Anda di halaman 1dari 5

]TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

KUMBAH LAMBUNG

Dosen Pembimbing :

Hepta Nur A., S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

1. Ulfa Solfadilla (P27820118048)


2. Hela Setyapratiwi (P27820118072)
3. Rahayu Widasari (P27820118075)
4. Agung Purwaningsih (P27820118087)

TINGKAT II REGULER B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


BAB I

ISI

1.1 Pengertian

Kambuh lambung adalah membersihkan lambung dengan cara memsukkan dan


mengeluarkan air dari lambung dengan menggunakan NGT. Bilas lambung denga tabung
orogastrik yang cesar dapar digunakan untuk pasien yang tidak sadar atau stupor atau jika
induksi muntah dengan sirup ipekak tidak berhasil. Bilas dapat dilakukan pada pasien
setengah sadar jika terdapat refleks muntah; pasien harus dimiringkan pada sisinya.pada
pasien tidak sadar tanpa punya refleks muntah harus dilakukan intubasi trakea sebelum bilas
lambung. Bilas lambung merupakan kotraindikasi sesudah ingesti produk-produk kaustik,
amonia, striknin dan beberapa produk petroleum . Kateter berlubang besar yang dilubrikasi
harus digunakan intubasi orogastrik pada pasien koperatif atau tidak sadar adalah lebih
efektif. Latutan garam faal dapat digunakan untuk bilas, dengan pemberian dan diikuti
aspirasi sejumlah 200ml cairan beberapa kalli sampai terpakai 2-4 liter. Pada pasien sadar
yang tidak koperatif, tabung nasogratrik dapat dimasukkan secara nasal dan dberikan ipekak.
Tabung inii tidak adekuat untuk bilas

1.2 Tujuan
a. Membuang racun yang tidak terabsorbsi setelah racun masuk sel pencernaan.
b. Mendiagnosa pendarahan lambung.
c. Membersihkan lambung sebelum prosedur endoscopy.
d. Membuang cairan atau partikel dari lambung.
1.3 Prinsip Tindakan

1.4 Lokasi Pemasangan Tindakan (jika ada)


Pipa orogastrik dimasukan sampai lambung, yang kemudian dibilas dengan 300-600 ml
air (tiga atau empat kali atau sampao aliran air jernih). Bila pasien tidak sadar, jalan napas
harus dilindungi dengan pipa endotrakeal yang mempunyai balon (chuff).. Bilas lambung
awal (dalam 60 menit sejak racun tertelan) bisa berguna pada pasien yang mengkonsumsi
sejumlah racun yang berpotensi mengancam nyawa. Bilas lambung dikontraindikasikan
pada keracunan dengan senyawa kronsif atau minyak tanah.

1.5 Indikasi
a. Pasien yang keracunan makanan atau obat tertentu.
b. Persiapan operasi lambung.
c. Persiapan tindakan pemeriksaan lambung.
d. Tidak ada refleks muntah.
e. Gagal dengan terapi emesis.
f. Pasien dalam keadaan sadar.
1.6 Kontraindikasi

a. Kumbah lambung tidak dilakukan secara rutin dalam penatalaksanaan pasien dengan
keracunan. Kumbah lambung dilakukan ketika pasien menelan subtansi toksik yang
dapat mengancam nyawa, dan prosedur dilakukan selama 60 menit setelah tertelan.
b. Pasien kejang.
c. Kumbah lambung dapat mendorong tablet ke dalam duodenum selain mengeluarkan
tablet tersebut.
d. Kumbah lambung di kontraindikasikan untuk bahan-bahan toksik yang tajam dan
terasa membakar (resiko perforasi esophageal). Kumbah lambung tidak dilakukan
untuk bahan toksik hidrokarbon (resiko aspirasi), misalnya: camphor, hidrokarbon,
halogen, hidrokarbon aromatic, pestisida.
e. Kumbah lambung dikontraindikasikan untuk pasien yang menelan benda asing yang
tajam dan besar.
f. Pasien tanpa gerak refleks atau pasien dengan pingsan (tidak sadar) membutuhkan
intubasi sebelum kumbah lambung untuk mencegah inspirasi.

1.7 Komplikasi Tindakan


Komplikasi yang dapat disebabkan akibat kumbah lambung.
1. Dekontaminasi yang tidak lengkap menyebabkan keracunan parah meskipun ada
prosedur
2. Aspirasi paru
3. Hipoksia
4. Laringospasme
5. Cedera mekanis pada saluran pencernaan
6. Keracunan air (terutama pada anak-anak)
7. Hipotermia
8. Gangguan staf dari prioritas resusitasi dan perawatan suportif

1.8 SOP disertakan (diberi gambar alat dan proses tindakan, lalu apa saja yang
didokumentasikan saast tindakan, sign of infection)

A. Tujuan
1. Memungkinkan bantuan nutrisi melalui gastrointestinal.
2. Memungkinkan evakuasi isi lambung.
3. Meredakan mual.

B. Alat
1. Slang naasogastrik (NG) (slang berukuran 14 sampai 18 french) atau slang
nasointestinal (slang pemberian makan berlubang kecil berukuran 8 sampai 12
french).
2. Pelumas yang larut air.
3. Kepingan es atau segelas air.
4. Spuit berukuran tepat:
Spuit 30-60 ml dengan ujung kateter atau slang nasointestinal berlubang kecil:
super luer-lok 20 sampai 30 ml.
5. Sarung tangan nonsteril.
6. Strip uji Ph.
7. Plester berukuran 2,5 cm (dua buah strip berukuran 7,5 cm dan sebuah strip
berukuran 2,5 cm).
8. Waslap, kassa, bola kapas, swab berujung kapas.
9. Jeli minyak.
10. Waskom
11. Tisu

C. Pengkajian
Pengkajian harus berfokus pada hal-hal berikut:
1. Program dokter mengenai jenis dan penggunaan slang.
2. Ukuran slanCg yang sebelumnya digunakan, jika ada ; riwayat maslaah
gastrointestinalyang memerlukan penggunaan slang.
3. Riwayat masalah nasal atau sinus.
4. Status gastrointestinal, termasuk mual, muntah, atau diare, bunyi usus, distensi
abdomen dan lingkar perut, keluarnya flatus.

D. Diagnosis Keperawatan
diagnosa keperawatan yang muncul antara lain :
1. Kestidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan
dengan disfagia
2. Mual yang berhubungan dengan ketiadaan peristalsis usus.

E. Identifikasi Hasil dan Perencanaan

Hasil yang diharapkan


Contoh hasil yang diharapkan antara lain:
1. Klien mendapat pertambahan berat badan sebesar 0,5 sampai 1 kg per minggu.
2. Klien tidak mengeluhkan mengalami mual dan muntah.

Pertimbangan Khusus dalam Perencanaan dan Implementasi

F. Dokumentasi
Hal-hal yang harus dicatat pada lembar laporan klien antara lain :
1. Tanggal dan jam pemasangan slang
2. Warna dan jumlah drainase yang keluar ke slang
3. Hasil pH
4. Ukuran dan jenis slang
5. Toleransi klien terhadap prosedur
6. Konfirmasi penempatan slang melalui foto rontgen
7. Pelaksanaan penghisapan (jumlah cairan yang keluar) atau waktu dimulainya
pemberian makan melalui slang dan kecepatannya.

Diagnosa Keperawatan

Perawatan yang dilakukan

Dapus

Albertson TE, Owen KP, Sutter ME, Chan AL. Gastrointestinal decontamination in the
acutely poisoned patient. Int J Emerg Med. 2011 Oct 12;4:65.

Neal.M.J. 2006. At a Gience FARMAKOLOGI MEDIS.Jakarta ; Penerbit Erlangga

Eliastam, Michael, Sternbach, George L, Jay Bresler, Michael. 1993. Penuntun Kedaruratan
Medis. Alih bahasa, Hunardja Santasa. Jakarta ; EGC

Anda mungkin juga menyukai