Anda di halaman 1dari 80

HUBUNGAN KALSIFIKASI NODUL TIROID

MENGGUNAKAN ULTRASONOGRAFI GRAY SCALE


DENGAN HASIL FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY
(FNAB) DI RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Oleh
Vera Diana Rosa
Nomor Pokok Mahasiswa 131521150007

TESIS

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian


Guna memperoleh gelar Spesialis Radiologi
Program Pendidikan Dokter Spesialis-1

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. HASAN SADIKIN
BANDUNG
2019
HUBUNGAN KALSIFIKASI NODUL TIROID MENGGUNAKAN
ULTRASONOGRAFI GRAY SCALE DENGAN HASIL FINE
NEEDLE ASPIRATION BIOPSY (FNAB) DI RSUP Dr. HASAN
SADIKIN BANDUNG

Oleh :
Vera Diana Rosa
Nomor Pokok Mahasiswa 131521150007

TESIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian


Guna memperoleh gelar Spesialis Radiologi
Program Pendidikan Dokter Spesialis-1

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing pada tanggal


Seperti tertera dibawah ini

Bandung, 29 Maret 2019

dr. Irma Hassan Hikmat., Sp.Rad(K). M.Kes dr. Leni Santiana., Sp.Rad(K)
Pembimbing I Pembimbing II
HUBUNGAN KALSIFIKASI NODUL TIROID MENGGUNAKAN
ULTRASONOGRAFI GRAY SCALE DENGAN HASIL FINE NEEDLE
ASPIRATION BIOPSY (FNAB) DI RSUP Dr. HASAN SADIKIN
BANDUNG

Oleh :
Vera Diana Rosa
Nomor Pokok Mahasiswa 131521150007

TESIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian


Guna memperoleh gelar Spesialis Radiologi
Program Pendidikan Dokter Spesialis-1

Bandung, 29 Maret 2019


Menyetujui

Kepala Departemen/KSM Radiologi Ketua Program Studi Dokter Spesialis-1


FK Unpad/RSHS Bandung Ilmu Radiologi

Dr. Undang Ruhimat, dr., Sp.Rad(K), MH.Kes Dr. Hari Soekersi, dr., Sp.Rad(K)
NIP. 19550701 198711 1 001 NIP. 19580824 198901 2 001
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya, tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik di

Universitas Padjadjaran maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,

tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan

Tim Penelaah/Tim Penguji.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas

dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama

pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian

hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,

maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar

yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai

dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Bandung, Oktober 2018


Yang membuat pernyataan,

Lidrian Arifan Darma


NPM 131521140502

iv
ABSTRAK

Latar belakang : Penipisan kartilago femoral merupakan proses utama sekaligus


awal terjadinya osteoarthritis (OA) lutut. Penipisan dari kartilago pertama kali
terlihat pada sendi penahan beban seperti kartilago femoral. Obesitas merupakan
suatu faktor signifikan yang mempengaruhi penipisan kartilago femoral akibat
proses mekanik dan inflamasi. Perubahan awal dari kartilago sendi dapat dilihat
dengan menggunakan ultrasonografi. Penipisan kartilago femoral dinilai di daerah
kondilus medial, kondilus lateral dan interkondilus.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan derajat
penipisan kartilago femoral menggunakan USG grey scale di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik,
dengan desain cross sectional study, dimana metode pengambilan sampel dengan
menggunakan consecutive sampling di Departemen Radiologi RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung dari bulan Juli sampai dengan Agustus 2018. Pengolahan data
pada bulan September 2018 menggunakan analisis bivariabel Chi Square Test
pada derajat kepercayaan 95% dengan nilai p≤0,05.
Hasil penelitian : Total sampel adalah 74 orang subyek penelitian, terdiri dari 40
orang laki-laki dan 34 orang perempuan, usia termuda 21 tahun dan tertua 43
tahun. Indeks massa tubuh (IMT) kurang/normal didapatkan pada 49 orang dan
IMT lebih pada 25 orang, dengan berat badan paling ringan 45 kg dan berat badan
paling berat 110 kg. Berdasarkan hasil pemeriksaan USG didapatkan derajat
penipisan kartilago femoral paling banyak pada kondilus medial, sedangkan
derajat 0 paling banyak pada kondilus lateral. Hasil uji statistik menggunakan
analisis bivariabel Chi Square Test pada derajat kepercayaan 95% menunjukkan
terdapat hubungan bermakna antara IMT dengan derajat penipisan kartilago
femoral menggunakan ultrasonografi grey scale di RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung dengan nilai p<0,001 (nilai p≤0,05).
Simpulan : Terdapat hubungan bermakna antara IMT dengan derajat penipisan
kartilago femoral menggunakan ultrasonografi grey scale di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung dengan nilai p<0,001 (nilai p≤0,05).

Kata kunci : Indeks massa tubuh, penipisan kartilago femoral, ultrasonografi


grey scale

v
ABSTRACT

Background: Femoral cartilage thickness is the first mechanism in knee


osteoarthritis (OA). Femoral cartilage is sensitive to mechanical loading, due to
its function as load bearing mechanism. Obesity have long been shown to be
strong risk factors for the changes of femoral cartilage due to mechanical and
inflammation mechanism. Early changes of articular cartilage can be evaluated
using ultrasonography from the central points of medial condyle, intercondylar
and lateral condyle areas
Objective : This study aims to determine the association between body mass index
with femoral cartilage thickness using grey scale USG in Dr. Hasan Sadikin
hospital Bandung.
Methods : This research is an analytic observational study with cross sectional
design, where sampling has been carried out as consecutive sampling at
Radiology Departemen Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung from July-
August 2018, followed by processing the data in September 2018 using Chi
Square Test confidence level at 95% with a value of p<0,05.
Results : There are 74 research subjects, 40 males and 34 females, the youngest
age 21 years old and the oldest 43 years old. There are 49 subjects with low to
normal body mass index and 25 subjects with overweight or obese, with the lowest
weight 45 kg and the heaviest is 110 kg. Based on grey scale USG evaluation, the
zero degree of femoral cartilage changes were found most in the lateral condyles
and the thinnest were found in medial condyle. Statistical test result using
bivariable analysis of Chi Square Test on 95% confidence level indicate there is a
significant correlation between body mass index and femoral cartilage thickness
in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung with p value <0,001 (value
p≤0,05).
Conclusion : There is a significant correlation between body mass index and
femoral cartilage thickness in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung with
p value <0,001 (value p≤0,05).

Keywords : Body mass index, femoral cartilage thickness, grey scale


ultrasonography

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DERAJAT

PENIPISAN KARTILAGO FEMORAL MENGGUNAKAN

ULTRASONOGRAFI GREY SCALE DI RSUP Dr. HASAN SADIKIN

BANDUNG ” yang merupakan tugas akhir untuk memenuhi persyaratan dalam

mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Ilmu Radiologi di

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan

Sadikin (RSHS) Bandung.

Dalam penulisan tesis ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak

terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis

selama masa pendidikan sampai selesainya tugas akhir ini.

Rasa hormat dan terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor Unpad periode

2015 – 2019 Prof. Dr. med. Tri Hanggono Ahmad, dr., Dekan Fakultas Kedokteran

Unpad Dr. med. Setiawan, dr., AIFM., Direktur Utama RSUP Dr. Hasan Sadikin

Bandung dr. R. Nina Susana Dewi, Sp.PK(K), M.Kes., MMRS dan Ketua Tim

Koordinator Pelaksana (TKP) PPDS-1 Dr. Ria Bandiara, dr., SpPD-KGH.

Rasa hormat dan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kepala

Departemen / KSM Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode 2010-

2018 Prof. Dr. Ristaniah D. Soetikno, dr., Sp.Rad(K), M.Kes dan periode 2018-

vii
viii

sekarang Dr. Undang Ruhimat, dr., Sp.Rad(K), MH.Kes dan Ketua Program Studi

Pendidikan Dokter Spesialis 1 (KPS PPDS-1) Ilmu Radiologi FK UNPAD periode

2016-2018 dr. Harry Galuh Nugraha, Sp.Rad(K), periode 2018 dr. Hilman,

Sp.Rad(K), periode 2018-sekarang Dr. Hari Soekersi, dr., Sp.Rad(K) atas

kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti PPDS-1 Ilmu Radiologi

di FK UNPAD/RSHS Bandung.

Sesungguhnya tesis ini dapat selesai karena kebijaksanaan dan kesabaran yang

tak terhingga dari dr. Atta Kuntara, Sp.Rad(K) dan Dr. Undang Ruhimat, dr.,

Sp.Rad(K), MH.Kes selaku Tim Pembimbing yang dengan sabar dan tulus

memberikan bimbingan, koreksi, saran-saran, dorongan, semangat dan doa,

sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menghaturkan rasa terima kasih yang tulus dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada guru-guru penulis di Departemen Radiologi FK

Unpad/RSHS Bandung: Prof. Dr. Ristaniah D. Soetikno, dr., Sp.Rad(K), M.Kes,

dr. Farhan Anwary, Sp.Rad(K), MH.Kes, dr. Atta Kuntara, Sp.Rad(K), dr. Irma

Hassan Hikmat, Sp.Rad(K), M.Kes, Dr. Undang Ruhimat, dr., Sp.Rad(K), MH.Kes,

Dr. Hari Soekersi, dr. Sp.Rad(K), dr. Eppy Buchori, Sp.Rad(K), dr. Leni Santiana,

Sp.Rad(K), dr. Harry Galuh Nugraha, Sp.Rad(K), dr. Gustiara Munir, Sp.Rad,

M.Kes, MMRS, dr. Dian Komala Dewi, Sp.Rad(K), dr. Indrarini, Sp.Rad, dr.

Hilman, Sp.Rad(K), dr. Iyus Maolana Yusup, Sp.Rad yang dengan penuh kesabaran

tanpa pamrih telah memberikan pengarahan, bimbingan, dorongan dan limpahan

ilmu pengetahuan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan.


ix

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr.rer.nat.Freddy Haryanto dan

Dr.Rr.Nur Fauziyah, SKM.,MKM atas bimbingan dan bantuan yang diberikan.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang

tua tercinta, Bapak Muhammad Nuri dan Ibu Meilinda yang telah membesarkan,

mendidik serta tidak pernah lelah mendoakan dan terus-menerus mendukung

penulis dengan penuh kasih sayang dan keikhlasan yang tidak terhingga.

Ucapan terimakasih yang tak terhingga juga penulis ucapkan kepada istriku

tercinta dr. Dwi Prawitasari Radhiatni, Sp.THT-KL yang dengan penuh kesabaran

dan kasih sayang selalu memberikan motivasi, pengertian, dan doa serta dengan

ikhlas merelakan perhatian dan waktu selama penulis menjalani masa pendidikan.

Teruntuk anak-anakku tersayang Nashwa Sabirah Arifan dan Nadhifa Putri Arifan,

terima kasih tak terhingga untuk kalian yang telah menjadi sumber inspirasi dan

menjadi pemacu semangat bagi penulis. Terima kasih telah menjadi anak yang

sabar, hebat, serta pengertian, pengorbanan, dukungan, dan doa yang tak pernah

putus sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan tesis ini.

Tak lupa ucapan terimakasih penulis haturkan untuk adikku tersayang: Delli

Aridasari, Arisi Darisman dan Muhammad Wildanum Amien yang selalu

membantu dan memberikan semangat serta tak henti-hentinya mendoakan penulis.

Kepada bapak mertua, Budi Surachmad (Alm) dan ibu Srinani serta kakak dan adik

ipar, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus atas segala bantuan dan

dorongan serta doanya kepada penulis selama pendidikan ini.

Kepada rekan-rekan seangkatan penulis peserta PPDS-1 Ilmu Radiologi FK

Unpad/RSHS Bandung: dr. Intan Aryanti, dr. Nina Puspitaningrum, dr. Lingkan
x

S.M. Wullur dan dr. Eka Venansia E.S, penulis mengucapkan terima kasih yang

tulus atas ikatan persahabatan, dorongan semangat dan kebersamaan dalam suka

dan duka selama menjalani proses pendidikan. Semoga ikatan persahabatan kita

akan tetap terjaga sampai kapanpun. Terima kasih juga kepada seluruh rekan-rekan

residen peserta PPDS-1 Ilmu Radiologi FK Unpad/RSHS Bandung yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu atas bantuan, kerja sama, dan suasana yang

menyenangkan selama menjalani proses pendidikan.

Kepada segenap karyawan, staf dan radiografer di Departemen/KSM Radiologi

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, penulis mengucapkan terima kasih atas segala

bantuan dan kerjasama yang baik sehingga penulis dapat menjalani pendidikan

dengan baik. Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, perkenankanlah penulis

mengucapkan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak atas

segala kesalahan dan kekhilafan yang penulis lakukan selama masa pendidikan

hingga menyelesaikan penulisan tesis ini.

Bandung, Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

PENGESAHAN ..................................................................................................ii

PERNYATAAN..................................................................................................iv

ABSTRAK ...................................................................................................v

ABSTRACT ...................................................................................................vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................xi

DAFTAR TABEL ...............................................................................................xv

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xvi

DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1

1.1 Latar Belakang Penelitian ....................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................6

1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................6

1.4.1 Kegunaan Ilmiah ............................................................................6

1.4.2 Kegunaan Praktis ...........................................................................7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, PREMIS DAN

HIPOTESIS ...................................................................................................8

2.1 Kajian Pustaka.....................................................................................8

2.1.1 Anatomi Sendi Lutut ......................................................................8

xi
xii

2.1.2 Definisi Penipisan Kartilago Femoral ............................................11

2.1.3 Pemeriksaan Kartilago Femoral .....................................................12

2.1.4 Indeks Massa Tubuh ......................................................................15

2.1.5 Keterkaitan Indeks Massa Tubuh dan Kartilago Femoral..............17

2.2 Kerangka Pemikiran .............................................................................21

2.3 Premis...................................................................................................24

2.4 Hipotesis...............................................................................................24

BAB III METODE PENELITIAN......................................................................25

3.1 Populasi Penelitian ..................................................................................25

3.2 Subyek Penelitian ....................................................................................25

3.2.1 Pemilihan Subyek Penelitian.............................................................25

3.2.2 Kriteria Inklusi ..................................................................................26

3.2.3 Kriteria Eksklusi ...............................................................................26

3.2.4 Kriteria Drop-out ..............................................................................26

3.3 Metode Pengambilan Sampel..................................................................26

3.3.1 Pengambilan Sampel ..........................................................................26

3.3.2 Ukuran Sampel ...................................................................................27

3.4 Metode Penelitian....................................................................................28

3.4.1 Bentuk dan Rancangan Penelitian ......................................................28

3.4.2 Identifikasi Variabel Penelitian ..........................................................28

3.4.3 Definisi Operasional Variabel ............................................................28

3.4.3.1 Derajat Penipisan Kartilago Femoral ..........................................28

3.4.3.2 Indeks Massa Tubuh ....................................................................29


xiii

3.4.4 Pengolahan dan Analisis Data ...........................................................30

3.4.4.1 Pengolahan Data .........................................................................30

3.4.4.2 Analisis Data ...............................................................................31

3.5 Tatacara Penelitian ..................................................................................32

3.5.1 Teknik Pemeriksaan IMT .................................................................32

3.5.2 Teknik Pemeriksaan Ultrasonografi .................................................33

3.6 Alur Penelitian .................................................................................... 33

3.7 Implikasi Etis ........................................................................................ 34

3.8 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 35

3.8.1 Waktu Penelitian ............................................................................. 35

3.8.2 Tempat Penelitian ........................................................................... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 36

4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................36

4.1.1 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

pada Orang Dewasa di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung ........36

4.1.2 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Indeks Massa Tubuh

pada Orang Dewasa di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung .......37

4.1.3 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Derajat Penipisan

Kartilago Femoral Menggunakan USG Grey Scale pada Orang

Dewasa di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.............................39

4.1.4 Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Derajat Penipisan

Kartilago Femoral Menggunakan Ultrasonografi Grey Scale di

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung ..............................................40


xiv

4.2 Pembahasan ..........................................................................................40

4.3 Pengujian Hipotesis..............................................................................42

4.4 Keterbatasan Penelitian ........................................................................42

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 43

5.1 Simpulan ............................................................................................. 43

5.1.1 Simpulan Umum ........................................................................... 43

5.1.2 Simpulan Khusus .......................................................................... 43

5.2 Saran .................................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 45

LAMPIRAN ....................................................................................................... 48
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ringkasan Anatomi Lapisan Kartilago Sendi ...........................................11

Tabel 2.2 Klasifikasi IMT menurut Kriteria Asia Pasifik ..........................................16

Tabel 2.3 Klasifikasi IMT menurut WHO tahun 2013 ............................................16

Tabel 2.4 Klasifikasi IMT Dewasa menurut Depkes RI 2003 ...................................17

Tabel 3.1 Klasifikasi IMT Dewasa menurut Depkes RI 2003 ................................30

Tabel 4.1Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin


pada Orang Dewasa di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung ......................36
Tabel 4.2 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan IMT pada Orang Dewasa
di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung ......................................................38
Tabel 4.3 Derajat Penipisan Kartilago Femoral Menggunakan Ultrasonografi Grey
Scale Berdasarkan Lokasi pada Orang Dewasa di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung........................................................................................39
Tabel 4.4 Hubungan antara IMT dengan Derajat Penipisan Kartilago Femoral
Menggunakan Ultrasonografi Grey Scale di RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung ..................................................................................................... 40

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur skematik dari kartilago sendi yang normal ......................... 10

Gambar 2.2 Gambaran ultrasonografi suprapatela menunjukkan pengukuran


kartilago femoral bilateral. ............................................................... 13

Gambar 2.3 Penempatan transduser untuk pemeriksaan kartilago femoral ......... 14

Gambar 2.4 Perbedaan perubahan derajat penipisan kartilago femoral secara US.

............................................................................................................................... 15

Gambar 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin pada


Orang Dewasa di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung....................... 37

xvi
DAFTAR SINGKATAN

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

IL : Interleukin

IMT : Indeks Massa Tubuh

Kg : kilogram

m2 :
meter kuadrat

MHz : Megahertz

mm : millimeter

MMP : Matrix Metalloproteinase

OA : Osteoartritis

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

SPSS : Statistical Product and Service Solution

USG : Ultrasonografi

WHO : World Health Organization

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rekapitulasi Data Sampel Penelitian...................................... ….48

Lampiran 2 Hasil Analisis Statistik ............................................................... .51

Lampiran 3 Daftar Riwayat Hidup................................................................. .58

Lampiran 4 Rekomendasi Persetujuan Etik ................................................... .61

Lampiran 5 Lembar Pernyataan Persetujuan ( Informed Consent ) ............. 62

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan salah satu indikator untuk memantau

status gizi seseorang yang berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan berat

badan. World Health Organization (WHO) mendefinisikan IMT sebagai

pengukuran yang membandingkan antara berat badan dalam satuan kilogram (kg)

dengan kuadrat tinggi badan dalam meter kuadrat (m2). World Health

Organization mengklasifikasikan IMT menjadi kurang, normal, berlebih dan

obesitas. Kriteria obesitas masing-masing populasi berbeda, untuk wilayah Asia

Pasifik telah mengusulkan kriteria dan klasifikasi obesitas sendiri. Indeks massa

tubuh wilayah Asia Pasifik terbagi menjadi 3 kategori yaitu, kurang, normal dan

berlebih. Indeks massa tubuh berlebih dibagi lagi menjadi 3 kategori yaitu,

berlebih berisiko, obesitas I dan obesitas II. Indeks massa tubuh menurut

Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2003 dibagi menjadi kurus (<18

kg/m2), normal (18 – 25 kg/m2), gemuk (25 – 27 kg/m2) dan obesitas (>27

kg/m2).1-3

Sugondo pada tahun 2009 mendefinisikan obesitas sebagai suatu keadaan

akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga

dapat mengganggu kesehatan. Obesitas merupakan masalah kesehatan dunia,

dimana WHO memperkirakan bahwa lebih dari satu milyar orang mengalami

kelebihan berat badan dan 300 juta diantaranya adalah obesitas. Obesitas

1
2

merupakan faktor risiko terbesar yang akan menimbulkan berbagai macam

penyakit salah satunya adalah osteoartritis lutut (OA). Osteoartritis lutut

merupakan osteoartritis yang paling sering ditemukan pada individu dengan

kelebihan berat badan. Obesitas mempengaruhi kartilago sendi terutama kartilago

femoral sebagai kartilago yang menahan beban serta struktur lainnya seperti

tulang subkondral dan meniskus. Hilangnya kartilago sendi adalah proses awal

terjadinya OA lutut. Kartilago femoral terdiri dari matriks ekstraseluler yang

mengandung air dan proteoglikan yang diselubungi oleh kolagen. Proteoglikan

dibentuk oleh glukosaminoglikan. Proteoglikan memungkinkan kartilago femoral

untuk menahan beban berlebihan. Kartilago femoral sebagai kartilago penahan

beban utama pada sendi lutut merupakan kartilago yang pertama kali akan

mengalami penipisan dibandingkan kartilago lainnya, hal ini disebabkan oleh

permukaan kartilago femoral lebih luas dibandingkan permukaan kartilago tibia

dan paling banyak memiliki proteoglikan. Pada ambang batas beban berlebih yang

diterima oleh kartilago femoral akan menyebabkan proteoglikan mengalami

degenerasi lebih besar dibandingkan kartilago tibia.4,5

Penipisan kartilago femoral merupakan proses utama sekaligus awal terjadinya

OA lutut. Osteoartritis lutut dapat menimbulkan gejala berupa nyeri serta

keterbatasan fungsi sehingga deteksi dini derajat penipisan kartilago femoral perlu

dilakukan. Penipisan dari kartilago pertama kali terlihat pada sendi penahan

beban, seperti sendi lutut.4,7

Dampak obesitas terhadap sistem muskuloskeletal berupa perubahan pada

kartilago akibat proses mekanik dan inflamasi. Obesitas merupakan suatu faktor
3

signifikan yang mempengaruhi OA lutut. Secara mekanik, setiap peningkatan

berat badan sebanyak 0,5 kg akan meningkatkan risiko terjadinya tekanan pada

lutut sebanyak 0,9 - 1,4 kg. Tekanan pada lutut akan menyebabkan penipisan

lapisan kartilago femoral. Hal ini yang menunjukkan bahwa obesitas akan

meningkatkan kecenderungan terjadinya OA lutut. Proses inflamasi pada obesitas

diperkirakan terjadi akibat penyimpangan ekspresi adipokine yang diproduksi di

jaringan adiposa. Proses ini menyebabkan kerusakan dan remodelling kartilago

sendi. Leptin merupakan produk adipokine yang paling banyak diproduksi dan

reseptornya terdapat pada permukaan kondrosit, sinoviosit dan osteoblast

subkondral. Leptin diketahui menyebabkan peningkatan enzim degeneratif seperti

matrix metalloproteinase (MMP) dan produksi sitokin proinflamasi. Leptin juga

meningkatkan sintesis mediator proinflamasi pada kartilago dan memperkuat

potensiasi produk interleukin-1 (IL-1) yaitu nitric oxide yang berperan pada

hilangnya matriks kartilago.4,9,10,11

Survei Institut Kesehatan Nasional Amerika menyatakan bahwa sebanyak 20%

pria dan 25% wanita termasuk dalam kategori obesitas berdasarkan indeks massa

tubuh WHO. Penelitian Deryk pada tahun 2009 menunjukkan bahwa individu

yang mengalami obesitas mengalami peningkatan sebanyak 50% selama 10

sampai 15 tahun terakhir. Penelitian Deryk juga menunjukkan bahwa risiko OA

lutut pada individu yang mengalami obesitas akan menurun apabila individu

tersebut mengalami penurunan berat badan. Wanita yang mengalami penurunan

berat badan sebanyak 5 kg, maka risiko OA lutut akan menurun sebanyak 50%.

Penelitian Blazek menunjukkan bahwa penipisan kartilago femoral juga


4

ditemukan pada individu yang sehat dengan berat badan ideal. Penelitian ini juga

menemukan bahwa terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi penipisan

kartilago femoral seperti usia, aktivitas individu dan perbedaan ukuran permukaan

kartilago pada wanita. Seiring bertambahnya usia, maka volume kartilago femoral

juga berkurang. Aktivitas yang berlebihan pada lutut misal olahraga squat juga

mempengaruhi penipisan kartilago femoral, sedangkan pada wanita, kartilago

berukuran lebih kecil dan lebih tipis dibandingkan pada laki-laki. Penelitian

Brennan dkk menunjukkan bahwa pada wanita usia pertengahan sehat dengan

penambahan IMT selama 10 tahun walau tidak melewati batas lebih, bisa juga

ditemukan adanya penipisan kartilago femoral akibat pengaruh lesi sumsum

tulang. Lesi sumsum tulang akan menyebabkan degenerasi kartilago femoral.5,9, 12-
15

Ultrasonografi (USG) merupakan modalitas radiologi pilihan untuk menilai

penipisan kartilago femoral, karena aman, non-invasif, tidak memerlukan waktu

yang lama, tersedia luas dan murah. Ultrasonografi memiliki sensitivitas antara

51,9 % sampai 83,3 % dan spesifisitas antara 50 % sampai 100 %. Penelitian

Podlipdska J pada tahun 2016 menunjukkan bahwa USG mempunyai kemampuan

untuk memeriksa perubahan jaringan lunak. Perubahan awal dari kartilago sendi

juga dapat dilihat dengan menggunakan USG. Degenerasi kartilago sendi dengan

menggunakan USG juga menunjukkan gambaran yang sesuai dengan gejala nyeri

dari kartilago sendi. Menurut Saarakkala dkk, pemeriksaan USG tidak hanya

dapat memperlihatkan perubahan kartilago tetapi juga memperlihatkan

keberadaan osteofit dan tanda-tanda inflamasi. Penipisan kartilago femoral dinilai


5

di daerah kondilus medial, kondilus lateral dan interkondilus. Saarakkala dkk

membagi penipisan kartilago femoral pada pemeriksaan USG menjadi 5 derajat

dengan menilai ketebalan kartilago femoral yaitu normal, mild, moderate,

degeneratif serta severe. Pemeriksaan USG dapat memberikan informasi tentang

morfologi kartilago sendi, membran sinovial, kapsula sendi, batas sendi,

permukaan tulang dan bursa. Ultrasonografi dapat melihat struktur kartilago

femoral secara langsung. USG yang dilakukan pada kartilago femoral akan

memberikan informasi tentang kontur tajam dan variasi ekhogenisitas pada

matriks kartilago. Hal ini dapat dengan jelas diamati pada bagian lateral kondilus

femur, kondilus medial dan celah interkondilus. Batas pinggir kondrosinovial

menjadi kabur dan batas lapisan kartilago menjadi berkurang. Selanjutnya akan

terjadi penipisan kartilago.6,8,16,17

Berdasarkan latar belakang diatas, maka disusun tema sentral penelitian ini

sebagai berikut:

Indeks massa tubuh lebih dari 27 kg/m2 dikategorikan ke dalam obesitas.


Obesitas akan memberikan beban berlebih pada daerah kartilago femoral
sehingga memungkinkan terjadinya penipisan kartilago femoral. Mekanisme
penipisan kartilago femoral terjadi akibat dua proses yaitu mekanik dan
inflamasi. Proses mekanik terjadi akibat meningkatnya tekanan pada
permukaan kartilago, yang menyebabkan pergesekan terus menerus pada
permukaan kartilago femoral dan menipiskan permukaan kartilago femoral.
Proses inflamasi terjadi akibat adanya inflamasi kadar rendah yang terjadi
terus menerus pada individu dengan obesitas. Proses inflamasi ini akan
meningkatkan aktivasi mediator proinflamasi yang diproduksi oleh jaringan
adiposa yang akan menyebabkan kerusakan kartilago femoral. Pemeriksaan
6

ultrasonografi merupakan modalitas radiologi yang dapat menilai penipisan


kartilago femoral dengan sensitifitas dan spesifisitas yang cukup tinggi.

Sehubungan dengan uraian di atas dan belum adanya penelitian tentang

hubungan antara IMT dengan derajat penipisan kartilago femoral menggunakan

USG grey scale di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, maka penulis tertarik

menelitinya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dibuat

rumusan masalah sebagai berikut:

Apakah terdapat hubungan antara IMT dengan derajat penipisan kartilago femoral

menggunakan USG grey scale di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

Mengetahui hubungan antara IMT dengan derajat penipisan kartilago femoral

menggunakan USG grey scale di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Ilmiah

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan data dan informasi bahwa

terdapat hubungan antara IMT dengan derajat penipisan kartilago femoral

menggunakan USG grey scale di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.


7

1.4.2 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi klinisi dan masyarakat

bahwa obesitas merupakan faktor resiko terjadinya penipisan kartilago femoral.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, PREMIS DAN

HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Anatomi Sendi Lutut

Sendi lutut merupakan sendi yang menghubungkan antara tungkai atas dan

tungkai bawah. Sendi ini terdiri dari dua bagian, yaitu antara femur dan tibia

(tibiofemoral) dan antara femur dan patella (patellofemoral). Sendi ini merupakan

sendi terbesar pada tubuh. Sendi ini merupakan modifikasi dari sendi engsel, yang

memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi serta gerakan rotasi internal dan

eksternal.18

Sendi lutut terdiri dari tiga buah sendi, yaitu antara setiap kondilus femur dan

setiap kondilus tibia, dan antara patella dan femur serta tiga buah tulang yang

menghubungkan sendi lutut yaitu femur, tibia dan patella. Tulang tersebut

diselubungi oleh kartilago yang tebal dan disokong oleh beberapa ligamen yang

terdapat di dalam dan di luar kapsul sendi. Sendi lutut juga disokong oleh otot

pada anterior, medial dan posterior. Sendi lateral disokong oleh jaringan ikat.

Pada bagian dalam sendi, terdapat dua fibrokartilago yang berbentuk bulat sabit

yang berfungsi melindungi dari benturan dan memperbaiki pergerakan sendi.

Terdapat juga bursa dan bantalan lemak yang meliputi seluruh sendi lutut.19

Kartilago merupakan jaringan elastis tipis yang melindungi tulang dan

membuat sendi memiliki kemampuan untuk bergeser antara satu dengan yang

8
9

lain. Kartilago memungkinkan pergerakan lutut menjadi lebih fleksibel. Terdapat

dua tipe sendi kartilago pada lutut, yaitu sendi fibrosis (meniscus) dan sendi

hialin. Kartilago fibrosis memiliki kekuatan untuk menarik dan dapat menahan

tekanan. Kartilago hialin menutupi permukaan sepanjang sendi yang bergerak.

Kartilago memiliki kapasitas terbatas dalam memperbaiki diri. Jaringan hialin

yang telah membaik dari cedera, sebagian besar akan terbentuk jaringan fibrosis

pada jaringan tersebut, sehingga nantinya akan membatasi pergerakan kartilago.18

Kartilago sendi tidak memiliki pembuluh darah, saraf atau sistem limfatik.

Kartilago terdiri dari matriks ekstraseluler dengan banyak sel yang menyebar yang

disebut dengan kondrosit. Matriks ekstraseluler ini terdiri dari air, kolagen dan

proteoglikan. Protein non kolagen dan glikoprotein ditemukan dalam jumlah

relatif sedikit. Komponen ini yang akan menjaga kadar air pada matriks

ekstraseluler. Kondrosit tersebar di beberapa zona pada kartilago, antara lain zona

superfisial, zona tengah (middle zone), zona dalam (deep zone) dan zona

kalsifikasi.20

Zona superfisial terdiri dari sebagian besar sel kondrosit berbentuk datar dan

perlekatan sel pada lapisan ini sangat penting untuk melindungi lapisan yang

berada dibawahnya. Zona ini berhubungan dengan cairan sinovial dan berfungsi

dalam elastisitas kartilago, sehingga memungkinkan gerakan meregang, menarik

dan penekanan. Zona tengah merupakan zona yang memenuhi 40% sampai

dengan 60% dari total volume kartilago dan mengandung proteoglikan dan

kolagen fibril yang tebal. Pada lapisan ini kolagen tersusun oblik dan kondrosit

berbentuk bulat dengan densitas rendah. Secara fungsi, zona tengah merupakan
10

daerah pertama dalam menahan tekanan. Zona dalam merupakan zona yang paling

kuat dalam menahan tekanan karena lapisan kolagen tersusun perpendicular

sampai ke permukaan sendi. Zona dalam memiliki kolagen dengan diameter

terbesar, tingkat proteoglikan yang paling besar dan kadar air yang paling rendah.

Zona dalam membentuk volume kartilago sebanyak 30%. Tidemark memisahkan

antara zona dalam dan zona kalsifikasi. Zona kalsifikasi memegang fungsi dalam

menjaga integrasi kartilago terhadap tulang dengan cara menjembatani fibril

kolagen pada zona dalam ke tulang subkondral. Pada zona ini populasi sel jarang

dan kondrosit hipertrofi.20

Gambar 2.1 Struktur skematik dari kartilago sendi yang normal. Kiri, komposisi
selular dari zona kartilago. Kanan komposisi berdasarkan gambaran
patologi anatomi
Dikutip dari: Moore21
11

Tabel 2.1 Ringkasan Anatomi Lapisan Kartilago Sendi

ZONA KARTILAGO SENDI


Zona superfisial  Kolagen tipe II yang paralel terhadap sendi
 Kondrosit berbentuk datar, serat kolagen padat
dan proteoglikan jarang
 Memiliki konsentrasi kolagen tertinggi dan
konsentrasi proteoglikan terendah
 Satu-satunya zona yang memiliki sel progenitor
Zona tengah  Kolagen tipe II dengan susunan oblik atau
random
 Lapisan paling tebal dengan kondrosit
berbentuk bundar dan proteoglikan yang sangat
banyak
Zona dalam  Kolagen tipe II yang bersilangan dengan sendi
dan melintasi tidemark dengan konsentrasi
proteoglikan tertinggi
 Kondrosit berbentuk bulat yang tersusun dalam
kolom
Tidemark  Tidemark memisahkan kartilago yang tidak
berkalsifikasi dengan lapisan dalam
(berkalsifikasi)
 Terutama ditemukan pada dewasa dan sendi
yang tidak tumbuh
Dikutip dari: Moore21

2.1.2 Definisi Penipisan Kartilago Femoral

Penipisan kartilago femoral didefinisikan sebagai perubahan baik akibat

biomekanik maupun biokimia yang mengurangi fungsi kartilago. Permukaan

kartilago terletak pada bagian akhir femur, bagian atas tibia dan bagian bawah

patella. Kartilago femoral berfungsi sebagai penahan beban tubuh, bantalan

penahan benturan dan lubrikasi sendi lutut. Apabila terdapat penipisan permukaan

kartilago femoral, fungsi sendi akan mengalami degenerasi seiring waktu. Hal ini

pada akhirnya akan menyebabkan timbulnya osteoartritis lutut. Osteoartritis lutut

dapat menyebabkan kekakuan, pengurangan fungsi, deformitas fisik, dan rasa

nyeri sehingga akan mengurangi kemampuan bergerak.22


12

2.1.3 Pemeriksaan Kartilago Femoral

Pemeriksaan USG merupakan salah satu modalitas radiologi yang aman, non-

invasif, tidak memerlukan waktu yang lama, tersedia luas dan murah dalam

menentukan derajat penipisan kartilago femoral dengan sensitivitas antara 51,9 %

sampai 83,3 % dan spesifisitas antara 50 % sampai 100 %.23-25

Pemeriksaan USG dapat menilai morfologi kartilago femoral. Penelitian

Pineda pada tahun 2011 menunjukkan bahwa USG dapat mendeteksi kelainan

awal serta kelainan yang minimal pada kartilago femoral. Ultrasonografi pada

pemeriksaan sendi lutut dapat memberikan informasi yang sangat berguna,

diantaranya menilai kartilago sendi, menilai cairan sinovial sendi, kapsul sendi,

tepi sendi, permukaan tulang dan bursa. Pemeriksaan USG sendi lutut dapat

menilai derajat penipisan kartilago femoral dilakukan dengan menggunakan

transduser linier. Pemeriksaan dilakukan pada lutut aspek anterior di daerah

suprapatela dalam keadaan fleksi yang optimal. Ketebalan kartilago femoral

adalah bayangan anekoik batas tegas yang mengikuti lengkung distal femur yang

terlihat dalam pemeriksaan USG.17,24


13

Gambar 2.2 Gambaran ultrasonografi suprapatela menunjukkan pengukuran


kartilago femoral bilateral. Area Interkondilus; Kondilus Femoral
Lateral; Kondilus Femoral Medial
Dikutip dari : Unal26

Pada keadaan normal kartilago femoral tampak sebagai gambaran anekoik

berbentuk pita dengan batas yang tegas. Gambaran ini terlihat karena tingginya

kadar air pada kartilago, yaitu sekitar 85%. Ketebalan kartilago femoral normal

sekitar 2 - 3 mm.25,27-29
14

Gambar 2.3 Penempatan transduser untuk pemeriksaan kartilago femoral.


Dikutip dari : Naredo30

Saarakkala dkk membagi derajat penipisan kartilago femoral pada

pemeriksaan USG menjadi lima. Kartilago femoral dinilai normal jika masih

memberikan gambaran garis anekoik dengan batas hiperekoik yang tegas di

bagian anterior dan posteriornya (derajat 0). Derajat 1 ringan (mild), yaitu jika

mulai tidak jelas batas kartilago dan atau peningkatan ekogenitas dari kartilago.

Derajat 2A sedang (moderate) perubahan yang terjadi pada derajat 1 ditambah

dengan penipisan lokal kartilago kurang dari 50%. Derajat 2B terjadi penipisan

kartilago lebih dari 50% tetapi kurang dari 100%. Derajat 3 berat (severe) terjadi

jika jaringan kartilago telah 100% menghilang.17,31


15

Gambar 2.4 Perbedaan perubahan derajat penipisan kartilago femoral secara USG,
0, 1, 2A, 2B dan 3.
Dikutip dari : Saarakkala16

2.1.4 Indeks Massa Tubuh

Pengukuran untuk menentukan status gizi dilakukan dengan menggunakan

berbagai macam metode, salah satunya pengukuran antropometri. Pengukuran

antropometri untuk mengukur tingkat gizi seseorang dilakukan dengan cara

membandingkan antara berat badan dengan umur, tinggi badan, lingkar

pinggang atau lingkar panggul.32

Pengukuran antropometri yang banyak digunakan untuk mengukur tingkat

obesitas adalah indeks massa tubuh (IMT), yang didapat dengan cara membagi

berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (m2). Nilai indeks massa tubuh

yang didapat tidak tergantung pada umur dan jenis kelamin. Keterbatasan
16

indeks massa tubuh adalah tidak dapat digunakan bagi anak-anak dalam masa

pertumbuhan, wanita hamil dan olahragawan.32

Indeks massa tubuh dapat berbeda - beda pada masing - masing negara dan

budaya, misalnya orang Singapura dengan IMT 27 – 28 kg/m2 mempunyai lemak

tubuh yang sama dengan orang-orang kulit putih dengan IMT 30 kg/m2. Kriteria

indeks massa tubuh khususnya bagi kawasan Asia Pasifik cukup berbeda dengan

standar yang ditetapkan World Health Organization (WHO). Kriteria ini

ditetapkan berdasarkan meta-analisis beberapa kelompok etnik yang berbeda,

dengan konsentrasi lemak tubuh, usia, dan jenis kelamin yang sama.3

Perbedaan ini menyebabkan WHO menetapkan suatu pengukuran IMT. Pada

tabel 2.1 dan tabel 2.2 dapat dilihat klasifikasi berat badan berdasarkan IMT pada

Asia Pasifik, orang Eropa menurut WHO pada tahun 2013, serta Indonesia

menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). 2,3,32

Tabel 2.2 Klasifikasi IMT menurut Kriteria Asia Pasifik


Klasifikasi IMT (kg/m2)
Berat badan kurang < 18,5
Normal 18,5 – 23
Berat Badan Berlebih 23 - 24,9
Berisiko ≥ 23
Obesitas I 25 – 29,9
Obesitas II ≥ 30
Dikutip dari: Redefining WHO3

Tabel 2.3 Klasifikasi IMT menurut WHO tahun 2013


Klasifikasi IMT (kg/m2)
Berat Badan Rendah < 18,5
Normal 18,5 – 24,99
Berat Badan Lebih 25,0 - 30,0
Obesitas ≥30
Dikutip dari : WHO1-3
17

Tabel 2.4 Klasifikasi IMT Dewasa menurut Depkes RI 2003


Klasifikasi IMT (kg/m2)
Kurus <18
Normal 18-25
Gemuk 25– 27
Obesitas >27
Dikutip dari : Depkes RI 2

2.1.5 Keterkaitan Indeks Massa tubuh dan Penipisan Kartilago Femoral

Homeostasis sendi adalah keseimbangan antara sel dan fungsional sendi.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mengganggu homeostasis sendi. Penyebab

yang paling banyak adalah trauma. Trauma diakibatkan oleh adanya satu kejadian

trauma atau mikrotraumatik multipel dalam jangka waktu lama. Faktor risiko yang

lain adalah deformitas genetik, asupan makanan, penggunaan estrogen dan

densitas mineral tulang. Penyebab lain yang diperkirakan akan mempengaruhi

sendi secara langsung antara lain kelemahan otot, hiperlaksitas sendi dan obesitas.

Semua penyebab diatas akan memicu timbulnya osteoartritis lutut (OA).9

Dampak obesitas terhadap sistem muskuloskeletal berupa perubahan pada

kartilago femoral akibat proses mekanik dan inflamasi. Obesitas merupakan suatu

faktor signifikan yang mempengaruhi OA lutut. Osteoartritis lutut merupakan

osteoartritis yang paling sering ditemukan pada individu dengan kelebihan berat

badan.4,9,33-34

Survei Institut Kesehatan Nasional Amerika, sebanyak 20% pria dan 25%

wanita termasuk dalam kategori obesitas berdasarkan indeks massa tubuh WHO.

Penelitian Deryk pada tahun 2009 menunjukkan bahwa individu yang mengalami

obesitas mengalami peningkatan sebanyak 50% selama 10 sampai 15 tahun

terakhir. Penelitian Deryk juga menunjukkan bahwa risiko OA lutut pada individu
18

yang mengalami obesitas akan menurun apabila individu tersebut mengalami

penurunan berat badan. Wanita yang mengalami penurunan berat badan sebanyak

5 kg, maka risiko OA lutut akan menurun sebanyak 50%.9

Kerusakan struktur sendi akibat kelebihan beban merupakan hasil dari berbagai

macam faktor. Hal ini dapat terjadi akibat faktor mekanik. Faktor mekanik ini

meliputi antara lain peningkatan tekanan sekitar sendi, penurunan kekuatan otot

dan perubahan biomekanik selama kegiatan sehari - hari.33

Penelitian tentang inkompatibilitas permukaan kartilago menunjukkan bahwa

penipisan kartilago sendi sebesar 3 mm akan meningkatkan kontak stres lokal.

Secara biomekanik, setiap peningkatan berat badan sebanyak 0,5 kg akan

meningkatkan risiko terjadinya tekanan pada lutut sebanyak 0,9 - 1,4 kg sehingga

menipiskan lapisan kartilago femoral. Tekanan yang terjadi terus menerus yang

menunjukkan bahwa obesitas akan meningkatkan kecenderungan terjadinya OA

lutut. Mekanisme ini bisa saja tidak terjadi secara bersamaan pada kedua lutut, hal

ini dikarenakan penipisan yang lebih sedikit pada sendi kontralateral. Pada

individu dengan obesitas, terdapat mikrotrauma level rendah pada struktur

kartilago femoral pada sendi penahan beban, dimana proses ini tidak

menunjukkan gejala klinis pada individu tersebut.9

Penelitian Corgon dkk menunjukkan bahwa individu dengan IMT ≥30 kg/m2

memiliki risiko 6,8 kali mengalami penipisan kartilago femoral. Messier pada

tahun 2005 mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

pengurangan berat badan dan pengurangan kompresi sendi lutut. Hal ini

mengindikasikan bahwa pengurangan beban lutut akan lebih besar daripada


19

pengurangan berat badan sesungguhnya. Rasio pengurangan berat badan terhadap

pengurangan beban sendi lutut adalah 1:4, yang berarti dalam setiap 1 pon

pengurangan berat badan, maka terdapat pengurangan 4 pon beban pada lutut per

langkah. Total pengurangan beban lutut dalam 1 pon pengurangan berat badan

adalah 4800 pon per 1 mil berjalan. Pada individu yang mengalami penurunan

berat badan sebanyak 10 pon, setiap lutut akan kehilangan beban sebanyak 48000

pon per 1 mil berjalan.4

Obesitas juga dapat menyebabkan penipisan kartilago femoral melalui

mekanisme inflamasi. Pada obesitas, terjadi inflamasi kadar rendah yang terus

menerus. Jalur metabolisme yang menghubungkan antara obesitas dan kerusakan

struktur sendi sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Kemungkinan

kerusakan ini terjadi akibat penyimpangan ekspresi adipokine yang diproduksi

oleh jaringan adiposa. Proses ini menyebabkan kerusakan dan remodelling

jaringan sendi. Adipokine akan mempengaruhi jaringan sendi, kartilago, sinovial

dan tulang. Leptin merupakan produk adipokine yang paling banyak diproduksi

dan reseptornya terdapat pada permukaan kondrosit, sinoviosit dan osteoblast

subkondral. Leptin diketahui menyebabkan peningkatan enzim degeneratif seperti

matrix metalloproteinase (MMP) dan produksi sitokin proinflamasi.33

Kadar adipokine pada individu dengan obesitas akan berperan pada proses

degeneratif. Obesitas akan menciptakan lingkungan biokimia dimana kondrosit

akan memberikan respon yang berbeda terhadap lingkungan tersebut. Sebagai

contoh, kondrosit dari individu dengan obesitas memperlihatkan respon yang

berbeda terhadap leptin dibandingkan individu normal atau individu dengan


20

kelebihan berat badan. Kadar leptin akan meningkat secara signifikan pada

individu obesitas dibandingkan dengan individu normal. Penelitian baru-baru ini

menunjukkan pada individu dengan penurunan berat badan yang signifikan, akan

menunjukkan penurunan kadar leptin.33

Leptin merupakan faktor yang menstimulasi perubahan fungsi kondrosit.

Adipokine akan menstimulasi ekspresi faktor pertumbuhan dan sintesis pada

matriks ekstraseluler. Disamping efek stimulasi pada produksi kartilago, leptin

juga akan mengubah fungsi degenerasi kondrosit melalui MMP-9 dan MMP-13

serta interleukin (IL). Leptin juga menunjukkan peningkatan sintesis mediator

proinflamasi pada kartilago dan memperkuat potensiasi produk IL-1 yaitu nitric

oxide yang berperan pada hilangnya matriks kartilago. Pada individu dengan

obesitas, kadar leptin pada cairan sinovial akan meningkat yang menunjukkan

terjadinya hiperleptinemia yang akan berakhir dengan resistensi leptin. Resistensi

leptin ini yang akan memicu kerusakan jaringan kartilago pada individu dengan

berat badan berlebih.11

Penelitian Blazek menunjukkan bahwa penipisan kartilago femoral juga

ditemukan pada individu yang sehat dengan berat badan ideal. Penelitian ini juga

menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi penipisan

kartilago femoral seperti usia, aktivitas individu, dan perbedaan ukuran

permukaan kartilago pada wanita. Usia berhubungan dengan berkurangnya

volume dan ketebalan kartilago femoral. Pertambahan usia mempengaruhi volume

dan ketebalan kartilago femoral. Seiring pertambahan usia, maka volume dan

ketebalan kartilago femoral semakin berkurang. Individu dengan aktivitas tertentu


21

juga dapat mempengaruhi penipisan kartilago femoral. Menurut Heidari sebanyak

40% pria dan 68% wanita usia 25 tahun yang melakukan squat selama 1 jam per

hari dilaporkan mengalami penipisan kartilago femoral. Squat yang lebih lama

dari itu meningkatkan risiko terjadinya OA lutut sebanyak 2x lipat. Wanita

memiliki kecenderungan untuk terjadi penipisan kartilago femoral lebih cepat

dibandingkan pria, hal ini disebabkan permukaan subkondral pria lebih lebar,

dengan kartilago femoral yang lebih tebal dan volume kartilago femoral yang

lebih besar dibandingkan wanita.5,12,13,14

Penelitian Brennan menunjukkan bahwa pada wanita usia pertengahan sehat

dengan pertambahan IMT dalam jangka waktu selama 10 tahun ditemukan adanya

penipisan struktur kartilago femoral walaupun dengan IMT tidak berlebih. Pada

penelitian ini mendapatkan bahwa pertambahan IMT berhubungan dengan

peningkatan lesi sumsum tulang. Lesi sumsum tulang berhubungan pendangkalan

celah sendi dan hilangnya volume kartilago femoral. Pada individu asimtomatik,

lesi sumsum tulang berhubungan dengan penipisan kartilago femoral pada lutut

dan akhirnya meningkatkan defek pada kartilago serta hilangnya volume kartilago

femoral.15

2.2 Kerangka Pemikiran

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan salah satu indikator penghitungan

antropometri untuk memantau status gizi yang berkaitan dengan kelebihan dan

kekurangan berat badan. Indeks massa tubuh berlebih akan memberikan beban

pada sendi tubuh yang berlebih terutama sendi lutut. Beban berlebih pada sendi
22

lutut akan meningkatkan risiko penipisan kartilago femoral. Penipisan kartilago

femoral merupakan proses awal terjadinya OA lutut. Penipisan kartilago femoral

dapat diukur dengan menggunakan ultrasonografi.9,33-34

Mekanisme penipisan kartilago femoral terbagi menjadi dua yaitu akibat

mekanik dan inflamasi. Secara biomekanik, setiap peningkatan berat badan

sebanyak 0,5 kg akan meningkatkan risiko terjadinya tekanan pada lutut sebanyak

0,9 - 1,4 kg. Tekanan pada lutut akan menyebabkan penipisan lapisan kartilago

femoral. Hal ini yang menunjukkan bahwa obesitas akan meningkatkan

kecenderungan terjadinya OA lutut. Obesitas juga akan memicu serangkaian

mekanisme inflamasi melalui penyimpangan ekspresi adipokine baik secara

langsung maupun efek lanjutan yang menyebabkan kerusakan dan remodelling

kartilago sendi. Leptin merupakan produk adipokine yang paling banyak

diproduksi dan reseptornya terdapat pada permukaan kondrosit, sinoviosit dan

osteoblast subkondral. Leptin diketahui menyebabkan peningkatan enzim

degeneratif seperti matrix metalloproteinase (MMP) dan produksi sitokin

proinflamasi. Leptin juga meningkatkan sintesis mediator proinflamasi pada

kartilago sendi dan memperkuat potensiasi produk interleukin-1 (IL-1) yaitu nitric

oxide yang berperan pada hilangnya matriks kartilago. 4,9,33-34

Penelitian Deryk pada tahun 2009 menunjukkan bahwa individu yang

mengalami obesitas mengalami peningkatan sebanyak 50% selama 10 sampai 15

tahun terakhir. Penelitian Deryk juga menunjukkan bahwa risiko OA lutut pada

individu yang mengalami obesitas akan menurun apabila individu tersebut

mengalami penurunan berat badan. Wanita yang mengalami penurunan berat


23

badan sebanyak 5 kg, maka risiko OA lutut akan menurun sebanyak 50%.9

Penelitian Corgon menunjukkan bahwa individu dengan IMT ≥30 kg/m2 memiliki

risiko 6,8 kali mengalami penipisan kartilago femoral. Messier pada tahun 2005

mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengurangan berat

badan dan pengurangan kompresi sendi lutut. Penelitian Blazek menunjukkan

bahwa penipisan kartilago femoral juga ditemukan pada individu yang sehat

dengan berat badan ideal. Pada penelitian ini juga ditemukan beberapa faktor lain

yang mempengaruhi penipisan kartilago femoral, seperti usia, aktivitas individu

dan perbedaan ukuran permukaan kartilago.5,9,10

Penipisan dari kartilago sendi pertama kali terlihat pada sendi penahan beban,

seperti sendi lutut. USG merupakan modalitas radiologi pilihan untuk menilai

derajat penipisan kartilago femoral karena aman, non-invasif, murah, tidak

memerlukan waktu yang lama dan tersedia luas dengan sensitivitas antara 51,9 %

sampai 83,3 % dan spesifisitas antara 50 % sampai 100 %. Pemeriksaan USG

sendi dapat memberikan informasi tentang morfologi kartilago sendi, membran

sinovial, kapsula sendi, batas sendi, permukaan tulang dan bursa. USG dapat

melihat struktur kartilago femoral secara langsung. Penipisan kartilago femoral

dinilai di daerah kondilus medial, kondilus lateral serta interkondilus. Saarakkala

dkk membagi derajat penipisan kartilago femoral pada pemeriksaan USG menjadi

5, yaitu normal, mild, moderate, degeneratif serta severe.16,24


24

2.3 Premis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang berhasil dikumpulkan dari berbagai

kepustakaan, dirumuskan premis-premis sebagai berikut:

Premis 1 :

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan salah satu indikator penghitungan

antropometri untuk memantau status gizi yang berkaitan dengan obesitas.2,9

Premis 2 :

Obesitas berisiko menyebabkan penipisan kartilago femoral melalui dua

mekanisme yaitu mekanik dan inflamasi.9,11,12,19,28

Premis 3 :

USG mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang cukup tinggi untuk menilai

derajat penipisan kartilago femoral.8,16

2.4 Hipotesis

Berdasarkan premis-premis tersebut dapat disusun hipotesis yang dapat

digunakan sebagai landasan teoritis untuk menjawab rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

Terdapat hubungan antara IMT dengan derajat penipisan kartilago femoral

menggunakan ultrasonografi grey scale di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah orang dewasa berusia ≥ 18 - 45 tahun di

Departemen Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada periode bulan Juli

sampai dengan September 2018.

3.2 Subyek Penelitian

3.2.1 Pemilihan Subyek Penelitian

1) Subyek penelitian ini adalah orang dewasa berusia ≥ 18 - 45 tahun di

Departemen Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung untuk dilakukan

pemeriksaan ultrasonografi sendi lutut untuk melihat derajat penipisan

kartilago femoral. Pemeriksaan ultrasonografi sendi lutut untuk melihat derajat

penipisan kartilago femoral dilakukan dengan alat bantu USG frekuensi 9

MHz pada mesin Ultrasonografi General Electric P5.

2) Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Juli sampai dengan Agustus 2018.

Subyek yang memenuhi kriteria inklusi dikumpulkan hingga besar sampel

minimal terpenuhi.

25
26

3.2.2 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi untuk subyek penelitian ini adalah:

1. Individu dengan IMT dikategorikan ke dalam kurang atau sama dengan normal

(≤ 25 kg/m2) dan di atas normal ˃ 25 kg/m2.

2. Dewasa berusia ≥ 18 – 45 tahun.

3. Subyek yang bersedia mengikuti penelitian dengan mengisi lembar informed

consent.

3.2.3 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi untuk subyek penelitan ini adalah:

Orang yang memiliki keluhan nyeri lutut dan kelainan lutut (misal: trauma,

post operasi, kelainan bawaan dan neoplasma)

3.2.4 Kriteria Drop-out

Kriteria drop-out adalah:

Menolak berpartisipasi lebih lanjut.

3.3 Metode Pengambilan Sampel

3.3.1 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling yang memenuhi

kriteria inklusi dikumpulkan hingga besar sampel minimal terpenuhi.


27

3.3.2. Ukuran Sampel

Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus untuk uji hipotesis dengan

menggunakan koefisien korelasi r, diperlukan sampel minimal 66 orang dengan

perhitungan sebagai berikut.

2
 
 Z Z 
1
n *    3
1 f   (1  r )  
 0,5 ln  (1  r )  
  

2
 
 
1 1,65  0,84 
n * 3
1  0,1   (1  0,32)  
 0,5 ln  
  (1  0,32)  

n  65,9  66
n  1,11 * 59,4

Keterangan :

N : Jumlah sampel

Z 1-α : Tingkat kepercayaan 95 % = 1,65 (One Tail)

Z 1-β : Kekuatan Uji 80 % = 0,84

R : Korelasi IMT dan penipisan Kartilago femoral (0,32)

F : Faktor untuk non respons atau dropout (Respons Rate) =10%


28

3.4 Metode Penelitian

3.4.1 Bentuk dan Rancangan Penelitian

Metode penelitian adalah observasional analitik, dengan desain cross sectional

study untuk melihat hubungan antara IMT dengan derajat penipisan kartilago

femoral menggunakan Ultrasonografi Grey Scale di RSUP dr. Hasan Sadikin

Bandung pada waktu bersamaan.

3.4.2 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan pada penelitian ini ada dua, yaitu variabel

independen dan dependen.

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel

dependen. Dalam penelitian ini adalah indeks massa tubuh.

Variabel dependen merupakan variabel yang keberadaannya dipengaruhi

variabel lainnya. Dalam penelitian ini variabel dependen adalah derajat penipisan

kartilago femoral menggunakan Ultrasonografi Grey Scale.

3.4.3 Definisi Operasional Variabel

3.4.3.1 Derajat Penipisan Kartilago Femoral

Definisi : derajat penipisan kartilago femoral pada pemeriksaan USG dibagi

menjadi 5. Kartilago femoral dinilai normal jika masih memberikan gambaran

garis anekoik dengan batas hiperekoik yang tegas di bagian anterior dan

posteriornya (derajat 0). Derajat 1 perubahan degeneratif ringan (mild) jika mulai
29

tidak jelas batas kartilago dan atau peningkatan ekogenitas dari kartilago. Derajat

2A perubahan degeneratif sedang (moderate) perubahan yang terjadi pada derajat

1 ditambah dengan penipisan lokal kartilago kurang dari 50%. Derajat 2B

perubahan degeneratif, yaitu terjadi penipisan kartilago lebih dari 50% tetapi

kurang dari 100%. Derajat 3 perubahan degeneratif berat (severe) terjadi jika

jaringan kartilago telah 100% menghilang.14

Pemeriksaan ultrasonografi sendi lutut untuk melihat derajat penipisan

kartilago femoral dilakukan dengan alat bantu USG frekuensi tinggi, 9 MHz

transduser linier. Dilakukan pada lutut pasien aspek anterior dan dalam keadaan

fleksi yang optimal.12

Hasil ukur : Derajat 0

Derajat 1

Derajat 2A

Derajat 2B

Derajat 3

Skala ukur : Ordinal

3.4.3.2 Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan hasil penghitungan berat badan dibagi

dengan kuadrat dari tinggi badan dalam kilogram dan meter kuadrat. Indeks massa

tubuh merupakan salah satu indikator status gizi.2

Suatu kondisi seseorang dengan nilai indeks massa tubuh. Rumus menghitung

IMT yaitu :
30

Berat badan (kg)

IMT = __________

[Tinggi badan (m)]2

Berdasarkan Depkes RI (2003), dibagi menjadi:2

Tabel 3.1 Klasifikasi IMT Dewasa menurut Depkes RI 2003

IMT (kg/m2) Klasifikasi


<18 Kurus
18-25 Normal
25-27 Gemuk
>27 Obesitas
Dikutip dari : Depkes RI 2

Pada penelitian ini klasifikasi IMT dewasa disederhanakan menjadi :

IMT (kg/m2) Klasifikasi


≤ 25 Kurang atau sama
dengan Normal
˃ 25 Di atas normal

Skala Ukur : Ordinal

3.4.4 Pengolahan dan Analisis Data

3.4.4.1 Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi untuk

mengubah data menjadi informasi. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan

data dimulai dari:

1. Editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperlukan.

2. Coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data

angka atau bilangan.


31

3. Data entry yaitu memasukkan data hasil pemeriksaan dan pengukuran

subyek penelitian ke dalam program komputer.

4. Cleaning, yaitu apabila semua data dari responden telah selesai

dimasukkan, maka perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan

sebagainya, kemudian dilakukan koreksi.

3.4.4.2 Analisis Data

Analisis univariabel bertujuan untuk menggambarkan karakteristik subyek

penelitian yang meliputi usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT) dan

derajat penipisan kartilago femoral menggunakan ultrasonografi grey scale di

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dan data tersebut disajikan dalam rerata,

standar deviasi, median, minimum dan maksimum untuk data numerik dan dalam

jumlah dan persen untuk data kategorik.

Analisis bivariabel dilakukan untuk menguji hubungan antara IMT dengan

derajat penipisan kartilago femoral menggunakan ultrasonografi grey scale di

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung menggunakan Chi Square Test karena kedua

variabel yang dihubungkan dengan jenis data kategorik.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Statistical Product and

Service Solution (SPSS) for windows versi 18.0 pada derajat kepercayaan 95%

dengan nilai p ≤ 0,05.


32

3.5 Tatacara Penelitian

Subyek penelitian mulai bulan Juli - Agustus 2018 dilakukan :

1. Subyek penelitian dinilai berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

2. Subyek penelitian diberikan informed consent mengenai prosedur penelitian.

3. Subyek penelitian dikumpulkan secara consecutive sampling sampai besar

sampel minimal terpenuhi.

4. Subyek penelitian di ukur tinggi dan berat badan lalu di hitung Indeks massa

tubuh.

5. Pemeriksaan ultrasonografi sendi lutut untuk melihat derajat penipisan

kartilago femoral dilakukan dengan alat bantu USG.

6. Data dicatat dan dikumpulkan untuk analisis.

3.5.1 Teknik Pemeriksaan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Prosedur pemeriksaan IMT adalah sebagai berikut:

- Subyek penelitian dipanggil ke kamar pemeriksaan.

- Subyek penelitian diminta berdiri di tempat pengukuran tinggi tanpa memakai

alas kaki.

- Subyek penelitian kemudian diminta melakukan pemeriksaan tinggi badan.

- Subyek penelitian berdiri di atas timbangan untuk melakukan pengukuran

berat badan.

- Kemudian hasilnya di catat dan dilakukan penghitungan IMT.


33

3.5.2 Teknik Pemeriksaan Derajat Penipisan Kartilago Femoral

Ultrasonografi

Prosedur pemeriksaan derajat penipisan kartilago femoral dengan

menggunakan USG adalah sebagai berikut:

- Subyek berbaring dengan lutut difleksikan optimal, probe USG diletakkan

tegak lurus dengan lutut pada daerah suprapatela.

- Kemudian dilakukan penilaian pada kartilago femoral dengan alat bantu USG

frekuensi tinggi, 9 MHz transduser linier.

3.6 Alur Penelitian

Orang dewasa Kriteria


eksklusi

Kriteria inklusi Kriteria drop-out

Informed consent

Pengukuran Indeks Massa Tubuh dan Pemeriksaan kartilago femoral


menggunakan USG grey scale

Analisis data
34

3.7 Implikasi Etis

Berdasarkan tata cara pelaksanaan penelitian, sebelum dilakukan pengumpulan

data terhadap subyek penelitian, peneliti mengajukan ethical clearance terlebih

dahulu kepada Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas

Padjadjaran dan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Masalah etik yang terkait dengan penelitian ini adalah tersebarnya kerahasian

informasi mengenai data subyek penelitian di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Kegiatan berikut akan dilaksanakan demi menjaga etik dan kerahasiaan informasi

mengenai subyek penelitian :

1. Penelitian ini memerlukan informed consent dan persetujuan tertulis dari

subyek penelitian setelah diberikan penjelasan dari peneliti untuk

diikutsertakan sebagai subyek penelitian. Ditinjau dari segi etis, dalam

penelitian ini dapat timbul beberapa masalah etika penelitian yang bermakna

yaitu rasa tidak nyaman karena subyek penelitian harus dilakukan

pemeriksaan ultrasonografi sendi lutut. Subyek penelitian dapat merasa tidak

nyaman pada saat pemeriksaan ultrasonografi sendi lutut karena harus berada

dalam posisi fleksi optimal. Kendala ini dapat diatasi dengan cara melakukan

pemberian informasi yang jelas sebelum dilakukan prosedur ultrasonografi.

2. Adanya kerahasiaan subyek penelitian yang berkaitan dengan nama subyek

penelitian akan menggunakan kode untuk menjamin kerahasiaan. Nama

subyek akan dibuka hanya jika untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan

subyek penelitian, dengan ijin dari yang berwenang.


35

Peneliti akan mempertanggungjawabkan mekanisme penelitian ini kepada

Komite Etik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung melalui sidang ethical clearance.

Peneliti akan menanggung biaya pemeriksaan yang berhubungan dengan

penelitian ini. Seluruh subyek penelitian diberikan kebebasan untuk menolak dan

keluar dari penelitian apabila yang bersangkutan menghendaki.

3.8 Waktu dan Tempat Penelitian

3.8.1 Waktu Penelitian

Pengumpulan data dilakukan mulai dari bulan Juli - Agustus 2018. Analisis
data dilakukan pada bulan September 2018.

3.8.2 Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan di Departemen Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin

Bandung.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung mulai dari bulan

Juli – Agustus 2018. Analisis data dilakukan pada bulan September 2018 dengan

subyek penelitian sebanyak 74 orang dewasa berusia ≥ 18 - 45 tahun di

Departemen Radiologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada periode bulan Juli

- Agustus 2018 yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

4.1.1 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

pada Orang Dewasa di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Karakteristik subyek penelitian berdasarkan usia dan jenis kelamin pada

orang dewasa di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rerata subyek penelitian pada orang dewasa di

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah 29,95 tahun, simpangan baku 5,18

tahun, median 31 tahun, dengan usia paling muda 21 tahun dan usia paling tua

adalah 43 tahun.

Tabel 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
pada Orang Dewasa di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Variabel Nilai Statistik (n=74)


Jenis Kelamin
Laki-laki 40 (54,05%)
Perempuan 34 (45,95%)
Usia
Rerata (SD) 29,95 (5,18) tahun
Median 31 tahun
Minimum-Maksimum 21 - 43 tahun

36
37

Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat pula bahwa orang dewasa di RSUP Dr. Hasan

Sadikin Bandung lebih banyak laki-laki sebanyak 40 orang (54,05%).

Karakteristik subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin pada orang dewasa

di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dapat dilihat pada Gambar 4.1.

45.95% Laki-laki
54.05%
Perempuan

Gambar 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin pada


Orang Dewasa di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

4.1.2 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Indeks Massa Tubuh

pada Orang Dewasa di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Karakteristik subyek penelitian berdasarkan IMT pada orang dewasa di RSUP

Dr. Hasan Sadikin Bandung dapat dilihat pada Tabel 4.2.


38

Tabel 4.2 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan IMT pada Orang Dewasa di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Variabel Rerata (SD) Median (min-maks) n %


Berat Badan (Kg) 66,32 (14,06) 65 (45-110)
Tinggi Badan (cm) 165,39 (7,08) 165 (150-180)
2
Indeks Massa Tubuh (kg/m ) 24,05 (4,33) 23,47 (16,29-36,33)

Obesitas 16 21,6
Gemuk 9 12,2
Normal 44 59,5
Kurus 5 6,8
Kriteria IMT
Kurang atau 49 66,2
sama dengan normal
Di atas normal 25 33,8
Total 74 100,0

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rerata berat badan subyek penelitian pada orang

dewasa di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah 66,32 kg, simpangan baku

14,06 kg, median 65 kg, dengan berat badan paling ringan 45 kg dan berat badan

paling berat adalah 110 kg.

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rerata tinggi badan subyek penelitian pada

orang dewasa di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah 165,39 cm, simpangan

baku 7,08 cm, median 165 cm, dengan tinggi badan paling rendah 150 cm dan

tinggi badan paling tinggi adalah 180 cm.

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rerata IMT subyek penelitian pada orang

dewasa di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah 24,05 kg/m2, simpangan

baku 4,33 kg/m2, median 23,47 kg/m2, IMT paling rendah 16,29 kg/m2 dan IMT

paling tinggi adalah 36,33 kg/m2. Sebagian besar IMT kriteria normal sebanyak
39

44 orang (59,5%) atau kriteria kurang atau sama dengan normal sebanyak 49

orang (66,2%).

4.1.3 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Derajat Penipisan

Kartilago Femoral Menggunakan USG Grey Scale pada Orang

Dewasa di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Karakteristik subyek penelitian berdasarkan derajat penipisan kartilago femoral

menggunakan ultrasonografi grey scale pada orang dewasa di RSUP Dr. Hasan

Sadikin Bandung dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Derajat Penipisan Kartilago Femoral Menggunakan Ultrasonografi Grey


Scale Berdasarkan Lokasi pada Orang Dewasa di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung

Sendi Lutut Kanan Sendi Lutut Kiri


Kondilus Interkondilus Kondilus Kondilus Interkondilus Kondilus
Medial (n) Lateral Medial (n) Lateral
(n) (n) (n) (n)
Derajat
Penipisan
Kartilago
femoral
0 52 58 71 59 62 70

1 12 13 3 11 9 4

2A 9 2 0 3 2 0

2B 1 1 0 1 1 0

Total 74 74 74 74 74 74

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa derajat penipisan kartilago femoral

menggunakan ultrasonografi grey scale pada orang dewasa di RSUP Dr. Hasan

Sadikin Bandung derajat 2 paling banyak terjadi di daerah kondilus medial,

sedangkan derajat 0 paling banyak pada kondilus lateral.


40

4.1.4 Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Derajat Penipisan

Kartilago Femoral Menggunakan Ultrasonografi Grey Scale di RSUP

Dr. Hasan Sadikin Bandung

Hubungan antara IMT dengan derajat penipisan kartilago femoral

menggunakan ultrasonografi grey scale di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hubungan antara IMT dengan Derajat Penipisan Kartilago Femoral
Menggunakan Ultrasonografi Grey Scale di RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung

Derajat penipisan kartilago femoral Nilai p


Variabel 0 1 2A 2B Total
n % n % n % n % n %
IMT <0,001
Kurang atau sama 48 64,9 1 1,4 0 0 0 0 49 66,2
dengan normal
Diatas Normal 3 4,1 11 14,9 8 10,8 3 4,1 25 33,8
*) Chi Square Test

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hasil analisis Chi Square Test pada

derajat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa secara statistik terdapat hubungan

bermakna antara IMT dengan derajat penipisan kartilago femoral menggunakan

ultrasonografi grey scale di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dengan nilai p <

0,001 (nilai p ≤ 0,05).

4.2 Pembahasan

Penelitian ini menyajikan karakteristik subyek penelitian yang meliputi jenis

kelamin, usia dan hubungan antara IMT dengan derajat penipisan kartilago

femoral di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.


41

Hasil penelitian berdasarkan usia, rerata usia orang dewasa di RSUP Dr. Hasan

Sadikin Bandung adalah 29,95 tahun, simpangan baku 5,18 tahun, median 31

tahun, dengan usia paling muda 21 tahun dan usia paling tua adalah 43 tahun.

Karakteristik subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin, laki- laki lebih banyak

dari perempuan dengan jumlah laki - laki sebanyak 40 orang (54,05%) dan

perempuan 34 (45,95%).

Hasil penelitian berdasarkan IMT, rerata IMT subyek penelitian di RSUP Dr.

Hasan Sadikin Bandung adalah 24,05 kg/m2, simpangan baku 4,33 kg/m2, median

23,47 kg/m2, IMT paling rendah 16,29 kg/m2 dan IMT paling tinggi 36,33 kg/m2

serta sebagian besar dengan kriteria kurang atau sama dengan normal sebanyak 49

orang (66,2%).

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa derajat penipisan kartilago femoral

menggunakan ultrasonografi grey scale pada orang dewasa di RSUP Dr. Hasan

Sadikin Bandung derajat 2 paling banyak terjadi di daerah kondilus medial,

sedangkan derajat 0 paling banyak pada kondilus lateral. Penipisan kartilago

femoral sendi lutut sering terjadi pada kondilus medial, hal ini disebabkan oleh

beban tubuh yang secara vertikal bertumpu pada bagian tersebut. Kompresi secara

mekanik pada kartilago terbukti mengaktifkan proses inflamasi pada sel kondrosit.

Sel kondrosit dapat memicu ataupun menghambat pengeluaran mediator-mediator

pro inflamasi seperti nitrit oksida (NO) dan interleukin (IL).4,9,33-35

Hasil analisis Chi Square Test pada derajat kepercayaan 95% menunjukkan

bahwa secara statistik terdapat hubungan bermakna antara IMT dengan derajat

penipisan kartilago femoral menggunakan ultrasonografi grey scale di RSUP Dr.


42

Hasan Sadikin Bandung dengan nilai p < 0,001 (nilai p ≤ 0,05). Hal ini sesuai

dengan penelitian Corgon dkk, Messier dan Gersing dimana terdapat penipisan

kartilago femoral pada IMT berlebih.10,34,35

4.3 Pengujian Hipotesis

Hipotesis

H0 : Tidak terdapat hubungan bermakna antara IMT dengan derajat penipisan

kartilago femoral menggunakan ultrasonografi grey scale di RSUP Dr.

Hasan Sadikin Bandung

H1 : Terdapat hubungan bermakna antara IMT dengan derajat penipisan kartilago

femoral menggunakan ultrasonografi grey scale di RSUP Dr. Hasan Sadikin

Bandung

Hasil uji statistik: H0 ditolak

Hasil yang mendukung :

Hasil analisis Chi Square Test pada derajat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa

secara statistik terdapat hubungan bermakna antara IMT dengan derajat penipisan

kartilago femoral menggunakan ultrasonografi grey scale di RSUP Dr. Hasan

Sadikin Bandung dengan nilai p < 0,001 (nilai p ≤ 0,05).

4.4 Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini didapatkan subyek penelitian dengan kriteria IMT kurang

atau sama dengan normal yang relatif besar yaitu 66,2 %.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

5.1.1 Simpulan Umum

Terdapat hubungan bermakna antara IMT dengan derajat penipisan kartilago

femoral menggunakan ultrasonografi grey scale di RSUP Dr. Hasan Sadikin

Bandung dengan nilai p < 0,001 (nilai p ≤ 0,05).

5.1.2 Simpulan Khusus

1. Subyek penelitian yang terbanyak pada penelitian ini berdasarkan jenis kelamin

adalah laki-laki berjumlah 40 orang (54,05%).

2. Subyek penelitian dengan IMT kurang atau sama dengan normal menunjukkan

yang terbanyak berjumlah 49 orang (66,2%).

3. Penelitian ini menunjukkan bahwa derajat penipisan kartilago femoral pada

orang dewasa di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung derajat 2 paling banyak

terjadi di daerah kondilus medial, sedangkan derajat 0 paling banyak pada

kondilus lateral, yaitu sebesar 95,95 % (71 orang) pada kondilus lateral kanan

dan sebesar 94,59 % (70 orang) pada kondilus lateral kiri.

43
44

5.2 Saran

Pada penelitian ini didapatkan subyek penelitian dengan kriteria IMT kurang

atau sama dengan normal relatif besar yaitu 66,2 %, perlu dilakukan penelitian

pada subyek penelitian dengan IMT yang lebih bervariasi.


DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Global database on body mass index. Last accessed 17 Juni 2018
online at http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html

2. Depkes RI. Pedoman praktis terapi gizi medis Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. 2003. Last accessed 17 Juni 2018 online at
http://www.depkes.go.id/index.php?txtKeyword=status+gizi&act=search-
by map&pgnumber=0&charindex=&strucid=1280&fullcontent=1&C-
ALL=1

3. WHO Asia Pasific Region. The Asia Pasific Perspective: Redefining


obesity and Its Treatment. International Association Study of Obesity.
IASO. February,2000.

4. Anandacoomarasamy A, Leibman S. Weight loss in obese people has


structure-modifying effects on medial but not on lateral knee articular
cartilage A. Ann Rheum Dis 2012;71:26–32.

5. Blazek K, Favre J. Age and Obesity Alter the Relationship Between


Femoral Articular Cartilage Thickness and Ambulatory Loads in
Individuals Without Osteoarthritis. Journal Of Orthopaedic Research
2014; 396-402.

6. Catay E. Ultrasound (US) Findings in Patients with Knee Pain: Sensitivity


and Speficity for the Diagnosis of Knee Osteoarthritis and Development of
an US Prediction Score. ARHP Annual Meeting 2012; 119: 1-3.

7. Kinds MB. Evaluation of separate quantitative radiographic features adds


to the prediction of incident radiographic osteoarthritis in individuals with
recent onset of knee pain: 5-year follow-up in the CHECK cohort.
Osteoarthritis Research Society International 2012; 20: 548-556.

8. Podlipská J. Structure-Symptom Relationship With Wide-Area Ultrasound


Scanning of Knee Osteoarthritis. Scientific Reports 2017 ; 7:1-10.

9. Deryk G. Jones. Articular Cartilage Degeneration: Etiologic Association


With Obesity. The Ochsner Journal 2009; 9:137–139.

10. Corgon D. Knee osteoarthritis and obesity. Int J Obes Relat Metab Dis
2001; 25(5):622-7.

11. Pallu S. Obesity Affects the Chondrocyte Responsiveness to Leptin in


Patients with Osteoarthritis. Arthritis Research & Therapy 2010; 12:1-9.

45
46

12. Otterness IG. Women Have Thinner Cartilage And Smaller Joint Surfaces
Than Men After Adjustment For Body Height And Weight. OsteoArthritis
and Cartilage 2007; 15: 666-72

13. Heidari B. Knee Osteoarthritis Prevalence, Risk Factors, Pathogenesis


And Features: Part I. Caspian J Intern Med 2011; 2(2):205-12

14. Ding C. Association Between Age And Knee Structural Change: A Cross
Sectional MRI Based Study. Ann Rheum Dis 2005;64:549–55

15. Brennan S. Does An Increase In Body Mass Index Over 10 Years Affect
Knee Structure In A Population-Based Cohort Study Of Adult Women?.
Arthritis Research & Therapy 2010; 12: 2-7

16. Saarakkala S, et al. Diagnostic Performance of Knee Ultrasonography for


Detecting Degenerative Changes of Articular Cartilage. Osteoarthritis
Research Society International. 2012;20:376-381.

17. Pineda C et al. The place of ultrasonography in knee joint osteoarthritis:


an update. Int. J. Clin. Rheumatol. (2011) 6(6), 635–642

18. Burgener F. Knee. Last accessed 14 Mei 2018 online at


https://en.wikipedia.org/wiki/Knee

19. Richard B. Anatomy and Physiology of the Knee: Advances In MRI of the
Knee for Osteoarthritis. Last accessed 14 Mei 2018 online at htttps://
worldscibooks.com/medsci/7267.html

20. Bedi A, The Basic Science of Articular Cartilage: Structure, Composition,


and Function. Healthysport J 2009; 1(16): 461-8.

21. Moore D. Articular Cartilage. Last accessed 17 Juni 2018 online at


https://www.orthobullets.com/basic-science/9017/articular-cartilage

22. Leading. Knee Replacement: Overview. Last accessed 18 Juni 2018 online
at http://www.leadingmd.com/patiented/knee/overview.asp
23. Unal H, et al. Ultrasonographic Evaluation of the Femoral Cartilage
Thickness in Patients With Chronic Renal Failure. 2016;38:600-6004.

24. Braun H, Garry G. Diagnosis of Osteoarthritis: Imaging. NIH Public


Access. 2012:278–88.

25. Tiku ML and Sabaawy HE. cartilage regeneration for treatment of


osteoarthritis: a paradigm for nonsurgical intervention. Ther Adv
Musculoskel Dis 2015; 7(3): 76-87.
47

26. Unal H, et al. Ultrasonographic Evaluation of the Femoral Cartilage


Thickness in Patients With Chronic Renal Failure. 2016;38:600-6004

27. Sinusas Keith M. Osteoarthritis: Diagnosis and Treatment. Am Fam


Physician. 2012;85:49-56.

28. Egloff C, Hugle T, Valderrabano V. Biomechanics and Pathomechanisms


of Osteoarthritis. Swiss Med Weekly. 2012;142:w13583.

29. Riecke, et al. An Ultrasound Score for Knee Osteoarthritis : A Cross-


Sectional Validation Study. Osteoarthritis and Cartilage. 2014;22:1675-
1691

30. Naredo E, et al. Ultrasound Validity in the Measurement of Knee Cartilage


Thickness. Ann Rheum Dis. 2009;68:1322-1327.

31. Kuroki H, et al. Ultrasound properties of articular cartilage in the tibio-


femoral joint in knee osteoarthritis: relation to clinical assessment
(International Cartilage Repair Society grade). Arthritis Research and
Therapy. 2008;10:R78.

32. Heryudarini Harahap YWdSM. Penggunaan Berbagai Cut-Off Indeks


Massa Tubuh Sebagai Indikator Obesitas Terkait Penyakit Degeneratif Di
Indonesia. Gizi Indon. 2005;31.

33. King L. Obesity and Osteoarthritis. Indian Journal of Medical Research


2013; 138(2): 185–193

34. Messier S. Weight Loss Reduces Knee-Joint Loads in Overweight and


Obese Older Adults With Knee Osteoarthritis. Arthritis & Rheumatism
2005; 52(7): 2026–32

35. Gersing A. s Weight loss associated with less Progression of changes in


Knee articular cartilage among Obese and Overweight Patients as assessed
with Mr imaging over 48 Months? Data from the Osteoarthritis Initiative.
Radiology 2017; 284(2): 508-20
LAMPIRAN

Lampiran 1

Rekapitulasi Data Sampel Penelitian

48
49
50
Lampiran 2

Hasil Analisis Statistik

1. Analisis Deskriptif

Frequency Table

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Laki-laki 40 54,1 54,1 54,1

Valid Perempuan 34 45,9 45,9 100,0

Total 74 100,0 100,0

IMT Kategori

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Normal 44 59,5 59,5 59,5

Kurus 5 6,8 6,8 66,2

Valid Gemuk 9 12,2 12,2 78,4

Obesitas 16 21,6 21,6 100,0

Total 74 100,0 100,0

51
52

Kondilus Medial kartilago femoral Kanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 52 70,3 70,3 70,3

1 12 16,2 16,2 86,5

Valid 2A 9 12,2 12,2 98,6

2B 1 1,4 1,4 100,0

Total 74 100,0 100,0

Interkondilus kartilago femoral Kanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 58 78,4 78,4 78,4

1 13 17,6 17,6 95,9

Valid 2A 2 2,7 2,7 98,6

2B 1 1,4 1,4 100,0

Total 74 100,0 100,0

Kondilus lateral kartilago femoral Kanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 71 95,9 95,9 95,9

Valid 1 3 4,1 4,1 100,0

Total 74 100,0 100,0


53

Kondilus Medial kartilago femoral Kiri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 59 79,7 79,7 79,7

1 11 14,9 14,9 94,6

Valid 2A 3 4,1 4,1 98,6

2B 1 1,4 1,4 100,0

Total 74 100,0 100,0

Interkondilus kartilago femoral Kiri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 62 83,8 83,8 83,8

1 9 12,2 12,2 95,9

Valid 2A 2 2,7 2,7 98,6

2B 1 1,4 1,4 100,0

Total 74 100,0 100,0

Kondilus lateral kartilago femoral Kiri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 70 94,6 94,6 94,6

Valid 1 4 5,4 5,4 100,0

Total 74 100,0 100,0


54

Frequencies

Statistics

Umur Berat Badan Tinggi Badan IMT

Valid 74 74 74 74
N
Missing 0 0 0 0

Mean 29,95 66,32 165,3986 55,24

Median 31,00 65,00 165,0000 23,48

Std. Deviation 5,184 14,064 7,08122 268,328

Minimum 21 45 150,00 16

Maximum 43 110 180,00 2332

IMT Kategori

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

<= 25 53 71,6 71,6 71,6

Valid >25 21 28,4 28,4 100,0

Total 74 100,0 100,0

2. Analisis Bivariat
Analisis IMT kategori (Normal/kurang dengan di atas normal)
dengan Regio Penipisan
55

Frequency Table

Regio Penipisan

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent

0 51 68,9 68,9 68,9

1 12 16,2 16,2 85,1

Valid 2A 8 10,8 10,8 95,9

2B 3 4,1 4,1 100,0

Total 74 100,0 100,0

IMT Kategori

Frequenc Percent Valid Percent Cumulative


y Percent

Kurang atau sama dengan


49 66,2 66,2 66,2
normal

Valid
Di atas normal 25 33,8 33,8 100,0

Total 74 100,0 100,0


56

Crosstabs

IMT Kategori * Regio Penipisan Crosstabulation

Regio Penipisan

0 1 2A 2B

Count 48 1 0 0
Kurang atau sama
dengan normal
% of Total 64,9% 1,4% 0,0% 0,0%
IMT Kategori
Count 3 11 8 3
Di atas normal
% of Total 4,1% 14,9% 10,8% 4,1%

Count 51 12 8 3
Total
% of Total 68,9% 16,2% 10,8% 4,1%

IMT Kategori * Regio Penipisan Crosstabulation

Total

Count 49
Kurang atau sama dengan
normal
% of Total 66,2%
IMT Kategori
Count 25
Di atas normal
% of Total 33,8%

Count 74
Total
% of Total 100,0%
57

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-


sided)

Pearson Chi-Square 57,281a 3 ,000

Likelihood Ratio 64,956 3 ,000

Linear-by-Linear
46,387 1 ,000
Association

N of Valid Cases 74

a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 1,01.

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Approx. Approx. Sig.


Errora Tb

Interval by Interval Pearson's R ,797 ,047 11,203 ,000c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,871 ,052 15,059 ,000c

N of Valid Cases 74

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.


Lampiran 3
Daftar Riwayat Hidup

I. Data Pribadi
Nama : Lidrian Arifan Darma

Tempat/Tanggal Lahir : Prabumulih, 15 April 1982

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

Anak-anak : 1. Nashwa Sabirah Arifan

2. Nadhifa Putri Arifan

II. Riwayat Pendidikan


TK Dharma Wanita Muara Enim 1986-1988

SD Negeri No.4 Muara Enim 1988-1989

SD Negeri No.1 Balakarta Prabumulih 1989-1994

SMPN. 2 Prabumulih 1994-1997

SMUN. 1 Palembang 1997-2000

Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Bandung 2001-2005

Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas

Padjadjaran Bandung 2005-2007

Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 Ilmu Radiologi Fakultas

Kedokteran Universitas Padjadjaran 2015-Sekarang

58
59

III. Riwayat Pekerjaan


1. Dokter IGD RS. Pusri Palembang Sumatera Selatan 2008

2. Dokter Proyek Minyak dan Gas ConocoPhillips Musi Banyuasin 2009

3. Dokter PTT Puskesmas Sungsang Banyuasin 2010

4. Dokter PTT Puskesmas Makarti Jaya Banyuasin 2010-2012

5. Dokter IGD RS. AR Bunda Prabumulih 2012-2014

tH
IV. Karya Ilmiah
Tinjauan Pustaka ( Laporan Kasus dan Referat)

1. Laporan Kasus Embolisasi pada Pseudoaneurisma Arteri Renalis


2. Gambaran Radiologi Schwannoma Vestibuler
3. Gambaran Radiologi Mastoiditis
4. Gambaran Radiologi Tumor Klatskin
5. Gambaran Magnetic Resonance Imaging dan Computed Tomography
Meningitis Tuberkulosis

Pembacaan Jurnal
1. Ultrasonographic Characteristics of Subacute Granulomatous Thyroiditis
2. Cystic Lesions of the Breast : Sonographic-Patologic Correlation
3. Computed Tomography Imaging of Acute Neck Inflammatory Processes
4. Air in the Kidney : Between Emphysematous Pyelitis dan Pyelonephritis
5. Necrotizing Pancreatitis after Transcatheter Arterial Chemoembolization
for Hepatocellular Carcinoma
6. Role of Ultrasound In The Diagnosis Of Fetal Genitourinary
Abnormalities
7. Clinical Relevance of Radiation Pneumonitis in Breast Cancers
60

Poster

Poster : Tuberkuloma Sella Tursica : di majukan pada PIT FK Unjani IX,


di Bandung, pada tanggal 30 September 2017

Tesis

Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dengan Derajat Penipisan


Kartilago Femoral Menggunakan Ultrasonografi Grey Scale Di RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung
Lampiran 4
Rekomendasi Persetujuan Etik

61
Lampiran 5

Lembar Pernyataan Persetujuan


(Informed Consent)

62

Anda mungkin juga menyukai