Dalam ketetapan MPR ini, hak asasi manusia diakui oleh negara sebagai hak yang diberikan
oleh Tuhan kepada ciptaannya. Selain itu, hak asasi manusia juga diakui sebagai hak-hak
yang mendasar dan melekat dalam diri manusia sejak manusia berada di dalam kandungan.
Beberapa hak asasi manusia yang terdapat dalam ketetapan MPR ini antara lain Hak untuk
hidup, berkeluarga, melakukan pengembangan diri, mendapatkan keadilan, mendapatkan
kemerdekaan, kebebasan informasi, rasa aman, kesejahteraan.
Ketetapan MPR MPR Nomor XVII/MPR/1998 ini sudah tidak berlaku lagi karena telah
melebur pada Undang-Undang No. 39 Tahun 1999.
Undang-undang ini berisi mengenai hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap warga
negara tanpa terkecuali. Karena Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 adalah penyempurnaan
dari Ketetapan MPR MPR Nomor XVII/MPR/1998, terdapat beberapa penambahan
mengenai hak-hak asasi manusia sebagai warga negara Indonesia, yaitu hak untuk berperan
serta dalam sistem pemerintahan, hak perempuan dan anak-anak.
Undang-undang ini berisi tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. Undang-
undang ini menindaklanjuti Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yang mengatur tentang
perkawinan. Undang-undang ini mengatur mengenai perwujudan rasa bahagia serta rasa
aman terhadap seluruh anggota keluarga.
Pengadilan HAM ini dibentuk berdasarkan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
Dalam menjalankan perannya, pengadilan ini berperan khusus dalam mengadili kejahatan
genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Penegakan hak asasi manusia juga dilakukan melalui proses pendidikan, baik itu dalam
pendidikan formal, informal, maupun non formal. Penegakan HAM dalam pendidikan formal
yaitu melalui proses belajar mengajar di sekolah, dengan cara menanamkan konsep HAM
kepada siswa melalui mata pelajaran PPKn dan agama. Diharapkan melalui penanaman
konsep HAM melalui pendidikan, seseorang dapat melakukan penegakan HAM secara
sederhana di lingkungan sekitar dari usia dini, misalnya dengan melakukan penerapan
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat.
Hal ini dilakukan berdasrkan pendekatan hukum dan juga pedekatan dialogis yang dimana
hal tersebut haruslah dikemukakan sebagaimana dalam sebuah rangka yang berguna untuk
melibatkan berbagai macam partisipasi masyarakat dalam sebuah kehidupan berbangsa dan
bernegara. Para pejabat penegak hukum haruslah memenuhi tugas dan kewajiban mereka
yang dimana untuk memberikan sebuah pelayanan yang dimana diyakini sangatlah baik dan
juga adil kepada masyarakat. Memberikan sebuah pelindungan kepada setiap orang dari
berbagai macam perbuatan yang melanggar hukum.
3. Melakukan peningkatan terhadap pengawasan dari masyarakat dan juga berbagai macam
lembaga politik terhadap berbagai macam upaya dari penegakan HAM yang dimana
dilakukan oleh pemerinta.
4. Melakukan peningkatan terhadap berabgai macam prinsip HAM kepada masyarakat luas
dengan cara melalui lembaga pendidikan formal dan juga pendidikan tidak formal.
6. Melakukan peningkatan terhadap kerja sama yang dimana harmonis dan terjadi antar
kelompok atau berbagai macam golongan dalam sebuah masyarakat agar mereka dapat
mampu unutuk saling memahami dan juga menghorati berbagai macam keyakinan dan juga
pendapat mereka masing-masing.