Anda di halaman 1dari 4

Menangis dalam Dosa

Pada tahun 2001, aku mengikuti ibuku untuk percaya kepada Tuhan, dan tak
lama kemudian, aku bergabung dengan gereja dan memulai pelayananku.
Aku melihat bahwa saudara-saudariku dapat saling mengasihi, seperti
keluarga, yang membuatku merasa sangat dekat dengan mereka. Aku suka
menghadiri pertemuan dan menyanyikan lagu-lagu pujian kepada Tuhan
bersama saudara-saudariku, dan di hatiku, aku memandang gereja ini seperti
keluargaku sendiri. Setelah itu, aku mengikuti ujian masuk ke sebuah institut
teologi dan mulai mempelajari Alkitab.
Perlahan-lahan, aku menemukan semakin banyak hal yang melanggar hukum
di dalam gereja. Banyak saudara-saudari yang hidup dalam dosa dan tidak
dapat menerapkan ajaran Tuhan. Ketua sekolah Minggu kami dan istrinya
sering kali bersekongkol untuk mengambil keuntungan bagi diri mereka
sendiri. Ketika organisasi-organisasi kemanusiaan menyumbangkan bantuan,
mereka akan segera mengambil sebagian barang terbaik bagi diri mereka
sendiri, dan bahkan pendeta kami mengambil bagian dalam perilaku ini, tetapi
keluarga-keluarga miskin di gereja jarang mendapatkan apa pun. Khususnya,
para pemimpin kelompok kecil, mereka juga sombong dan congkak. Mereka
sering meninggikan diri di hadapan kami dan memberikan larangan-larangan
bagi orang lain. Para anggota gereja melayani Tuhan demi status dan
kepentingan mereka sendiri, dan mereka sering menganggap gereja-gereja
lain sebagai gereja yang jelek dan meremehkan orang lain. Sementara
perkataan dan tindakan mereka di dalam gereja tampak saleh, mereka
menjalani hidup dengan kecongkakan, kelicikan, dan keegoisan, seolah-olah
mereka adalah orang yang sama sekali berbeda. Aku juga sama. Di gereja
aku berperilaku sangat baik, dan bahkan ketika orang lain memintaku untuk
melakukan hal-hal yang tidak kusukai, aku akan melakukan yang terbaik
untuk menanggungnya, mengatasi rasa ketidaknyamananku, dan tidak
mengungkapkan ketidaksenanganku, tetapi di rumah aku bersikap
seenaknya, mementingkan diri sendiri, dan kadang-kadang bahkan meneriaki
ibuku. Setelah aku menikah, jika suami dan anakku tidak melakukan apa yang
kuminta, aku akan marah kepada mereka. Aku memikirkan bagaimana di
sekolah Minggu aku mengajarkan anak-anak untuk melaksanakan ajaran
Tuhan dan bersikap mengasihi dan toleran terhadap orang lain, tetapi aku
tidak bisa menerapkan hal-hal itu dalam hidupku sendiri, dan aku menyadari
bahwa aku hidup dalam dosa. Aku sering berdoa minta pengampunan Tuhan
untuk hal ini, tetapi tidak ada yang berubah. Aku merasa putus asa dan
bingung. Rasul Paulus berkata: “Karena itu sekarang tidak ada penghukuman
bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus, yang tidak hidup mengikuti
daging, tetapi mengikuti Roh. Karena hukum roh kehidupan dalam Kristus
Yesus telah membuatku bebas dari hukum dosa dan maut” (Roma 8:1-2). Kita
percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, dan Tuhan mengampuni dosa-dosa
kita. Dosa kita dihapuskan, yang seharusnya berarti bahwa kita tidak lagi
berbuat dosa, tetapi mengapa aku masih hidup dalam dosa? Mengapa aku
tidak bisa menerapkan ajaran Tuhan? Kapan akhirnya aku akan bisa berhenti
berbuat dosa?”
Aku bertanya kepada para pengkhotbah tentang kebingunganku, tetapi
mereka tidak punya jawabannya. Mereka hanya mengatakan kepadaku untuk
beriman kepada Tuhan. Jawaban mereka membuatku merasa tak memiliki
jalan apa pun. Pertemuan gereja tidak lagi membantuku, jadi aku berhenti
pergi ke pertemuan. Setelah itu, aku sering menonton film-film Kristen di
YouTube, mencari makanan rohani kehidupan. Aku menonton banyak
khotbah dan ceramah dari banyak pendeta dan penatua, tetapi tidak ada yang
bisa membantuku berubah, juga tidak ada yang dapat memberikanku
pertumbuhan dalam kehidupan rohani. Aku masih hidup dalam keadaan
berdosa pada siang hari dan mengakui dosa-dosaku pada malam hari. Aku
tidak tahu kapan aku bisa berhenti berbuat dosa, dan aku sering kali berdoa,
menangis, dan memohon kepada Tuhan agar membantuku mengatasi
masalah ini.
Suatu hari di tahun 2018, ketika aku mencari film-film Kristen, sebuah film
berjudul Di Mana Rumahku? menarik perhatianku, jadi karena penasaran, aku
mengklik dan menontonnya. Dalam film itu, aku melihat bahwa sang tokoh
utama dan para pengkhotbahnya tidak membaca Alkitab, melainkan
membaca buku yang berjudul Firman Menampakkan Diri dalam Rupa
Manusia. Aku belum pernah melihat buku ini sebelumnya, tetapi perkataan
dalam buku itu berisikan kebenaran dan mampu memecahkan kesulitan
praktis manusia. Tokoh utama di film itu, Wen Ya, telah mengalami perceraian
orangtuanya saat dia masih kanak-kanak, setelah itu dia menanggung
penderitaan karena ibunya sakit parah dan ayahnya meninggal. Namun ketika
dia merasa putus asa dan tanpa pengharapan, Tuhanlah yang
menyelamatkannya. Firman dalam Firman Menampakkan Diri dalam Rupa
Manusia memungkinkan Wen Ya untuk memahami bahwa kita, sebagai
manusia, telah dirusak oleh Iblis, dan kita semua hidup dalam kesengsaraan
tanpa pengharapan untuk melepaskan diri, dan bahwa hanya dengan datang
ke hadapan Tuhan kita dapat menemukan perlindungan dan hidup
berbahagia. Di kemudian hari, Wen Ya bisa keluar dari kesengsaraannya dan
menemukan rumahnya yang sebenarnya. Dari film itu, aku melihat bahwa
firman dalam buku Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia benar-
benar luar biasa. Fiman itu mampu memberiku kekuatan. Aku berpikir, “Siapa
yang dapat memungkinkan kita untuk mengetahui watak Tuhan? Siapa yang
bisa dengan jelas menjelaskan keberdosaan dan kejahatan umat manusia?
Siapa yang bisa memahami alasan mengapa umat manusia hidup dalam
kesengsaraan? Dan siapa lagi yang bisa memecahkan masalah manusia
yang hidup dalam kesengsaraan?” Aku merasa bahwa firman ini memiliki
otoritas, dan tidak dapat diucapkan oleh manusia mana pun. Aku sangat
tertarik dengan buku ini, karena aku merasa bahwa firman ini dapat
meningkatkan hubunganku dengan Tuhan.
Jadi, aku terus menonton film-film dari Gereja Tuhan Yang Mahakuasa. Aku
menonton film Keselamatan, di mana sang tokoh utama dengan antusias
mengorbankan dirinya untuk Tuhan, meninggalkan segalanya untuk
memenuhi tugasnya, dan meskipun PKT (Partai Komunis Tiongkok)
menangkap dan menyiksanya, dia melanjutkan tugasnya setelah dibebaskan.
Dia berpikir bahwa karena dia telah menderita, melakukan perjalanan jauh,
memahami banyak kebenaran, dan merupakan seseorang yang memiliki
pengetahuan tentang Tuhan, dia seharusnya memenuhi syarat untuk masuk
ke dalam kerajaan surga. Namun kemudian, ujian mendadak datang
kepadanya. Istrinya ditangkap dan disiksa sampai mati oleh polisi PKT, dan
ketika dia mengetahui hal ini, dia mengeluh kepada Tuhan, menyalahkan
Tuhan, salah paham terhadap Tuhan, dan kehilangan imannya kepada
Tuhan. Dalam kesengsaraannya, melalui firman Tuhan Yang Mahakuasa, dia
tiba pada tahap merenungkan firman tersebut, dan menyadari bahwa dia
percaya kepada Tuhan dan melakukan tugasnya untuk mendapatkan berkat,
dan bahwa ketika ujian datang, dia masih mampu salah paham dan
menyalahkan Tuhan. Setelah itu, dengan membaca firman Tuhan Yang
Mahakuasa, dia memahami bahwa dia masih bisa memberontak dan
menentang Tuhan, dan bahwa dia belum benar-benar mendapatkan
keselamatan. Hanya mereka yang memiliki kasih dan ketaatan yang tulus
kepada Tuhan dapat mencapai keselamatan penuh. Ketika dia menjalani
ujian ini, pandangannya yang keliru dan gagasannya yang salah tentang
kepercayaan kepada Tuhan diubahkan, dia mengembangkan iman yang baru
kepada Tuhan, dan dia terus melayani Tuhan. Menonton film itu membuatku
menyadari bahwa kasihku kepada Tuhan sama sekali tidak cukup. Jika aku
berada di posisi yang sama dengan sang tokoh utama, aku tidak tahu apakah
aku akan bisa tetap setia kepada Tuhan. Pengalaman sang tokoh utama di
film tersebut memberiku keyakinan bahwa aku harus memperkuat imanku,
terus mengikuti Tuhan, dan mengalami keadaan yang serupa agar Tuhan
dapat menyucikan watakku yang rusak, karena hanya dengan begitu aku
akan dapat memiliki kesempatan untuk masuk ke dalam kerajaan surga.
Kemudian, ketika aku menonton film tentang penangkapan, kesengsaraan,
dan penyiksaan yang diderita oleh saudara-saudari di Gereja Tuhan Yang
Mahakuasa di tangan PKT, aku memperhatikan bahwa sementara mereka
mengalami penganiayaan dan ujian, firman Tuhan Yang Mahakuasa adalah
dasar dari iman mereka. Aku sangat ingin membaca firman ini, karena aku
merasa firman ini adalah kebenaran; jika tidak, akan sangat sulit bagi
saudara-saudari ini untuk tetap setia dan mengikuti Tuhan sementara mereka
dianiaya dengan kejam oleh pemerintah PKT. Aku sangat mengagumi iman
dan kerinduan mereka yang tak tergoyahkan untuk melayani Tuhan, dan aku
merasa bahwa ini adalah hasil yang dicapai oleh pekerjaan Roh Kudus,
karena tidak mungkin bagi manusia untuk menghasilkan kesaksian seperti itu.
Setelah melihat semua hal ini, aku bahkan menjadi semakin ingin tahu
tentang Gereja Tuhan Yang Mahakuasa.

Anda mungkin juga menyukai