Makalah Akuntansi Syariah KLP 6-1
Makalah Akuntansi Syariah KLP 6-1
Dosen pengampu:
Rahmi Sri Ramdhani, SE,M.Si.
Disusun Oleh:
S1 AKUNTANSI
UNIVERSITAS MATARAM
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diantara bukti kesempurnaan agama Islam ialah dibolehkannya jual beli
dengan cara salam, yaitu akad pemesanan suatu barang dengan kriteria yang telah
disepakati dan dengan pembayaran tunai pada saat akad dilaksanakan. Yang demikian
itu, dikarenakan dengan akad ini kedua belah pihak mendapatkan keuntungan tanpa
ada unsur tipu-menipu atau ghoror (untung-untungan). Pembeli (biasanya)
mendapatkan keuntungan berupa jaminan untuk mendapatkan barang sesuai dengan
yang ia butuhkan dan pada waktu yang ia inginkan.Sebagaimana ia juga mendapatkan
barang dengan harga yang lebih murah bila dibandingkan dengan pembelian pada saat
ia membutuhkan kepada barang tersebut.
Sedangkan penjual juga mendapatkan keuntungan yang tidak kalah besar
dibanding pembeli, diantaranya penjual mendapatkan modal untuk menjalankan
usahanya dengan cara-cara yang halal, sehingga ia dapat menjalankan dan
mengembangkan usahanya tanpa harus membayar bunga. Dengan demikian selama
belum jatuh tempo, penjual dapat menggunakan uang pembayaran tersebut untuk
menjalankan usahanya dan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa ada
kewajiban apapun.Penjual memiliki keleluasaan dalam memenuhi permintaan
pembeli, karena biasanya tenggang waktu antara transaksi dan penyerahan barang
pesanan berjarak cukup lama.
Jual-beli dengan cara salam merupakan solusi tepat yang ditawarkan oleh
Islam guna menghindari riba. Dan mungkin ini merupakan salah satu hikmah
disebutkannya syari'at jual-beli salam seusai larangan memakan riba.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian akad salam ?
2. Apa jenis akad salam ?
3. Apa dasar syariah ?
4. Apa perlakuan akuntansi ?
5. Apa contoh jurnal kasus akad salam ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu akad salam.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis akad salam.
3. Untuk mengetahui dasar apa saja yang ada di syariah.
4. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi.
5. Untuk dapat mengetahui contoh jurnal kasus akad salam.
BAB II
PEMBAHASAN
C. DASAR SYARIAH
• Al-Quran
“kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum
kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahui.” (QS 3:92)
• As-Sunnah
Diriwayatkan oleh Ahmad dan Al Bukhari, dari Abu Huraiah, bahwa
Rasulullah SAW, bersabda : “Barang siapa mewakafkan seekor kuda di jalan Allah
dengan penuh keimanan dan keihklasan, maka makannya, fesesnya dan air seninya
itu menjadi amal kebaikan dan timbangan di hari kiamat.”
Hukum di Indonesia
Pewakaf
• Merdeka
• Berakal sehat
• Dewasa(baligh)
• Tidak ada di bawah pengampunan
• Jika berada di bawah pengampuan karena utang, hukum wakafnya sah apabila
terdapat kerelaan kreditor.
• Jika ia berada di bawah pengampuan karena utang dan sedang sakit parah,
maka wakafnya sah apabila terdapat kerelaan dari kreditor.
• Jika dia tidak dibawah pengampuan karena utang dan dalam keadaan sehat,
maka wakafnya sah.
• Jika dia meninggal sebagai debitor, maka hukum wakafnya seperti yang telah
diuraikan dalam butir 1.
• Jika dia meninggal tidak sebagai debitor, maka hukum wakafnya seperti
wasiat.
Mauquh Bih
• Harta yang diwakafkan harus merupakan harta benda yang bernilai (mutaqawwam)
• Harta yang akan di wakafkan harus jelas sehingga tidak akan menimbulkan
persengketaan.
• Milik pewakaf secara penuh.
• Harta tersebut bukan milik bersama (musya’) dan terpisah.
• Syarat yang ditetapkan pewakaf dapat diterima asalkan tidak melanggar prinsip dan
hukum syariah/wakaf.
Syarat Mauqu’alaih
• Mazhab hanafi; mensyaratkan agar peruntukan wakaf ditujukan untuk ibadah dan
syiar Islam menurut pandangan Islam dan menurut keyakinan pewakaf
• Mazhab Syafi’I dan Hambali; mensyaratkan agar peruntukan wakaf adalah ibadah
menurut pandangan Islam saja, tanpa memandang keyakinan pewakaf.
• Al-waqf (wakaf)
• Al-habs (menahan)
• Al-tastil (berderma)
• Shighat tidak mengandung suatu pengertian untuk mencabut kembali wakaf yang
sudah dilakukan.
D. PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 103)
1. Akuntansi untuk Pembeli
Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan
kepada penjual. Modal usaha salam dapat berupa kas dan aset nonkas. Modal usaha
salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah dibayarkan, sedangkan modal usaha
salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar. Selisih antara nilai wajar
dan nilai tercatat modal usaha nonkas yang diserahkan diakui sebagai keuntungan
atau kerugian pada saat penyerahan modal usaha tersebut.
Kesimpulan
Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan karena pemesan
barang menyerahkan uangnya di muka. Salam juga dapat didefenisikan sebagai
transaksi atau akad jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada ketika
transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan pembayaran dimuka sedangkan
penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.
PSAK 103, mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang
pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman dikemudian hari oleh penjual (muslam
alaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad
disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Jenis akad salam yaitu Langsung dan Paralel. Islam sebagai agama yang akan
membawa umatnya ke jalan benar, damai, tentram dan bahagia memiliki pedoman dasar
yang sangat sempurna melalui Al-qur’an dan as-sunnah.
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/5207553/Dasar_Syariah