Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

(AKAD SALAM BERDASARKAN PSAK 103)

Guna Memenuhi Tugas Kuliah Akuntansi Syari’ah

Dosen pengampu:
Rahmi Sri Ramdhani, SE,M.Si.

Disusun Oleh:

Baiq Dinda Eka Latifa (A1C116008)


Baiq Dwi Rizkia Lestari (A1C116009)
Baiq Rara Santya Putri (A1C116014)

Desilia Dwi Ratnasari (A1C116020)

Heni Hariani (A1C117032)

Lia Indah Sari (A1C117047)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

S1 AKUNTANSI

UNIVERSITAS MATARAM
2019

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diantara bukti kesempurnaan agama Islam ialah dibolehkannya jual beli
dengan cara salam, yaitu akad pemesanan suatu barang dengan kriteria yang telah
disepakati dan dengan pembayaran tunai pada saat akad dilaksanakan. Yang demikian
itu, dikarenakan dengan akad ini kedua belah pihak mendapatkan keuntungan tanpa
ada unsur tipu-menipu atau ghoror (untung-untungan). Pembeli (biasanya)
mendapatkan keuntungan berupa jaminan untuk mendapatkan barang sesuai dengan
yang ia butuhkan dan pada waktu yang ia inginkan.Sebagaimana ia juga mendapatkan
barang dengan harga yang lebih murah bila dibandingkan dengan pembelian pada saat
ia membutuhkan kepada barang tersebut.
Sedangkan penjual juga mendapatkan keuntungan yang tidak kalah besar
dibanding pembeli, diantaranya penjual mendapatkan modal untuk menjalankan
usahanya dengan cara-cara yang halal, sehingga ia dapat menjalankan dan
mengembangkan usahanya tanpa harus membayar bunga. Dengan demikian selama
belum jatuh tempo, penjual dapat menggunakan uang pembayaran tersebut untuk
menjalankan usahanya dan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa ada
kewajiban apapun.Penjual memiliki keleluasaan dalam memenuhi permintaan
pembeli, karena biasanya tenggang waktu antara transaksi dan penyerahan barang
pesanan berjarak cukup lama.
Jual-beli dengan cara salam merupakan solusi tepat yang ditawarkan oleh
Islam guna menghindari riba. Dan mungkin ini merupakan salah satu hikmah
disebutkannya syari'at jual-beli salam seusai larangan memakan riba.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian akad salam ?
2. Apa jenis akad salam ?
3. Apa dasar syariah ?
4. Apa perlakuan akuntansi ?
5. Apa contoh jurnal kasus akad salam ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu akad salam.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis akad salam.
3. Untuk mengetahui dasar apa saja yang ada di syariah.
4. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi.
5. Untuk dapat mengetahui contoh jurnal kasus akad salam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AKAD SALAM


Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan karena pemesan
barang menyerahkan uangnya di muka. Para fuqaha menamainya al
mahawi’ij(barang-barang mendesak) karena sejenis jual beli yang dilakukan
mendesak walaupun barang yang diperjualbelikan tidak ada
tempat.”Mendesak”,dilihat dari sisi penjual, ia sangat membutuhkan barang tersebut
dikemudian hari sementara dari sisi penjual, ia sangat membutuhkan uang tersebut.
Salam juga dapat didefenisikan sebagai transaksi atau akad jual beli dimana
barang yang diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan, dan pembeli
melakukan pembayaran dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di
kemudian hari.
PSAK 103, mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang
pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman dikemudian hari oleh penjual (muslam
alaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad
disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Salam tidak mirip dengan transaksi
ijon ,karena itu dibolehkan oleh syariah karena tidak ada gharar. Walaupun barang
baru diserahkan dikemudian hari, harga, spesifiksi, kharakteristik, kualitas, kuantitas
dan waktu penyerahannya sudah ditentukan dan disepakati ketika akad terjadi.
Contoh akad salam:
Pembeli memesan beras tipe IR 64 sebanyak 2 ton dengan harga Rp 5.000 per
kilogram dan diserahkan 4 bulan ke depan atau pada waktu panen,dibayar di muka. Di
sini, jelas beras IR 6 yang akan diserahkan 4 bulan kemudian oleh penjual. Contoh
transaksi ijon,misalnya,pembeli 1 hektar padi (Waktu akad ini terjadi padi belum siap
dipanen) dengan harga Rp 15 juta.Apabila ternyata padi terserang hama sehinga tidak
dapat dipanen atau menghasilkan lebih sedikit dari 5 ton gabah, maka pembeli
akan rugi (asumsi harga per kg padi gabah Rp 3.000) sebaliknya jika hasilnya 8
ton,maka petani yang akan merugi.
Dalam PSAK 103 dijelaskan alat pebayaran modal salam dapat berupa uang
tunai barang atau manfaat, tetapi boleh berupa pembebanan utang penjual atau
penyerahan piutang pembeli dari pihak lain. Oleh karena tujuan penyerahan modal
usaha salam adalah sebagai modal kerja, sehingga dapat digunakan oleh pembeli
untuk menghasikan barang (produksi) sehingga dapat memenuhi pesanan.
Manfaat transaksi salam bagi pembeli adalah adanya jaminan memperoleh
barang dalam jumlah dan kualitas tertentu pada saat ia membutuhkan dengan harga
yang disepakatinya di awal. Sementara manfaat bagi penjual adalah diperolehnya
dana untuk melakukan aktivitas produksi dan memenuhi sabagian kebutuhan
hidupnya.
Dalam akad salam, harga barang pesanan yang sudah disepakati tidak dapat
berubah selama jangka waktu akad. Apaila barang yang dikirim tidak sesuai dengan
ketentuan yang telah disepakati sebelumnya, maka pembeli boleh melakukan khyiar
yaitu memilih apakah transaksi dilanjutkan atau dibatalkan.Untuk menghindari resiko
yang meugikan pembeli boleh meminta jaminan dari penjual.
Salam dapat dilakukan secara langsung antara pembeli dan penjual, dan dapat
juga dilakukan oleh tiga pihak secara paralel: pembeli-penjual-pemasok yang disebut
sebagai salam paralel. Resiko yang muncul dari khasus ini adalah apabila pemasok
tidak bisa mengirim barang maka ia tidak dapat memenuhi permintaan
pembeli, resiko lain barang yang dikirimkan oleh pemasok tidak sesuai dengan yang
dipesan oleh pembeli sehingga perusahaan memiliki persediaan barang tersebut dan
harus mencari pembeli lain yang berminat, sedangkan ia tetap memiliki kewajiban
pada pembeli dan pemasok.

B. JENIS AKAD SALAM


- L a n g s u n g : P e m b e l i ↔ P e n j u a l
Transaksi jual beli dimana barang yang diperjual belikan belum ada
ketika transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan pembayaran di muka
sedangkanpenyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.

- Paralel : Pembeli ↔ Penjual ↔ Pemasok


Terdapat dua transaksi salam yaitu antara pemesan dan penjual serta antara penjual dengan
pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya.. Syarat : tidak terjadi ta’alluq (saling
keterkaitan antara akad salam 1 dan 2). Hal ini terjadi ketika penjual tidak
memiliki barang pesanan dan memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang
pesanan tersebut. Salam paralel dibolehkan asalkan akad salam kedua tidak tergantung
pada akad yang pertama yaitu akad antara penjual dan pemasok tidak tergantung pada
akad antar pembeli dan penjual, jika saling tergantung atau menjadi syarat tidak
diperbolehkan.
Beberapa ulama kontemporer tidak membolehkan transasksi salam parallel terutama jika
perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus-menerus, karena dapat
menjurus kepada riba.

C. DASAR SYARIAH
• Al-Quran
“kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum
kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahui.” (QS 3:92)
• As-Sunnah
Diriwayatkan oleh Ahmad dan Al Bukhari, dari Abu Huraiah, bahwa
Rasulullah SAW, bersabda : “Barang siapa mewakafkan seekor kuda di jalan Allah
dengan penuh keimanan dan keihklasan, maka makannya, fesesnya dan air seninya
itu menjadi amal kebaikan dan timbangan di hari kiamat.”

Hukum di Indonesia

• Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977.


• Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978.
• Instruksi Bersama Menteri Agama Republik Indonesia dan Kepala Badan Pertahanan
Nasional Nomor 4 Tahun 1990, Nomor 24 Tahun 1990 tentang Sertifikasi Tanah
Wakaf.
• Surat Keputusan direktorat Bank Indonesia Nomor 32/34/KEP/ DIR tentang Bank
Umum Berdasarkan Prinsip Syari’ah.

Rukun dan Ketentuan Syari’ah

• Pelaku terdiri atas orang yang mewakafkan harta(wakif/pewakaf)

• Barang atau harta yang di wakafkan (mauquf bih)

• Peruntukan wakaf (mauquf ‘alaih)


• Shighat (pernyataan atau ikrar sebagai suatu kehendak untuk mewakafkan sebangian
harta bendanya termasuk penetapan jangka waktu dan peruntukan)

Pewakaf

Pewakaf disyaratkan memiliki kecakapan hukum dalam membelanjakan hartanya.


Kecakapan meliputi empat kriteria :

• Merdeka
• Berakal sehat
• Dewasa(baligh)
• Tidak ada di bawah pengampunan

 Orang yang mempunyai utang, wakafnya ada tiga macam :

• Jika berada di bawah pengampuan karena utang, hukum wakafnya sah apabila
terdapat kerelaan kreditor.

• Jika ia berada di bawah pengampuan karena utang dan sedang sakit parah,
maka wakafnya sah apabila terdapat kerelaan dari kreditor.

• Jika dia tidak dibawah pengampuan karena utang dan dalam keadaan sehat,
maka wakafnya sah.

 Apabila mewakafkan harta ketika sedang sakit parah, maka wakafnya


sah selama dia masih hidup. Ketika pewakaf meninggal :

• Jika dia meninggal sebagai debitor, maka hukum wakafnya seperti yang telah
diuraikan dalam butir 1.

• Jika dia meninggal tidak sebagai debitor, maka hukum wakafnya seperti
wasiat.

Mauquh Bih

• Harta yang diwakafkan harus merupakan harta benda yang bernilai (mutaqawwam)
• Harta yang akan di wakafkan harus jelas sehingga tidak akan menimbulkan
persengketaan.
• Milik pewakaf secara penuh.
• Harta tersebut bukan milik bersama (musya’) dan terpisah.
• Syarat yang ditetapkan pewakaf dapat diterima asalkan tidak melanggar prinsip dan
hukum syariah/wakaf.

Syarat Mauqu’alaih

Mauqu’alaih adalah tujuan/peruntukan wakaf. Ada perbedaan pendapat dari para


fuquha terkait dengan syarat peruntukan wakaf yaitu :

• Mazhab hanafi; mensyaratkan agar peruntukan wakaf ditujukan untuk ibadah dan
syiar Islam menurut pandangan Islam dan menurut keyakinan pewakaf

• Mazhab Maliki; mensyaratkan agar peruntukan wakaf untuk ibadat menurut


pandangan pewakaf.

• Mazhab Syafi’I dan Hambali; mensyaratkan agar peruntukan wakaf adalah ibadah
menurut pandangan Islam saja, tanpa memandang keyakinan pewakaf.

• Lafal yang jelas (sharih)

• Al-waqf (wakaf)

• Al-habs (menahan)

• Al-tastil (berderma)

• Lafal kiasan (kinayah)

• Lafal kinayah merupakan lafal yang menunjukkan beberapa kemungkinan


makna, bisa berarti wakaf dan bisa juga bermakna lain.

Syarat sahnya shighat ijab,baik berupa ucapan maupun tulisan ialah:

• Shighat harus munajah (terjadi seketika/selesai)

• Shighat tidak diikuti syarat batil (palsu)

• Shighat tidak mengandung suatu pengertian untuk mencabut kembali wakaf yang
sudah dilakukan.
D. PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 103)
1. Akuntansi untuk Pembeli

Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan
kepada penjual. Modal usaha salam dapat berupa kas dan aset nonkas. Modal usaha
salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah dibayarkan, sedangkan modal usaha
salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar. Selisih antara nilai wajar
dan nilai tercatat modal usaha nonkas yang diserahkan diakui sebagai keuntungan
atau kerugian pada saat penyerahan modal usaha tersebut.

Penerimaan barang pesanan diakui dan diukur sebagai berikut :


a. jika barang pesanan sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai nilai yang disepakati
b. jika barang pesanan berbeda kualitasnya maka :
(i) barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengan nilai akad, jika
nilai wajar dari barang pesanan yang diterima nilainya sama atau lebih tinggi dari
nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad.
(ii) barang pesanan yang diterima diukur sesuai nilai wajar pada saat
diterima dan selisihnya diakui sebagai kerugian, jika nilai wajar barang pesanan yang
diterima lebih rendah dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad
c. jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal
jatuh tempo pengiriman maka :
(i) jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat piutang salam
sebesar bagian yang belum dipenuhi sesuai dengan nilai yang tecantum dalam akad.
(ii) jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang
salam berubah menjadi piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang
tidak dapat dipenuhi.
(iii) jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli
mempunyai jaminan atas barang pesanan serta hasil penjualan jaminan tersebut lebih
kecil dari nilai piutang salam, maka selisih antara nilai tercatat piutang salam dan
hasil penjualan jaminan tersebut diakui sebagai piutang kepada penjual.
Sebaliknya, jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai tercatat piutang
salam maka selisihnya menjadi hak penjual.
Pembeli dapat mengenakan denda kepada penjual. Denda ini hanya boleh
dikenakan kepada penjual yang mampu menyelesaikan kewajibannya, tetapi sengaja
tidak melakukannya. Hal ini tidak berlaku bagi penjual yang tidak mampu
menunaikan kewajibannya karena force majeur. Denda dikenakan jika penjual lalai
dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yang diterima diakui
sebagai bagian dari dana kebajikan.
Barang pesanan yang telah diterima diakui sebagai persediaan. Pada akhir
periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam
diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi.
Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perlolehan, maka
selisihnya diakui sebagai kerugian.
2. Akuntansi untuk Penjual
Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha salam
sebesar modal usaha salam yang diterima. Modal usaha salam yang diterima dapat
berupa kas atau aset nonkas. Modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar
jumlah yang diterima, sedangkan modal usaha salam dalam bentuk nonkas diukur
sebesar nilai wajar.
Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat
penyerahan barang kepada pembeli. Jika penjual melakukan transaksi salam paralel,
selisih antara jumlah yang dibayarkan oleh pembeli akhir dan biaya perolehan barang
pesanan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan barang
pesanan oleh penjual ke pembeli akhir.

E. JURNAL AKAD SALAM


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan karena pemesan
barang menyerahkan uangnya di muka. Salam juga dapat didefenisikan sebagai
transaksi atau akad jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada ketika
transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan pembayaran dimuka sedangkan
penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.
PSAK 103, mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang
pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman dikemudian hari oleh penjual (muslam
alaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad
disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Jenis akad salam yaitu Langsung dan Paralel. Islam sebagai agama yang akan
membawa umatnya ke jalan benar, damai, tentram dan bahagia memiliki pedoman dasar
yang sangat sempurna melalui Al-qur’an dan as-sunnah.
Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/5207553/Dasar_Syariah

Anda mungkin juga menyukai