ABSTRACT
Peat moss forest fire is one of damaging disasters. It disturbs people’s activity and health and also reduces
ecological livings; thus, this disaster becomes attention of large society either nationally or internationally. Peat
moss forest fire can be identified by remote sensing technology. The development of remote sensing technology
by using MODIS imaging satellite so far has been used in many fields and one of them is in controlling forest
fire multitemporally. In this research data for surface temperature used Terra MODIS satellite by taking an
advantage of canal 31 and 32 and using Coll’s, et.al (1994) algorithm, The data of forest fire were from forest
fire service of Dumai City. This research was conducted in Dumai City Province of Riau. Result of this research
shows that the use of Canal 31 and 32 through Terra MODIS imaging satellite can be used for detecting points
of fire which is found that there are more then 17 points of fire within temperature ranges of 270C – 320C.
Keywords : Terra MODIS, Hotspot, Surface Temperature
ABSTRAK
Kebakaran hutan gambut merupakan salah satu bencana yang merugikan, banyak aktifitas, kegiatan dan
kesehatan masyarakat yang terganggu, kehidupan ekosistem yang berkurang, sehingga hal ini menjadi perhatian
pihak luas, baik nasional maupun internasional. Kebakaran hutan gambut ini dapat diidentifikasi menggunakan
teknologi penginderaan jauh. Perkembangan teknologi penginderaan jauh menggunakan satelit Citra MODIS
telah digunakan dalam berbagai bidang salah satunya untuk pemantauan kebakaran hutan secara multitemporal.
Dalam penelitian ini data suhu permukaan yang digunakan adalah satelit Terra MODIS dengan memanfaatkan
kanal 31 dan 32 serta menggunakan algoritma Coll, et.al., data kebakaran hutan dari Dinas Kebakaran Hutan
Kota Dumai. Penelitian ini dilakukan di Kota Dumai Provinsi Riau. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
penggunaan kanal 31 dan 32 pada citra satelit Terra MODIS dapat digunakan untuk deteksi titik api, dari citra
yang diolah didapatkan lebih dari 17 titik api dengan kisaran suhu sebesar 270C – 320C.
Kata Kunci: Terra MODIS, Titik Api, Suhu Permukaan
461
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014) ISSN: 2089-9813
Yogyakarta, 15 Maret 2014
462
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014) ISSN: 2089-9813
Yogyakarta, 15 Maret 2014
Tabel 2. Karakteristik Satelit MODIS thermal. Jika suatu objek memiliki emisivitas dan
(http://modis.gsfc.nasa.gov/about/specification. kapasitas panas jenis yang tinggi sedangkan
html) konduktivitas thermalnya rendah maka suhu
Kriteria Karakteristik permukaannya akan menurun, contohnya pada
sun-synchronous, near-polar, permukaan tubuh air. Sedangkan jika suatu objek
Tipe Orbit memiliki emisivitas dan kapasitas panas jenis yang
circular
Lebar rendah dan konduktivitas thermalnya tinggi maka
2.330 km suhu permukaan akan meningkat, contohnya pada
Pandang
Ketinggian 705 km permukaan darat (Sutanto, 1994 dalam Ariyadi,
kuantisasi 12 bits 2007).
250 m (kanal 1-2) Suhu permukaan lahan diambil dari data satelit
Resolusi dapat digunakan untuk memvalidasi dan
500 m (kanal 3-7)
Spasial meningkatkan model prediksi meteorologi global
1000 m (kanal 8-36)
Resolusi setelah melakukan penggabungan parameter yang
36 kanal tepat (Price 1982, Diak dan Whipple 1993, dalam
Spekstral
Wan, Zhang, Zhang, 2004). Suhu permukaan
didefinisikan oleh radiasi yang dipancarkan oleh
2.2 Titik Api
1. Thoha (2008) mengatakan bahwa hotspot permukaan tanah yang diamati oleh MODIS pada
merupakan titik-titik panas di permukaan bumi, sudut pandang secara langsung. Permukaan tanah
disini berarti kanopi di daerah tumbuhan atau
dimana titik-titik tersebut merupakan indikasi
permukaan tanah di daerah gundul.
adanya kebakaran hutan dan lahan Titik-titik api
didefinisikan sebagai titik-titik pada citra (pixel atau 2.4 Algoritma atau Program
Pengolahan data suhu permukaan dalam
sub pixel) yang mempunyai suhu sangat tinggi dan
berhubungan dengan active fire (Kobaran Api) di penelitian ini menggunakan algoritma Coll, Caselles
permukaan bumi. Suhu titik api tersebut dapat & Schmugge (1994) dalam Prasasti Prasasti,
Sambodo & Carolita (2010), Persamaannya adalah :
dihasilkan berdasarkan nilai suhu kecerahannya
(brightness temperature = Tb), Tjahjaningsih,
SP = Tb31 + A(Tb31 – TB32) + B
Sambodo & Prasasti (2005).
Dimana :
Lebih lanjut Thoha (2008) mengatakan bahwa
A = 1.0 + 0.58 (Tb31 – TB32)
data sebaran titik api (hotspot) dari citra satelit dapat
B = 0.51 + 40 (1-e) –pAe
dijadikan sebagai indikasi kebakaran hutan/lahan,
dimana :
baik kebakaran tajuk (Crown fire), kebakaran
e = (e31 + e32)/2
permukaan (Surface fire) maupun kebakaran bawah Ae = /e31 - e32/ = 0.001, e31 =
(Ground fire). Daerah sekitar lokasi hotspot 0.989 dan
merupakan daerah yang rawan terhadap kebakaran. e32 = 0.988
keterangan :
2.3 Suhu Permukaan SP = suhu permukaan
Menurut Coll, Caselles & Schmugge (1994), Tb31 = suhu kecerahan kanal 31
suhu permukaan lahan (SPL) adalah salah satu Tb32 = suhu kecerahan kanal 32
parameter kunci keseimbangan energi pada P pada daerah tropis adalah 50oK
permukaan dan merupakan variabel klimatologis
yang utama. Data suhu permukaan digunakan Ekstraksi nilai dari titik-titik api menggunakan
sebagai data masukan dalam model perhitungan data MODIS berdasarkan algoritma deteksi titik api
salah satunya untuk kebakaran. Besarnya suhu absolut memerlukan paling sedikit satu atau dua
permukaan tergantung pada kondisi parameter kondisi, Tjahjaningsih, Sambodo & Prasasti (2005),
permukaan lainnya seperti albedo, kelembaban yaitu:
permukaan dan tutupan serta kondisi tanah, 1. T4 > 3600K (3300K pada malam hari) atau
(Prasasti, Sambodo & Carolita (2010). 2. T4 > 3300K (3150K pada malam hari) dan T4 –
Menurut pendapat Wan & Synder (1996) dalam T11 > 250K (100K pada malam hari), jika dari
Ali & Shalaby (2012) Suhu permukaan tanah dua kriteria titik api absolute tidak terpenuhi,
didefinisikan sebagai emisi termal dari tanah, maka digunakan algoritma deteksi titik api
termasuk tumbuhan dan permukaan tanah yang relatif, yaitu :
gundul. Hal ini merupakan faktor penting yang Untuk data MODIS dari satelir Terra (data yang
mencerminkan hubungan tanah dan troposfer. direkam pada siang hari)
Suhu permukaan didefinisikan sebagai suhu 1. {T4>mean(T4) + 3 std.dev(T4) atau T4>330 0K),
bagian terluar dari suatu objek. Suhu permukaan dan
suatu objek tidak sama tergantung pada sifat fisik 2. {T4-T11>median(T4-T11) + 3 std.dev (T4-T11)
permukaan objek. Sifat fisik objek tersebut adalah atau T4-T11>250K} atau T4>3600K
emisivitas, kapasitas panas jenis dan konduktivitas
463
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014) ISSN: 2089-9813
Yogyakarta, 15 Maret 2014
464
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014) ISSN: 2089-9813
Yogyakarta, 15 Maret 2014
465
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014) ISSN: 2089-9813
Yogyakarta, 15 Maret 2014
Kemudian, setelah di dapat nilai brightness suhu dengan keakuratan yang memadai dapat diolah
temperature (Tb) dilakukan pengolahan suhu menjadi data titik api per titik pengamatan.
permukaan dengan menggunakan algoritma Penggunaan menggunakan algoritma coll et.al
Algoritma Coll, Caselles & Schmugge (1994) dalam (1994) dapat memberikan hasil pendekatan nilai
Prasasti, Sambodo & Carolita (2010). Persamaannya suhu permukaan yang baik sehingga dapat
adalah : mendeteksi jumlah titik api (lebih dari 17 titik api)
SP = Tb31 + A(Tb31 – TB32) + B dengan kisaran suhu sebesar 270C – 320C.
dimana Penelitian ini masih perlu dikembangkan dan di
A = 1.0 + 0.58 (Tb31 – TB32) evaluasi untuk deteksi titik api dengan
B = 0.51 + 40 (1-e) –pAe memanfaatkan data satelit dan algoritma yang
Ae = /e31 - e32/ = 0.001 berbeda, sehingga dapat membandingkan kelebihan
P = 50oK dan kekurangan dari masing-masing satelit.
466
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014) ISSN: 2089-9813
Yogyakarta, 15 Maret 2014
untuk Ekstraksi Data Suhu Permukaan Lahan Thoha, A.S, 2006, Application of Remote Sensing
(SPL) Berdasarkan Beberapa Algoritma, Jurnal On Peat Fire Detection In Bengkalis District
Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra Digital, Riau Province, Peronema Forestry Science
Vol 4, No.1 Journal, Vol.2, No.2, ISSN. 1829 6343
Price, J. C., 1982, On the use of satellite data to Tjahjaningsih, A., Sambodo, K,A., & Prasasti I.
infer surface fluxes at meteorological scales. 2005. Analisis Sensitivitas Kanal-Kanal Modis
Journal of Applied Meteorology, 21, 1111–1122. Untuk Deteksi Titik Api dan Asap Kebakaran,
Solichin 2004. Hotspot Tidak Selalu Titik Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV
Kebakaran (Mengenal Hotspot Bagian 1). Wan, Z., Zhang, Y., Zhang, Q & LI, Z-L. 2004.
Palembang: South Sumatera Forest Fire Quality Assessment and Validation of the
Management Project (SSFFMP) Newsletters MODIS Global Land Surface Temperature. Int.
Hotspot,. Februari 2004; 1: 2-3. Journal Remote Sensing, Vol. 25, No. 1, 261 –
Soewarso 2003. Penyusunan Pencegahan 271
Kebakaran Hutan Rawa Gambut dengan Wan, Z and Synder, W, 1996, Land-Surface
Menggunakan Model Prediksi. [Disertasi] temperature, MODIS Algoritma Theoretical
Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Basis Document CA : Institute for
Bogor (tidak dipublikasi) Computational Earth System Science, University
Sutanto, 1994, Penginderaan Jauh, Yogyakarta: of California Santa Barbara.
Penerbit Gadjah Mada University Data Citra Sateli
Thoha, A.S, 2008, Penggunaan Data Hotspot Untuk (http://ladsweb.nascom.nasa.gov/data/search
Monitoring Kebakaran Hutan dan Lahan Di diakses 12 November 2013).
Indonesia, Karya Tulis, Medan : UNIVERSITAS Data Karakteristik Satelit MODIS
SUMATERA UTARA (http://modis.gsfc.nasa.gov/about/specification.ht
ml, diakses 10 November 2013).
467