keguruan dan
IV, 7 Departemen Kesehatan Republik Ilmu Pendidikan. Universitas Jember.
Indonesia, Jakarta Jember.

Panovska, T.K., S. Kulevanova., Stefova.


2005. In Vitro Antioxidant Activity of Some
Ansel, H., C,, 1989, Pengantar Bentuk Teucrium Spesies (Lamiaceae). Acta Pharm.
Sediaan Farmasi, Edisi 4, 615, UI Press, 55:207- 214.
Jakarta
Fadliah, M. 2014. Kualitas organoleptik dan Rahmawati, F. 2011. Kajian potensi ‘wedang
pertumbuhan bakteri pada susu pasteurisasi uwuh’ sebagai minuman fungsional. Seminar
dengan penambahan kayu secang Nasional ‘Wonderfull Indonesia’, Jurusan
(Caesalpinia sappan L.) selama PTBB FT UNY, 3 Desember 2011.
penyimpanan. [Skripsi]. Jurusan Produksi
Adnan,M.,1997.Teknik Kromatografi untuk
Analisis Bahan Makanan,Edisi
Pertama,9.Penerbit Andi,Yogyakarata
Sastrihamidjojo,Hardjono.2005.Kimia
Dasar.Yogyakarta:UGM Press

Anda mungkin juga menyukai