Anda di halaman 1dari 5

JURNAL KESEHATAN HOLISTIK

Vol 8, No 3, Juli 2014 : 126-130

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN GANGGUAN SISTEM TERMOREGULASI


PADA NEONATUS DI RUANG PERINATOLOGI RSUD Dr.Hi. ABDUL MOELOEK
PROPINSI LAMPUNG 2013

Eka Nurul Iswanti1, Setiawati2, Iit Imas Masitoh2

ABSTRAK

Termoregulasi adalah kemampuan untuk menyeimbangkan antara produksi panas dan hilangnya panas dalam
rangka menjaga suhu tubuh bayi baru lahir dalam keadaan normal. Hasil survey awal yang dilakukan peneliti di RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung pada bulan Januari s/d September 2013, dari 830 bayi baru lahir yang dirawat terdapat
436 bayi atau 52,5% bayi yang mengalami gangguan system termoregulasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
“ hubungan berat badan lahir dengan gangguan sistem termoregulasi pada neonatus yang dirawat di ruang perinatologi
RSUD. Dr. Hi Abdul Moeloek Propinsi Lampung tahun 2013”.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang dilakukan mencari hubungan yang terjadi
antara 2 variable yang akan diteliti yang kemudian akan diketahui seberapa besar tingkat keeratannya. Desain penelitian ini
kuantitatif dengan pendekatan analisis korelasi. Jumlah sampel 31 bayi pada tanggal 15 November s/d 20 Desember 2013.
Analisa data dengan korelasi, nilai korelasi (r) berkisar 0,00 sampai dengan 1,00.
Hasil penelitian ini didapatkan nilai r diperoleh 0,623 (0,62) sedangkan nilai (p) value diperoleh 0,000 dan nilai
alpha=0,05. hasil uji OR diperoleh nilai 5 ( 1.71 – 12.28 ) dengan derajat kepercayaan 95 %, berat badan lahir rendah
mempunyai peluang untuk mengalami gangguan termoregulasi. Sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara
berat badan lahir dengan gangguan sistem termoregulasi. Kekuatan hubungan keduanya “kuat” karena nilai (r) kurang
0,62. Saran dalam penelitian ini supaya lebih ditingkatkan kompetensi dan pengetahuan perawat tentang penangan
termoregulasi di ruang Perinatologi RSUD. Dr. Hi Abdul Moeloek Propinsi Lampung.

Kata kunci : Berat badan lahir, gangguan sistem termoregulasi, neonatus

PENDAHULUAN menjadi 4 misi yaitu :meningkatkan derajat kesehatan


masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk
Pembangunan kesehatan merupakan bagian swasta dan masyarakat madani, melindungi kesehatan
integral dari pembangunan nasional,. Dalam Undang- masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
undang no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan
bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, berkeadilan, menjamin ketersediaan dan pemerataan
jiwa dan social yang memungkinkan setiap orang hidup sumberdaya kesehatan, menciptakan tata kelola
produktif secara social dan ekonomi. Sedangkan dalam kepemerintahan yang baik.
Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan
1948 disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat
masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB). untuk
kesehatan yang setinggi-tingginya adalah suatu hak yang
kasus kematian bayi baru lahir saja pencapaiannya masih
fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras,
belum memuaskan hingga saat ini. Prevalensi berat badan
agama, politik yang dianut dan tingkat social
lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari 1000 kelahiran
ekonominya.Dasar-dasar pembangunan kesehatan pada
di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi
hakekatnya adalah nilai kebenaran atau aturan pokok
di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah.
sebagai landasan untuk berfikir atau bertindak dalam
Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR
pembangunan kesehatan.
didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya
Untuk meningkatkan kinerja Departemen 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir
Kesehatan, telah ditetapkan Visi dan Misi Rencana lebih dari 2500 gram BBLR termasuk faktor utama dalam
Strategis Depkes tahun 2010 – 2014. Visi Rencana peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas
Strategis yang ingin dicapai Depkes adalah “Masyarakat neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka
Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan“. Visi ini dituangkan

1. RSUD dr. H. Abdul Moeloek Prop.


Lampung
Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Gangguan Sistem Termoregulasi Pada Neonatus 127
Di Ruang Perinatologi RSUD Dr.Hi. Abdul moeloek Propinsi Lampung 2013

2. Prodi Keperawatan FK Universitas


Malahayati B. Lampung

panjang terhadap kehidupannya dimasa depan pelaksanaan penelitian yaitu di Ruang Perinatologi RSUD
(WHO,2010). Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu Populasi dalam penelitian ini adalah bayi baru
berkisar antara 9%-30% dari 1000 kelahiran (Departemen lahir yang dirawat pada tanggal 15 November s/d 20
Kesehatan RI, 2012). Desember 2013 di ruang Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul
Di Provinsi Lampung Angka BBLR sekitar 7,5% Moeloek Provinsi Lampung, yang berjumlah 31 bayi.
dari 1000 Kelahiran (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Sampel dalam penelitian ini adalah bayi berat badan lahir
2010). Gangguan – gangguan yang terjadi pada bayi baru dengan masalah termoregulasi yang dirawat di ruang
lahir seringkali terjadi akibat bayi mengalami kehilangan Perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
panas badan dengan cepat dan menjadi hipotermia, Lampung, sedangkan analisis data yang digunakan adalah
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi uji Chi Square.
dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan
badan relatif luas oleh karena itu bayi yang mengalami
prematuritas dan bayi lahir berat badan rendah harus HASIL & PEMBAHASAN
dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati suhu dalam rahim.(Nanny, 2010) 1. Berat badan Lahir
Agar suhu tubuh tetap relatif konstan maka harus Tabel 1
ada mekanisme untuk menjaga suhu tubuh dalam batas- Distribusi frekuensi berat badan lahir
batas yang masih dapat diterima tanpa memperhatikan
kondisi lingkungan. Prosesnya yang dikenal dengan No Berat Badan lahir Jumlah Persentase
termoregulasi. Keadaan hipotermi dan hipertermi pada 1 Berat badan lahir rendah 26 83,9
bayi, memerlukan penanganan yang tepat untuk 2 Berat badan lahir normal 5 16,1
menghindarkan terjadinya komplikasi.. Melalui Pra Survey Total 31 100,0
yang dilakukan di ruang perinatologi RSUD. Dr. Hi Abdul
Moeloek Propinsi Lampung pada bulan Januari s/d Berdasarkan tabel 1 diketahui dari 31 bayi
September 2013, dari 830 bayi baru lahir yang dirawat didapatkan frekwensi berat badan lahir rendah yaitu berat
terdapat 436 bayi atau 52,5% bayi yang mengalami badan ≤ 2500 gram (BBLR) sebanyak 26 bayi atau dengan
gangguan system termogulasi/termal. Hal ini bisa prosentase 83,9 % sedangkan untuk berat badan lahir
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : faktor ekstrinsik normal hanya 5 bayi atau dengan prosentase 16,1 %.
dan faktor intrinsik. Berat badan lahir rendah (BBLR) Untuk berat badan lahir lebih tidak ditemukan data.
merupakan salah satu kemungkinan yang disebabkan oleh
faktor intrinsik. 2. Termoregulasi
Melihat fenomena diatas, penulis ingin meneliti
lebih lanjut tentang hubungan berat badan lahir terhadap Tabel 2
gangguan termogulasi neonatus yang dirawat di ruang Distribusi frekuensi termoregulasi
perinatologi RSUD. Dr. Hi Abdul Moeloek Propinsi
Lampung. Adapun tujuan penelitian ini adalah diketahui No Berat Badan lahir Jumlah Persentase
hubungan berat badan lahir dengan gangguan
termogulasi yang dirawat di ruang perinatologi RSUD. Dr. 1 Hipotermi 18 58,1
Hi Abdul Moeloek Propinsi Lampung tahun 2013. 2 Normal 9 95,1
3 Hipertermi 4 12,9
Total 31 100,0
METODE PENELITIAN
Berdasarkan tabel 2 dari 31 bayi didapatkan
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif frekwensi termoregulasi rata-rata bayi baru lahir yang
yaitu penelitian yang dilakukan mencari hubungan yang mengalami masalah hipotermi yaitu sebanyak 18 bayi atau
terjadi antara 2 variable yang akan diteliti yang kemudian 58,1 %, sedangkan bayi yang suhu tubuhnya normal
akan diketahui seberapa besar tingkat keeratannya. hanya 9 bayi atau 29,1 % selebihnya 12,9 % atau 4 bayi
Penelitian ini dilaksanakan selama 20 hari yaitu pada tgl 25 mengalami gangguan hipertermi.
November s/d 15 Desember 2013, dan tempat

Jurnal Kesehatan Holistik Volome 8, Nomor 3, Juli 2014


128 Eka Nurul Iswanti, Setiawati, Iit Imas Masitoh

Tabel 3
Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Gangguan Termoregulasi

TERMOREGULASI
Total p OR
BBL Hipo Normal Hiper r
value
N % n % n % n
BB LR 16 51,6 7 22,2 3 9,7 26
BB LN 2 6,5 2 6,5 1 3,2 5 0,000 0,62 5 (1.71 -12.28)
Tot 18 58,1 9 29,1 4 12,9 31

Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan bahwa dari sebanyak 60 ml/kg BB setiap hari ditambah sehingga pada
31 responden dengan berat badan lahir rendah yang hari ke 14 dicapai 200 ml/kg BB sehari.
mengalami hipotermi ada 16 bayi, yang mengalami Menurut pendapat peneliti maka semakin kecil
hipertermi ada 3 bayi dan yang normal suhunya ada 7 berat badan waktu lahir akan semakin rentan terhadap
bayi. Untuk berat badan lahir normal yang mengalami kejadian gangguan termoregulasi. Dengan berat badan
hipotermi ada 2 bayi, yang mengalami hipertermi ada 1 lahir normal diharapkan bayi yang lahir akan dapat dengan
bayi dan yang normal suhunya ada 2 bayi. Untuk berat cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.
badan lahir lebih selama proses pengambilan data tidak Bayi baru lahir dikatakan normal apabila memiliki ciri
ditemukan kasusnya. Hubungan yang terjadi antara berat sebagai berikut :
badan lahir dengan gangguan termoregulasi diperoleh nilai 1. Lahir pada masa gestasi 37 – 42 minggu
r = 0,623 (0,62) dengan p value 0,000 sedangkan hasil uji 2. Ukuran antropometri : berat badan berkisar antara
OR diperoleh nilai 5 ( 1.71 – 12.28 ) dengan demikian 2500 gram 4000 gram, panjang badan 48 – 52 cm,
dapat disimpulkan dengan derajat kepercayaan 95 %, lingkar dada 30 – 38 cm, lingkar kepala 32 – 37 cm
berat badan lahir rendah mempunyai peluang untuk 3. Tanda vital dalam batas normal
mengalami gangguan termoregulasi. Sehingga diyakini 4. Tidak ada kelainan / kecacatan.
terdapat hubungan antara berat badan lahir dengan
gangguan sistem termoregulasi. Kekuatan hubungan 2. Termoregulasi
keduanya “ kuat “ karena nilai r = 0,62. Dari hasil penelitian menunjukan rata-rata bayi
baru lahir yang mengalami masalah hipotermi yaitu
1. Berat Badan Lahir sebanyak 19 bayi atau 61,3 %, sedangkan bayi yang suhu
Hasil penelitian menunjukan dari 31 bayi tubuhnya normal hanya 8 bayi atau 25,8 % selebihnya
didapatkan frekwensi berat badan lahir rendah (BBLR) 12,9 % atau 4 bayi mengalami gangguan hipertermi.
sebanyak 26 bayi atau dengan prosentase 83,9 % Hal tersebut sejalan dengan teori yang
sedangkan untuk berat badan lahir normal hanya 5 bayi dikemukakan Prawiroharjo (2006) dimana seorang bayi
atau dengan prosentase 16,1 %. Untuk berat badan lahir waktu lahir belum mampu mengatur tetap suhu badannya
lebih tidak ditemukan data. dan masih membutuhkan pengaturan dari luar untuk
Menurut Vivian (2011)Neonatus (BBL) adalah membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus
masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia hangat atau setidaknya diletakkan di bawah lampu radian
28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari infanwarmer sampai suhu tubuhnya sudah stabil.
kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim, yang baru Pada suatu penelitian tentang “perlindungan
saja mengalami trauma kelahiran. Pada masa ini terjadi termal” oleh RW Hapsari (2010) dikatakan pada bayi baru
pematangan organ hampir pada semua system. Neonatus lahir belum mempunyai pengaturan suhu tubuh yang
mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim efisien dan masih lemah. Hal ini dapat dihindari bila bayi
yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar dilahirkan dalam lingkungan dengan suhu sekitar 25 s/d 28
rahim yang serba mandiri. Masa perubahan yang paling drajat celcius, dikeringkan dan dihangatkan. Hal ini
besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Dalam hari- penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak
hari pertama berat badan akan turun oleh karena terjadi hipotermi. Hal-hal yang berdampak kepada bayi
pengeluaran (meconium, urine, keringat) dan masuknya mengalami hipotermia maupun hipertermia, sejak awal
cairan belum mencukupi. Turunnya berat badan tidak lebih dilakukan perawatan sebetulnya sudah dilakukan
dari 10%. Berat badan akan naik lagi pada hari ke 4 pencegahan untuk itu.Tetapi karena sesuatu hal masih
sampai hari ke 10. Cairan yang diberikan pada hari 1 banyak bayi baru lahir yang mengalami hipotermi maupun
hipertermi.

Jurnal Kesehatan Holistik Volome 8, Nomor 3, Juli 2014


Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Gangguan Sistem Termoregulasi Pada Neonatus 129
Di Ruang Perinatologi RSUD Dr.Hi. Abdul moeloek Propinsi Lampung 2013

Menurut pendapat peneliti bahwa Suhu tubuh “ideal” tubuh harus mengontrol perolehan atau
bayi yang normal sekitar 36,5-37 0C. Jika seorang bayi pembuangan panas untuk mempertahankan homeostasis.
kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia,
hipoksia dan asidosis. Sehingga upaya pencegahan
kehilangan panas merupakan prioritas utama dan seorang SIMPULAN & SARAN
tenaga medis berkewajiban untuk meminimalkan
kehilangan panas pada BBlL. Hilangnya panas pada bayi Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari
merupakan keadaan yang merugikan, karena itu suhu penelitian ini adalah:
tubuh normal pada bayi harus dipelihara. Termoregulasi 1. Distribusi frekuensi berat badan lahir rendah yaitu
adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara berat badan ≤ 2500 gram (BBLR) sebanyak 26 bayi
pembentukan panas dan kehilangan panas agar dapat atau dengan prosentase 83,9 % sedangkan untuk
mempertahankan suhu tubuh di dalam batas batas normal. berat badan lahir normal hanya 5 bayi atau dengan
Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasikan terjadinya prosentase 16,1 %.
infeksi, sehingga tindakan yang dilakukan harus 2. Distribusi frekuensi termoregulasi rata-rata bayi baru
menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi baru lahir yang mengalami masalah hipotermi yaitu
lahir. sebanyak 18 bayi atau 58,1 %, sedangkan bayi yang
suhu tubuhnya normal hanya 9 bayi atau 29,1 %
Hubungan berat badan lahir dengan gangguan selebihnya 12,9 % atau 4 bayi mengalami gangguan
termoregulasi hipertermi.
Hasil Penelitian diperoleh nilai r 0,623 (0,62) dan 3. Diperoleh nilai r = 0,62 dan p value 0,000 sedangkan
p value 0,000. Dimana p value < α (0,000 < 0,05), hasil uji OR diperoleh nilai 5 ( 1.71 – 12.28) dengan
sedangkan hasil uji OR diperoleh nilai 5 ( 1.71 – 12.28 ) demikian dapat disimpulkan dengan derajat
dengan demikian dapat disimpulkan dengan derajat kepercayaan 95 %, berat badan lahir rendah
kepercayaan 95 %, berat badan lahir rendah mempunyai mempunyai peluang untuk mengalami gangguan
peluang untuk mengalami gangguan termoregulasi, jadi termoregulasi sehingga dapat disimpulkan terdapat
disimpulkan terdapat hubungan antara berat badan lahir hubungan antara berat badan lahir dengan gangguan
dengan gangguan sistem termoregulasi. Kekuatan sistem termoregulasi, Karena p value < α (0,000 <
hubungan keduanya “ kuat “ karena nilai r =0,62. 0,05) Kekuatan hubungan keduanya “ kuat “ karena
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sarwono nilai r = 0,62.
prawirohardjo (2006) bahwa hipotermi pada bayi adalah
penurunan suhu bayi kurang dari 36.50C. Suhu tubuh Adapun saran yang dapat penulis rekomndasikan
rendah karena kegagalan termoregulasi. Hipertermia dari hasil penelitian ini adalah:
adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan Bagi Rumah Sakit
termoregulasi. Hipetermi peningkatan suhu bayi lebih dari 1. Pihak rumah sakit mempunyai kewajiban memberikan
37.50C. fasilitas dan sarana yang memadai bagi tenaga
Menurut RW Hapsari (2010) pada “perlindungan keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan
termal” bahwa pusat pengendalian suhu pada bayi baru keperawatan baik berupa pelatihan ataupun pendidikan
lahir belum sepenuhnya berfungsi sehingga bayi tidak berjenjang dalam rangka memberikan pelayanan yang
mampu mengatasi perubahan yang ekstrim atau prima kepada masyarakat.
mendadak pada lingkungan eksternalnya. Bayi baru lahir 2. Ruangan yang mempunyai tingkat pelayanan kritis
tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara yang tinggi seperti ruang intensif disarankan perawat
memadai dan dapat dengan cepat kedinginan jika yang bekerja mempunyai pendidikan minimal DIII
kehilangan panas tidak segera dicegah. Jika bayi dalam Keperawatan dan mempuyai pengalaman kerja dan
keadaan basah atau tidak diselimuti mungkin akan kemauan kerja yang baik
mengalami hipotermi. 3. Untuk perawat ruang perinatologi supaya lebih
Menurut pendapat peneliti, meskipun berada ditingkatkan kompetensi dan pengetahuannya terutama
dalam ruangan yang relatif hangat, akan tetapi bayi tentang penanganan bayi dengan masalah
dengan berat badan lahir rendah sangat rentan untuk termoregulasi
terjadinya hipotermia. Kegagalan mengontrol suhu tubuh 4. Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP)
dapat menyebabkan serangkaian perubahan fisiologis. penanganan bayi dengan gangguan sistem
Suhu tubuh di bawah 360C atau di atas 400C dapat termoregulasi.
menyebabkan disorientasi, menyebabkan sawan dan
kerusakan sel yang permanen. Oleh karena itu, ketika Bagi Tenaga Profesi Keperawatan
kondisi lingkungan meningkat di atas atau turun di bawah Pengetahuan dan keilmuan keperawatan
senantiasa mengalami kemajuan dan perubahan pesat

Jurnal Kesehatan Holistik Volome 8, Nomor 3, Juli 2014


130 Eka Nurul Iswanti, Setiawati, Iit Imas Masitoh

sehingga untuk dapat memberikan pelayanan prima Hastono. S.P (2007). Analisa Data. Jakarta:FKM UI
dituntut tenaga profesional, sehingga pengetahuan, sikap Indonesia. Departemen Kesehatan, Pusat Data Statistik.
dan keterampilan perawat harus selalu ditingkatkan baik 2002. Profil Kesehatan Indonesia 2001.
dengan mengikuti pelatihan atau pendidikan yang bersifat Departemen Kesehatan RI
formal maupun nonformal. Nelson, B. 2000. Ilmu Kesehatan Anak vol 2 edisi 15.
Jakarta : EGC
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Bagi Peneliti Selanjutnya Nursalam (2005) Pendekatan Praktis Metodelogi Riset
Bagi calon peneliti selanjutnya, dapat dijadikan Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
refrensi untuk melakukan penelitian kembali khusunya Saifuddin, A B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan
yang dilakukan di ruang perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta :
Moeloek Provinsi Lampung. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Sarwono Prawiroharjo (2006) Perlindungan Termal.
Jakarta : CV Sagung Seto
DAFTAR PUSTAKA Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia. 2nd ed. Alih
bahasa Brahm U.Pendit. Penerbit Buku
American Heart Association. 2003. ACLS: Principles Kedokteran. Jakarta.
and Practice. Suriadi dan Yuliani, R. 2001. Asuhan Keperawatan Pada
Arikunto, S. 2003. Manajemen Penelitian. Cetakan ke Anak, edisi 1 Jakarta CV Sagung Seto
enam. Jakarta: :PT RinekaCipta Surasmi, A. dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi.
Aprina, 2012. Riset Keperawatan Jakarta : EGC
Cik Hasan Bisri. (2001). Penuntun penyusunan Rencana Unicef &WHO. 2004. Low birth weight country. Regional
Penelitian dan Penulisan Skripsi. Jakarta: PT Raja and global estimation
Grafindo Persada WHO. 2003. Technical consultation towards the
Cote, CJ. 2000. Pediatric Anaesthesia. 5th edition, development of a strategy for promoting optimal
Churchil Livingstone. Philadelphia fetal development
Doenges M (2004), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi
3, EGC, Jakarta

Jurnal Kesehatan Holistik Volome 8, Nomor 3, Juli 2014

Anda mungkin juga menyukai