Hadis
Hadis Nabi SAW
“Aku tinggalkan di antara kamu semua dua perkara; yang kamu
semua tidak akan tersesat selama kamu semua berpegang teguh
kepada dua perkara itu; yaitu kitab Allah (Al-Qur’an) dan
Sunnah Rasul (Al-Hadis).” (H.R.Muslim)5
Sifat Al Qur’an dalam menetapkan Hukum
Tidak menyulitkan
1
Ali, Muhammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2016, hal 91
2
Wahyuddin dkk, Pendidikan Agam Islam, Surabaya: Grasindo, 2009, hal 61
3
Ma’ruf, Amari dkk, Buku Siswa Fikih, Jakarta: Kementrian Agama, 2016, hal 61
4
Ma’ruf, Amari dkk, Buku Siswa Fikih, Jakarta: Kementrian Agama, 2016, hal 62
5
Ma’ruf, Amari dkk, Buku Siswa Fikih, Jakarta: Kementrian Agama, 2016, hal 63
ي ُِريد ُ هللا ِب ُك ُم اليُس َْر َو ََل ي ُِريدُ ِب ُك ُم ْالعُس َْر
“… Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu…”.(QS. Al Baqarah; 185)
Menyedikitkan beban
....َس َءلُوأ َعن أ ْشيَا َء اِن ت ُ ْبدَ لَ ُك ْم تَسٌؤْ ُك ْم َ ُيآ َء يُّ َها اَّل ِذ ينَ َءا َمن
ْ واَلت
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan
(kepada Nabimu) hal hal yang jika diterangkan kepadamu akan
menyusahkan kamu…”(QS Al Maidah; 101)
Bertahap dalam pelaksanaan
Kedudukan Al Qur’an sebagai sumber hukum
Kedudukan Al Qur’an merupakan satu satunya sumber yang
pertama dan paling utama dalam hukum islam, sebelum sumber
sumber hukum yang lain. Sebab Al Qur’an merupakan Undang-
Undang Dasar tertinggi bagi umat Islam, sehingga semua hukum
dan sumber hukum tidak boleh bertentangan dengan Al Qur’an.
Kebanyakan hukum yang ada dalam Al Qur’an bersifat umum
(kulli) tidak membicarakan soal-soal yang kecil-kecil (juz’i), artinya
tidak satu persatu suatu masalah dibicarakan. Karena itu, Al Qur’an
memerlukan penjelasan lebih lanjut dan. Hadis merupakan
penjelasan utama bagi Al Qur’an. Sedangkan Al Qur’an hanya
memuat pokok-pokok yang meliputi semua persoalan yang
berhubungan dengan urusan dunia dan akhirat. Syari’at Islam telah
sempurna dengan turunnya al qur’an. Allah berfirman dalam Q.S
maidah :3 sebagai berikut
ِ ْ ض ْيتُث َل ُك ُم
أْلسْآلم دِينًا فَ َم ِن ِ ْآليَ ْو َم أ ْك َم ْلتُ لَ ُكم دِينَ ُكم َوأَت َممتُ َعلَيْكث ْم نِ ْع َمتِي َو َر.....
ص ٍة َغي َْرَ ط َّر فِي َم ْخ َمُ ض ْ أ
) 3( ور َّر ِحي ٌم ٌ ُُمتَ َجا نِفٍ ِْلثْ ِم فَإ ِ َّن آهلل َغف
“ …pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam
itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena
kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”6
Fungsi AL Qur’an
Sebagai pedoman dan petunjuk hidup manusia
Sebagai pembenar dan penyempurnaan kitab-kitab
yang diturunkan sebelumnya
Sebagai mu’jizat Nabi Muhammad SAW
6
Ma’ruf, Amari dkk, Buku Siswa Fikih, Jakarta: Kementrian Agama, 2016, hal 65
Membimbing manusia ke jalan keselamatan dan
kebahgiaaan
Pelajaran dan penerang kehidupan 7
2. Hadis
Pengertian hadis
Hadis ialah segala hal yang dating dari nabi Muhammmad saw,
baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan dan cita-cita nabi SAW.
Para ulama telah bersepakat bahwa hadis dapat berdiri sendiri dalam
mengadakan hukum-hukum, seperti menghalalkan atau
8
mengharamkan sesuatu.
Dasar Al-Quran
ً َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ٓ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ُ َّ
(٨٠)َٰك َعل ْي ِه ْ ْم َح ِفيظا
ْ َٰ ّل أرسلن
ْ ٱّلل ومن فماتو
ْ اع ْ َّمن ُي ِطعْ ٱلرس
ْ ول فق ْد أط
“ Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati
Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak
mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (QS. An Nisa’ : 80)9
Kedudukan Hadis sebagai sumber hukum
Hadis merupakan segala hal yang disandarkan kepada Nabi
SAW yang dijadikan dasar untuk menentukan hukum dalam ajaran
Islam. Hal ini dikarenakan Nabi SAW adalah sosok yang mulia dan
menjadi suri tauladan bagi umat manusia.
Para ulama ahli ushul fiqih, menjadikan hadis untuk menentukan
hukum Islam setelah tidak ditemukan keterangan dalam Alquran.
Oleh karena itu,para ulama sepakat menempatkan hadis sebagai
sumber pokok ajaran setelah al qur’an.
Penempatan hadis sebagai sumber pokok ajaran setelah Al
Qur’an didasarkan atas argumen bahwa antara Al Qur’an dan hadis
terdapat perbedaan dari segi reaksi dan cara penyampaian atau cara
penerimaan 10
Fungsi hadis terhadap Al Qur’an
Bayan Taqrir
Yang dimaksud dengan bayan taqrir yaitu Hadis
berfungsi untuk memperkukuh dan memperkuat pernyataan al
quran. Seperti Hadis yang diriwayatkan oleh muslim dari Ibnu
Umar,yang berbunyi :” Apabila kamu melihat bulan maka
berpuasalah dan apabila kamu melihat bulan maka
berbukalah”(H.R Muslim)
7
Ma’ruf, Amari dkk, Buku Siswa Fikih, Jakarta: Kementrian Agama, 2016, hal 66
8
Ma’ruf, Amari dkk, Buku Siswa Fikih, Jakarta: Kementrian Agama, 2016, hal 67
9
Ma’ruf, Amari dkk, Buku Siswa Fikih, Jakarta: Kementrian Agama, 2016, hal 68
10
Ma’ruf, Amari dkk, Buku Siswa Fikih, Jakarta: Kementrian Agama, 2016, hal 70
Hadis tersebut memperkukuh ayat al Quran yang
berbunyi:”Maka barang siapa mempersaksikan dibulan itu, maka
hendaklah ia berpuasa pada bulan itu (QS al Baqarah [2]:185)
Bayan Tafsir.
Yang disebut dengan bayan at-tafsir adalah bahwa
kehadiran hadis berfungsi untuk memberikan perincian dan
tafsiran terhadapayat-ayat al Quran yang masih bersifat
global(mujmal), memberikan persyaratan/batasan (taqyid) ayat
alquran yang bersifat mutlak, dan mengkhususkan (taksis)
terhadap al quran yang masih bersifat umum. Diantara contoh
tentang ayat-ayat Al Quran yang masih mujmal adalah perintah
mengerjakan sholat , puasa, zakat , disyariatkannya jual beli,
nikah, hudud,dan sebagainya . Ayat-ayat Al Quran tentang
maslah ini bersifat mujmal, baik mengenai cara mengerjakan
,sebab-sebabnya , syarat-syarat , maupun halangan-
halangannya.Oleh karena itu, Rasulullah SAW, melalui hadisnya
menafsirkan dan menjelaskan masalah masalah tersebut. Sebagai
contoh dibawah ini akan dikemukakan hadis yang berfungsi
sebagai bayan at-tafsir.
“Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku
shalat”(HR.Bukhari dan Muslim )
Hadis ini menjelaskan bagaimana menderikan
shalat.sebab dalam al quran tidak menjelaskan secara perinci.
Salah satuayat yang memerintahkan shalat sesuai dengan firman
Allah SWT:
“Dan kerjakan sholat, tunaikan zakat, dan rukuklah beserta orang
–orang yang ruku’”(QS.Baqarah[2]:43).
Bayan at-tasyri’
Yang dimaksud dengan bayan at-tasyri’adalah
mewujudkan sesuatu hukum atau ajaran ajaran yang tidak
didapati dalam al quran. Bayan (penjelasan) ini juga disebut
dengan bayan zaid’ala al kitab al karim.Hadis disini sebagai
ketentuan hukum dalam berbagai persoalan yang tidak
ditemukakan daam al Quran.Hadis bayan attasyri’ ini merupakan
hadis hadis yang diamalkan sebaimana dengan hadis lainnya.
IbnuAl-Qayyim pernah berkata bahwa hadis- hadis Nabi SAW
itu yang berupa tambahan setelah al quran merupakan ketentuan
hukum yang patut ditaati dan tidak boleh ditolak sebagai umat
islam. Contoh:
“ Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat
islam pada bulan ramadhan satu sha’ kurma atau gandum untuk
setiap orang, baik merdeka atau hamba, laki laki atau
perempuan.”11
3. Ijtihad
Ijtihad berasal dari kata juhada yang berarti mencurahkan segala
kemampuan, oleh karena itu dalam bahasa diartikan sebagai usaha yang
optimal. Secara etimologi ijtihad berarti mencurahkan segala usaha
secara optimal untuk mendapatkan dalil-dalil yang terperinci dari dalil-
dalil syari’ah. Kualitas hukum hasil dari ijtihad teragantung dari
kemampuan orang yang berijtihad. Adapun syarat-syarat yang harus
dimiliki oleh seorang mujtahid adalah:
1) Memiliki pengetahuan dasar berkaitan dengan Al Qur’an, Sunnah
dan Masalah ijma’sebelumnya
2) Mengetahui pengetahuan tentang ushul fikih
3) Menguasai bahasa arab
Adapun bentuk-bentuk ijtihad diantaranya:
a. Ijma, adalah kesepakatan semua para mujtahid dari kaum
muslimin pada suatu masa setelah wafat Rasul Saw atas hukum
syara yang tidak ditemukan dasar hukumnya dalam alqur’an dan
hadis.
b. Qiyas, ialah menetapkan hukum suatu kejadian atau peristiwa
yang tidak ada dasar nashnya dengan cara membandingkannya
kepada suatu kejadian atau peristiwa yang lain yang telah
ditetapkan hukumnya berdasarkan nash karena ada persamaan
‘illat antara kedua kejadian atau peristiwa itu.
c. Maslahah Mursalah, yaitu kebaikan yang tidak dikemukakan
oleh syara untuk mengerjakan atau meninggalkannya.
d. Istihsan, sumber hukum islam yang belum disepakati semua
ulama, sehingga sumber hukum ini hanya digunakan oleh
beberapa ulama saja.
e. Istishab, adalah menetapkan hukum yang telah ada pada masa
lalu hingga ada dalil atau bukti yang merubahnya.
f. Istidlal, taitu menetapkan hukum suatu tindakan yang tidak
disebut secara tegas dalam Al-Qur’an dan hadist.
g. ‘Urf, segala sesuatu yang sudah dikenal masyarakat dan telah
dilakukan secara terus menerus baik berupa perkataan maupun
perbuatan.
h. Zara’I, yaitu pekerjaan yang mencari jalan untuk mencapai
masalah untuk menghilangkan mudharat.
4. Interdependensi ketiga sumber hukum islam.
Meski Al-Quran sudah diturunkan seacra sempurna, tidak berarti
semua hala dalam kehidupan manusia secara detail diatur oleh Al-Quran
11
Ma’ruf, Amari dkk, Buku Siswa Fikih, Jakarta: Kementrian Agama, 2016, hal 71-75
maupun hadist. Al-Quran memiliki perbedaan dengan keadaan
kehidupan modern saat ini. Sehingga setiap masalah akan terus
berkembang dan diperlukan aturan-aturan turunan yang lebih detail dari
Al-Quran dan Hadist yaitu dengan menetapkan Ijtihad. Ijtihad sendiri
sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha
mnecari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas di Al-
Quran maupun Hadist dengan syarat menggunakan akal sehat dan
pertimbangan yang matang. Adappun yang berhak menjadi seorang
mujtahid ada syaratnya yang telah dijelakan di atas.