KUMBAH LAMBUNG
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
TINGKAT II REGULER B
JURUSAN KEPERAWATAN
ISI
1.1 Pengertian
1.2 Tujuan
a. Membuang racun yang tidak terabsorbsi setelah racun masuk sel pencernaan.
b. Mendiagnosa pendarahan lambung.
c. Membersihkan lambung sebelum prosedur endoscopy.
d. Membuang cairan atau partikel dari lambung.
1.3 Prinsip Tindakan
1.5 Indikasi
a. Pasien yang keracunan makanan atau obat tertentu.
b. Persiapan operasi lambung.
c. Persiapan tindakan pemeriksaan lambung.
d. Tidak ada refleks muntah.
e. Gagal dengan terapi emesis.
f. Pasien dalam keadaan sadar.
1.6 Kontraindikasi
a. Kumbah lambung tidak dilakukan secara rutin dalam penatalaksanaan pasien dengan
keracunan. Kumbah lambung dilakukan ketika pasien menelan subtansi toksik yang
dapat mengancam nyawa, dan prosedur dilakukan selama 60 menit setelah tertelan.
b. Pasien kejang.
c. Kumbah lambung dapat mendorong tablet ke dalam duodenum selain mengeluarkan
tablet tersebut.
d. Kumbah lambung di kontraindikasikan untuk bahan-bahan toksik yang tajam dan
terasa membakar (resiko perforasi esophageal). Kumbah lambung tidak dilakukan
untuk bahan toksik hidrokarbon (resiko aspirasi), misalnya: camphor, hidrokarbon,
halogen, hidrokarbon aromatic, pestisida.
e. Kumbah lambung dikontraindikasikan untuk pasien yang menelan benda asing yang
tajam dan besar.
f. Pasien tanpa gerak refleks atau pasien dengan pingsan (tidak sadar) membutuhkan
intubasi sebelum kumbah lambung untuk mencegah inspirasi.
1.8 SOP disertakan (diberi gambar alat dan proses tindakan, lalu apa saja yang
didokumentasikan saast tindakan, sign of infection)
A. Tujuan
1. Memungkinkan bantuan nutrisi melalui gastrointestinal.
2. Memungkinkan evakuasi isi lambung.
3. Meredakan mual.
B. Alat
1. Slang naasogastrik (NG) (slang berukuran 14 sampai 18 french) atau slang
nasointestinal (slang pemberian makan berlubang kecil berukuran 8 sampai 12
french).
2. Pelumas yang larut air.
3. Kepingan es atau segelas air.
4. Spuit berukuran tepat:
Spuit 30-60 ml dengan ujung kateter atau slang nasointestinal berlubang kecil:
super luer-lok 20 sampai 30 ml.
5. Sarung tangan nonsteril.
6. Strip uji Ph.
7. Plester berukuran 2,5 cm (dua buah strip berukuran 7,5 cm dan sebuah strip
berukuran 2,5 cm).
8. Waslap, kassa, bola kapas, swab berujung kapas.
9. Jeli minyak.
10. Waskom
11. Tisu
C. Pengkajian
Pengkajian harus berfokus pada hal-hal berikut:
1. Program dokter mengenai jenis dan penggunaan slang.
2. Ukuran slanCg yang sebelumnya digunakan, jika ada ; riwayat maslaah
gastrointestinalyang memerlukan penggunaan slang.
3. Riwayat masalah nasal atau sinus.
4. Status gastrointestinal, termasuk mual, muntah, atau diare, bunyi usus, distensi
abdomen dan lingkar perut, keluarnya flatus.
D. Diagnosis Keperawatan
diagnosa keperawatan yang muncul antara lain :
1. Kestidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan
dengan disfagia
2. Mual yang berhubungan dengan ketiadaan peristalsis usus.
F. Dokumentasi
Hal-hal yang harus dicatat pada lembar laporan klien antara lain :
1. Tanggal dan jam pemasangan slang
2. Warna dan jumlah drainase yang keluar ke slang
3. Hasil pH
4. Ukuran dan jenis slang
5. Toleransi klien terhadap prosedur
6. Konfirmasi penempatan slang melalui foto rontgen
7. Pelaksanaan penghisapan (jumlah cairan yang keluar) atau waktu dimulainya
pemberian makan melalui slang dan kecepatannya.
Diagnosa Keperawatan
Dapus
Albertson TE, Owen KP, Sutter ME, Chan AL. Gastrointestinal decontamination in the
acutely poisoned patient. Int J Emerg Med. 2011 Oct 12;4:65.
Eliastam, Michael, Sternbach, George L, Jay Bresler, Michael. 1993. Penuntun Kedaruratan
Medis. Alih bahasa, Hunardja Santasa. Jakarta ; EGC