Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN ASESMEN RISIKO PRA KONTRUKSI

(PCRA) RSUD MAS AMSYAR KASONGAN

RSUD MAS AMSYAR KASONGAN


Jl. Rumah Sakit No.01 Kasongan Telp. (0536) 4041041,
4041222 Fax. 4041041
e-mail : rsud_kasongan@ymail.com ; rsud@katingankab.go.id
KASONGAN 74412
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
MAS AMSYAR KASONGAN
Nomor :445/ /TU-RSUD/VIII/ 2019
TENTANG
PANDUAN ASSEMEN RISIKO PRA-KONTRUKSI
DI RUMAH SAKIT UMUM MAS AMSYAR KASONGAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN;


Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup yang berada di rumah sakit
perlu dijaga kelestariannya sehinggga tetap mampu menunjang
pelaksanaan kegiatan di dalam serta disekitar rumah sakit;
b. bahwa setiap kegiatan yang dilakukan di dalam rumah
sakit termasuk pekerjaan konstruksi, renovasi dan demolisi
perlu di perhatikan dampaknya terhadap pasien;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam butir b,perlu ditetapkan suatu Panduan
asesmen risiko pra konstruksi;
d. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada konsideran
butir a, b dan c, perlu ditetapkan Peraturan Direktur Tentang
Panduan Asesmen Risiko Pra Konstruksi di RSUD Mas Amsyar
Kasongan ;
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36
tahun 2009 tentang kesehatan;
2. Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
3. Keputusan Kementerian Kesehatan RI Nomor
436/Menkes/SK/VI/1993 tentang Standar Pelayanan rumah
Sakit dan Standar Pelayanan Medis ;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/
Menkes/Per/III/ 2008 tentang Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi ;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 012/ Menkes/
tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit ;;

MEMUTUSKAN

Menetapka : PERATURAN DIREKTUR RSUD MAS AMSYAR KASONGAN


n TENTANG PANDUAN ASESMEN RISIKO PRA KONSTRUKSI
Pertama : Panduan Asesmen Risiko Pra Konstruksi di RSUD Mas Amsyar
Kasongan sebagaimana dimaksud dalam diktum kesatu,
tercantum dalam lampiran Peraturan ini
Kedua : Panduan ini dibuat sebagai acuan pada waktu merencanakan
pembangunan/konstruksi, pembongkaran atau renovasi di
RSUD Mas Amsyar Kasongan
Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan.

Ditetapkan di : KASONGAN

Pada tanggal : Agustus 2019


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

Mas Amsyar Kasongan

dr. AGNES NISSA PAULINA


Penata Tk.I
NIP. 19781118 200904 2 001
BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Rumah sakit sebagai instansi pelayanan kesehatan yang


berhubungan langsung dengan pasien harus mengutamakan pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan
rumah sakit (undang-undang tentang kesehatan dan Rumah Sakit pasal
29 b UU No. 44 tahun 2009). Pasien sebagai pengguna pelayanan
kesehatan berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya
selama dalam perawatan di rumah sakit.

Mutu pelayanan sebagai hasil dari sebuah sistem dalam organisasi


pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh komponen struktur dan proses
Organisasi (struktur dan budaya), manajemen, sumber daya manusia,
teknologi, peralatan, financial adalah komponen dari struktur. Proses
pelayanan, prosedur tindakan, sistem informasi, sistem administrasi,
sistem pengendalian, pedoman merupakan komponen proses.
Keselamatan pasien merupakan hasil interaksi anatara komponen
struktur dan proses. Mutu pelayanan rumah sakit dapat dilihat dari segi
aspek-aspek sebagai berikut : aspek klinis (pelayanan
dokter,keselamatan pasien dan

2. PENGERTIAN

Asesmen Risiko Pra Konstruksi secara komprehensif dan proaktif


digunakan untuk mengevaluasi risiko dan kemudian mengembangkan
rencana agar dapat meminimalkan dampak kontruksi, renovasi atau
penghancuran/demolis sehingga pelayanan pasien tetap terjaga kualitas
dan keamanannya.
BAB II

RUANG LINGKUP

I. RUANG LINGKUP

Panduan Assesmen Risiko Pra Kontruksi (PCRA) ini disusun dengan tata
urut sebagai berikut :

a Bab I Pendahuluan
b Bab II Ruang Lingkup
c Bab III Kebijakan
d Bab IV Tata Laksana
e Bab V Dokumentasi

2. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

Rumah Sakit menentukan regulasi tentang asesmen Risiko Pra


Kontruksi (PCRA) oleh Tim K3RS dan PPI, lainnya untuk evaluasi tentang
asesmen Risiko Pra Kontruksi (PCRA) meliputi :

a Seluruh bangunan dan fasilitas yang digunakan untuk pelayanan


kesehatan, ruangan-ruangan perawatan, poliklinik, dan semua yang
berhubungan dengan pelayanan terhadap pasien.
b Setiap pelaksanaan renovasi ruangan/bangunan akan direncanakan
dan dilaksanakan oleh bagian Umum
c Pada pelaksanaan renovasi harus diperhatikan dampak dari
pekerjaan renovasi bangunan tersebut yang mungkin terjadi meliputi
polusi udara, infeksi, kebisingan, getaran dan jika terjadi kejadian
yang bersifat emergency
d Setiap pelaksanaan renovasi ruangan/bangunan yang akan
dilaksanakan, bagian Harmat sebagai Bagian Pelaksana membuat
Nota dinas ke Tim MFK untuk dilaksanakan PCRA bangunan
BAB III

KEBIJAKAN

1. KEBIJAKAN UMUM

Kontruksi/pembangunan baru du sebuah RS akan berdampak


pada setiap orang di RS dan Pasien dengan kerentanan tubuhnya dapat
menderita dampak terbesar. Kebisingan dan getaran yang terkait dengan
kontruksi dapat mempengaruhi tingkat kenyamanan pasien dan
istirahat/tidur pasien dapat pula terganggu. Debu kontruksi dan bau
dapat mengubah kualitas udara yang dapat menimbulkan ancaman
khususnya bagi pasien dengan gangguan pernafasan. Karena itu, rumah
sakit perlu melakukan assasment risiko setiap ada kegiatan kontruksi,
renovasi maupun demolisi/pembongkaran bangunan.

Assasment risiko harus sudah dilakukan pada waktu perencanaan


atau sebelum pekerjaan kontruksi, renovasi, demolisi dilakukan,
sehingga pada waktu pelaksanaan, sudah ada upaya pengurangan risiko
terhadap dampak dari kontruksi, renovasi,demolisi tersebut. Dalam
rangka melakukan assessment risiko yang terkait dengan proyek
konstruksi baru, rumah sakit perlu melibatkan semua unit/instalasi
yang terkena dampak dari kontruksi tersebut, konsultan perencana atau
manajer desain proyek, komite kesehatan dan keselamatan kerja RS
(K3RS), komite pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), bagian rumah
tangga/bagian umum, bagian teknologi informasi, bagian sarana
prasarana/ IPSRS dan unit atau bagian lainnya yang diperlukan. Risiko
terhadap pasien, keluarga, staf, pengunjung, vendor, pekerja kontrak,
dan unit diluar pelayanan akan bervariasi tergantung pada sejauh mana
kegiatan kontruksi dan dampaknya terhadap infrastruktur dan utilitas,
sebagai tambahan, kedekatan pembangunan ke area pelayanan pasien
akan berdampak pada meningkatnya tingkat risiko. Misalnya, jika
konstruksi melibatkan gedung baru yang terletak terpisah dari bangunan
yang menyediakan pelayanan saat ini, maka resiko untuk pasien dan
pengunjung cenderung akan menjadi minimal.

Risiko dievaluasi dengan melakukan assasment risiko prak-


kontruksi. Juga dikenal sebagai PCRA (pra-contruction risk assessment)
asesmen risiko pra kontruksi secara komprehensif dan proaktif
digunakan untuk mengevaluasi risiko dan kemudia mengembangkan
rencana agar dapat meminimalkan dampak kontruksi, renovasi atau
penghancuran/demolish sehingga pelayanan pasien tetap terjaga kualitas
dan keamannya.

Tahap prakontruksi pada tahap prakontruksi kegiatan yang


diperlukan menimbulkan dampak sebagai berikut : survey lapangan,
pengadaan lahan, mobilisasi tenaga kerja untuk kontribusi, mobilisasi
alat, pengadaan material dan pematangan lahan. Kontruksi merupakan
suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana, dalam sebuah
bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah kontruksi juga dikenal sebuah
bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada
beberapa area secara ringkas kontruksi di definisikan sebagai objek
keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagian-bagian struktur.
Misalnya, kontruksi struktur bangunan adalah bentuk bangunan secara
keseluruhan dari struktur bangunan.
Demolisi/renovasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
memperbarui, memperbaiki atau mengganti sebagai bngunan rumah
sakit untuk mencapai kondisi yang lebih baik. Sebenernya, ada kegiatan
lain yang juga sering dimasukkan ke dalam definisi renovasi, yaitu
pengembangan jika masing-masing istilah ini dipisahkan, perbedaannya
adalah dalam luasan bangunan fisik rumah sakit.

Renovasi tidak mengubah luasan bangunan rumah sakit,


sementara pengembangan menambah luasan bangunan/fasilitas rumah
sakit. Dalam renovasi, bangunan hanya diperbaiki dan diperbaharui
dengan material yang baru.

2 . KEBIJAKAN KHUSUS

a Setiap pelaksanaan renovasi ruangan/bangunan akan direncanakan


dan dilaksanakan oleh bagian Umum
b Pada pelaksanaan renovasi harus diperhatikan dampak dari
pekerjaan renovasi bangunan tersebut yang mungkin terjadi meliputi
polusi udara, infeksi, kebisingan, getaran dan jika terjadi kejadian
yang bersifat emergency
c Setiap pelaksanaan renovasi ruangan/ bangunan yang akan
dilaksanakan, bagian Taud sebagai Bagian Pelaksana membuat Nota
Dinas ke Tim MFK untuk dilaksanakan PCRS bangunan.
d Dalam pelaksanaan demolisi/renovasi, bangunan atau fasilitas harus
dalam keadaan kosong atau tidak digunakan untuk melaksanakan
pelayanan. Namun dalam kondisi pelayanan di fasilitas atau
disekitarnya tetap harus melaksanakan pelayanan, maka harus
dilaksanakan kegiatan atau tindakan agar dampak dari demolisi
tersebut dapat dikurangi atau bahkan ditiadakan.
e Asesmen Risiko Pra Kontruksi (PCRA)
1) Pada waktu melaksanakan/merencanakan pembangunan
kontruksi, pembongkaran atau renovasi RS permata
depokmelakukan asesmen risikopra kontruksi meliputi :
a) Kualitas udara
b) Pengendalian infeksi (ICRA)
c) Utilitas
d) Kebisingan
e) Getaran
f) Bahan berbahaya
g) Layanan darurat, seperti respon terhadap kode
h) Bahaya lain yang mempengaruhi perawatan,pengobatan,
dan layanan

Selain itu, rumah sakit bersama dengan manajemen kontruksi (MK)


memastikan bahwa kepatuhan kontraktor dipantau, ditegakan dan
didokumentasikan. Sebagai bagian dari penilaian risiko, risiko
pasien infeksi dari kontruksi dievaluasi melalui infeksi penilaian
risiko control juga dikenal sebagai ICRA. (juga lihat PPI 7.5) dalam
menyusun PCRA, individu atau organisasi yang ditunjuk untuk
melakukan pengawasan dan penerapan manajemen risiko fasilitas
yang ada di MFK.3 agar melakukan koordinasi dengan organisasi
PPI karena antara PCRA dan ICRA merupakan kesatuan yang
tidak bisa dipisahkan.

2) PCRA merupakan pengkajian nilai kualitatif dan kuantitatif


risiko cedera atau infeksi terkait aktifitas di fasilitas pelayanan
kesehatan serta mengenali ancaman bahaya aktifitas tersebut.
3) Kontruksi, renovasi dan demolisi akan menimbulkan debu yang
mengandung flamen-flamen jamur, seperti Aspergillus dan juga
potensial pathogen
4) Cara mengidentifikasi risiko infeksi, identifikasi jenis aktifitas
dengan mempertimbangkan pasien, petugas kesehatan dan
resiko terhadap pengunjung.
5) Analisis risiko, di identifikasi kemungkinan konsekuensi dari
program untuk pasien, petugas, pengunjung dan lingkungan
a) Pre Renovasi
 Sebelum renovasi ada rapat koordinasi antara
bagian teknik, Tim MFK, PPIRS,K3RS, unit sanitasi,
dan vendor
 Tim MFK, PPIRS melakukan pengkajian risiko dan
membuat izin renovasi/demolisi
 Sebelum pelaksanaan pembangunan dan renovasi
bangunan Tim PPIRS,K3RS dan Unit Sanitasi
Lingkungan memberikan edukasi kepada pihak
perencana dan pelaksana proyek tentang
pencegahan terjadinya penularan penyakit akibat
renovasi.
 Selama proses pembangunan pelaksanaan proyek
wajib menggunaan APD sesuai K3
 Setelah pembangunan selesai Tim MFK melakukan
Evaluasi kembali melalui cek list renovasi
bangunan.
b) Selama Renovasi, selama dalam proses pembangunan,
tim pengawas proyek (Taud, Tim MFK, PPI, K3 dan
Kesling) melakukan monitoring terhadap pelaksanaan
pekerjaan sesuai Surat Kesepakatan.
c) Aktifitas kontruksi berdasarkan tipe :
1) Tipe Aktifitas ditentukan dengan :
 Banyaknya debu yang ditimbulkan
 Potensi terhadap aerosol air
 Lama pekerjaan kontruksi
 Jumlah system pendingin ruangan dan
ventilasi yang terpadu.
2) Ada 4 tipe:tipe A,B,C dan D
 Tipe A
 Inspeksi dan aktivitas non invasive
 Jenis pekerjaan : mengangkat papan
plavon untuk inspeksi visual terbatas
pada 1 papan per square feet
 Pengecetan dll.
 Tipe B
 Skala kecil, durasi aktivitas pendek
yang dapat menghasilkan debu
minimal
 Jenis pekerjaan : instalasi telepon dan
kabel computer, akses untuk ke
ruangan, memotong dinding atau
langit-langit dimana migrasi debu
dapat dikontrol
 Tipe C
 Aktifitas yang menghasilkan debu dari
tingkat moderat sampai tinggi atau
membutuhkan penghanncuran atau
pemusnahan komponen kerangka
gedung
 Jenis pekerjaan : melakukan plesteran
dinding untuk di cat atau pelapisan
dinding, mengangkat penutup lantai,
papan plavon, dan papan penghalang,
kontruksi dinding baru, membuat
akses kerja minor, atau pekerjaan
listrik di atas plavon, aktifitas kabel
mayor, pekerjaan yang tidak bias
diselesaikan dalam satu shift
 Tipe D
 Penghancuran mayor dan proyek
bangunan
 Jenis pekerjaan : aktifitas yang
membutuhkan kerja shift yang
berkelanjutan, membutuhkan
penghancuran besar, pengangkatan
system kabel yang lengkap, kontruksi
baru.
d) Berdasarkan Kelompok Risiko
1) Risiko rendah : pada area kantor, non patient area
2) Risiko sedang :
 Selasar atau halaman ruang rawat inap
 Radiologi
 Pendaftaran/Rekam medic
 Dapur
3) Risiko Tinggi
 Poliklinik
 IGD
 Unit hemodialisa
 Ct Scan
 Laboraturium
 Farmasi
 Vk
 Unit Teknik
4) Risiko sangat tinggi
 R. Isolasi tiap ruangan rawat inap
 ICU/ICCU
 Kamar Bedah
e) Level PCRA. Berdasarkan tabel antara Tipe Pekerjaan
Kontruksi dan Kelompok Risiko Bangunan.
1) Level I
 Lakukan pekerjaan dengan metode yang
dapat meminimalisir debu dari aktifitas
kontruksi
 Mengganti/menggeser papan langit-langit
yang salah posisi
2) Level II
 Melakukan metode yang aktif untuk
mencegah debu berterbangan dari tempatnya
ke udara
 Semprotan air ke permukaan kerja untuk
mengontrol debu pada saat memotong
 Tutup pintu yang tidak dipakai dengan
selotip
 Memblok dan menutup ventilasi udara
 Letakan keset di pintu masuk dan keluar dari
area kontruksi
 Lepaskan atau lakukan isolasi system HVAC
di area kerja
3) Level III
 Jaga tekanan negative udara dalam area
kerja menggunapak HEPA yang dilengkapai
dengan unit filtrasi udara
 Pengiriman atau kereta, tutup rapat dengan
selotip kecuali sudah ada penutupnya.

4) Level IV
 Jaga tekanan negative udara dalam area
kerja menggunakan HEPA yang dilengkapi
dengan unit filtrasi udara
 Tutup lubangm pipa-pipa, sambungan-
sambungam dan bolongan-bolongan dengan
benar
 Setiap petugas yang memasuki area kerja
harus memakai pelindung diri lengkap
 Jangan melepaskan penghalang dari area
kerja sampai proyek selesai.
BAB IV
TATA LAKSANA

Tata laksana tahap prakontruksi pada tahap prakontruksi kegiatan


yang diperlukan menimbulkan dampak sebagai berikut : survey lapangan,
pengadaan lahan, mobilisasi tenaga kerja untuk kontruksi, mobilisasi alat,
pengadaan material dan pematangan lahan.

Tata laksana konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun


sarana maupun prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik
sipil, sebuah kontruksi juga dikenal sebuah bangunan atau satuan
inprastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area secara singkat
kontruksi di definisikan sebagai objek keseluruhan bangunan yang terdiri
dari bagian-bagian struktur. Misalnya, kontruksi struktur bangunan adalah
bentuk bangunan secara keseluruhan dari struktur bangunan.

Tata laksana demolisi/renovasi dalam pelaksanaan demolisi/renovasi


bangunan atau failitas harus dalam keadaan kosong atau tidak digunakan
untuk melaksanakan pelayanan. Namun dalam kondisi pelayanan di
fasilitas atau sekitarnya tetap harus melaksanakan pelayanan, maka harus
dilaksanakan kegiatan atau tindakan agar dampak dari demolisi tersebut
dapat dikurangi atau bahkan ditiadakan.

1. Asesmen Risiko Pra Kontruksi (PCRA)

1) PCRA merupakan pengkajian kontruksi secara keseluruhan salah


satunya adalah nilai kualitatif dan kuantitatif risiko cedera atau
infeksi terkait aktifitas di fasilitas pelayanan kesehatan serta
mengenali ancaman bahaya aktivitas tersebut.
2) Kontruksi, renovasi dan demolisi akan menimbulkan debu yang
mengandung flamen-flamen jamur, seperti aspergillus dan juga
potensi pathogen lain.
3) Cara mengidentifikasi risiko infeksi, identifikasi jenis aktifitas dengan
mempertimbangkan pasien, petugas kesehatan dan resiko terhadap
pengunjung.
4) Analisis Risiko di identifikasi kemungkinan konsekuensi dari program
untuk pasien, petugas, pengunjung dan lingkungan
A Pre Renovasi
 Sebelum renovasi ada rapat koordinasi antara bagian
teknik, Tim MFK, PPIRS,K3RS, Unit sanitasi dan
vendor
 Tim MFK dan PPIRS melakukan pengkajian risiko dan
membuat ijin renovasi/demolisi
 Sebelum pelaksanaan pembangunan dan renovasi
bangunan Tim MFK,PPIPRS,K3RS dan Unit Sanitasi
Lingkungan memberikan edukasi kepada pihak
perencana dan pelakana proyek tentang pencegahan
terjadinya penularan penyakit akibat renovasi
 Selama proses pembangunan pelakanaan proyek wajib
menggunakan APD sesuai K3
 Setelah pembangunan pengembangan selesai Tim MFK
dan PPI melakukan evaluasi kembali melalui cek list
renovasi bangunan
B Selama Renovasi, selama dalam proses pembangunan. Tim
pengawas proyek (bagian harmat, Tim MFK, PPI, K3 dan
kesling) melakukan mpnitoring terhadap pelaksanaan
pekerjaan sesuai Surat Kesepakatan.
C Aktifitas kontruksi berdasarkan Tipe :
a) Tipe aktifitas ditentukan dengan :
 Banyaknya debu yang timbul
 Potensi terhadap aerosol air
 Lama pekerjaan kontruksi
 Jumlah system pendingin ruangan dan ventilasi
yang terpadu
b) Ada 4 tipe :Tipe A,B,C dan D
1) Tipe A
 Inspeksi dan aktivitas non invasive
 Jenis pekerjaan : mengangkat papan plavon
untuk inspeksi visual terbatas pada 1 papan
per square feet
 Pengecatan dll
2) Tipe B
 Skala kecil, durasi aktivitas pendek yang
dapat menghasilkan debu minimal
 Jenis pekerjaan : instalasi telepon dan kabel
computer, akses untuk ke ruangan,
memotong dinding atau langit-langit dimana
migrasi debu dapat dikontrol
3) Tipe C
 Aktivitas yang menghasilkan debu dari
tingkat moderat sampai tinggi atau
membutuhkan penghancuran atau
pemusnahan komponen kerangka gedung
 Jenis pekerjaan : melakukan plesteran
dinding untuk di cat atau pelapisan dinding,
mengangkat penutup lantai,papan plavon,
dan papan penghalang, kontruksi dinding
baru, membuat akses kerja minor, atau
pekerjaan listrik di atas plavon, aktivitas
kabel mayor, pekerjaan yang tidak bisa
diselesaikan dalam satu shift
4) Tipe D
 Penghancuran mayor dan proyek bangunan
 Jenis pekerjaan : aktivitas yang
membutuhkan kerja shift yang
berkelanjutan, membutuhkan penghancuran
besar, pengangkatan system kabel yang
lengkap, kontruksi baru.
c) Berdasarkan kelompok resiko
1) Resiko rendah : pada area kantor, non patient area
2) Resiko sedang
 Selasar atau halaman ruang rawat inap
 Radiologi
 Pendaftaran/rekam medic
 Dapur

3) Resiko Tinggi
 Poliklinik
 IGD
 Unit Hemodialisa
 Vk
 Laboraturium
 Farmasi
4) Resiko Sangat Tinggi
 R. Isolasi tiap ruangan rawat inap
 ICU/ICCU
 R. strelisasi
 Kamar Bedan
d) Level PCRA. Berdasarkan tabel antara tipe pekerjaan
kontruksi dan kelompok resiko bangunan
1) Level I
 Lakukan pekerjaan dengan metode yang
dapat meminimalisir debu dari aktivitas
kontruksi
 Mengganti /menggeser papan langit-langit
yang salah posisi
2) Level II
 Melakukan metode yang aktif untuk
mencegah debu berterbangan dari tempatnya
ke udara
 Semprotan air ke permukaan kerja untuk
mengontrol debu pada saat memotong
 Tutup pintu yang tidak dipakai dengan
solatip
 Memblok dan menutup ventilasi udara
 Letakkan keset di pintu masuk dan keluar
dari area kontruksi
 Lepaskan atau lakukan isolasi system HVAC
di area kerja
3) Level III
 Jaga tekanan negative udara dalam area
kerja menggunakan HEPA yang dilengkapi
dengan unit filtrasi udara
 Pengiriman atau kereta, tutup rapat dengan
selotip, kecuali sudah ada penutupnya.
4) Level IV
 Jaga tekanan negative udara dalam area
kerja menggunakan HEPA yang dilengkapi
dengan unit filtrasi udara.
 Tutup lubang, pipa-pipa, sambungan-
sambungan dan bolongan-bolongan dengan
benar
 Setiap petugas yang memasuki area kerja
harus memakai alat pelindung diri
 Jangan melepaskan penghalang dari area
kerja sampai proyek selesai.

Kualitas udara

Untuk mengatasi polusi udara yang diakibatkan kegiatan renovasi


yang berupa pembongkaran tembok, kupas plesteran, pengamplasan, maka
harus dilakukan penyekatan,area pekerjaan dengan menggunakan triplek.
Terpal, seng, atau bahan-bahan lain yang dapat mencegah debu keluar dari
area demolisi/renovasi, atau dengan cara membasahi material yang akan
dibongkar dengan air untuk mencegah debu berterbangan. Selain untuk
menanggulangi dampak yang berupa polisi udara, hal ini juga dapat
mencegah timbulnya infeksi yang disebabkan oleh debu. Adapun
kandungan debu maksimal didalam udara ruangan dalam pengukuran
debu rata-rata 8jam adalah 0,15mg/m3.
Kebutuhan Utilitasi

a Kebutuhan air bersih. Kebutuhan air bersih dapat dipenuhi dengan


memanfaatkan saluran air rumah sakit yang sudah ada di area
renovasi, yang menggunakan system tangki atap dan tangki tekan.
b Pembuangan air kotor. Pembuangan air kotor/limbah dapat
dilakukan menggunakan saluran air kotor terdekat yang sudah ada di
area rumah sakit.
c Pembuangan sampah. Pembuangan sampah bongkaran material
harus dilakukan dengan rapi sehingga tidak menganggu kegiatan
pelayanan di unit pelayanan sekitarnya dan tidak mengganggu
keindahan lingkungan.
d Instalasi listrik. Sumber daya listrik dapat diambil dari instalasi
terdekat yang ada dirumah sakit dengan memperhatikan segi
keamanan dan kerapihan. Menggunakan material/bahan-bahan
standard an pengaturan kabel tidak berserakan.

Kebisingan

Dengan melakukan penyekatan area demosil/renovasi dengan bahan


yang dapat mengurangi kebisingan yang ditimbulkan dari kegiatan
tersebut. Bahan yang digunakan adalah partikel hardboard dilapisi
lembaran sterofoam.

Getaran

Apabila kegiatan demosili/renovasi akan menimbulkan dampak getaran


yang sangat kuat, sehingga mengganggu kenyamanan pengguna
sekitarnya, maka kegiatan pelayanan harus dipindahkan atau
dihentikan sementara selama getaran tersebut timbul.

Bahan Berbahaya

Bahan berbahaya atau beracun kerap disingkat B3 adalah zat atau


bahan-bahan lain yang dapat membahayakan kesehatan atau
kelangsungan hidup manusia, makhluk lain, dan atau lingkungan hidup
pada umumnya.
BAB V
DOKUMENTASI

Kelengkapan Dokumen, selama pelaksanaan kegiatan, dilakukan


pencatatan dan pelaporan tentang kegiatan dan administrasi yang telah
dilakukan, dokumen yang harus dilengkapi adalah :

a Bukti berupa foto-foto pelaksanaan pembangunan di RS yang sudah


melaksanakan pencegahan dari dampak polusi udara, kebisingan,
getaran, infeksi dan kejadian yang bersifat infeksi.
b Bukti Laporan Asesmen Risiko Pra Kontruksi (PCRA)

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah


Mas Amsyar Kasongan

dr. AGNES NISSA PAULINA


Penata Tk.I
NIP. 19781118 200904 2 001

Anda mungkin juga menyukai