Anda di halaman 1dari 15

1

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk


Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru

Rine Pertiwi1, Neni Hermita2, Hamizi3

Abstract

The problem in this experience is decrease success of science lesson in SDN 97


Pekanbaru grade IV. The average value in that school is 68,1. It is happened because
teaching system in that school still concentrate with the teacher and the class be
storm if the student in aggrement group. The purpose of this experience is for
increase success of science lesson in SDN 97 Pekanbaru grade IV with apply model
of teaching cooperative learning type jigsaw II. The formulation : with apply model
of cooperative learning type jigsaw II increase secces of science lesson. The subject
in this experience are student of SDN 97 Pekanbaru grade IV (40 students). File of
success lesson after evaluation test and mid test. Base on experience yield use mid
test, complete studied is go up. First file, 16 students (40%) is complete with average
value is 68,1. In siclus I 26 students (65%) is complete with average value is 75,35.
So to be increase 7,25. Siclus II 34 student (85%) with average value 85,5. So from
siclus I until siclus II increase 10,15. So the total increase result study of the students
from first score to siclus II increase 17,4. The average of teacher ability in teaching
process on siclus I is 88,59% (very good) and siclus II 95,45% (excellent). So the
increase is 6,86%. The average of student activity on siclus I is 70,88% (good) and
on siclus II the activity the students increase 86,09% (excellent). So the activity of the
students increase 15,21%. So that application of the model cooperative learning type
jigsaw II can be increase success of science lesson

Keyword : Jigsaw II, Succes of Lesson

A. Pendahuluan
Hasil observasi penulis pada guru kelas IV SDN 97 Pekanbaru mengeluhkan
adanya permasalahan setiap guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
metode kelompok. Proses pembelajaran tidak berjalan seimbang. Hanya siswa yang
pandai/pintar saja yang dominan dalam proses pembelajaran baik bertanya maupun

1
Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Riau, Nim 0805121096, e-mail rine.pertiwi@yahoo.co.id
2
Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e-mail
nenihermita@rocketmail.com
3
Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e-mail
hamizi@yahoo.com
2

menjawab pertanyaan dari guru, sedangkan siswa yang kurang pandai hanya bisa
diam dan sebagian lain asyik bermain dengan teman-teman sekelompoknya sehingga
kelas akan menjadi ribut. Hal ini dapat terjadi mungkin dikarenakan pembagian
kelompok yang tidak merata atau tingkat kecerdasan dan lain sebagainya. Pada
akhirnya proses pembelajaran yang demikian berdampak pada hasil belajar IPA siswa
itu sendiri. Sehingga target KKM (Kriteria Ketuntasan Mininal) yang hanya 75 tidak
dapat dicapai lebih dari setengah jumlah siswanya.
Tabel 1. Data siswa yang melewati dan tidak melewati KKM
Jumlah Tuntas Tidak Tuntas Rata-rata
Siswa Siswa % Siswa %
40 16 orang 40% 24 orang 60% 68,1
orang

Melihat kenyataan yang demikian, salah satu upaya yang akan diterapkan
adalah model pembelajaran kooperatif. Slavin (1995 : 5) menyatakan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk belajar bekerja sama, saling
menyumbang pemikiran dan bertanggung jawab terhadap hasil belajar secara
individu maupun kelompok. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang ingin
diterapkan adalah model pembelajaran tipe Jigsaw yang telah diujicobakan oleh
Elliot Aroson dan teman-temannya dari Universitas Texas dan diadopsi oleh Slavin
dan teman-temannya di Universitas John Hopkins yang lebih praktis dan lebih
terperinci yaitu Jigsaw II. Jigsaw II ini digunakan apabila materi yang akan
dipelajari berbentuk narasi tertulis. Metode ini paling sesuai untuk subjek-subjek
seperti ilmu sosial dan sebagian pelajaran ilmu pengetahuan ilmiah dan bidang-
bidang lainnya yang tujuan pembelajaran lebih kepada penguasaan konsep daripada
penguasaan kemampuan.
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut : “Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru ?”
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan hasil belajar IPA siswa di kelas IV
SD Negeri 97 Pekanbaru melalui Penerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw II.
Manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Untuk Siswa
Meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA dalam belajar IPA dan dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi IPA yang berupa narasi
tertulis.
b. Untuk Guru
Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran.
Dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi
pembelajarannya.
3

c. Untuk Sekolah
Memberikan sumbangan ide/pikiran serta motivasi untuk meningkatkan hasil
belajar peserta didiknya di sekolah tersebut.
d. Untuk Peneliti
Sebagai salah satu acuan untuk meneliti dalam lingkup yang lebih luas.
Hipotesis dari penelitian ini adalah : Jika diterapkan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw II, maka dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas
IV SDN 97 Pekanbaru.
Slavin (dalam Nur Asma, 1995:5) menjelaskan dalam pembelajaran
kooperatif siswa belajar bersama , saling menyumbang pemikiran dan bertanggung
jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok.
Sementara itu Artzt dan Newman (dalam Nur Asma, 1990:448) mendefenisikan
pembelajaran kooperatif sebagai suatu pendekatan yang mencangkup kelompok kecil
dari siswa yang bekerja sama sebagai suatu tim untuk memecahkan masalah,
menyelesaikan suatu tugas atau menyelesaikan suatu tujuan bersama. Cooper (1999)
dan Heinich (2002) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai metode
pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan siswa
bekerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas akademik bersama.
Model pembelajaran Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aroson dan para
koleganya (1978). Model aslinya yang diuraikan secara singkat dalam bagian ini,
mempersyaratkan pengembangkan yang luas terhadap materi-materi khusus. Model
pembelajaran Jigsaw yang lebih praktis dan mudah diadaptasi, yakni Jigsaw II
(Slavin, 1986a). Model Jigsaw dapat digunakan bilamana materi yang dikaji
berbentuk narasi tertulis. Sedangkan untuk Jigsaw II biasanya berupa materi yang
berisi cerita, biografi atau narasi yang serupa atau materi deskriptif

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II


FASE TINGKAH LAKU GURU
Fase – 1 Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran
Menyampaikan tujuan dan yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan
memotifasi siswa memotivasi siswa belajar.
Fase – 2 Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
Menyajikan informasi mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.
Fase – 3 Menjelaskan pada siswa bagaimana caranya
Mengorganisasikan siswa membentuk kelompok belajar atau membantu setiap
dalam kelompok kelompok agar melakukan transisi secara efesien.
kooperatif
Fase – 4 Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
Membimbing kelompok mereka mengerjakan tugas mereka.
bekerja dan belajar
Fase – 5 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
Evaluasi diajarkan atau masing-masing kelompok
4

mempresentasikan hasil kerjanya.


Fase – 6 Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
Memberikan penghargaan maupun hasil belajar individu atau kelompok.

Kelebihan pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw II yaitu :


1) Meningkatkan hasil belajar siswa ( Arend, 1997 :118).
2) Menyebabkan unsur-unsur psikologis siswa menjadi terangsang dan menjadi
lebih aktif.
3) Meningkatkan kerja keras siswa, lebih giat dan lebih termotivasi (Nur, 1998:9).
4) Siswa dapat menerapkan pembelajaran kooperatif ini dengan menyelesaikan
tugas-tugas yang kompleks.
5) Dapat menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebayanya dan siswa
lain yang berprestasi dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw IIternyata lebih
mementingkan orang lain, tidak bersifat kompetitif dan tidak memiliki rasa
dendam ( Davidson dalam Noornia, 1997:24).
6) Slavin (1995) dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat menimbulkan
motivasi sosial siswa karena adanya tuntutan untuk menyelesaikan tugas.
Kekurangan pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw II:
1) Slavin (1995) menyatakan bahwa kekurangan dari pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw II adalah kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang dan
siswa yang memiliki prestasi tinggi akan mengarah kepada kekecewaan, hal ini
disebabkan peran anggota yang pandai lebih dominan.
2) Johnson, dkk (1991) siswa yang berkemampuan tinggi merasakan kekecewaan
karena harus membantu temanya yang berkemampuan rendah.
Noornia (1997) untuk menyelesaikan suatu materi pembelajaran akan memakan
waktu yang lama karena guru harus mensosialisasikan dulu dan tidak semua siswa
akan mengerti tentang model kooperatif tipe jigsaw II ini.
Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-
tindakannya yang berhubungan dengan belajar dan setiap orang mempunyai
pandangan yang berbeda tentang pengertian belajar ini. Menurut pengertian secara
psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan. Yaitu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya (Daryanto 2009:1).
Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam
sikap dan tingkah lakunya. Hasil belajar seseorang sering tidak langsung kelihatan
tanpa orang itu melakukan sesuatu untuk memperlihatkan kemampuan yang
diperolehnya melalui belajar.
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat
dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat
sebelum belajar.
5

Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan
terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi
tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom
hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain
kognitif, afektif dan psikomotor.
Hasil belajar IPA SD adalah segenap perubahan tingkah laku yang terjadi
pada siswa dalam bidang IPA/Sains sebagai hasil mengikuti proses pembelajaran
IPA/Sains. Hasil belajar biasanya dinyatakan dengan skor yang diperoleh dari satu tes
hasil belajar yang diadakan setelah selesai mengikuti suatu program pembelajaran.
Sumaji ( dalam Patta Bundu 2006:18) memandang hasil belajar dalam 2 aspek yakni :
1) Aspek kognitif : berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan
intelektual lainya.
2) Aspek Nonkognitif : berkaitan dengan sikap, emosi (afektif), serta keterampilan
fisik atau kerja otot (psikomotor).
3)
B. Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut
Suharsimi, dkk (dalam buku E.Mulyasa, 2009) menjelaskan PTK dengan
memisahkan kata penelitian, tindakan dan kelas, yaitu:
a. Penelitian merupakan kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan
cara/metodologi tertentu untuk memperoleh data dan informasi.
b. Tindakan merupakan suatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu.
c. Kelas adalah sekelompok peserta didik dalam waktu yang sama serta
pelajaran yang sama pula.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa PTK adalah suatu


upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan
memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan.
Dalam melakukan PTK ini guru bertindak sebagai penulis bekerja sama
dengan guru lain dan kepala sekolah secara bersama-sama melakukan rancangan dan
refleksi hasil tindakannya. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh penulis sendiri,
sedangkan guru dan kepala sekolah bertindak sebagai pengamat selama proses
pembelajaran berlangsung.
Tempat penelitian ini adalah SD Negeri 97 Pekanbaru. Subjek penelitian
adalah Siswa kelas IV, yang berjumlah 40 orang, 24 laki-laki dan 16
perempuan.Tahun Ajaran 2011/2012 di semester II pada bulan Maret sampai bulan
Mei 2012.
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan
metode pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II ini maka digunakan analisis data
deskriptif.
6

Komponen-komponen yang dianalisa adalah :


1. Hasil Belajar Siswa
Persentase hasil belajar siswa secara individu dapat dihitung dengan rumus
S = x 100
Sumber (Purwanto, 2006:112)
Keterangan :
S = Nilai yang diharapkan
R = Jumlah skor yang diperoleh dari item atau soal yang dijawab benar
N = Skor maksimal
Seorang siswa dikatakan tuntas dalam pembelajaran apabila telah memperoleh
nilai minimal 75.
2. Aktivitas Siswa dalam kelompok
Persentasi hasil belajar siswa dalam kelompok pada proses pembelajaran
dapat diperoleh dengan cara mengambil persentase siswa dan indikator yang
telah ditetapkan dengan rumus :
P = x 100%
Keterangan :
P = angka persentase
F = Frekuensi aktivitas siswa
N = banyak individu

Tabel 2. Interval dan kategori aktifitas siswa


% Interval Kategori
85 – 100 Baik sekali
71 - 84 Baik
65 - 70 Cukup
< 65 Kurang

3. Aktivitas Guru
Untuk mengukur persentase keaktifan guru dan kegiatan guru yang sesuai
dengan langkah-langkah pada Jigsaw II maka pada tiap-tiap pertemuan dari
masing-masing siklus digunakan rumus sebagai berikut:

P = x 100%
Keterangan :
P = angka persentase
F = Frekuensi aktivitas guru
N = banyak indikator yang dinilai
7

4. Ketuntasan Klasikal
PK = x 100%

5. Penghargaan Prestasi Tim


a. Skor Individu
Tabel 3. Nilai Perkembangan Individu
Skor Kuis Poin Kemajuan
- Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
- 1 sampai 10 poin di bawah skor awal 10
- 1 sampai 10 poin di atas skor awal 20
- Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
Sumber : Rusman (2011:216)

b. Skor Kelompok
Tabel 4. Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok
Interval Kategori
6 ≤ N ≤ 15 Baik
16 ≤ N ≤ 20 Hebat
21 ≤ N ≤ 30 Super
Sumber : Rusman (2011:216)

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan


1. Hasil Belajar
a. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I
Berdasarkan data hasil ulangan harian I (lampiran 12a) hasil belajar siswa dapat
dijelaskan pada tabel di bawah ini :
Tabel 5. Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Materi Pokok Faktor
Penyebab Perubahan Lingkungan Fisik dan Proses Perubahannya
Berdasarkan Ulangan Harian I Pada Siklus I
No. % Interval Kategori Hasil BelajarSiswa Siklus I
N (%)
85-100 Baik Sekali 10 (25%)
71-84 Baik 16 (40%)
65-70 Cukup 5 (12,5%)
< 65 Kurang 9 (22,5%)
Jumlah Siswa : 40 orang
Nilai rata-rata : 75,35
Kategori : BAIK
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa melalui
hasil Ulangan Harian pada siklus I. siswa yang memperoleh nilai amat baik 10 orang
(25%), nilai baik 16 orang (40%), nilai cukup 5 orang (12,5%), dan nilai <65 ada 9
orang (22,5%). Hal ini dikarenakan siswa masih bingung dengan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw II ini diantaranya bingung ketika harus berpindah-pindah
8

kelompok dan harus presentase kelompok secara pribadi kepada teman-temannya


pada kelompok asal.
Pada proses pembelajaran sebelumnya, guru tidak pernah menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II ini. Sehingga pada proses pembelajaran
jigsaw II ini siswa kebingungan untuk berpindah dari kelompok asal ke kelompok
ahli, harus membaca dan memahami materi secara individu dan yang sangat membuat
mereka terkejut hal ini dikarenakan mereka merasa malu ktika harus berbicara
individu dihadapan teman-teman yang lain, sehingga materi yang telah mereka baca
dan pahami ketika di kelompok ahli tadi kelupaan dan sering terjadi kesalahpahaman.

b. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II


Berdasarkan data hasil Ulangan Harian II (lampiran 12b), hasil belajar siswa tersebut
dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini.
Tabel 6. Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Materi Akibat dari Perubahan
Lingkungan Fisik dan Pencegahan Kerusakan Daratan Berdasarkan Ulangan Harian
II Pada Siklus II
No. % Interval Kategori Hasil Belajar Siswa Siklus II
N (%)
85-100 Baik Sekali16(40%)
71-84 Baik 19(47,5%)
65-70 Cukup 3(7,5%)
< 65 Kurang 2(5%)
Jumlah Siswa : 40 orang
Nilai rata-rata : 85,5
Kategori : BAIK SEKALI

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa
melalui hasil ulangan harian pada siklus II meningkat, siswa yang memperoleh nilai
amat baik 16 orang (40%), nilai baik 19 orang (47,5), nilai cukup 3 orang (7,5%) dan
nilai kurang ada 2 orang (5%). Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut ini bahwa
terjadi peningkatan hasil belajar siswa.

c. Peningkatan Hasil Belajar Siswa


Hasil analisis hasil belajar siswa secara individu dan secara klasikal pada
siklus I dan siklus II pada materi perubahan lingkugan fisik dan prosesnya. Setelah
melalui pembelajaran penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di
kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru, data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
9

Tabel 7. Hasil Analisis Peningkatan Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Skor Dasar,
Ulangan Harian Pada Siklus I dan Siklus II
Siswa
Siswa yang Siswa yang Rata- Persentase
Siklus yang Kategori
tuntas tidak tuntas rata Ketuntasan
hadir
Skor
40 16 24 68,1 40% Tidak Tuntas
dasar
I 40 26 14 75,35 65% Tuntas
II 40 34 6 85,5 85% Tuntas

Dari tabel di atas bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa berdasarkan
skor dasar sebelum menggunakan model pembelajaran Jigsaw II yang dibandingkan
dengan Siklus I dan siklus II setelah menggunakan model pembelajaran Jigsaw II.
Pada skor dasar siswa yang tuntas sebanyak 16 orang dengan rata-rata 68,1, setelah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II terjadi peningkatan yaitu
siswa yang tuntas menjadi 26 orang dengan rata-rata 75,35. Jadi terjadi peningkatan
sebanyak 10 siswa dan rata-ratanya meningkat sebesar 7,25. Pada siklus II siswa yang
tuntas meningkat lagi yaitu menjadi 34 orang dengan rata-rata 85,5. Jadi terjadi
peningkatan sebanyak 8 orang siswa dan rata-ratanya meningkat sebesar 10,15.
Setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ini berdasarkan
rata-rata skor dasar sampai dengan rata-rata hasil belajar siswa sampai siklus II telah
terjadi peningkatan sebesar 17,4. Siswa yang tuntas berdasarkan nilai yang melewati
KKM 75 yang telah ditentukan oleh sekolah.

40 34
24 26
30
16 14
20
6
10
0
Skor Dasar Siklus I Siklus II

Gambar 3. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Secara Klasikal

Grafik di atas menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar individu


dimana jumlah siswa yang mengalami peningkatan semakin bertambah sampai pada
ulangan harian II pada siklus II. Peningkatan hasil belajar secara individu telah
terpenuhi bila setiap siswa benar menjawab 19 soal (76%) dari jumlah soal yang
diberikan atau dengan nilai 76 maka siswa secara individu dikatakan telah tuntas dari
materi yang diajarkan yang dikuasai oleh masing-masing siswa.
10

2. Aktivitas Guru dan Siswa


Observasi aktivitas guru dilakukan bersama dengan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh dua orang observer dengan
menggunakan lembar observasi yang mengacu pada kegiatan pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II, adapun aktifitas guru
yang diamati meliputi kegiatan pendahuluan , kegiatan inti dan penutup.
Aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung pada materi
perubahan lingkungan fisik dan prosesnya dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw II dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8. Rata-rata persentase aktivitas guru pada siklus I


Siklus RPP Jumlah (skor) Rata-rata (%) Kategori
Pertemuan 1 & 2 37 84,01% Baik Sekali
I
Pertemuan 3 & 4 41 93,18% Baik Sekali

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada siklus I, RPP 3a (pertemuan 1
dan 2) aktivitas guru dengan skor 37 dengan rata-rata (84,01%) kategori baik sekali
sedangkan pada RPP 3b (pertemuan 3 dan 4) skornya 41 dengan rata-rata (93,18%)
dengan kategori baik sekali. Jadi aktivitas guru pada RPP 3a dan RPP 3b terjadi
peningkatan sebesar 9,17%.
Pada pertemuan selanjunya aktivitas guru semakin meningkat, guru terlihat
sangat mahir disetiap langkah-langkahnya dan juga perannya sebagai motivator dan
nara sumber bagi siswanya. Pada RPP 3c (pertemuan 6 dan 7) aktivitas guru
berkategori baik sekali yaitu skor 41 dengan rata-rata (93,18%) dan pada RPP 3d
(pertemuan 8 dan 9) skor 43 dengan rata-rata (97,72%) yang berkategori baik sekali
juga. Jadi aktivitas guru pada RPP 3a dan RPP 3b terjadi peningkatan sebesar 4,54%
Peningkatan aktivitas guru pada siklus II ini dapat dilihat pada tabel dan grafik di
bawah ini.
Tabel 9. Rata-rata Persentase Aktivitas Guru Pada Siklus II
Siklus RPP Jumlah (skor) Rata-rata (%) Kategori
Pertemuan 1 & 2 41 93,18% Baik Sekali
II
Pertemuan 3 & 4 43 97,72% Baik Sekali

Dari pertemuan pertama siklus I hingga petemuan terakhir pada siklus II


dalam proses pembelajaran, aktivitas guru semakin meningkat. Yaitu dengan rata-rata
skor pada 39 pada siklus I atau sekitar (88,6%) mengalami peningkatan rata-rata skor
menjadi 42 pada siklus II atau sekitar (95,45%). Jadi aktivitas guru naik sekitar 3 poin
yaitu sekitar (6,85%). Data hasil kenaikan tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah
ini.
11

43 42
42
41
40 39
39
38
37
Siklus I Siklus II

Gambar 6. Peningkatan Aktivitas Guru dari Siklus I ke Siklus II

3. Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa yang diperoleh selama proses pembelajaran
menggunakan objek langsung di SD Negeri 97 Pekanbaru, data tersebut dapat dilihat
pada tabel di bawah :

Tabel 10. Rata-rata Persentase Aktivitas Siswa Kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru


Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Pada Siklus I
Siklus RPP Jumlah (skor) Rata-rata (%) Kategori
Pertemuan 1 & 2 664 69,16% Cukup
I
Pertemuan 3 & 4 697 72,60% Baik

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa aktivitas siswa tiap pertemuan semakin
meningkat. Pertemuan pertama dan kedua pada RPP 3a, aktivitas siswa rata-rata
(69,16%) berkategori cukup. Hal ini diakibatkan karena pembelajaran dengan
langkah jigsaw II ini adalah proses pembelajaran yang belum pernah digunakan
sebelumnya sehingga mengakibatkan siswa menjadi bingung. Pada pertemuan ketiga
dan keempat pada RPP 3b sudah terlihat peningkatannya yaitu dengan rata-rata
(72,60%) yang berkategori baik. Jadi rata-rata aktivitas siswa meningkat sebesar
3,44%. Hal ini terjadi karena guru memotivasi siswa dalam setiap langkah-langkah
pembelajaran. Siklus I pertemuan 1 dan 2 skornya 138 dengan persentase 86,25% dan
pada pertemuan 3 dan 4 skornya 140 dengan persentase 87.5%. sehingga pada
evaluasi siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Pada siklus II aktivitas siswa yang diperoleh selama pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II di SD Negeri 97
Pekanbaru. Dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 11. Rata-rata Persentase Aktivitas Siswa Kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru


Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Pada Siklus II
Siklus RPP Jumlah (skor) Rata-rata (%) Kategori
Pertemuan 1 & 2 804 83,75% Baik
II
Pertemuan 3 & 4 849 88,43% Baik Sekali
12

Berdasarkan tabel diatas terlihat aktivitas siswa selama proses belajar


mengajar mengalami peningkatan. Pertemuan 1 dan 2 pada siklus II dengan rata-rata
(84,37%) berkategori baik. Mengalami peningkatan pada pertemuan 3 dan 4 pada
siklus II yaitu dengan persentase (88,22%) yang berkategori baik sekali. Jadi rata-rata
aktivitas siswa meningkat sebesar 4,68%.
Siklus II pada pertemuan 1 dan 2 skornya 149 (93,12%) dan pada pertemuan 3
dan 4 skornya 150 (93,75%). Hal ini menunjukkan perkembangan yang sangat baik.
Peningkatan aktivitas siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II ini
dapat dilihat pada grafik berikut :

100% 86,09%
80% 70,88%
60%
40%
20%
0%
Siklus I Siklus II

Gambar 7. Peningkatan Aktivitas Siswa


Pada grafik aktivitas siswa di atas dapat dilihat bahwa aktivitas siswa pada
siklus I dengan rata-rata 70,88% dan siklus II dengan rata-rata 86,09%, juga
mengalami peningkatan sebesar 15,21%. Hal ini terjadi karena siswa semakin
termotivasi belajar dalam tatanan kelompok jigsaw II ini, bertanggung jawab dalam
memahami materi dan presentasi secara individu demi memberikan skor tertinggi
untuk masing-masing kelompoknya.
4. Penghargaan Kelompok
Dalam pembelajaran tipe jigsaw II ini ada yang namanya pemberian
penghargaan untuk masing-masing kelompok asal yang mempunyai skor paling
tinggi.
Tabel 12. Nilai Perkembangan dan Penghargaan Kelompok Jigsaw II Siklus I
Kelompok Rata-rata Kelompok Penghargaan
Kelompok
I 25 SUPER
II 23,75 SUPER
III 8,75 BAIK
IV 18,75 HEBAT
V 21,25 SUPER
VI 21,75 SUPER
VII 12,5 SUPER
VIII 23,75 BAIK
IX 27,5 SUPER
X 25 SUPER
13

Pada penghargaan kelompok dapat kita lihat ada 7 kelompok yang berkriteria
super, 1 kelompok berkriteria hebat dan 2 kelompok berkriteria baik. Hal ini terjadi
karena siswa belum terbiasa menggunakan diskusi model Jigsaw II dan masih malu-
malu dalam mempresentasikan materinya kepada teman kelompok sehingga materi
tidak tersampaikan dengan baik.

Tabel 13. Nilai Perkembangan dan Penghargaan Kelompok Jigsaw II Siklus II


Kelompok Rata-rata Kelompok Penghargaan
Kelompok
I 16,25 HEBAT
II 21,25 SUPER
III 30 SUPER
IV 17,5 HEBAT
V 11,25 BAIK
VI 16,25 HEBAT
VII 27,5 SUPER
VIII 18,75 HEBAT
IX 12,5 SUPER
X 21,25 BAIK
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa ulangan harian siswa semakin
meningkat sehingga dapat dilihat pada penghargaan kelompok kooperatif jigsaw II
terdapat 4 kelompok berkategori baik, 2 kelompok berkategori hebat dan 4 kelompok
berkategori super.

Pembahasan
Berdasarkan teknik analisis pengumpulan data pada Bab III maka diperoleh
kesimpulan tentang data hasil belajar melalui ulangan harian, aktivitas guru dan
siswa, serta ketercapaian KKM IPA yaitu 75 dan keberhasilan tindakan. Dari analisis
data tentang hasil belajar siswa melalui ulangan harian mengalami peningkatan yaitu
pada skor awal dengan rata-rata 68,1 sedangkan pada siklus I dengan nilai rata-rata
75,35 dan siklus II dengan nilai rata-rata 85,5. Jadi dari skor awal ke siklus I terjadi
peningkatan hasil belajar siswa sebesar 7,25, sedangkan dari siklus I ke siklus II
terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 10,15. Hal ini menunjukkan bahwa pada data
awal siswa yang tuntas sebanyak 16 orang (40%) dan yang tidak tuntas sebanyak 24
orang (60%). Maka dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
II ini terjadi peningkatan yaitu pada siklus I siswa yang tuntas sebanyak 26 orang
(65%) dan pada ulangan kedua siklus II siswa yang tuntas sebanyak 34 orang (85%).
Dapat kita ketahui aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dengan rata-
rata 84,01% yang berkriteria baik sekali dan pada pertemuan 3 dan 4 dengan rata-rata
93,18% berkriteria baik sekali, jadi meningkat sebesar 9,17. Sedangkan pada siklus II
pertemuan 1 dan 2 dengan rata-rata 93,18% berkriteria baik sekali dan pada
pertemuan 3 dan 4 dengan rata-rata 97,72% yang berkriteria baik sekali terjadi
14

peningkatan sebesar 4,54. Jadi aktivitas guru dari siklus I ke siklus II meningkat
sebesar 13,71%. Pada analisis data tentang aktivitas siswa juga mengalami
peningkatan yaitu pada siklus I pertemuan 1 dan 2 dengan rata-rata 69,16%
berkriteria cukup dan pertemuan 3 dan 4 dengan rata-rata 72,60% berkriteria baik,
terjadi peningkatan sebesar 3,44%. Sedangkan pada siklus II pada pertemuan 1 dan 2
dengan rata-rata 83,75% berkriteria baik dan pada 3 dan 4 dengan rata-rata 88,43%
berkriteria baik sekali, meningkat sebesar 4,68. Jadi peningkatan aktivitas siswa dari
siklus I ke siklus II adalah sebesar 8,12%.

D. Simpulan dan Saran


Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw II maka peneliti menyimpulkan :
1. Rata-rata hasil belajar siswa dari nilai ulangan harian mengalami peningkatan.
Data awal, siswa yang tuntas sebanyak 16 orang (40%) dengan rata-rata 68,1.
Pada siklus I siswa yang tuntas sebanyak 26 orang (65%) dengan rata-rata 75,35
dan siklus II siswa yang tuntas sebanyak 34 orang (85%) dengan rata-rata 85,5.
Jadi rata-rata dari skor awal ke siklus I meningkat sebesar 7,25 dan dari siklus I
ke siklus II rata-rata hasil belajar siswa meningkat sebesar 10,15. Sehingga rata-
rata dari skor awal ke siklus II hasil belajar siswa meningkat sebesar 17,4.
2. Rata-rata kemampuan guru dalam proses belajar mengajar pada siklus I yaitu
88,59% (baik sekali) dan pada siklus II sebesar 95,45 (baik sekali), jadi
peningkatannya sebesar 6,86%.
3. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I yaitu 70,88% (baik) dan pada
siklus II aktivitas siswa mengalami peningkatan yaitu 86,09% (baik sekali), jadi
aktivitas siswa meningkat sebesar 15,21%. Pada penghargaan kelompok jigsaw
II juga mengalami peningkatan, pada siklus I penghargaan kelompok didominasi
oleh kelompok hebat dan baik sedangkan pada siklus II lebih didominasi oleh
kelompok super.

Saran
Melalui penulisan skripsi ini peneliti mengajukan saran yang berhubungan dengan
Model Pembelajaran Jigsaw II yaitu :
1. Bagi siswa, dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
II ini dapat meningkatkan kerjasama kelompok dan memupuk rasa
tanggungjawab secara mandiri, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPA.
2. Bagi guru, tipe jigsaw II dalam proses belajar mengajar sebagai salah satu
alternatif model pembelajaran IPA yang berguna untuk meningkatkan hasil
belajar siswa di sekolah.
3. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan/ide untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didiknya sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan terutama pada
pembelajaran IPA.
15

E. Daftar Pustaka
Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta : Depdiknas
Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif.
Jakarta : AV Publisher
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Mulyasa. 2010. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT. remaja Rosda
Karya
Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta
: Depdiknas
Slavin, Robert. 2009. Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT.
RemajaRosda Karya
Suharsimi, Arikunto. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Sinar Grafika
Offset
Sutikno, Sobry. 2007. Rahasia Sukses Belajar dan Mendidik Anak. Bandung : NTP
Press
Syahrilfuddin dkk. 2011. Bahan Ajar Penelitian Tindakan Kelas. Pekanbaru : PGSD
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - Progresif. Surabaya :
Kencana Media Grup

Anda mungkin juga menyukai