Skenario 3
Seorang laki-laki 35 tahun di bawa keluarganya ke IGD RSJ karena mencoba menyerang
anggota keluarganya. Dalam 2 minggu terakhir sudah 5 kali pasien mengamuk seperti ini.
Satu tahun yang lalu pasien juga mengamuk dan mengejar orang-orang yang lewat di depan
rumahnya dengan pisau. Menurut pasien istrinya yang menyuruh mengejar orang-orang
itu. Namun kenyataannya istri pasien telah meninggal 2 tahun yang lalu bersama anaknya
dalam kecelakaan lalu lintas. Pasien menyalahkan dirinya semenjak kematian tersebut.
Pasien sering mengurung dan mengunci diri di kamar. Namun pasien masih bisa bersikap
kembali normal. Pasien di pecat dari tempatnya bekerja karena tidak pernah lagi masuk
kantor.
Sering berbicara dan berperilaku aneh, seperti merasa mendengar sesuatu yang sebenarnya
tidak ada dan mempertahankan ide-ide yang tidak sesuai dengan fakta. Sering kali disertai
disabilitas kogntif dan emosi sehingga kemampuan adaptasi dan interaksi dengan
lingkungannya terganggu
Klasifikasi Psikosis
Psiosis Organik
Kelainan pada struktur susunan saraf pusat (otak) yang disebabkan misalnya tumor
di otak, kelainan pembuluh darah otak, infeksi di otak, keracunan NAPZA.
Psikosis Fungsional
Terganggunya fungsi sistem penghantar sinyal sel-sel saraf (neurotransmitter)
dalam susunan saraf pusat, tidak terdapat kelainan struktural pada sel-sel saraf otak
tersebut.
4. Alur Diagnosis
1. Identitas Pasien
• Nama
• Tempat & Tanggal Lahir
• Jenis kelamin
• Agama
• Pendidikan
• Pekerjaan
• Status Perkawinan
• Alamat
2. Riwayat Psikiatrik
Keluhan utama
• Apakah ia membutuhkan bantuan?
• Mengapa ia datang ke poliklinik?
• Keluhan apa yang menyebabkan klien datang?
Riwayat Pekerjaan
Riwayat Pendidikan
Riwayat Hukum
Riwayat Keluarga
Kehidupan sosial dan perkawinan
4. Gangguan persepsi
Gangguan persepsi seperti halusinasi dan ilusi mungkin dialami berkenaan dengan
diri sendiri atau lingkungan. Sistem sensoris yang terlibat contohnya: auditorius,
visual, olfaktorius, atau taktil. Contoh pertanyaan yang diajukan adalah : apakah
anda pernah mendengar suara atau bunyi lain yang tidak dapat didengar oleh orang
lain disekitar anda?
5. Pikiran
a. Bentuk pikiran : cara dimana seseorang menyatukan gagasan dan asosiasi,
yaitu bentuk dimana seseorang berpikir. Proses atau bentuk pikiran ini
mungkin logis, atau tidak logis dan bahkan tidak dapat dimengerti.
b. Isi pikiran
Gangguan isi pikiran termasuk waham yaitu sesuatu yang dianggap dan
diyakini benar oleh pasien. Antara lain : waham kejar (misalnya merasa
sedang diikuti, rumahnya dipasang alat perekam, diamati oleh pemerintah),
waham cemburu (misalnya, pasangannya memiliki hubungan gelap),
waham dosa dan bersalah ( merasa bertanggung jawab atas tindakan yang
tidak termaafkan), waham kebesaran (misalnya, merasa memiliki kekuatan,
kemampuan), waham somatic (menyakini tubuhnya menderita penyakit). ,
fobia, gagasan bunuh diri dan membunuh.
7. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls dapat diperkirakan dari informasi dalam riwayat pasien
sekarang dan dari perilaku yang diobservasi selama wawancara. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk menilai apakah pasien mampu mengendalikan impuls seksual,
agresif dan impuls lainnya. Hal ini penting untuk memastikan kesadaran pasien
tentang perilaku yang sesuai secara social dan suatu pengukuran tentang
kemungkinan bahaya pasien bagi dirinya sendiri atau orang lain.
5. DD 1 PSIKOTIK AKUT
A. Definisi
Psikosis adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu menilai
kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau atau aneh.
Psikotis akut adalah sekelompok gangguan jiwa yang berlangsung kurang dari satu bulan
dan tidak disertai gangguan mood, gangguan berhubungan dengan zat, atau suatu gangguan
psikotik karena kondisi medis umum. Gangguan psikosis akut dan sementara adalah
sekelompok gangguan jiwa yang :
1. Onsetnya akut (≤2 minggu)
2. Sindrom polimorfik
Menurut studi epidemiologi internasional, insidensi dari gangguan psikotik akut dua kali
lebih tinggi terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki. Gangguan ini lebih sering terjadi
pada pasien dengan usia antara dekade ke tiga hingga awal dekade ke empat. Beberapa
klinisi menyakini bahwa pasien dengan gangguan kepribadian (seperti narcissistic,
paranoid, borderline, schzotypal) lebih rentan berkembang menjadi gangguan psikosis
pada situasi yang penuh tekanan.
C. Etiologi
Di dalam DSM III-R faktor psikososial bermakna dianggap menyebabkan psikosis reaktif
singkat, tetapi kriteria tersebut dihilangkan dari DSM IV. Perubahan DSM IV
menempatkan diagnosis gangguan psikotik akut di dalam kategori yang sama dengan
diagnosis psikiatrik lainnya yang penyebabnya tidak diketahui dan diagnosis kemungkinan
termasuk kelompok gangguan yang heterogen.
Pasien dengan gangguan psikotik akut yang pernah memiliki gangguan kepribadian
mungkin memiliki kerentanan biologi atau psikologis ke arah perkembangan gejala
psikotik. Teori psikodinamika menyatakan bahwa gejala psikotik adalah suatu pertahanan
terhadap fantasi yang dilarang, penurunan harapan yang tidak tercapai atau suatu pelapasan
dari situasi psikososial tertentu.
D. Gambaran klinis
Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurangnya satu gejala psikotik,
biasana dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan keseluruhan pola
gejala yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinis telah mengamati bahwa gejala
afektif, konfusi, dan gangguan pemusatan perhatian mungkin lebih sering ditemukan pada
gangguan psikotik singkat daripada gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk
gangguan psikotik singkat adalah perubahan emosional, pakaian atau perilaku yang aneh,
berteriak-teriak atau diam membisu, dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum
lama terjadi. Beberapa gejala tersebut ditemukan pada gangguan yang mengarahkan
diagnosis delirium dan jelas memerlukan pemeriksaan organik yang lengkap, walaupun
hasilnya mungkin negatif.
E. Diagnosis
1. PPDGJ III
Pedoman diagnostik
1) Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang
diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas
yang digunakan adalah
a. Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang sama dengan
jangka waktu gejala-gejala psikotik menjadi nyata dan menganggu
sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari,
tidak termasuk periode prodormal yang gejalanya sering tidak jelas)
sebagai ciri khas yang menentukan seluruh kelompok
2) Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria episode
manic atau episode depresif, walaupun perubahan emosional dan gejala-
gejala afektif individual dapat menonjol dari waktu ke waktu
3) Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium atau demensia.
Tidak merupakan intoksikasi akibat penggunaan alcohol atau obat-obatan
Gejala psikotik berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan.
Diagnosis dapat dibuat sebelum periode waktu satu bulan, tetapi harus diterima
sebagai diagnosis sementara. Jika gejala menetap lebih dari satu bulan,
diagnosis berubah menjadi gangguan psikotik lainnya, seperti gangguan
skizofreniform.
2. Bentuk-bentuk psikosis akut (PPDGJ III)
1) F 23.0 Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizofrenia
a. Memenuhi kriteria (a), (b), dan (c) yang khas untuk gangguan
psikotik polimorfik akut
3. DSM IV
a) Waham
b) Halusinasi
c) Bicara disorganisasi (menyimpang atau inkoheren)
b. Lama suatu episode gangguan adalah sekurangnya satu hari sampai kurang
dari satu bulan
c. Gangguan yang muncul bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu
zat (misalnya obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau kondisi medis
umum.
Sebutkan jika :
Dengan stressor nyata (psikosis reaktif singkat) : jika gejala terjadi segara
setelah dan tampak sebagai respons dari suatu kejadian yang sendirian atau
bersama-sama akan menimbulkan stress yang cukup besar bagi hampir
setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebut.
Tanpa stressor nyata : jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah atau
tampaknya bukan sebagai respons terhadap kejadian yang sendirian atau
bersama-sama, akan menimbulkan stress yang cukup besar bagi hampir
setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebut
Dengan onset pascapersalinan : jika onset dalam waktu 4 minggu setelah
persalinan.
F. Prognosis
Pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat memiliki prognosis yang baik
dan penelitian di Eropa telah menyatakan bahwa 50 sampai 80 persen dari semua pasien
tidak memiliki masalah psikiatrik berat lebih lanjut. Lamanya gejala akut dan residual
seringkali hanya beberapa hari. Kadang-kadang gejala depresif mengikuti resolusi gejala
psiikotik. Bunuh diri adalah keprihatinan pada fase psikotik maupun fase depresif
pancapsikotik.
Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik akut :
a. Riwayat premorbid yang baik
d. Gejala afektif
Referensi :
Kaplan, HI dan Sadock, BJ. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psiikiatri Klinis.
Jilid satu. Binapura Aksara Publisher. Jakarta:2010
Muslim R.Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika-Atmajaya;2003
6. DD 2 SKIZOFRENIA
I. Definisi
Gangguan yang ditandai dengan kekacauan proses berpikir, Afek, dan
perilaku.
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ-
III) skizofrenia merupakan sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan
penyakit yang luas, tak selalu bersifat kronis, dan tergantung pada perimbangan
pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
II. Epidemiologi
1 : 1000 orang di AS
Terjadi pada 15-20 / 100.000 individu per tahun.
Risiko selama hidup 0,85 %
Ras Karibia-Afrika dan Afrika-hitam
III. Etiologi
a. Genetik
Dapat dipastikan bahwa terdapat kontribusi genetik pada beberapa,
atau seluruh bentuk skizofrenia. Sebagai contoh, pada individu yang
memiliki saudara dengan kelainan skizofrenia akan memiliki kemungkinan
yang lebih tinggi untuk terpapar skizofrenia juga daripada individu yang
tidak memiliki saudara dengan skizofrenia.
Pada seseorang dengan saudara kandung yang mengidap
Skizofrenia memiliki resiko 7-15% terkena Skizofrenia, begitu juga dengan
seseorang dengan salah satu orang tua nya yang terkena skizofrenia (7-16%)
maupun yang kedua orang tua nya terkena skizofrenia ( 40-68%), dan juga
jika seseorang memiliki saudara kembar heterozigot yang terkena
skizofrenia (2-15%) maupun yang memiliki saudara kembar monozigot
(61-86%).
Beberapa penemuan juga menunjukkan usia ayah memiliki
hubungan dalam kemungkinan terjadinya skizofrenia. Pada penelitian
pasien skizofrenia tanpa riwayat sakit baik dalam garis keturunan ayah
ataupun ibu, ditemukan fakta bahwa mereka yang lahir dari ayah dengan
usia lebih tua dari 60 tahun memiliki kemungkinan menderita skizofrenia
juga. Mungkin, spermatogenesis yang buruk ditemukan pada pria yang
lebih tua daripada pria yang lebih muda.
b. Teori Biokimia
Hipotesis Dopamin
Hipotesis ini menyatakan bahwa skizofrenia timbul akibat
aktivitas dopaminergik yang berlebihan. Peran signifikan dopamin
dalam patofisiologi skizofrenia sejalan dengan studi yang
mengukur konsentrasi plasma metabolit utama dopamin, asam
homovalinat. Studi melaporkan adanya korelasi positif antara
konsentrasi asam homovanilat dan tingkat keparahan gejala yang
timbul pada pasien. Penurunan asam homovalinat berkorelasi
dengan perbaikan gejala pada setidaknya beberapa pasien
Overaktivitas reseptor dopamin saraf pada jalur mesolimbic
bisa menyebabkan timbulnya Gejala Positif Skizofrenia,
sedangkan penurunan aktivitas dopamine neuron pada jalur
mesokorteks didalam korteks prefrontalis bisa menyebabkan
Gejala Negatif Skizofrenia.
Glutamat
Gluamat telah terlibat karena konsumsi phencyclidine,
antagonis glutamat, memproduksi sindrom akut yang serupa
dengan skizofrenia. Hipotesis tentang glutamat termasuk
hoperkatifitas, hipoaktifitas, dan glutamate0induced neurotoxicity.
Hipotesis Norepinefrin
Meningkatnya level norepinefrin pada penderita skizofrenia
menunjukkan meningkatnya kepekaan untuk masukan sensorik
Hipotesis GABA
Neurotransmiter asam amino inhibitory gamma-
aminobutiryc acid (GABA) dikaitkan dengan patofisiologi
skizofrenia didasarkan pada penemuan bahwa beberapa pasien
skizofrenia mempunyai kehilangan neuron-neuron GABA-ergic di
hipokampus. GABA memiliki efek regulatory pada aktivitas
dopamin dan kehilangan neuron inhibitory GABA-ergic dapat
menyebabkan hiperaktivitas neuron-neuron dopaminergic
c. Teori Psikogenik
Teori ini menganggap Skizofrenia disebabkan oleh suatu gangguan
fungsional dan penyebab utamanya adalah konflik, stress psikologik dan
hubungan antar manusia yang mengecewakan.
IV. Klasifikasi
1. Skizofrenia Hebefrenik
Disebut juga disorganized type atau “kacau balau” yang di tandai
dengan gejala:
Inkoherensi
Alam Perasaan
Perilaku dan Tertawa kekanak kanakan
Waham
Halusinasi
Perilaku Aneh
2. Skizofrenia Katatonik
Memiliki gejala sebagai berikut:
Stupor Katatonik
Negativisme Katatonik
Kekakuan
Kegaduhan Katatonik
Sikap Tubuh Katatonik
3. Skizofrenia Paranoid
Menunjukkan Gejala gejala:
Waham
Halusinasi
Gangguan alam perasaan
4. Skizofrenia Residual
Tipe ini merupakan sisa sisa dari gejala Skizofrenia yang tidak
begitu menonjol. Misalnya, Alam perasaan yang tumpul dan mendatar serta
tidak serasi, Penarikan diri dari pergaulan social, tingkah laku eksentrik,
pikiran tidak logis dan tidak rasional.
5. Skizofrenia Simpleks
Suatu bentuk psikosis yang perkembangannya lambat dan perlahan
lahan dari perilaku yang aneh, ketidakmampuan memenuhi tuntutan
masyarakat dan penurunan kemampuan total.tidak terdapat waham atau
halusinasi.
V. Manifestasi Klinis
1. Gejala Positif:
Delusi/Waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak
masuk akal). Meskipun telah dibuktikan secara objektif bahwa
keyakinannya itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini
kebenarannya
Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan.
Misalnya penderita mendengar suara suara atau bisikan bisikan di
telinganya.
Kekacauan alam piker, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya.
Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur
pikirannya.
Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar mandir, agresif
Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan aka nada ancaman
terhadap dirinya
Menyimpan rasa permusuhan.
2. Gejala Negatif
Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar, gambaran alam
perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan
ekspresi
Menarik diri atau mengasingkan diri tidak mau bergaul atau kontak
dengan orang lain, suka melamun
Kontak emosional amat ‘miskin’, sukar diajak bicara, pendiam
Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan social
Sulit dalam berpikir abstrak
Pola piker stereotip
Tidak ada/kehilangan dorongan atau tidak ada inisiatif
VI. Prognosis
Untuk waktu pendek (1 tahun), prognosis skizofrenia berhubungan erat
dengan bagaimana penderita menjalani pengobatan. Tanpa pengobatan 70-80%
penderita akan mengalami kekambuhan setelah 2 bulan. Untuk jangka panjang,
Prognosis penderita bervariasi. Penderita dapat mengalami kesembuhan yang
berarti dan tetap, dapat mengalami sedikit perbaikan yang diselingi dengan
kekambuhan, dapat menjadi buruk dan permanen.
7. TATALAKSANA
1. Fase Akut
a. Farmakoterapi
Pada Fase akut terapi bertujuan mencegah pasien melukai dirinya atau orang lain,
mengendalikan perilaku yang merusak, mengurangi beratnya gejala psikotik dan gejala
terkait lainnya misalnya agitasi, agresi dan gaduh gelisah.
Langkah Pertama:
• Berbicara kepada pasien dan memberinya ketenangan.
Langkah Kedua:
• Keputusan untuk memulai pemberian obat. Pengikatan atau isolasi hanya dilakukan bila
pasien berbahaya terhadap dirinya sendiri dan orang lain serta usaha restriksi lainnya tidak
berhasil. Pengikatan dilakukan hanya boleh untuk sementara yaitu sekitar 2-4 jam dan
digunakan untuk memulai pengobatan. Meskipun terapi oral lebih baik, pilihan obat injeksi
untuk mendapatkan awitan kerja yang lebih cepat serta hilangnya gejala dengan segera
perlu dipertimbangkan.
Obat injeksi:
a) Olanzapine, dosis 10 mg/injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap 2 jam, dosis
maksimum 30mg/hari.
b) Aripriprazol, dosis 9,75 mg/injeksi (dosis maksimal 29,25 mg/hari), intramuskulus.
c) Haloperidol, dosis 5mg/injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap setengah jam, dosis
maksimum 20mg/hari.
d) Diazepam 10mg/injeksi, intravena/intramuskulus, dosis maksimum 30mg/hari.
Klorprozamin
Farmakodinamik.
Efek farmakologik klorpromazin dan antipsikosis lainnya meliputi efek pada susunan saraf
pusat, sistem otonom. dan sistem endokrin. Efek ini terjadi karena antipsikosis
manghambat berbagai reseptot diantaranya dopamin, reseptor a-adrenergik, muskarinik,
histamin H1 dan reseptor serotonin 5HT2 dengan afinitas yang berbeda. Klorpromazin
misalnya selain memiliki afinitas terhadap reseptor dopamine juga memiliki afinitas yang
tinggi terhadap reseptor a-adronergik. sedangkan risperidon memiliki afinitas yang tinggi
terhadap reseptor serotonin 5HT2.
Farmakokinetik.
Haloperidol
Farmakodinamik
Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncaknya dalam plasma tercapai
dalam waktu 2-6 jam sejak maneIan obat menetap sampai 72 jam dan masih dapat
ditemukan dalam plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam hati dan
kira-kira 1% dari dosis yang diberikan diekskresi melalui empedu. Ekskresi haloperidol
lambat melalui ginjal, kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 5 hari sesudah pemberian
dosis tunggal.
Aripiprazol
Farmakodinamik.
Obat ini bersifat agonis parsial terhadap reseptor D2 dan 5-HT1A serta bersifat antagonis
terhadap reseptor 5-HT2A. Sifat parsial agonis terhadap reseptor 5-HT1A dihubungkan
dengan efektivitas obat ini dalam menurunkan gejala positif maupun negatif skizofrenia
serta meningkatan kognitif. penderita. Sedangkan sifat antagonis terhadap reseptor
serotonin (5HT2A) diperkirakan berhubungan dengan insiden efek samping
ekstrapiramidal yang rendah.
Farmakokinetik
Obat ini diabsorbsi dengan baik di saluran cerna, dengan biovailabilitas oral berkisar 87%.
lkatan protein sekitar 83%. Metabolismenya lewat hati oleh enzim CYP 3A4 den CYP2D6.
Ekskresi sebagian besar lewat feses dan sebagian kecil lewat urin.
Klozapin
Famakokinetlk.
Klozapin diabsorpsi secara cepat dan sempuma pada pemberian per oral. kadar puncak
plasma tercapai pada kira-kira 1,6 jam setelah pemberian obat. Klozapin secara ekstensif
diikat protein plasma (> 95%) obat ini dimetabolisme hampir sempuma sebelum diekskresi
lewat urin dan tinja dengan waktu paruh rata-rata 11,8 jam.
Olanzapin
Farmakodinamik
Olanzapin diabsorbsi dengan baik setelah pemberian oral, dengan kadar plasma tercapai
setelah 4-6 jam pemberian, metabolisme dihepar oleh enzim CYP 2D6, dan diekskresi
Iewat urin.
Quetiapin
Farmakodinamik
Obat ini bersifat antagonis terhadap reseptor D2, serotonin 5HT2, serotonin 5HT1, H1, dan
reseptor a1 dan a2 adrenergik.
Farmakokinetik.
Absorpsinya cepat setelah pernberian oral, kadar plasma maksimal tercapai setelah 1-2 jam
pemberian. Ikatan protein sekitar 83%. Metabolismenya lewat hati oleh enzim CYP 3A4.
Ekskresi sebagian besar lewat urin dan sebagian kecil lewat feses.
Risperidon
Farmakodinamik
Risperidon yang merupakan derivat dari benzisoksazol mempunyai afinitas yang tinggi
terhadap reseptor 5-HT2 dan aktivitas menengah terhadap reseptor D2, a1 dan a2
adrenergik dan reseptor histamin. Aktivitas terhadap antipsikosis dihubungkan dengan
hambatan terhadap reseptor serotonin dan dopamin.
Farmakokinetik
Bioavailabilitas oral sekitar 70%, volume disrtibusi 1-2 L/kg. Di plasma risperidon terikat
dengan albumi dan alfa 1 glikoprotein. Ikatan protein plasma sekitar 90 %. Risperidon
secara ekstensif di metabolisme di hati oleh enzim CYP 2D6 menjadi metabolitnya 9
hidroksirisperidon.
Paliperidon
Farmakodinamik
Obat ini merupakan antipsikotik atipikal yang dikembangkan dari obat sebelumnya yakni
risperidon. Secara kimiawi, paliperidon (9 hidroksi risperidon) adalah salah satu metabolit
aktif dari risperidon.
Obat oral:
Pemilihan antipsikotika sering ditentukan oleh pengalaman pasien sebelumnya dengan
antipsikotika misalnya, respons gejala terhadap antipsikotika, profil efek samping,
kenyamanan terhadap obat tertentu terkait cara pemberiannya.
Pada fase akut, obat segera diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan dan dosis dimulai
dari dosis anjuran dinaikkan perlahan-lahan secara bertahap dalam waktu 1 – 3 minggu,
sampai dosis optimal yang dapat mengendalikan gejala.
b. Psikoedukasi
Tujuan Intervensi adalah mengurangi stimulus yang berlebihan, stresor lingkungan dan
peristiwa-peristiwa kehidupan. Memberikan ketenangan kepada pasien atau mengurangi
keterjagaan melalui komunikasi yang baik., memberikan dukungan atau harapan,
menyediakan lingkunganyang nyaman, toleran perlu dilakukan.
c. Terapi lainnya
ECT (terapi kejang listrik) dapat dilakukan pada Skizofrenia katatonik dan Skizofrenia
refrakter.
Efek samping
• Kejang berkepanjangan
• Reaksi negatif terhadap obat anastesi dan relaksasi otot
• Nyeri kepala post iktal
• Amnesia retrograde atau anterograde
2. Fase Stabilisasi
a. Farmakoterapi
Tujuan fase stabilisasi adalah mempertahankan remisi gejala atau untuk mengontrol,
meminimalisasi risiko atau konsekuensi kekambuhan dan mengoptimalkan fungsi dan
proses kesembuhan (recovery).
Setelah diperoleh dosis optimal, dosis tersebut dipertahankan selama lebih kurang 8 – 10
minggu sebelum masuk ke tahap rumatan. Pada fase ini dapat juga diberikan obat anti
psikotika jangka panjang (long acting injectable), setiap 2-4 minggu.
b. Psikoedukasi
Tujuan Intervensi adalah meningkatkan keterampilan orang dengan skizofrenia dan
keluarga dalam mengelola gejala.
Mengajak pasien untuk mengenali gejala-gejala, melatih cara mengelola gejala, merawat
diri, mengembangkan kepatuhan menjalani pengobatan. Teknik intervensi perilaku
bermanfaat untuk diterapkan pada fase ini.
3. Fase Rumatan
a. Farmakoterapi
Dosis mulai diturunkan secara bertahap sampai diperoleh dosis minimal yang masih
mampu mencegah kekambuhan. Bila kondisi akut, pertama kali, terapi diberikan sampai
dua tahun, bila sudah berjalan kronis dengan beberapa kali kekambuhan, terapi diberikan
sampai lima tahun bahkan seumur hidup.
b. Psikoedukasi
Tujuan Intervensi adalah mempersiapkan pasien kembali pada kehidupan
masyarakat.Modalitas rehabilitasi spesifik, misalnya remediasi kognitif, pelatihan
keterampilan sosial dan terapi vokasional, cocok diterapkan pada fase ini.Pada fase ini
pasien dan keluarga juga diajarkan mengenali dan mengelola gejala prodromal, sehingga
mereka mampu mencegah kekambuhan berikutnya.
Kesimpulan
Menurut hasil diskusi kelompok kami, dengan gejala pasien pada skenario di simpulkan
bahwa pasien menderita psikosis akut dikarenkan dengan gejala psikosis yang kurang dari
2 minggu. Tetapi untuk menegakkan diagnosis dibutuhkan lagi pemeriksaan penunjang.
Daftar Pustaka