PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
keperawatan komunitas yang terdiri 4 komponen dasar manusia, kesehatan,
lingkungan, keperawatan.
Teori perspektif banyak perspektif teoritis pada keluarga yang tersedia untuk membimbing
masyarakat praktik keperawatan keluarga dan komunitas. Tidak mengejutkan, model keperawatan
bagi keluarga mencerminkan dua pemikiran dalam komunitas / keperawatan ( kesehatan)
masyarakat hari ini. Beberapa pandangan mendukung bahwa keluarga adalah unit perawatan, dan
masyarakat adalah konteks, sedangkan yang lain fokus pada komunitas sebagai klien dan melihat
keluarga sebagai subunit. Zerwekh (1991) Model Keluarga sebagai pemberi perawatan merupakan
Perawatan Kesehatan yang menguraikan kerangka kerja yang mendukung untuk menyediakan
perawatan keluarga dalam sebuah masyarakat. Sedangkan Model kesehatan masyarakat sebagai
fungsi yaitu memberikan panduan dalam penyediaan perawatan bagi keluarga dan pandangan
keluarga sebagai klien dalam masyarakat dan keluarga sebagai bagian dari masyarakat klien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keperawatan jiwa?
2. Apa paradigm keperawatan jiwa?
3. Apa falsafah keperawatan jiwa?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk dapat mengetahui apa itu perspektif dan falsafah keperawatan jiwa.
2. Untuk dapat mengetahui apa itu perspektif dan falsafah keperawatan Keluarga
3. Untuk dapat mengetahui apa itu perspektif dan falsafah keperawatan Komunitas
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
13. Tujuan kep adalah meningkatkan kesejahteraan memaksimalkan fungsi
dan meningkatkan aktualisasi diri
14. Hubungan interpersonal dapat menghasilkan perubahan dan pertumbuhan
individu
1. Manusia
2. Sehat-sakit
3. Keperawatan
4. lingkungan
4
keluarga,kelompok,organisasi atu masyarakat. Tiga area praktik keperawatan
mental yaitu perawatan langsung , komunikasi , management.”
5
3) peran pasien dengan terapis
a) pasien : menceritakan ansietas dan perasaan
b) terapis : menjalin hubungan akrab dengan pasien dengan
menggunakan empati
c. Model Eksistensi
1) Konsep
Teori mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku terjadi jika
individu putus hubungan dengan dirinya dan lingkungannya.
2) Proses terapi
a) Rational emotive therapy
b) Terapi logo
c) Terapi realitas
3) Peran pasien perawat
1. Pasien : bertanggung jawab terhadap perilakunya dan berperan serta
dalam suatu pengalaman berarti untuk mempelajari tentang dirinya
yang sebenarnya
2. Terapis :
Membantu pasien untuk mengenali diri
Mengklarifikasi realita dari suatu situasi
Mengenali pasien tentangperasaan tulus
Memperluas kesadaran diri pasien
d. Model Komunikasi
1) Konsep
Teori ini menyatakan bahwa gangguan perilaku terjadi apabila pesan
tidak dikomunikasikan dengan jelas.
2) Proses terapi
a) Memberi umpan balik dan klarifikasi masalah
6
b) Memberi penguatan untuk komunikasi yang efektif
c) Memberi alternatif kolektif untuk komunikasi yang tidak efektif
d) Melakukan analisa proses interaksi
3) Peran pasien terapis
1. Pasien : memperhatikan pola komunikasi , bermain peran,bekerja untuk
mengklarifikasi komunikasinya sendiri , memvalidasi peran dari oarang lain.
2. Terapis : menginterpretasikan pola komunikasi kepada pasien dan
mengajarklan prinsip komunikasi yang baik.
e. Model Keperawatan
1) Konsep
Teori ini mempunyai pandangan bahwa askep berfokus pada respon
individu terhadap masalah kesehatan yang actual dan potensial denagan model
pendekatan berdasarkan teori sistem , teori perkembangan , teori interaksi ,
pendekatan holistik dan teori keperawatan. Fokus pada :
a) Rentang sehat sakit
b) Teori dasar keperawatan
c) Tindakan keperawatan
d) Hasil tindakan
2) Proses terapi
a) Proses keperawatan
b) Terapi keperawatan : terapi modalitas
3) Peran pasien dan terapis
a) Pasien : mengemukakan masalah
b) Terapis : memfasilitasi dan membantu menyelesaikan
7
2. Tumbuh, berkembang dan beraktualisasi mengembangkan potensi diri
dari hal yang bisa kita lakukan atau kerjakan
3. Memiliki integrasi, mampu bertahan terhadap stress dan mengatasi
kecemasan. mengendalikan emosi
4. Memiliki otonomi, tidak tergantung kepada orang lain, obat-obatan dan
lainnya.
5. Persepsi realitas. dapat membedakan lamunan dan kenyataan > perilaku
dapat di mengerti dan di pahami
6. Kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.
Keperawatan jiwa mulai berkembang di dunia pada tahun 1770. Hal ini
disebabkan seiring dengan kejadian penanganan pada orang dengan penyakit
mental. Penanganan yang di lakukan pada awal perkembangan terhadap orang
dengan penyakit mental dianggap terlalu primitif dan kejam. Adapun persepsi
tentang keperawatan jiwa di mulai dari masa peradaban sampai sekarang.
8
atau pemberian syok terapi dengan harapan agar gangguannya
menghilang.
2. Zaman yunani
3. Zaman vesalius
9
Setelah gangguan jiwa dinyatakan sebagai penyakit pada zaman
vesalius. Pada era ini disebut juga era alienation, social exclusion,
confinement. Para dokter menjelaskan gejala yang sering terjadi seperti
: Depression, Paranoid, Delusions, Hysteris, Nightmares. Pembentukan
rumah sakit jiwa pertama terjadi pada masa ini yaitu di england dengan
nama Bethlehem Royal Hospital. Kemudian diikuti oleh Philipe Pinel,
seorang dokter Perancis yang membuka sebuah rumah sakit untuk seorang
penderita jiwa / mental di pilih kota La Bicetre, Paris. Dia memulai
dengan tindakan kemanusiaan dan advokasi, melalui observasi perilaku,
riwayat perkembangan dan menggunakan komunikasi dengan penderita.
10
tanda/gejala penyakit). Akhirnya, Emil Craepelee mampu membuat
penggolongan dari tanda-tanda gangguan jiwa. Sejak saat itu, kesehatan
jiwa terus berkembang dengan berbagai tokoh dan spesfikasinya masing-
masing.
11
F. SEJARAH KEPERAWATAN JIWA DI INDONESIA
1. Zaman kolonial
12
1902), RSJ Magelang pada tahun 1923 dan RSJ Sabang pada tahun 1927. RSJ
ini tergolong RS besar dan menampung penderita gangguan jiwa menahun
yang memerlukan perawatan lama.
a) RS Jiwa (Kranzinnigengestichten)
b) RS Sementara (Doorgangshuizen)
d) Koloni
13
2. Zaman setelah kemerdekaan
Membawa babak baru bagi perkembangan usaha kesehatan jiwa, Oktober 1947
Pemerintah RI membentuk Jawatan Urusan Penyakit Jiwa, karena masih terjadi
revolusi fisik maka belum dapat bekerja dengan baik. Pada tahun 1950 pemerintah RI
menugaskan untuk melaksanakan hal-hal yang dianggap penting bagi
penyelenggaraan dan pembinaan kesehatan jiwa di Indonesia. Jawatan ini bernaung
di bawah Departemen Kesehatan; tahun 1985 diubah menjadi Urusan Penyakit Jiwa;
1960 menjadi Bagian Kesehatan Jiwa; dan tahun 1966 menjadi Direktorat Kesehatan
Jiwa yang sampai sekarang dipimpin oleh Direktur Kesehtan Jiwa atau Kepala
Direktorat Kesehatan Jiwa.
Pihak swasta pun lebih memikirkan masalah kesehatan jiwa, terutama di kota-
kota besar. Di Jakarta, kemudian di Yogyakartadan Surabaya serta beberapa kota
lainnya didirikan sanatorium kesehatan jiwa. RSU pemerintah dan RS ABRI
menyediakan tempat tidur untuk pasien gangguan jiwa dan mendirikan bagian
psikiatri, demikia pula RS swasta seperti RS St. Carolus di Jakarta, RS Maria
(Minahasa). Di Jakarta dan Surabaya telah didirikan Pusat Kesehatan Jiwa
Masyarakat.
14
Dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa berkembang pesat pada Perang Dunia II
karena menggunakan pendekatan metode pelayanan public health service.
Konsekuensinya, peran perawat jiwa juga berubah dari peran pembantu menjadi
peran aktif dalam tim kesehatan, untuk mengobati penderita gangguan jiwa. Pada
masa kini, perawatan penderita gangguan jiwa lebih difokuskan pada basis
komunitas. Ini sesuai dengan hasil Konferensi Nasional I keperawatan Jiwa (Oktober,
2004), bahwa pengobatan akan lebih difokuskan dalam hal tindakan preventif
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori perspektif banyak perspektif teoritis pada keluarga yang tersedia untuk membimbing
masyarakat praktik keperawatan keluarga dan komunitas. Tidak mengejutkan, model keperawatan
bagi keluarga mencerminkan dua pemikiran dalam komunitas / keperawatan ( kesehatan)
masyarakat hari ini. Beberapa pandangan mendukung bahwa keluarga adalah unit perawatan, dan
masyarakat adalah konteks.
Falsafah Keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang
dilakukan.. Keperawatan menganut pandangan holistik terhadap manusia yaitu
kebutuhan manusia bio-psiko-sosial-spiritual. Kegiatan keperawatan dilakukan
dengan pendekatan humanistik, dalam arti menghargai dan menghormati martabat
manusia, memberi perhatian kepada klien serta, menjunjung tinggi keadilan bagi
sesama manusia. Keperawatan bersifat universal dalam arti tidak membedakan atas
ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etik, agama, aliran politik, dan status sosial
ekonomi. Keperawatan adalaFalsafah keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-
hukum yang mendasari realitas, serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang
lebih berdasakan pada alasan logis daripada metoda empiris.
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17