Anda di halaman 1dari 9

2.

1 Pengertian Sumber Hukum Islam


Sumber adalah asal suatu, sehingga sumber ajaran islam adalah asal
ajaran islam (termasuk sumber agama islam di dalamnya). Sumber ajaran
islam telah ditetapkan oleh Allah dalm surat an Nisa ayat 59 yang arti
terjemahnya : “hai orang orang yang beriman, taatilah (kehendak) Allah,
taatilah (kehendak) Rasul-Nya dan kehendak ulil amri diantara kamu.”1
Hukum adalah aturan yang dibuat oleh penguasa dan diberlakukan
oleh semua orang sehingga orang akan mentaatinya. Istilah hukum islam
adalah sebutan yang khasdi Negara Indonesia, sebagai terjemahkan dari al-
fiqh al islamy atau dalam keadaan kontet tertentu dari al- syariah al islamy.
Al hukm al islamy adalah istilah yang tidak ditemukan dalam al qur an dan as
sunnah, namun kata yang digunakan adalah syariat islam, yang kemudian
dalam penjabarannya yang disebut fiqh.2
2.2 Tiga sumber hukum islam dan interdependensinya
1. Al-Qur’an
 Pengertian Al-Quran
Menurut bahasa, kata “al Qur’an” memiliki arti membaca.
Secara istilah Al-Quran adalah Firman Allah SWT yang mengandung
mukjizat yang diturunkan kepada nabi dan rosul terakhir dengan
perantaraan Jibril AS yang tertulis dalam mushaf dan sampai kepada
kita dengan mutawattir atau tersambung.3
 Dasar
 Al qur’an
Terdapat dalam QS. Al Maidah ; 484

 Hadis
Hadis Nabi SAW
“Aku tinggalkan di antara kamu semua dua perkara; yang kamu
semua tidak akan tersesat selama kamu semua berpegang teguh
kepada dua perkara itu; yaitu kitab Allah (Al-Qur’an) dan
Sunnah Rasul (Al-Hadis).” (H.R.Muslim)5
 Sifat Al Qur’an dalam menetapkan Hukum
 Tidak menyulitkan

1
Ali, Muhammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2016, hal 91
2
Wahyuddin dkk, Pendidikan Agam Islam, Surabaya: Grasindo, 2009, hal 61
3
Ma’ruf, Amari dkk, Buku Siswa Fikih, Jakarta: Kementrian Agama, 2016, hal 61
4
Ma’ruf, Amari dkk, Buku Siswa Fikih, Jakarta: Kementrian Agama, 2016, hal 62
5
Ma’ruf, Amari dkk, Buku Siswa Fikih, Jakarta: Kementrian Agama, 2016, hal 63
‫ي ُِريد ُ هللا ِب ُك ُم اليُس َْر َو ََل ي ُِريدُ ِب ُك ُم ْالعُس َْر‬
“… Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu…”.(QS. Al Baqarah; 185)
 Menyedikitkan beban
....‫َس َءلُوأ َعن أ ْشيَا َء اِن ت ُ ْبدَ لَ ُك ْم تَسٌؤْ ُك ْم‬ َ ُ‫يآ َء يُّ َها اَّل ِذ ينَ َءا َمن‬
ْ ‫واَلت‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan
(kepada Nabimu) hal hal yang jika diterangkan kepadamu akan
menyusahkan kamu…”(QS Al Maidah; 101)
 Bertahap dalam pelaksanaan
 Kedudukan Al Qur’an sebagai sumber hukum
Kedudukan Al Qur’an merupakan satu satunya sumber yang
pertama dan paling utama dalam hukum islam, sebelum sumber
sumber hukum yang lain. Sebab Al Qur’an merupakan Undang-
Undang Dasar tertinggi bagi umat Islam, sehingga semua hukum
dan sumber hukum tidak boleh bertentangan dengan Al Qur’an.
Kebanyakan hukum yang ada dalam Al Qur’an bersifat umum
(kulli) tidak membicarakan soal-soal yang kecil-kecil (juz’i), artinya
tidak satu persatu suatu masalah dibicarakan. Karena itu, Al Qur’an
memerlukan penjelasan lebih lanjut dan. Hadis merupakan
penjelasan utama bagi Al Qur’an. Sedangkan Al Qur’an hanya
memuat pokok-pokok yang meliputi semua persoalan yang
berhubungan dengan urusan dunia dan akhirat. Syari’at Islam telah
sempurna dengan turunnya al qur’an. Allah berfirman dalam Q.S
maidah :3 sebagai berikut

ِ ْ ‫ض ْيتُث َل ُك ُم‬
‫أْلسْآلم دِينًا فَ َم ِن‬ ِ ‫ ْآليَ ْو َم أ ْك َم ْلتُ لَ ُكم دِينَ ُكم َوأَت َممتُ َعلَيْكث ْم نِ ْع َمتِي َو َر‬.....
‫ص ٍة َغي َْر‬َ ‫ط َّر فِي َم ْخ َم‬ُ ‫ض‬ ْ ‫أ‬
) 3( ‫ور َّر ِحي ٌم‬ ٌ ُ‫ُمتَ َجا نِفٍ ِْلثْ ِم فَإ ِ َّن آهلل َغف‬
“ …pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam
itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena
kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”6
 Fungsi AL Qur’an
 Sebagai pedoman dan petunjuk hidup manusia
 Sebagai pembenar dan penyempurnaan kitab-kitab
yang diturunkan sebelumnya
 Sebagai mu’jizat Nabi Muhammad SAW

6
Ma’ruf, Amari dkk, Buku Siswa Fikih, Jakarta: Kementrian Agama, 2016, hal 65
 Membimbing manusia ke jalan keselamatan dan
kebahgiaaan
 Pelajaran dan penerang kehidupan 7
2. Hadis
 Pengertian hadis
Hadis ialah segala hal yang dating dari nabi Muhammmad saw,
baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan dan cita-cita nabi SAW.
Para ulama telah bersepakat bahwa hadis dapat berdiri sendiri dalam
mengadakan hukum-hukum, seperti menghalalkan atau
8
mengharamkan sesuatu.
 Dasar Al-Quran
ً َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ٓ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ُ َّ
(٨٠)‫َٰك َعل ْي ِه ْ ْم َح ِفيظا‬
ْ َٰ ‫ّل أرسلن‬
ْ ‫ٱّلل ومن فماتو‬
ْ ‫اع‬ ْ ‫َّمن ُي ِطعْ ٱلرس‬
ْ ‫ول فق ْد أط‬
“ Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati
Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak
mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (QS. An Nisa’ : 80)9
 Kedudukan Hadis sebagai sumber hukum
Hadis merupakan segala hal yang disandarkan kepada Nabi
SAW yang dijadikan dasar untuk menentukan hukum dalam ajaran
Islam. Hal ini dikarenakan Nabi SAW adalah sosok yang mulia dan
menjadi suri tauladan bagi umat manusia.
Para ulama ahli ushul fiqih, menjadikan hadis untuk menentukan
hukum Islam setelah tidak ditemukan keterangan dalam Alquran.
Oleh karena itu,para ulama sepakat menempatkan hadis sebagai
sumber pokok ajaran setelah al qur’an.
Penempatan hadis sebagai sumber pokok ajaran setelah Al
Qur’an didasarkan atas argumen bahwa antara Al Qur’an dan hadis
terdapat perbedaan dari segi reaksi dan cara penyampaian atau cara
penerimaan 10
 Fungsi hadis terhadap Al Qur’an
 Bayan Taqrir
Yang dimaksud dengan bayan taqrir yaitu Hadis
berfungsi untuk memperkukuh dan memperkuat pernyataan al
quran. Seperti Hadis yang diriwayatkan oleh muslim dari Ibnu
Umar,yang berbunyi :” Apabila kamu melihat bulan maka
berpuasalah dan apabila kamu melihat bulan maka
berbukalah”(H.R Muslim)

7
Ma’ruf, Amari dkk, Buku Siswa Fikih, Jakarta: Kementrian Agama, 2016, hal 66
8
Ma’ruf, Amari dkk, Buku Siswa Fikih, Jakarta: Kementrian Agama, 2016, hal 67
9
Ma’ruf, Amari dkk, Buku Siswa Fikih, Jakarta: Kementrian Agama, 2016, hal 68
10
Ma’ruf, Amari dkk, Buku Siswa Fikih, Jakarta: Kementrian Agama, 2016, hal 70
Hadis tersebut memperkukuh ayat al Quran yang
berbunyi:”Maka barang siapa mempersaksikan dibulan itu, maka
hendaklah ia berpuasa pada bulan itu (QS al Baqarah [2]:185)
 Bayan Tafsir.
Yang disebut dengan bayan at-tafsir adalah bahwa
kehadiran hadis berfungsi untuk memberikan perincian dan
tafsiran terhadapayat-ayat al Quran yang masih bersifat
global(mujmal), memberikan persyaratan/batasan (taqyid) ayat
alquran yang bersifat mutlak, dan mengkhususkan (taksis)
terhadap al quran yang masih bersifat umum. Diantara contoh
tentang ayat-ayat Al Quran yang masih mujmal adalah perintah
mengerjakan sholat , puasa, zakat , disyariatkannya jual beli,
nikah, hudud,dan sebagainya . Ayat-ayat Al Quran tentang
maslah ini bersifat mujmal, baik mengenai cara mengerjakan
,sebab-sebabnya , syarat-syarat , maupun halangan-
halangannya.Oleh karena itu, Rasulullah SAW, melalui hadisnya
menafsirkan dan menjelaskan masalah masalah tersebut. Sebagai
contoh dibawah ini akan dikemukakan hadis yang berfungsi
sebagai bayan at-tafsir.
“Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku
shalat”(HR.Bukhari dan Muslim )
Hadis ini menjelaskan bagaimana menderikan
shalat.sebab dalam al quran tidak menjelaskan secara perinci.
Salah satuayat yang memerintahkan shalat sesuai dengan firman
Allah SWT:
“Dan kerjakan sholat, tunaikan zakat, dan rukuklah beserta orang
–orang yang ruku’”(QS.Baqarah[2]:43).
 Bayan at-tasyri’
Yang dimaksud dengan bayan at-tasyri’adalah
mewujudkan sesuatu hukum atau ajaran ajaran yang tidak
didapati dalam al quran. Bayan (penjelasan) ini juga disebut
dengan bayan zaid’ala al kitab al karim.Hadis disini sebagai
ketentuan hukum dalam berbagai persoalan yang tidak
ditemukakan daam al Quran.Hadis bayan attasyri’ ini merupakan
hadis hadis yang diamalkan sebaimana dengan hadis lainnya.
IbnuAl-Qayyim pernah berkata bahwa hadis- hadis Nabi SAW
itu yang berupa tambahan setelah al quran merupakan ketentuan
hukum yang patut ditaati dan tidak boleh ditolak sebagai umat
islam. Contoh:
“ Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat
islam pada bulan ramadhan satu sha’ kurma atau gandum untuk
setiap orang, baik merdeka atau hamba, laki laki atau
perempuan.”11
3. Ijtihad
Ijtihad berasal dari kata juhada yang berarti mencurahkan segala
kemampuan, oleh karena itu dalam bahasa diartikan sebagai usaha yang
optimal. Secara etimologi ijtihad berarti mencurahkan segala usaha
secara optimal untuk mendapatkan dalil-dalil yang terperinci dari dalil-
dalil syari’ah. Kualitas hukum hasil dari ijtihad teragantung dari
kemampuan orang yang berijtihad. Adapun syarat-syarat yang harus
dimiliki oleh seorang mujtahid adalah:
1) Memiliki pengetahuan dasar berkaitan dengan Al Qur’an, Sunnah
dan Masalah ijma’sebelumnya
2) Mengetahui pengetahuan tentang ushul fikih
3) Menguasai bahasa arab
Adapun bentuk-bentuk ijtihad diantaranya:
a. Ijma, adalah kesepakatan semua para mujtahid dari kaum
muslimin pada suatu masa setelah wafat Rasul Saw atas hukum
syara yang tidak ditemukan dasar hukumnya dalam alqur’an dan
hadis.
b. Qiyas, ialah menetapkan hukum suatu kejadian atau peristiwa
yang tidak ada dasar nashnya dengan cara membandingkannya
kepada suatu kejadian atau peristiwa yang lain yang telah
ditetapkan hukumnya berdasarkan nash karena ada persamaan
‘illat antara kedua kejadian atau peristiwa itu.
c. Maslahah Mursalah, yaitu kebaikan yang tidak dikemukakan
oleh syara untuk mengerjakan atau meninggalkannya.
d. Istihsan, sumber hukum islam yang belum disepakati semua
ulama, sehingga sumber hukum ini hanya digunakan oleh
beberapa ulama saja.
e. Istishab, adalah menetapkan hukum yang telah ada pada masa
lalu hingga ada dalil atau bukti yang merubahnya.
f. Istidlal, taitu menetapkan hukum suatu tindakan yang tidak
disebut secara tegas dalam Al-Qur’an dan hadist.
g. ‘Urf, segala sesuatu yang sudah dikenal masyarakat dan telah
dilakukan secara terus menerus baik berupa perkataan maupun
perbuatan.
h. Zara’I, yaitu pekerjaan yang mencari jalan untuk mencapai
masalah untuk menghilangkan mudharat.
4. Interdependensi ketiga sumber hukum islam.
Meski Al-Quran sudah diturunkan seacra sempurna, tidak berarti
semua hala dalam kehidupan manusia secara detail diatur oleh Al-Quran

11
Ma’ruf, Amari dkk, Buku Siswa Fikih, Jakarta: Kementrian Agama, 2016, hal 71-75
maupun hadist. Al-Quran memiliki perbedaan dengan keadaan
kehidupan modern saat ini. Sehingga setiap masalah akan terus
berkembang dan diperlukan aturan-aturan turunan yang lebih detail dari
Al-Quran dan Hadist yaitu dengan menetapkan Ijtihad. Ijtihad sendiri
sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha
mnecari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas di Al-
Quran maupun Hadist dengan syarat menggunakan akal sehat dan
pertimbangan yang matang. Adappun yang berhak menjadi seorang
mujtahid ada syaratnya yang telah dijelakan di atas.

2.3 Fungsi dan Tujuan Hukum Islam


 Tujuan Hukum Islam
Tujuan hukum islam adalah untuk mencegah kerusakan pada
manusia dan untuk mendatangkan kemaslahatan bagi mereka yaitu
memeberikan petunjuk dan mnegarahkan manusia kepada jalan
kebenaran dan kebajukan. Sedangkan tujuan pokok hukum islam adalah
mencegah, mengajarkan serta mendidik.
Adapun tujuan hukum islam lainnya :
1. Memelihara agama
Agama merupakan salah satu kebutuhan manusia yang harus
dipenuhi untuk memenuhi kebutuhan rohani kita. Agama islam
harus terpelihara dari orang –orang yang ingin merusak akidah dan
syariah sehingga diperlukanlah hukum islam agar agama bisa
terpelihara.
2. Memelihara jiwa
Dalam hukum islam manusia wajib untuk memelihara dan
mempertahankan hidupnya. Islam juga melarang pembunuhan
sebagai cara untuk menghilangkan jiwa manusia.
3. Memelihara akal
Akal memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, dan
akallah yang menjadi pembeda antara manusia dan hewan. Dengan
akal manusia dapat memahami wahyu-wahyu atau isi yang terdapat
dalam kitab suci dan manusia juga mampu memahami alam.
Seseorang tidak akan dapat menjalani hukum –hukum islam tanpa
menggunakan akal yang sehat. Oleh karena itu islam melarang
perbuatan yang dapat merusak akal.
4. Memelihara keturunan
Memelihara keturunan adalah hal yang sangat penting dalam ajaran
islam. Oleh karena itu dalam memelihara keturunan harus melalui
perkawinan yang sah menurut islam dan melarang zina yang
terdapat dalam al quran dan hadis.
5. Memelihara harta
Melalui hukum islam allah melindungi hak manusia untuk
memperoleh harta dengan cara yang halal, sah menurut hukum dan
benar untuk menurut agama.
Jadi kesimpulannya tujuan hukum islam yanag telah ditetapkan
oleh Allah SWT yaitu untuk memenuhi kebutuhan manusia sendiri baik
primer, sekunder maupun tersier.
 Fungsi Hukum Islam
1. Fungsi ibadah
Beribadah merupakan fungsi hukum islam yang paling utama.
Ibadah juga merupakan tujuan manusia dilahirkan. Sebagai
implementasinya orang yang melaksanakan hukum islam akan
mendapat kan pahala sedangkan yang melanggarnya akan
mendapatkan dosa.
2. Fungsi amar ma’ruf nahi munkar
Hukum islam telah ada sebelum masyarakat ada karena merupakan
kalam allah yang bersifat qodim. Dalam praktiknya hukum islam
berisi tentang kehiduapan masyarakat contohnya pengharaman
hukum riba dan khamr. Melihat dari pengharaman riba dan khamr
terlihat bahwa hukum islam ini berfungsi juga sebagai salah satu
sarana pengendali social. Funsi ini bisa disebut amar ma’ruf nahi
munkar. Dari fungsi inilah hukum islam akan tercapai tujuannya
yaitu untuk menciptakan kemaslahatan dan menghidarkan dar
kemudharatan.
3. Fungsi zawajir
Fungsi zawajir ini terlihat dalam pengharaman membunuh dan
berzina yang didalamnya terdapat ancaman hukuman atau sanksi.
Adanya sanksi hukum dalam hukum islam yaitu sebagai sarana
pemaksa yang melindungi manusia dari segala bentuk ancaman dan
perbuatan yang bisa membahayakan.
4. Fungsi tanzim wa islah hal ummah
Fungsi tanzim wa islah al-ummah ini yaitu sebagai sarana untuk
mengatur dan memperlancar proses interaksi social sehingga
mewujudkan masyarakat yang adail,harmonis, aman dan sejahtera.
2.4 Keunggulan Hukum Islam
1. Tidak menyulitkan (‘adamul kharaj), yang memiliki arti hukum islam itu tidak
sempit, tidak memberatkan dan tidak memaksa. Adapun cara untuk
meniadakan kesulitan di antaranya:
a. Pengguguran kewajiban, merupakan keadaan tertentu kewajibannya dapat
ditiadakan, misal gugurnya kewajiban shalat jumat dan kewajiban puasa di
bukan Ramadhan bagi ornag yang sedang sakit dan sedang dalam
perjalanan.
b. Pengurangan kadar yang telah ditentukan, seperti qashar shalat dzuhur,
ashar, dan isya yang jumlah rakaatnya 4 menjadi 2 rakaat.
c. Penukaran, yaitu penukaran suatu kewajiban dengan yang lain, seperti
wudhu dan mandi besar ditukar dengan tayammu atau menukar kewajiban
berpuasa di bulan Ramadhan dengan hari lain bagi orang yang memiliki
halangan puasa.
d. Mendahulukan, yaitu mengerjakan suatu kewajiban sebelum waktunya
hadir, seperti shalat jama’ taqdim yang dimana shalat ashar dilaksanakan
pada waktu dzuhur atau melaksanakan shalat isya di waktu maghrib.
e. Menanggguhkan atau menta’khirkan kewajiban, yaitu mengerjakan suatu
kewajiban setelah waktunya terlewat, seperti shalat jama’ takhir yang
dimana shalat dzuhur dilaksanakan pada waktu ashar atau melaksanakan
shalat maghrib diwaktu isya.
f. Mengubah dengan bentuk lain, seperti merubah perbuatan shalat dengan
shalat khauf karena alasan keamanan atau mengganti kewajiban puasa bagi
orang yang sudah tidak kuat lagi puasa dengan membayar fidyah.
2. Tidak memberatkan dan menyedikitkan beban (taqlil at takalif)
Taklif secara bahasa berarti beban. Arti etimologinya adalah
menyedikitkan. Adapun secara istilah taklif merupakan tuntunan Allah swt
untuk berbuat sehingga dipandang taat untuk menjauhi larangannya. Dalam
mengadakan aturan – aturan untuk manusia selalu diusahakan oleh tuhannya
agar aturan – aturan tersebut mudah dilaksanakan dan tidak merepotkan.
Dasar taqlil at takalis adalah QS. Al Maidah : 101 yang menegaskan
bahwa orang – orang beriman dilarang bertanya kepada Rasulullah tentang hal
yang bila diwajibkan akan menyulitkan mereka. Rasulullah melarang para
sahabat memperbanyak pertanyakan tentang hukum yang belum ada yang
nantinya akan memberatkan mereka sendiri. Rasulullah justru menganjurkan
agar mereka memetik dari kaidah – kaidah umum dengan maksud ada
kelapangan untuk berijtihad. Dengan demikian hukum islam tidaklah kaku,
keras dan berat bagi umat manusia.
3. Menegakkan Keadilan (tahqiq al’adalah)
Keadilan memiliki beberapa arti, secara bahasa adalah meletakan
sesuatu pada tempatnya (wadl al syai’ fi mahalih). Salah satu keistimewaan
syariat islam adalah memiliki corak yang generalistik, datang untuk semua
manusia dan menyatukan urusan dalam ruang lingkup kebenaran dan
memadukan dalam kebaikan. Dalam beberapa ayat al Quran dijumpai perintah
untuk berlaku adil, salah satunya dalam QS. Al Maidah : 8.
4. Menegakan Maslahat
Maslahat berasal dari kata al shulh atau al islah yang berarti damai dan
tentram. Damai berorientasi pada fisik sedangkan tentram berorientasi pada
psikis. Adapun yang dimaksud dengan maslahat secara termiologi adalah dasar
semua kaidah yang dikembangkan dalam hukum islam.
2.5 Sikap dan komitmen muslim terhadap hukum islam
2.6 Fungsi profektif agama dalam hukum
Fungsi protektif agama adalah bahwa agama sebagai sarana menuju
kebhagiaan juga memuat peraturan-peraturan yang mengondisikan
terbentuknya batin mnausia yang baik, yang berkualitas, yaitu manusia yang
bermoral (agama sebagai sumber moral) kearifan yang menjiwai langkah
hukum dengan berikan sanksi hukum secara bertahap sehingga membuat
orang bias memperbaiki kesalahan (bertaubat kepada Tuhan).
2.7 menumbuhkan taat hukum Allah

Anda mungkin juga menyukai