Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-
tiba, seringkali merupakan kejadian yang berrbahaya (Dorlan, 2011).
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala
berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan
segera guna menyelamatkan jiwa/ nyawa (Campbell S, Lee C, 2000).

1.2 Rumusan masalah


a. Apa prinsip keperawatan gawat darurat?
b. Apa saja sarana dan prasarana IGD?
c. Apa triage dalam gawat darurat?
d. Apa tindakan keperawatan gawat darurat sesuai aspek legal?
e. Apa saja fungsi dalam pelayanan gawat darurat?
f. Bagaimana tindakan – tindakan yang berhubungan dengan bantuan hidup
dasar dan bantuan hidup lanjut?
g. Apa saja kewenangan perawat?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui prinsip keperawatan gawat darurat
b. Untuk mengetahui sarana dan prasarana IGD
c. Untuk mengetahui triage dalam gawat darurat
d. Untuk mengetahui tindakan keperawatan gawat darurat sesuai aspek legal
e. Untuk mengetahui fungsi dalam pelayanan gawat darurat
f. Untuk mengetahui tindakan – tindakan yang berhubungan dengan bantuan
hidup dasar dan bantuan hidup lanjut
g. Untuk mengetahui kewenangan perawat
BAB II
TEORI

2.1 Filosofi, Konsep Holistik & Proses Keperawatan Kegawatan & Kekritisan

Definisi Keperawatan Dawat Darurat: Pelayanan profesional yg didasarkan pada ilmu


keperawatan gawat darurat & tehnik keperawatan gawat darurat berbentuk pelayanan bio-
psiko-sosio- spiritual yang komprehensif ditujukan pada semua kelompok usia yang sedang
mengalami masalah kesehatan yang bersifat urgen, akut dan kritis akibat trauma, proses
kehidupan ataupun bencana.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan pelayanan keperawatan gawat darurat terdiri
dari dua area besar yaitu keperawatan emergensi dan keperawatan kiritis

I. EMERGENCY NURSING (KEPERAWATAN KRISIS) Definisi Adalah Sebuah area


khusus / spesial dari keperawatan profesional yg melibatkan integrasi dari Praktek,
Penelitian, Pendidikan profesional. Jadi Praktek keperawatan emergensi oleg seorang perawat
profesional Fokus Fokus keperawatan emergensi adalah memberikan pelayanan secara
episodik kpd pasien pasien yg mencari terapi baik yg mengancam kehidupan, non kritical
illness atau cedera.jadi pemberian pelayanan pada keperawatan gawat darurat meliputi semua
kasus yang datang atau meminta pertolongan yang dapat berupa kasus gawat darurat, gawat
tidak darurat dan tidak gawat tidak darurat.

Perawatan Emergensi Meliputi Pengkajian, diagnosis & terapi keperawatan yang


dapat diterima baik aktual, potensial, yang terjadi tiba-tiba atau urgen, masalah fisik atau
psikososial dalam episodik primer atau akut yg mungkin memerlukan perawatan minimal
atau tindakan support hidup, pendidikan untuk pasien atau orang terpenting lainnya, rujukan
yg tepat dan pengetahuan ttg implikasi legal. Lingkungan Emergensi Merupakan Setting
dimana pasien memerlukan intervensi oleh pemberi pelayanan keperawatan emergency.

Pasien Emergensi Adalah Pasien dengan segala umur baik yang sudah diagnosa, tidak
terdiagnosa atau maldiagnosis problem dng kompleksitas yg bervariasi. Pasien-pasien
emergrnsi memerlukan intervensi nyata dimana dpt terjadi perubahan status fisiologis atau
psikologis scr cepat yg mungkin mengancam kehidupannya. Dimensi Keperawatan
emergensi memiliki multidimensi meliputi : RESPONSIBILITIES, FUNCTION, ROLES,
SKULLS ( dng pengetahuan khusus)

Karakteristik Unik Keperawatan Emergensi Keperawatan emergensi memiliki


karakteristik yang unik dimana tidak semua area keperawatan memilikinya. Karakteristik
tersebut adalah:

1. Pengkajian, diagnosa, terai baik yg urgen / non urgen individual dan berbagai umur pasien
walaupun dng data / informasi yg sangat terbatas

2. Triage & Prioritas

3. Persiapan bencana alam

4. Stabilisasi & Resusitasi

5. Krisis intervensi UI populasi pasien yang unik seperti korban kekerasan sexual

6. Pemberian perawatan pd lingkungan yg ticlak terkontrol atau yg tidak dpt diprediksikan

2.2 Aspek Legal Keperawatan Gawat Darurat


Penderita gawat darurat adalah penderita yang oleh karena suatu penyebab (penyakit,
trauma, kecelakaan, tindakan anestesi) yang bila tidak segera ditolong akan mengalami cacat,
kehilangan organ tubuh atau meninggal. (Sudjito, 2003). Kondisi emergency yang sebenarnya
(frue emergency) Yaitu setiap kondisi yang secara klinik memerlukan penanganan medik
segera. Kondisi seperti ini baru dapat ditentukan setelah pasien diperiksa oleh petugas
kesehatan yang berwenang.
Penderita gawat darurat ialah penderita yang tiba-tiba berada dalam anggota gerak
badannya akan menjadi cacat, bila tidak mendapat pertolongan secepatnya. Diagnosa yang
tepat dan pertolongan yang benar akan dapat mencegah kematian atau kecatatan (to save life
and limb) UU No 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia
a. Pasal (1)
Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi Negara, Hukum Pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia

b. Pasal 2
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan,
keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban,
keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama.
c. Pasal 3
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia
yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Hak Dan Kewajiban


A. Pasal 4
Setiap orang berhak atas kesehatan.
B. Pasal 5
1. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber
daya di bidang kesehatan.
2. Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, dan terjangkau.
3. Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri
pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
C. Pasal 6
Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian
derajat kesehatan.
D. Pasal 7
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang
kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.
E. Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya
termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari
tenaga kesehatan.
F. Pasal 10
Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya
memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial.
G. Pasal 11
Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan,
mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya.
H. Pasal 12
Setiap orang berkewajiban menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi
orang lain yang menjadi tanggung jawabnya.

I. Pasal 13
1. Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial.
2. Program jaminan kesehatan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.3 Prinsip Keperawatan Gawat Darurat


A. Prinsip Keperawatan Gawat Darurat
Prinsip pada penanganan penderita gawat darurat harus cepat dan tepat serta harus
dilakukan segera oleh setiap orang yang pertama menemukan/mengetahui (orang awam,
perawat, para medis, dokter), baik didalam maupun diluar rumah sakit karena kejadian ini
dapat terjadi setiap saat dan menimpa siapa saja. Kondisi gawat darurat dapat diklasifikasikan
sebagai berikut (Kumpulan materi mata kuliah Gadar:2005):
1. Gawat darurat
Suatu kondisi dimana dapat mengancam nyawa apabila tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya. Contoh : gawat nafas, gawat jantung, kejang, koma,
trauma kepala dengan penurunan kesadaran.
2. Gawat tidak darurat
Suatu keadaan dimana pasien berada dalam kondisi gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan yang darurat contohnya : kanker stadium lanjut.
3. Darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa
atau anggota badannya contohnya : fraktur tulang tertutup.
4. Tidak gawat tidak darurat
Pasien poliklinik yang datang ke UGD
B. Sarana dan pra sarana IGD
Dalam penanganan keadaaan gawat darurat tidak dapat hindari faktor lain yang
memegang peranan adalah sarana dan prasarana dari Instlansi rawat darurat. Faktor-
faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Multi disiplin & multi profesi
Kerjasama yang tinggi dalam penangan keadaan gawat darurat sangat dibutuhkan
baik dari multi displin, maupun multi profesi, hal ini menjadi satu kesatuan,
contohnya dalam ruangan igd terjadi dari tim profesi medis, perawat, petugas
radiologi, petugas laboratorium, petugas farmasi dan lainnya.
2. Mempunyai pemimpin & struktur organisasi.
Adanya unsur pimpinan dan unsur pelaksana yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan pelayanan terhadap pasien gawat darurat di ruang IGD dengan
wewenang penuh.
3. Mempunyai pola urutan pelayanan.
C. Triage Dalam Gawat Darurat
Triage adalah suatusistem seleksi pasien yang menjamin supaya tidak ada pasien yang
tidak mendapatkan perawatan medis. Tujuan triage ini adalah agar pasien mendapatkan
prioritas pelayanan sesuai dengan tingkat kegawatannya.
Pemberian label dalam triage meliputi :
Merah : Untuk kasus-kasus gawat darurat
Kuning : Untuk kasus gawat tidak darurat atau darurat tidak gawat
Hijau : Untuk kasus-kasus tidak gawat tidak darurat/ringan
Hitam : Untuk kasus DOA (datang dalam keadaan sudah meninggal).
Ada 2 cara untuk melakukan triage:
1. Dalam melakukan seleksi penderita petugas triage memprioritaskan pada tingkat
kegawatdaruratan penderita.
2. Dalam melakukan seleksi penderitas petugas triage memprioritaskan pada tingkat
penderita dapat tertolong.
Pelaksanaan triage di UGD:
1. Pasien langsung dibawa keruang resusitasi apabila terdapat:
 Henti jantung dan henti nafas mendadak
 Adanya syok dan renjatan
 Distres pernafasan mendadak
 Penurunan kesadaran (koma), CVD, koma diabeikum
 Kejang, epilepsi, febris disertai kejang
2. Pasien langsung keruang tindakan bedah
A. Mayor condition (stretcher patien)
 Luka berat
 Perdarahan non traumatic
 Usaha bunuh diri
 Akut daerah urogenital
 Nyeri lengan/kaki
 Khusus mata: luka bakar kimia, perlukaan tembus mata, buta mendadak
 Khusus anak: hipeertermia, hipotermia
B. Minor condition (walking patien)
 Perlukaan
 Cidera tangan
 Muskuloskeletal problem: cidera tulang
 Trauma kepala ringan
 Luka bakar ringan
 Benda asing
 Pembalutan dan pembidaian
 Gigitan dan sengatan, kasus akut THT
3. Langsung kerungan operasi non bedah:
A. Mayor condition
 Batuk sesak
 Sesak nafas tanpa sianosis: asma, brochofneomoni
 Nyeri dada traumatic: MCI
 Aritmia jantung
 Nyeri hebat kepala dan leher
 G.E.D (muntsh berak dengan dehidrasi)
 Masalah neurologi non trauma: CVD/CFA,conpulasi
B. Minor condition
 Demam tinggi
 Kolik/nyeri abdomen
BAB III
LP KASUS

Seven Jump

A.PENGERTIAN
Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau
penyimpangan garis pada tulang tengkorak ,percepatan dan perlambatan (accelarasi –
decelarasi ) yang merupakan perubahan bentuk di pengaruhi oleh perubahan peningkatan
pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan,serta notasi yaitu pergerakan pada kepala di
rasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada kepala di rasakan juga oleh otak
sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan .(MUSLIHAH S,.Kep,.NS)
Cedera kepala merupkan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada
kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakanan lalu lintas .Di
samping penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi korban kerumah
sakit,penilaian dan tindkan awal di ruang gawat darurat sangat menentukan pelaksanaan dan
prognosis selanjutnya .(ARIF MANSJOER 2010)
B .PENYEBAB CEDRA KEPALA
1. Kecelakaan lalu lintas
2. Jatuh
3. Kecelakaan kerja
4. Kecelakaan rumah tangga
5. Trauma tembak dan pecahn bom (Ginseberg,2007)

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri yang menetap atau setempat
2. Bengkak pada sekitar fraktur sampai pada fraktur kubah cranial
3. Fraktur dasar tengkorak :hemorasi dari hidung ,faring atau telinga dan darah terlihat
di bawah konjungtiva ,an memar di atas mastoid .
4. Laserasi atau kontusio otak di tandai dengan cairan spibal berdarah.
5. Penurunan kesadaran
6. Peningkatan TD ,penurunan frek .nadi perningkatan pernafasan

D.PATOFISIOLOGI
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi
.Enengi yang di hasilkan di dalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi
.Otak tidak mempunyai cadanagan oksigen,jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun
sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi .Demikian pula dengan kebutuhan oksigen
sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg % karena akan
menimbulkan koma .kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan glukosa
tubuh,sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala-gejala
permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia,tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen
melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah .Pada
kontusio berat,hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbuhan asam laktat akibatb
metabolisme anaerob.Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.Dalam keadan normal
cerebral blood flow (CBF) adalah 50-60 ml /menit /100 gr .jaringhan otak yang merupakan
15% dari cardiac output .Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung
seckuncupaktivitas atypical-myorcadial,perubhan tekanan vaskuler dan udem paru.Perubahan
otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan p dan disritmia ,fibrilasi
atrium dan vebtrikel,tskikardia.
Akibat adanya perdarahan otal akan mempengaruhi tekanan vaskuler ,di mana
penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi
.Pengaruhi pernafasan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol
otak tidak begitu besar .

Cedera kepala menurut patofisiologi di bagi menjadi dua :


1. Cedera kepala primer
Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelarasi – decelerasi rotasi ) yang
menyebabkan gangguan pada jaringan .
Pada cedera primer dapat terjadi :
1. Gagar kepala ringan
2. Memar otak
3. Laserasi
2. Cedera kepala sekunder
1. Pada cedra kepala sekunder akan timbul gejala ,seperti:
2. Hipotensi sistemik
3. Hipoksia
4. Hiperkapnea
5. Udema otak
6. Komlikasi pernafasan
7. Infeksi /komplikasi pada organ tubuh yang lain .

1. EPIDURAL HEMATOMA
Terdapat pengumpula darah di atara tulang tengkorak dan durameter akibat pecahnya
pembuluh darah /cabang –cabang arteri meninggal media yang terdapat di
durameter,pembuluh darah ini tidak dapat menutup sendiri karena itu sangat berbahaya.
Dapat terjai dalam beberapa jam sampai 1-2 hari .Lokasi yang paling sering yaitu di lobus
temporalis dan parietalis .
Gejala –gejala yang terjadi :
 Penurunan tingkat kesadaran
 Muntah
 Hemiparesis
 Dilatasi pupil ipsilateral
 Pernafasan dalam cepat kemudian dangkal irreguler

2.SUBDURAL HEMATOMA
Terkumpilnya darah anatara durameter dan jaringan otak ,dapat terjai akut dan
kronik.Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah veba/jembatan vena yang biasanya terdapat
di atantara durameter,perdarahan lambat dan sedikit.Periode akut terjadi dalam 48 jam -2 hari
atau 2 minggu dan kronik dapat terjadi dalam 2 minggu atau beberapa bulan.
Tanda –tanda gejalanya adalah :
 Nyeri kepala
 Bingung
 Mengantuk
 Menarik diri
 Berfikir lamabat
 Kejang dn oedem pupil

Perdarahan intracerebral berupa perdarahan di jaringan otak kerena pecahnya pembuluh


darah arteri ,kapiler,vena.
Tanda dan gejalanya adalalah :
 Nyeri kepala
 penurunan kesadaran
 Komplikasi pernafasan
 Hemiplegia kontra lateral
 Dilatasi pupil
 Perubahan tanda-tanda vital

3.Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan di dalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah dan
permukaan otak ,hampir selalu ada pada cedra kepala yang hebat .
Tanda dan gejalanya adalah :
 Nyeri kepala
 penurunan kesadaran
 dilatasi pupil ipsilateral dan kaku kuduk

E .KOMPILIKASI CEDRA KEPALA


Komplikasi yang sering di jumpai dan berbahaya menurut (Markam ,1999) pada
cedera kepala meliputi :
1. koma
penderita tidak sadar dan tidak dan tidk memberikan respon disebut koma ,pada
situasi ini secara khas berlangsung hanya beberapa hari atau minggu ,setelah 16 masa
ini penderita akan bangun .Sedangkan beberap kasus lainnya memasuki vegetatife
state.walaupun demikian penderita masih tidak sadar dan tidak menyaari lingkungan
sekitarnya .
2. kejang /seizure
penderita yang mengalami cedra kepala akan mengalami sekurang – kurangnya sekali
kejang pada masa minggu pertama setelah cedra .Meskipun demikian ,keadaan ini
berkembang menjadi epilepsy.
3. Infeksi
Fraktur tulang tengkorak atau luka terbuka dapat merobekkan membran (meningen)
sehingga kuman dapat masuk infeksi meningen ini biasanya berbahaya karena
keadaan ini memiliki potensial untuk menyebar ke syistem syaraf yang lain .
4. Hilangnya kemampuan kognitif
Berfikir,akal sehat ,penyelesain masalah ,proses informasi dan memori merupakan
kemampuan kognitif .Banyak penderita dengan cedra kepala mengalami masalah
kesadaran.
5. Penyakit Azheimer dan parkinson
Pada kasusu cedra kepala ,resiko perkembangan terjadinya alzheimer tinggi dan
sedikit terjadi parinkinson .Resiko akan semakin tinggi tergantung frekuensi dan
keparahan cedra .
BAB IV
KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.D DENGAN CIDERA KEPALA BERAT

Pengkajian
Identitas pasien
Nama : Tn .D
Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : curup
1. Penamggung jawab
Nama : Tn A
Umur : 63 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Hubungan dengan pasien : ayah
Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien datang ke RSUD M YUNUS bengkulu pada tanggal 3 Maret 2019,dengan kecelakaan
motor ,pasien mengalami penurunan kesadaran. Terdapat hematome di kepala dan krepitasi
pada paha bagian kanan sepertiga medial dextra.

2. Riwayat kesehatan sekarang


Pasien datang ke IGD dibawa oleh keluarganya pada jam 20 .30 wib tanggal 3 Maret 2019.
Pasien tabrakan dengan kendaraan bermotor dengan penurunan kesadaran, terdapat
hematome pada kepaladan krepitasi pada paha bagian kanan sepertiga meial dextra dan wajah
hematome,keluar darah dari mulut ,telinga dan hidung,pasien sesak.
3. Primary survey
Airway : terdapat sumbatan jalan nafas berupa darah dan lendir.
Breathing
Look : adanya pengembangan dinding dada .frekuensi 32 /menit
Listen : terdengar suara nafas stidor.
Feel : terasa hembusan nafas ,terlihat otot bantu pernafasan
Circulation : Akral dingin,kulit pucat,terdapat perdarahan di telinga,hidung,mulut,
CRT > 3 detik, akral dingin
Disability : GCS 7 (E2,M3,V2) dan kesadaran sopor.
4. Secondary survey
Kesadaran : Sopor
Keadaan umum : Jelek
GCS : 7
TTV :
TD: 100/60 mmhg
N : 102 X/m
P : 32 X/m
S : 37.8 c

Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Inspeksi : bentuk simetris ,rambut tampak kusam,terdapat hematome dibagian wajah
dan kepala
Palpasi : tidak ada ketombe,benjolan ,terdapat nyeri tekan pada bagian oksipital.
b. Mata
Inspeksi : bentuk simetris,klien selalu memejamkan matanya karna mata terdapat
hematom, blue eyes dikedua mata.
Palpasi : ada nyeri tekan dikedua mata.
c .Hidung
Inspeksi : bentuk simetris,tidak ada polip, keluar darah dari hidung
Palpasi : ada nyeri tekan.
d .Telinga
Inspeksi : bentuk simetris, terdapat darah
Palpasi : ada nyeri tekan
e .Mulut
Inspeksi : keluarnya darah segar,dan lender
f .Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,getah bening dan vena jugolaris,
dicurigai adanya fraktur servikal.
g .Thorak
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, terdapat otot bantu pernapasan ,bentuk
dada simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan , dan tidak ada benjolan
Perkusi : resonan
Auskultasi : bunyi nafas stridor ,frekuensi 32 x/menit,tidak ada wheezing dan ronhci
h .Jantung
Perkusi : mur-mur(-) ,gallop (-),bj1 dan bj2 normal
i . Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tidak terdapat jejas
Auskultasi : bissing usus normal(10 x/menit)
Palpasi : turgor kulit elastis, ada nyeri tekan.
Perkusi : timpani (redup pada organ)
j .Genetalia
Inspeksi : Bersih, tidak ada kelainan, terpasang kateter
k . Kulit
Turgor kulit elastis, warna kulit sama dengan warna kulit lainnya
l .Ekstremitas
Atas: reflek bisep dan trisep normal ,tidak ada kelainan,ada bekas luka ditangan kanan
terpasang infus ditangan kanan,fleksi dan ekstensi(+)
Bawah : tidak ada kelainan,jari-jari lengkap ,
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratoorium
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1 Haemoglobin 9,4
2. Hematokrit 33
3 Leukosit 21.200
4 Trombosit 198000

b. Pemeriksaan CT- Scan


Terdapat edema serebral pada daerah kepala
6. Therapi pengobatan
IVFD RL 30 tts/m ,Dexa metahson 3x1,injeksi ampul (iv),Citicolin 3x1
ampul,injeksi (iv),Asam transamin 3x1 ampul,injeksi (iv),Vit k 3x1 ampul ,injeksi (iv),
Keterolac 3x1 ampul, injeksi(iv),Cefotaxime 2x1 gr,injeksi ST (-) / IV,Kateter polay
,NGT,Suction
Analisa Data

Nama : Tn D No registrasi : 532350


Umur : 23 tahun Ruangan : IGD

No Data senjang Problem Etiologi


1. DO : Pola nafas tidak Adanya darah dan
-suara nafas stridor efektif sekret
-terdapat sumbatan berupa darah
dan lendir
-pasien terlihat sesak frekuensi
pernafasan 32 x / m
DS :
-keluarga mengatakan pasien belum
sadar

2. Gangguan perfusi Edema otak


D O: jaringan
-tingkat kesadaran sopor
-GCS 7(E 2,M3,V2)
-akral dingin
-CRT > 3 detik
DS:
-keluarga mengatakan pasien masih
belum sadar
3. Diagnosa Keperawatan
Nama : Tn. D No.Register : 532350
Umur : 23 tahun Ruangan :IGD
No. Diagnosa keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b/d adanya darah dan secret

2. Gangguan perfusi jaringan serebral b/d edema otak


Intervensi Keperawatan

Nama : Tn. D No.Register : 53235


Umur : 23 thn Ruangan : IGD

NO Tanggal Tujuan dan Intervensi Rasional


kriteria hasil
1. 2-02- Setelah dilakukan 1. Pertahankan kepala 1. Kepala yang tidak
2019 tindakan dan leher tetap posisi datar posisi netral dapat menekan
keperawatan atau tengah ( posisi JVP aliran darah ke otak.
selama 1x24 jam supinasi). 2. Distres pernafasan dan
pola nafas dapat 2. Observasi fungsi perubahan pada tanda vital
efektif dengan pernafasan, catat frekuensi dapat terjadi sebagai akibat
kriteria hasil : pernafasan, dispnea atau stress fisiologis dan nyeri
1. Tidak ada perubahan tanda-tanda vital atau dapat menunjukkan
penggunaan otot terjadinya syok sehubungan
bantu pernafasan. dengan hipoksia.
2. Tidak 1. Evaluasi pergerakan 3. Sebagai pedoman
sianosis dinding dada dan kelancaran pola pernafasan
3. CRT < 3 auskultasi bunyinya.
detik 4. Memberikan adekuat
4. RR < 2. Berikan terapi O2 O2 dalam darah dan aliran ke
24x/menit sebanyak 3 liter otak
2. 2-03- 5. Tidak
2019 terpasang oksigen 5. Sebagai alat bantu
6. Secret dan supaya jalan napas tidak
5. Pemasangan gudele
lender berkurang tertutup
dan lakukan penghisapan
lendir
Setelah dilakukan 1. menentukan status
tindakan 1. Evaluasi nilai neurologis
keperawatan
GCS klien
selama 1x24 jam 2. perubahan TTV
gangguan perfusi mendadak dapat
2. Pantau TTV klien
jaringan dapat menentukan
teratasi dengan peningkatan TIK dan
criteria hasil :
trauma batang otak
1. Nilai GCS
meningkat yaitu
3. Pertahankan kepala 3. kepala yang tidak
12
2. Kesadaran dan leher tetap posisi netral dapat
membaik yaitu posisi datar (posisi menekan JVP aliran
compos mentis supinasi) darah keotak
3. Tanda-tanda
vital normal 4. Evaluasi keadaan 4. untukmenentukan
TD :120/80 pupil, ukuran, apakah batangotak
Mmhg, ketajaman, masih baik dan masih
N: 90 x/menit kesamaan antara ada respons terhadap
RR : 24 x/menit kiri dan kanan dan cahaya atau tidak.
S : 37 C reaksi terhadap
rangsangan cahaya

3. Kolaborasi dalam 5. Untuk membantu


pemberian obat sesuai proses penyembuhan
indikasi

4. Anjurkan pada 6. memberikan


keluarga untuk batasi lingkungan nyaman
pengunjung untuk menghindari
ketegangan dapat
mempertahankan kita
terjadinya
peningkatan TIK
5. Anjurkan pada 7. Memberikan adekuat
keluarga untuk batasi O2 dalam darah dan
pengunjung aliran ke otak
6. Lakukan pemasang 8. Untuk mengurangi
NGT adanya tekanan TIK
7. Lakukan 9. Untuk memenuhi
pemasangan kateter ADL dan mengetahui
keseimbangan cairan.
Implementasi Keperawatan

Nama : Tn. D No.Registe:532350


Umur : 23 tahun Ruangan: IGD
No Tanggal / Implementasi Respon hasil Paraf
DX jam
1,2 3-03-2019 1. Mempertahankan kepala 1. Tidak terjadi
20.35 wib dan leher tetap posisi peningkatan JVP
datar atau tengah ( posisi pada aliran darah ke
1. 3-3-2019 supinasi). otak
20.35 wib
2. Melakukan perikan terapi
1,2 3-3-2019 O2 2. O2 diberikan
1. 20.38 wib sebanyak 3 liter
3-3-2019
dengan
20.40 wib
menggunakan nasal
1,2
3. Melakukan tampon pada kanul, CRT > 3detik
3-3-2019
daerah hisdung dan 3. Daerah hidung dan
20.45wib
1 telinga telinga tertutup
2. 3-3-2019 tampon dan tidak
20.50 wib meneluarkan darah
3-3-2019 4. Melakukan pemasangan
2. 21.00 wib gudle dan penghisapan 4. Gudele telah
lendir terpasang, jalan
3-3-2019 nafas tidak tertutup
2. 21.35 wib dan lendir
5. Melakukan pengambilan berkurang
2. 3-3-2019 sample darah(
5. Darah diambil
22.00 wib hematologi)
sebanyak 3cc dan
2.
3-3-2019 lansung dikirim
6. Mengobservasi fungsi
2. 21.20 wib kelaboratorium
pernafasan, catat
3-3-2019 6. frekuensi
frekuensi pernafasan,
2. 21.30 wib pernafasan 32
dispnea atau perubahan
x/meniT
tanda-tanda vital.
22-12-
2019 22.50 7. Membersihkan luka dan
2. wib melakukan Heacting
3-3-2019 7. Luka pasien bersih
2. 23.00 wib dan luka klien
8. Mengevaluasi
dijahit sehingga
pergerakan dinding dada darah tidak keluar
3-3-2019 dan auskultasi bunyinya.
8. pergerakan dinding
23.30 wib
dada dalam
9. Mengevaluasi nilai GCS
pernapasan cepat
2. 3-3-2019 klien dan keadaan umum
24.00 wib klien dan dangkal
10. Melakukan pemasangan 9. Klien tampak
2. NGT lemah dan nilai
GCS =7( E2 V2
M3)
3-3-2019 11. Melakukan pemasangan 10. NGT terpasang,
2. 01.00 wib kateter cairan lambung
keluar melalui
12. Memantau TTV klien NGT berwarna
3-3-2019
01.30 wib kehitaman
11. kateter terpasang,
13. Evaluasi keadaan pupil, urine keluar dengan
3-3-2019 ukuran, ketajaman, jumlah urine 300 cc
02.00 wib kesamaan antara kiri dan 12. TD : 100/60
kanan dan reaksi mmhg,
terhadap rangsangan a. N : 102 x/menit
cahaya b. S : 37,8 C
14. Kolaborasi dalam c. RR : 32 x/menit
pemberian obat yaitu :
a) Dexa metahson 3x1 (IV) 13. Pupil isokor dan
b) Citicolin 3x1 amp (IV) miosis
c) Asam transamin 3x1 amp
(IV)
14. Obat telah masuk
d) Vit k 3x1 amp (IV)
melalui IV dan
e) Keterolac 3x1 amp (IV)
tidak ada reaksi
alergi.
15. Menganjurkan keluarga
unruk membatasi
pengunjung dan tidak
terlalu ribut dalam
ruangan 15. Keluarga bisa
menerima dan akan
16. Memantau TTV klien melakukannya

16. TD : 100/60 mmhg,


a. N : 90 x/menit
b. S : 37 C
17. Mengantar Pasien c. RR : 28 x/menit
melakukan CT-Scan

17. erdapat Edema Serebral


pada bagian kepala
Evaluasi Keperawatan

Nama : Tn. D No.Register : 532350


Umur : 23 tahun Ruangan: IGD

No Tanggal / Catatan perkembangan Paraf


Jam
1. 3-3-2019 S :-
O : - Suara napas stridor
- Masih terdapat sumbatan berupa darah dan lendir
- pasien terlihat sesak napas

A : masalah teratasi sebagian ((nomor 5)


yaitu : pemasangan gudele)

P : intervensi di lanjutkan ( ( nomor 1, 2, 3, dan 4 )


yaitu :
1. Pertahankan kepala dan leher tetap posisi datar atau
tengah ( posisi supinasi)
2. observasi fungsi pernafasan, catat frekuensi
pernafasan,dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.
3. Evaluasi pergerakan dinding dada dan auskultasi
bunyinya.
4. Berikan terapi O2)
3-3-2019
2. S : - keluarga mengatakan anaknya belum sadar

O : - tingkat kesadaran sopor


- GCS = 7 ( E2 V2 M3)
- TD: 100/60 mmhg , N: 90 x/menit, S : 37 C
RR : 28 x/menit

A : masalah teratasi sebagian (( nomor 5, 6, 8, dan 9 )


yaitu
5. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
6. Anjurkan pada keluarga batasi pengunjung
8. Lakukan pemasangan NGT
9. Lakukan pemasangan kateter)
P : intervensi di lanjutkan ( ( nomor 1, 2, 3, 4 dan 7 )
1. Evaluasi GCS klien
2. pantau TTV klien
3. Pertahankan kepala dan leher tetap posisi datar (
posisi supinasi)
4. Evaluasi keadaan pupil, ukuran, ketajaman ,
kesamaan antara kiri dan kanan dan reaksi terhadap
rangsangan cahaya
7. Pemberian terapi O2 dan penghisapan lender )
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba,
seringkali merupakan kejadian yang berrbahaya. Prinsip pada penanganan penderita gawat
darurat harus cepat dan tepat serta harus dilakukan segera oleh setiap orang yang pertama
menemukan/mengetahui (orang awam, perawat, para medis, dokter), baik didalam maupun
diluar rumah sakit karena kejadian ini dapat terjadi setiap saat dan menimpa siapa saja.
Kondisi gawat darurat dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Kumpulan materi mata kuliah
Gadar:2005): Gawat darurat, Gawat tidak darurat, Darurat tidak gawat, Tidak gawat tidak
darurat.

5.2 Saran
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan
pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam faktor keterbatasan waktu, pemikiran dan
pengetahuan kami yang terbatas, oleh karena itu untuk kesempernaan makalah ini kami
sangat membutuhkan saran-saran dan masukan yang bersifat membangun kepada semua
pembaca
DAFTAR PUSTAKA

Boswick John. 1997. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta.EGC


Don Hillary. 1997. Perawatan Penderita Dalam Keadaan Kritis . Jakarta; Binarupa Aksara
Gallok & Hudak. 1997. Keperawatan Kritis. Jakarta.EGC
Oman s kathleen dkk. 2008. Panduan belajar Keperawatan Emergency. Jakarta.EGC

Anda mungkin juga menyukai