Oleh :
St. Rafida Ali
NIM : 11141030000040
Pembimbing :
dr.Alvin Kosasih, Sp.P
Asma Akut
GAGAL NAPAS
Efusi pleura
Hemoptysis berasal dari bahasa yunani yaitu haima yang berarti darah
dan pytisis yang berarti diludahkan
- bronkitis kronis
- bronkiektasis
Parenkim paru: - karsinoma bronkogenik
- benda asing, trauma sal.napas
- Tuberkulosis
- bekas Tuberkulosis
- pneumoni Vaskular:
- abses paru
- infeksi jamur
- Arteriovenous malformation
(aspergillus/fungus ball)
- Congestive heart failure
- Stenosis mitral
- Emboli paru
1. Tuberkulosis Paru
Inflamasi TB dijaringan paru => proses eksudasi dan perkijuan pada
parenkim => rusaknya parenkim paru dan pembuluh darah =>
terbentuk kavitas => ulserasi bronkus dan dilatasi a.pulmonalis
(terjadi aneurisma) => ruptur aneurisma pada dinding kavitas
(aneurisma Rasmussen)
5. Neoplasma
ruptur pada neovaskularisasi yang dindingnya rapuh
Menentukan asal perdarahan :
1. saluran napas atas (contoh epitaksis)
2. Saluran napas bawah
3. Saluran cerna (contoh hematemesis)
BEDA HEMOPTISIS HEMATEMESIS
Anamnesis Rasa tidak enak di tenggorok, keluhan Mual (+), muntah (+), gangguan
batuk, riwayat sakit paru lambung, riwayat sakit saluran cerna,
kebiasaan minum alkohol, riwayat
penyakit hati
Warna merah segar/cerah, berbusa merah gelap, hitam karena bercampur
dengan asam lambung
Konsistensi bercampur dahak bercampur dengan partikel makanan
pH basa asam
1. Keadaan Umum, tanda vital: kesadaran turun, lemas, lemah, hipotensi, takikardi,
takipnu, demam
2. pembesaran kelenjar getah bening
3. orofaring dan nasofaring: darah (-)
4. auskultasi paru: gesekan pleura (emboli paru), crackles (perdarahan parenkim),
mengi/obstruksi (bronkitis), ronki dan/mengi atau crackles (Bronkiektasis)
5. auskultasi jantung
stridor atau mengi, contoh pada tumor atau benda asing di daerah trakeolaring
ronki terutama dibasal pada bronkiektasis/edema paru
6. jari tabuh pada keganasan intratorakal
Pemeriksaan penunjang:
1. Pemeriksaan lab: darah rutin: Hb, Ht, eritrosit, leukosit, trombosit, PT, APTT,
analisa gas darah, elektrolit, fungsi ginjal dan fungsi hati
4. Bronkoskopi
1. tenangkan pasien agar tidak takut membatukkan darah. Penilaian dan evaluasi ABCDE
5. Antitusif kuat (kodein) bila batuk berat dan perdarahan sedikit. Tidak diberikan untuk saat perdarahan
masif
6. Hemoptisis berlanjut dan hipoksemia => intubasi, bronkoskopi untuk evaluasi, melokalisir
perdarahan dan penghisapan
7. OAT diberikan bila keadaan sudah memungkinkan dan proses TB masih aktif
Asma Akut
GAGAL NAPAS
Efusi pleura
Suatu keadaan dimana terjadi tekanan yang terus meninggi di dalam
rongga pleura yang disebabkan adanya udara dalam rongga pleura
1. Artificial/Iatrogenik (pneumotoraks yang disebabkan tindakan
tertentu)
2. Traumatik (pneumotoraks yang disebabkan oleh jejas yang
mengenai dada)
3. Spontan (pneumotoraks terjadi secara spontan tanpa didahului oleh
trauma)
- primer : tanpa riwayat penyakit paru sebelumnya
- sekunder : dengan riwayat penyakit paru sebelumnya
Udara memasuki ruang pleura pada saat inspirasi dan tidak dapat keluar pada saat ekspirasi
Asidosis respiratorik
Syok obstruktif
Anamnesis
1. Sesak mendadak
2. Nyeri dada yang menusuk (nyeri pleura)
3. Batuk
4. perburukan gejala dengan cepat
5. riwayat trauma, penyakit paru / tindakan medis
Palpasi
Sela iga melebar
Fremitus melemah
Perkusi
Hipersonor
Pergeseran mediastinum ke sisi yang sehat
Auskultasi
Suara napas melemah-hilang
Pemeriksaan Penunjang
Foto Toraks PA-Lateral
Garis penguncupan (pleural line)
Paru kolaps
Bayangan avaskuler
Pendorongan mediastinum
1. pneumotoraks <20% => observasi
2. Dekompresi dapat dengan memakai infus set, jarum
abbotcath atau pipa Water Sealed Drainage (WSD)
3. Tindakan bedah
Kegawatdaruratan Napas
Hemoptisis
HEMOPTISIS
Pneumotoraks ventil
Gagal napas
PNEUMOTORAKTIL
Asma Akut
GAGAL NAPAS
Efusi pleura
Keadaan yang disebabkan oleh pertukaran gas antara paru dan
darah yang tidak adekuat sehingga tidak dapat
mempertahankan pH, pO2 dan pCO2 darah arteri dalam
batas normal dan menyebabkan hipoksia tanpa/disertai
hiperkapnia.
Gagal napas tipe I (hipoksemia): Hipoksemia tanpa disertai
hiperkapnia dengan PaO2 <60 mmHg karena kegagalan
pertukaran oksigen
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mengetahui tipe dan etiologi gagal napas:
AGD, foto toraks, EKG, darah perifer lengkap.
Ventilasi mekanik
ada yang invasif dan non invasif
Cara pemberian oksigen bergantung FiO2 yang dibutuhkan.
Berikut nilai FiO2 dan cara pemberian:
Nasal kanul: FiO2 25-50% dengan oksigen 1-6 L/menit.
Simple mask: FiO2 30-50% dengan oksigen 6-8 L/menit.
Masker non-rebreathing: FiO2 60-90% dengan oksigen 15 L/menit
Ventilasi mekanik non invasif
Indikasi :
laju napas > 25x/menit,
Asidosis sedang sampai berat dengan pH 7,30-7,35; PaCO2 > 45 mmHg,
sesak napas sedang sampai berat dengan menggunakan otot-otot bantu pernapasan dan pola
pernapasan paradoksal
Kontraindikasi :
Henti napas, henti jantung, gagal organ, sumbatan jalan napas atas, tidak mampu menjaga jalan napas
atas dan atau risiko terganggu aspirasi, tidak mampu membersihkan sekret, bedah kepala/muka atau
trauma, kardiovaskular tidak stabil, pasien tidak kooperatif, sekret kental dan berlebihan, kelainan an
anatomi daerah nasofaringeal, obesitas berat
Ventilasi mekanik invasif
Indikasi :
Henti napas
Laju napas > 35x/menit
Sesak napas hebat ditandai dengan penggunaan otot-otot bantu pernapasan dan pernapasan paradoksal
Hipoksemia yang mengancam nyawa : PaO2 < 40 mmg atau rasio PaO2/FiO2 < 200
Asidosis berat (pH < 7,25) dan hiperkapnia (PaCO2 > 60 mmHg)
penurunan kesadaran
Gangguan hemodinamik (hipotensi, syok, gagal jantung)
Gangguan metabolik, sepsis, emboli paru, barotrauma, efusi pleura masif
Kegawatdaruratan Napas
Hemoptisis
HEMOPTISIS
Pneumotoraks ventil
Gagal napas
PNEUMOTORAKTIL
Asma Akut
GAGAL NAPAS
Efusi pleura
penyakit heterogen yang mempunyai karakter inflamasi saluran napas kronik. Hal ini
didefinisikan dengan adanya riwayat gejala pernapasan berupa wheezing, sesak, dada
terasa berat, dan batuk serta adanya hambatan arus ekspirasi
eksaserbasi asma : episode yang ditandai dengan peningkatan progresif gejala sesak
napas, batuk, mengi atau sesak dada dan penurunan progresif fungsi paru-paru
Kegawatdaruratan Napas
Hemoptisis
HEMOPTISIS
Pneumotoraks ventil
Gagal napas
PNEUMOTORAKTIL
Asma Akut
GAGAL NAPAS
Efusi pleura
Penumpukan cairan di rongga pleura akibat transudasi atau
eksudasi yang berlebihan dari lapisan pleura
EFUSI PLEURA TRANSUDATIF EFUSI PLEURA EKSUDATIF
• Terbentuk bila ada peninggian tekanan kapiler • Terbentuk karena bertambahnya permeabilitas
sirkulasi sistemik atau penurunan tekanan lapisan pleura terhadap protein
onkotik plasma • Rasio kadar protein cairan efusi pleura/kadar
• Rasio kadar protein cairan efusi pleura/kadar protein serum >0,5
protein serum <0,5
• Rasio kadar LDH cairan efusi pleura/kadar
• Rasio kadar LDH cairan efusi pleura/kadar LDH serum >0,6
LDH serum <0,6 • Kadar LDH cairan efusi pleura >2/3 batas atas
• Kadar LDH cairan efusi pleura <2/3 batas atas nilai normal LDH serum
nilai normal LDH serum • Kadar protein >3gram/100ml dan berat jenis
• Kadar protein <3gram/100ml dan berat >1,016
jenis<1,016
• Uji rivalta positif
• Uji rivalta negatif • Leukosit >1000/m3
• Leukosit <1000/m3 • Penyebab : neoplasma, infeksi, penyakit
• Penyebab : gagal jantung kongestif, emboli jaringan ikat, penyakit intraabdominal
paru, sirosis hati, hipoalbuminemia, dll
- Meningkatnya tekanan hidrostatik di dalam sirkulasi mikrovaskular
(contoh : gagal jantung)
- Menurunnya tekanan negatif di dalam sirkulasi mikrovaskuler
(hipoproteinemia)
- menurunnya tekanan negatif rongga pleura (contoh : atelektasis)
- Bertambahnya permeabilitas dinding pembuluh darah pleura (contoh :
keganasan)
- Terganggunya penyerapan kembali cairan pleura ke pembuluh getah
bening (contoh : limfoma)
- Perembesan cairan dari ronggan peritoneum ke dalam rongga pleura
Anamnesis
- sesak napas
- nyeri dada
- batuk tidak produktif
Palpasi
- sela iga melebar
- fremitus melemah
Perkusi
- Redup
- Pergeseran mediastinum ke arah ipsilateral
Auskultasi
- suara napas melemah - hilang
Kelainan foto rotgen PA baru akan
terlihat jika akumulasi cairan telah
mencapai 300mL