HIPERTENSI
HIPERTENSI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Menkes, hipertensi merupakan penyakit yang sangat berbahaya, karena tidak ada gejala
atau tanda khas sebagai peringatan dini. Kebanyakan orang merasa sehat dan energik. Menurut hasil
Riskesdas Tahun 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi. Keadaan ini
tentunya sangat berbahaya, yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada masyarakat.
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas
140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai
hipertensi. Data WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4%
penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta
berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia. Ini
membalikkan teori sebelumnya bahwa hipertensi banyak menyerang kalangan ”mapan”. Faktanya,di
kuratif, rehabilitatif, untuk meningkatkan kesehatan, melakukan pencegahan, mengobati, dan pemulihan
kesehatan masyarakat.
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui manajemen Asuhan Keperawatan pada pasien yang mengalami hipertensi
2. Mengetahui peran perawat dalam menjalankan intervensi pada pasien yang mengalami hipertensi
3. Mengetahui Evidance Based Nursing terkait intervensi keperawatan pada pasien yang mengalami
hipertensi
C. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui, mengerti, maupun melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan hipertensi.
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Anatomi Fisiologi
Jantung merupakan organ muscular berongga, bentuknya menyerupai piramid atau jantung
pisang yang merupakan pusat sirkulasi darah ke seluruh tubuh, terletak dalam rongga toraks pada
bagian mediastinum. Ujung jantung mengarah kebawah, ke depan bagian kiri: Basis jantung terdapat
aorta batang nadi paru pembuluh balik atas dan bawah dan pembuluh paru. Hubungan jantung
dengan alat sekitarnya:
a. Dinding depan berhubungan dengan sternum dan kartilago kostalis tinggi kosta III-I.
c. Atas setinggi torakal IV dan servikal II, berhubungan dengan aorta pulmonalis, bronkus dekstra,
Jantung difiksasi pada tempatnya agar tidak mudah berpindah tempat. Penyokong jantung
utama adalah paru yang menekan jantung dari samping diafragma menyokong dari bawah,
pembuluh darah besar yang keluar dan masuk jantung sehingga jantung tidak mudah berpindah.
Factor yang memengaruhi kedudukan jantung:
a. Faktor umur: pada usia lanjut alat-alat dalam rongga torak termasuk jantung agak turun ke
bawah.
b. Bentuk rongga dada: perubahan bentuk torak yang menetap misalnya penderita TBC menahun
batas jantung menurun sedangkan pada asma torak melebar dan membulat.
c. Letak diafragma: menyokong jantung dari bawah, jika terjadi penekanan diafragma keatas akan
d. Perubahan posisi tubuh: proyeksi jantung normal ditentukan oleh perubahan posisi tubuh,
misalnya membungkuk, tidur miring ke kiri atau ke kanan.
mediastinum minus, terletak di belakang korpus sterni dan rawan iga II-IV.
2
1) Perikardium fibrosum (visceral): bagian kantong yang membatasi pergerakan jantung
terikat ke bawah sentrum tendinium diafragma bersatu dengan pembuluh darah besar,
melekat pada sternum melalui ligamentum sternoperikardial.
2) Periakrdium serosum (parietal), dibagi menajdi dua bagian: perikardium parietalis
pergesekan antara perikardium tersebut tidak menimbulkan gangguan terhadap jantung. Pada
b. Miokardium Lapisan otot jantung menerima darah dari arteri koronaria. Arteri koronaria kiri
bercabang menjadi arteri desending anterior dan arteri sirkumfleks. Arteri koronaria kanan
memberikan darah untuk sinoatrial node, ventrikel kanan, permukaan diafragma ventrikel kanan.
Vena koronaria mengembalikan darah ke sinus kemudian bersikulasi langsung ke dalam paru.
Susunan miokardium:
1) Susunan otot atria: sangat tipis dan kurang teratur, serabut-serabutnya disusun dalam dua
lapisan. Lapisan luar mencakup kedua atria. Serabut luar ini paling nyata di bagian depan
atria. Beberapa serabut masuk ke dalam septum atrioventrikular. Lapisan dalam terdiri dari
2) Susunan otot ventrikuler: membentuk bilik jantung dimulai dari cincin atrioventikuler
sampai ke apeks jantung.
3) Susunan otot atrioventikular merupakan dinding pemisah antara serambi dan bilik (atrium
dan ventrikel).
c. Endokardium (permukaan dalam jantung) Dinding dalam atrium diliputi oleh membran yang
mengilat, terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender endokardium, kecuali aurikula dan
bagian depan krista. Ke arah aurikula dari ujung bawah krista terminalis terdapat sebuah lipatan
endokardium yang menonjol dikenal sebagai valvula vena kava inverior, berjalan di depan
muara vena inferior menuju ke tepi disebut fosa ovalis. Antara atrium kanan dan ventrikel kanan
terdapat hubungan melalui orifisium artikular.
3
esophagus, vena azigos, duktus torakalis, terdapat seitinggi vertebrae torakalis (vertebra ruas
VIII).
b. Apeks kordis: bagian bawah jantung berbentuk puncak kerucut tumpul. Bagian ini dibentuk oleh
ujung ventrikel sinistra dan ventrikel dekstra. Bagian apek tertutupi oleh paru dan pleura sinistra
toraks, dibentuk oleh atrium dekstra, ventrikel dekstra dan sedikit ventrikel sinistra.
b. Fascies dorsalis: permukaan jantung mengahdap kebelakang, berbentuk segi empat berbatasan
dengan mediastinum posterior, dibentuk oleh dinding atrium sinistra, sebagian atrium dekstra,
c. Fascies diafragmatika: permukaan bagian bawah jantung yang berbatas dengan sternum
tendinium diafragma dibentuk oleh dinding ventrikel sinistra dan sebagian kecil ventrikel
dekstra.
a. Margo dekstra: bagian jantung tepi kanan membentang mulai dari vena kava superior sampai ke
apeks kordis, dibentuk oleh dinding atrium dekstra dan dinding ventrikel dekstra, memisahkan
b. Margo sinistra: bagian ujung jantung sebelah tepi membentang dari bagian bawah muara vena
pulmonalis sinistra inferior sampai ke apeks kordis, dibentuk oleh dinding atrium sinistra (diatas)
dan dinding ventrikel sinistra (di bawah) memisahkan fascies sternokostalis dengan fascies
a. Sulkus atrioventrikularis: mengelilingi batas bawah basis kordis, terletak diantara batas kedua
b. Sulkuls longitudinalis anterior: alur ini terdapat pada fascies sternokostalis mulai dari celah di
antara arteri polmonalis dengan aurikula sinistra, berjalan ke bawah menuju apeks kordis. Sulkus
ini merupakan batas antara kedua ventrikel dari depan.
c. Sulkus longitudinalis posterior: alur ini terdapat pada fascies diafragmatika kordis, muai dari
sulkus koronarius sebelah kanan muara vena kava inferior menuju apeks kordis. Sulkus ini
merupakan batas antara kedua ventrikel dari belakang bawah.
4
Ruang-ruang jantung:
a. Atrium dekstra: terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar, bagian dalamnya membentuk
suatu rigi atau krista terminalis. Bagian utama atrium yang terletak posterior terhadap rigi
terdapat dinding halus yang secara embriologis berasal dari sinus venosus. Bagian atrium yang
terletak di depan rigi mengalami trabekulasi akibat berkas serabut otot yang berjalan dari krista
terminalis.
1) Muara pada atrium kanan :
a) Vena kava superior: bermuara ke dalam bagian atas atrium kanan. Muara ini tidak
b) Vena kava inferior: lebih besar dari vena kava superior, bermuara ke dalam bagian
bawah atrium kanan, mengembalikan darah kejantung dari separoh badan bagian
bawah.
c) Sinus koronalis: bermuara ke dalam atrium kanan antara vena kava inferior dengan
osteum ventrikulare, dilindungi oleh katub yang tidak berfungsi.
d) Osteum atrioventrikuler dekstra: bagian anterior vena kava inferior dilindungi oleh vulva
bikuspidalis. Di samping itu banyak bermuara vena-vena kecil yang mengalirkan darah
2) Sisa-sisa fetal pada atrium kanan. Fossa ovalis dan annulus ovalis adalah dua struktur yang
terletak pada septum interartrial yang memisahkan atrium kanan dengan atrium kiri. Fossa
ovalis merupakan lekukan dangkal tempat foramen ovale pada vetus dan annulus ovalis
dan dengan traktus pulmonalis melalui osteum pulmonalis. Dinding ventrikel kanan jauh lebih
tebal dari atrium kanan pulmonalis. Dinding ventrikel kanan jauh lebih tebal dari atrium kanan.
fibrosa, terdiri dari tiga kuspis atau saringan (anterior, septalis, dan inferior). Basis kuspis
melekat pada cincin fibrosa rangka jantung. Bila ventrikel berkontraksi M. papilaris
berkontraksi mencegah agar kuspis tidak terdorong ke atrium dan terbalik waktu tekanan
intraventrikuler meningkat.
2) Valvula pulmunalis: melindungi osteum pulmonalis, terdiri dari semilunaris arteri pulmonalis,
dibentuk oleh lipatan endokardium disertai sedikit jaringan fibrosa. Mulut muara kuspis
arahnya ke atas, ke dalam trunkus pulmonalis. Selama sistolik ventrikel katup kuspis tertekan
pada dinding trunkus pulmonalis oleh darah yang keluar. Selama diastolik, darah mengalir
kembali ke jantung masuk ke sinus. Katup kuspis terisi dan menutup osteum pulmonalis.
5
c. Atrium sinistra: terdiri dari rongga utama dan aurikula, terletak di belakang atrium kanan,
membentuk sebagian besar basis (fascies posterior), dibelakang atrium sinistra terdapat sinus
oblig perikardium serosum dan perikardium fibrosum. Bagian dalam atrium sinistra halus dan
bagian aurikula mempunyai rigi otot seperti aurikula dekstra. Muara atrium sinistra vena
pulmonalis dari masing-masing paru bermuara pada dinding posterior dan mempunyai valvula
osteum atrioventrikular sinistra, dilindungi oleh valvula mitralis.
d. Ventrikel sinistra: ventrikel kiri berhubungan dengan atrium sinistra melalui osteum
atrioventrikuler sinistra dan dengan aorta melalui osteum aorta. Dinding ventrikel sinistra tiga
kali lebih tebal dari ventrikel kanan. Tekanan darah intraventrikuler kiri enam kali lebih tinggi
1) Valvula mitralis (bikuspidalis): melindungi osteum atrioventrikular terdiri atas dua kuspis
(kuspis anterior dan kuspis posterior). Kuspis anterior lebih besar terletak antara osteum
semilunaris arteri pulmonalis. Salah satu kuspisnya terletak pada dinding anterior dan dua
terletak pada dinding posterior di belakang kuspis. Dinding aorta membentuk sinus aorta
anterior merupakan asal arteri koronaria dekstra. Sinus posterior sinistra merupakan asal
a. Arteri koronaria kanan: berasal dari sinus anterior aorta berjalan ke depan antara trunkus
pulmonalis dan aurikula dekstra, memberikan cabang-cabang ke atrium dekstra dan ventrikel
desktra. Pada tepi inferior jantung menuju sulkus atrioventrikularis untuk beranastomosis dengan
b. Arteri koronaria kiri: lebih besar dari arteri koronaria dekstra, dari sinus posterior aorta sisintra
berjalan ke depan antara trunkus pulmonalis dan aurikula kiri masuk ke sulkus atrioventrikularis
menuju ke apeks jantung memberikan darag untuk ventrikel dekstra dan septum
interventrikularis.
c. Aliran vena jantung: sebagian darah dari dinding jantung mengalir ke atrium kanan melalui sinus
koronarius yang terletak di bagian belakang sulkus atrioventrikularis merupakan lanjutan dari V.
kardiak magna yang bermuara ke atrium dekstra sebelah kiri vena kava inferior V. Kardiak
minimae dan media merupakan cabang sinus koronarius, sisanya kembali ke atrium dekstra
melalui vena kardiak anterior, melalui vena kecil langsung ke ruang-ruang jantung.
6
Jantung dipersarafi oleh serabut simpatis dan parasimpatis sistem saraf otonom melalui pleksus
kardiakus. Saraf simpatis berasal dari trunkus simpatikus bagian servikal dan torakal bagian atas dan
saraf simpatis berasal dari nervus vagus. Serabut eferen post-ganglion berjalan ke nodus sinus atrialis
dan nodus atrioventrikularis tersebar ke bagian jantung yang lain. Serabut aferen berjalan bersama
nervus vagus berperan sebagai refleks kardiovaskuler, berjalan bersama saraf simpatis.
7
B. Konsep Medik Penyakit Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
(sumber: purworejo.sorot.com)
World Health Organzation (WHO) dan The International Society of Hypertension (ISH)
menetapkan bahwa hiperetensi merupakan kondisi ketika tekanan darah (TD) sistolik lebih besar
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Nilai ini merupakan hasil
rata minimal dua kali pengukuran seetelah melakukan dua kali atau lebih kontak dengan petugas
2. Klasifikasi Hipertensi
a. Menurut WHO (World Health Organization), klasifikasi tekanan darah tinggi sebagai berikut
(Bangun, 2008):
1) Tekanan darah normal, yakni jika sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan
3) Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni jika sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.
b. Menurut JNC VII dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Turner, Rick. 2010):
8
c. Rekomendasi dari JNC VIII dalam penanganan hipertensi
1) Pada pasien berusia ≥ 60 tahun , mulai pengobatan farmakologis pada tekanan darah
sistolik ≥ 150mmHg atau diastolik ≥ 90mmHg dengan target terapi untuk sistolik <
3) Pada pasien berusia < 60 tahun , mulai pengobatan farmakologis pada tekanan darah
sistolik ≥ 140mmHg dengan target terapi < 140mmHg . ( Opini Ahli - kelas E )
4) Pada pasien berusia ≥ 18 tahun dengan penyakit ginjal kronis , mulai pengobatan
farmakologis pada tekanan darah sistolik ≥ 140mmHg atau diastolik ≥ 90mmHg dengan
target terapi sistolik < 140mmHg dan diastolik < 90mmHg . ( Opini Ahli - kelas E )
5) Pada pasien berusia ≥ 18 tahun dengan diabetes , mulai pengobatan farmakologis pada
tekanan darah sistolik ≥ 140mmHg atau diastolik BP ≥ 90mmHg dengan target terapi
untuk sistolik gol BP < 140mmHg dan diastolik gol BP < 90mmHg . ( Opini Ahli - kelas E )
pengobatan antihipertensi awal harus mencakup diuretik tipe thiazide, CCB , ACE
7 yang mana panel merekomendasikan diuretik tipe thiazide sebagai terapi awal untuk
antihipertensi awal harus mencakup diuretic tipe thiazide atau CCB . ( Untuk penduduk
tambahan antihipertensi harus mencakup ACE inhibitor atau ARB untuk meningkatkan
9) Jika target tekanan darah tidak tercapai dalam waktu satu bulan pengobatan, tiingkatkan
dosis obat awal atau menambahkan obat kedua dari salah satu kelas dalam Rekomendasi
6 . Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai dengan dua obat , tambahkan dan titrasi
obat ketiga dari daftar yang tersedia. Jangan gunakan ACEI dan ARB bersama-sama pada
pasien yang sama . Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai hanya dengan
menggunakan obat-obatan dalam Rekomendasi 6 karena kontraindikasi atau kebutuhan
untuk menggunakan lebih dari 3 obat untuk mencapai target tekanan darah, maka obat
9
3. Etiologi dan Faktor Risiko
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hipertensi yang 90% tidak
diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya
hipertensi esensial diantaranya dijelaskan pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Faktor Hipertensi Esensial
penyakit hipertensi
Berat badan atau obesitas (25% diatas berat badan ideal) juga sering dikaitkan
diterapkan)
Stres Stres fisik dan emosional menyebabkan kenaikana
sementara tekanan darah, tetapi peran setres pada
hipertensi primer belum jelas. Tekanan darah
normalnya berflukatuasi selama siang hari, yang naik
pada aktifitas, ketidaknyamanan, atau respon
emosional seperti marah. Setres yang sering dan
terus menerus dapat menyebabkan hipertropi otot
polos vaskular atau mempengaruhi jalur intrati
sentral otak.
10
Tabel 3. Jenis Hipertensi Sekunder
Jenis-jenis Penjelasan
11
penambahan volume cairan tubuh serta
4. Patofisiologi
Tekanan darah merupakan hasil interaksi antara curah jantung (cardiac out put) dan
derajat dilatasi atau konstriksi arteriola (resestensi vaskular sistemik). Tekanan darah arteri di
kontrol dalam aktu singkat oleh baro resptor arteri yang mendeteksi perubahan tekanan pada
ateri utama, dan kemudian melalui mekanisme umpan balik hormonal menimbulkan berbagai
variasi respons tubuh seperti frekuensi denyut jantung, kontraksi otot jantung, kontraksi otot
polos pada pembuluh darah dengan tujuan mempertahankan tekanan darah dalam batas
normal. Baro sereptor dalam komponen kardiovaskuler tekanan rendah, seperti vena, atrium
dan sirkulasi plimonar, memainkan peranan penting dalam pengaturan hormonal volume
vaskular. Penderita hipertensi di pastikan mengalami peningkatan salah satu atau kedua
komponen ini, yakni curah jantung dan atau resetensi vaskular sistemik.
Hemodinamik yang khas dari hipertensi yang menetap bergantung pada tingginya
tekanan arteri, derajat kontriksi pembuluh darah dan adanya pembesaran jantung. Hipertensi
sedang yang tidak di sertai dengan pembesaran jantung memiliki curah jantung normal.
Namun demikian, terjadi resistensi vaskuler perifer dan penurunan kecepatan ejeksi ventrikel
kiri.
Saat hipertensi bertambah berat dan jantung mulai mengalami pembesaran, curah
jantung mengalami penurunan secara progesif meskipun belum terdapat tanda – tanda gagal
jantung. Hal ini disebabkan sesistensi perifer sistemik semakin tinggi dan kecepatan ejeksi
tubuh, terutama ginjal. Kondisi ini berdampak pada penurunan volume ekstra sel dan perfusi
ginjal yang berujung dengan iskemik ginjal. Penurunan perfusi ginjal ini akan mengaktifasi
Renin yang dikeluarkan oleh ginjal ini akan merangsang angiotensinogen untuk
meningkatkan tekanan darah. Dampak yang ditimbulkan AII antara lain hipertrofi jantung dan
12
pembuluh darah, stimulasi rasa haus, memicu produksi aldosteron dan anti-diuretic hormone
(ADH).
Renin di eksresikan sebagai respon tubuh terhadap beberapa kondisi di antaranya
stimulasi sistem saraf simpatik, hipotensi, dan penurunan asupan natrium. Kemudian renin
jantung lebih besar dalam melakukan pemompaan. Sedangkan pada vena dampak
kontriksinya lemah, tetapi sudah mampu menimbulkan peningkatan aliran balik darah
vena ke jantung. Peningkatan aliran balik ini akan menyebabkan peningkatan preload
keadaan hormon aldosteron ini adalah peningkatan penyerapan kembali air dan NaCl
oleh tubulus distal nefron. Hal ini akan mengurangi pengeluaran garam dan air melalui
ginjal. Kondisi ini membuat volume darah meningkat yang diikuti pula dengan
menurunnya Preolad dan curah jantung. Jika jantung tidak dapat mengompensasi lagi, maka
terjadi gagal jantung. Sedangkan tekanan intraokular akan memengaruhi fungsi penglihatan.
Bahkan jika penanganan tidak segera dilakukan, penderita akan mengalami kebutaan.
Penurunan aliran darah ke ginjal akibat dari resistensi sistemik ini, dapat menyebabkan
kerusakan pada parenkin ginjal. Jika tidak segera ditanganin, akan berakhir dengan gagal
ginjal.
Sebagai kondisi patologik yang dapat memengaruhi seluruh organ tubuh. Penanganan
hipertensi yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Beberapa komplikasi
yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi ini antara lain retinopati hipertensif, penyakit jantung
dan pembuluh darah, hipertensi serebrovaskuler, dan ensefalopati hirpetensi.
13
5. Manifestasi Klinis
Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami pasien antara lain sakit kepala (rasa berat
6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
a. Urinalisis: Dapat ditemukan protein, sel darah merah, atau sel darah putih
b. Kadar kalium serum <3,5 mEq/L (normal: 3,5-5,0 mEq/L)² menunjukkan disfungsi
adrenal (hiperaldosteronisme primer)
c. Kadar nitrogen urea darah normal (normal = 5-25 mg/dL)² atau meningkat >20
mg/dL dan kadar kreatinin serum normal (normal = 0,5-1,5 mg/dL)² atau >1,5
3. Prosedur diagnostik
a. Elektrokardiografi (EKG) menunjukkan hipertrofi atau iskemia ventrikel kiri
b. Oftalmoskopi menunjukkan luka pada arteriovena, ensefalopati hipertensif, dan
edema
c. Pemeriksaan menggunakan kaptropil oral dapat dilakukan untuk menguji hipertensi
renovaskuler
14
7. Penatalaksanaan Hipertensi
1. Non farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah,
dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan
kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko
kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal,
yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut,
tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan atau didapatkan faktor risiko
kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi.
Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines dapat dilihat
Mengurangi asupan garam Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak
15
Mengurangi konsumsi alkohol Walaupun konsumsi alcohol belum menjadi pola
Berhenti merokok Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti
2. Terapi farmakologi
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien hipertensi
derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani
pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2. Terapi obat pada
penderita hipertensi dimulai dengan obat akan dibahas pada Tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5. Terapi Obat pada Penderita Hipertensi
16
(kontraindikasi pada kehamilan selama janin
Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga
kepatuhan dan meminimalisasi efek samping, yaitu:
b. Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya
c. Berikan obat pada pasien usia lanjut (diatas usia 80 tahun) seperti pada usia 55–80
tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid
d. Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-i) dengan
8. Pencegahan Hipertensi
1. Pencegahan primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya riwayat
hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardia, obesitas dan konsumsi
1. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
2. Pencegahan sekunder
hipertensi karena faktor tertentu, tindakan yang bias di lakukan bias berupa:
a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan
tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan
stabil mungkin.
c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung iskemik yang lain harus dikontrol.
d. Batasi aktivitas.
17
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
HIPERTENSI
A. Pengkajian
1. Riwayat
a. Riwayat hipertensi keluarga, diabetes melitus, penyakit kardiovaskular, hiperlipidemia, atau
penyakit renal; merokok; stres; obesitas; atau gaya hidup yang kurang gerak.
b. Dokumentasi tekanan darah tinggi sebelumnya, termasuk usia, onset, tingkat elevasi, dan
c. Riwayat seluruh obat yang diresepkan dan obat bebeas serta kepatuhan klien yang sebenarnya
dalam meminum obat. Catat: obat-obatan yang mungkin meningkatkan tekanan darah atau
f. Manifestasi klinis dari gangguan kardiovaskular, seperti angina, dispnea, atau klaudikasi.
g. Riwayat atau kenaikan berat badan terkini, kegiatan olahraga, asupan natirum, penggunaan
h. Faktor-faktor psikososial dan lingkungan (seperti stres emosional, praktik budaya makan,
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus mencakup penentuan akurat tekanan darah serta evaluasi organ
sasaran.
a. Tanda-tanda vital dan berat badan.
b. Tekanan darah, karena tekanan darah berubah-ubah dan dapat dipengaruhi oleh banyak
c. Pemeriksaan funduskopi untuk penyempitan arteri retinal, hemoragi, eksudat, dan papiledema.
d. Pemeriksaan leher untuk distensi vena, bruit karotis, dan pembesaran tiroid.
e. Auskultasi jantung untuk meningkatnya denyut jantung, disritmia, pembesaran, impuls
18
3. Uji Laboratorium
Uji yang digunakan dalam evaluasi hipertensi rutin termasuk jumlah sel darah lengkap,
urinealisis, penentuan serum kalium dan kadar natrium, kadar glukosa darah saat puasa, kadar
serum kolesterol, nitrogen ureum darah, dan kadar serum kreatin, elektrokardiogram, dan
radiografi dada. Tes-tes ini menyediakan informasi yang berguna dalam menentukan
keparahan penyakit vaskular, luasnya kerusakan organ sasaran, dan kemungkinan penyebab
hipertensi. Klien dengan potensi hipertensi sekunder mungkin memerlukan uji yang lebih luas.
B. Diagnosa Keperawatan
Definisi: Ketidakadekuatan darah yang di pompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh
Domain 4. Aktivitas/istirahat
a. Palpitasi jantung
b. Edema
c. Keletihan
d. Gelisah
e. Ansietas
Faktor yang berhubungan:
a. Perubahan kontraktilitas
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan
Domain 4. Aktivitas/istirahat
Kelas 4. Respon kardiovaskular/pulmonal
Batasan karakteristik:
a. Keletihan
b. Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
19
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan natrium
Batasan karakteristik:
a. Ansietas
b. Edema
c. Gelisah
jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan (International
Association for the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas
ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi.
Batasan karakteristik:
a. Diaphoresis
b. Meringis
c. Gelisah
Definisi: rentan terhadap penurunan sirkulasi darah ke ginjal, yang dapat mengganggu kesehatan
Domain 4. Aktivitas/istirahat
Kelas 4. Respons kardiovaskular/pulmonal
Faktor Risiko:
1. Hipertensi
20
C. Nursing Care Plane
Perencanaan
Diagnosis Keperawatan
NOC NIC
1. Penurunan curah 1. Status Sirkulasi 1. Pengaturan Hemodinamik
jantung b.d perubahan Definisi: Ketidakadekuatan darah Definisi: Optimalisasi denyut jantung
kontraktilitas, yang di pompa oleh jantung untuk preload dan afterload serta
dibuktikan dengan memenuhi kebutuhan metabolik kontraktilitas (jantung)
batasan karakteristik: tubuh. Aktivitas-aktivitas:
a. Palpitasi jantung a. Lakukan penilaian komprehensif
b. Edema Setelah dilakukan intervensi terhadap status hemodinamik
c. Keletihan keperawatan, diharapkan pasien: (yaitu, memeriksa tekanan darah,
a. Tekanan darah sistol [4] denyut jantung, denyut nadi,
b. Tekanan darah diastol [4] tekanan vena jugularis, tekanan
c. Tekanan nadi [4] vena sentral, atrium kiri dan kanan,
d. Tekanan darah rata-rata [4] tekanan ventrikel dan tekanan
e. Tekanan vena sentral [4] arteri pulmonalis) dengan tepat
b. Berikan pemeriksaan fisik berkala
Keterangan skala indikator: pada populasi berisiko (misalnya,
1= deviasi berat dari kisaran normal pasien gagal jantung)
2= deviasi yang cukup besar dari c. Jelaskan tujuan perawatan dan
kisaran normal bagaimana kemajuan akan diukur
3= deviasi sedang dari kisaran d. Identifikasi adanya tanda dan
normal gejala peringatan dini sistem
4= deviasi ringan dari kisaran normal hemodinamik yang
5= tidak ada deviasi dari kisaran dikompromikan (misalnya, dispnea,
normal penurunan kemampuan untuk
olahraga, ortopnea, sangat
2. Keefektifan Pompa Jantung kelelahan, pusing, melamun,
Definisi: kecukupan volume darah edema, palpitasi, dispnea
yang dipompa dari ventriel kiri untuk paroksismal nokturnal, perubahan
mendukung tekanan perfusi sistemik BB tiba-tiba)
e. Monitor adanyan tanda dan gejala
Setelah dilakukan intervensi masalah status volume (misalnya,
keperawatan, diharapkan pasien: distensi vena, eningkatan tekanan
a. Tekanan darah sistol [4] divena jugularis interna kanan,
b. Tekanan darah diastol [4] reflex vena jugularis positif pada
c. Urin output [4] abdomen, edema, asietas, crackles,
d. Edema [4] dyspnea, ortonea, dyspnea,
e. Diaforesis [4] paroxysmal nocturnal)
f. Mual [4] f. Monitor dan catat tekanan darah,
g. Kelelahan [4] denyut jantung, irama, dan denyut
nadi
Keterangan skala indikator:
1= deviasi berat dari kisaran normal 2. Perawatan Jantung
2= deviasi yang cukup besar dari Definisi: keterbatasan dari komplikasi
kisaran normal sebagai hasil dari ketidakseimbangan
3= deviasi sedang dari kisaran antara suplai oksigen pada otot
normal jantung dan kebutuhan seorang
4= deviasi ringan dari kisaran normal pasien yang memiliki gejala gangguan
5= tidak ada deviasi dari kisaran fungsi jantung
normal Aktivitas-aktivitas:
21
a. Secara rutin mengecek pasien baik
fisik dan psikologis sesuai dengan
kebijakan tiap agen/penyedia
layanan
b. Dorong adanya peningkatan
aktivitas bertahap ketika kondisi
pasien sudah distabilkan
(misalnya., dorong aktivitas yang
lebih ringan atau waktu yang lebih
singkat dengan waktu istirahat
yang sering dalam melakukan
aktivitas)
c. Instruksikan pasien tentang
pentingnya untuk segera
melaporkan bila merasakan nyeri
dada
d. Evaluasi episode nyeri dada
(intensitas, lokasi, radiasi, durasi
dan faktor yang memicu serta
meringankan nyeri dada)
e. Monitor tanda-tanda vital secara
rutin
f. Catat tanda dan gejala penurunan
curah jantung
g. Evaluasi perubahan tekanan darah
h. Susun waktu latihan dan istirahat
untuk mencegah kelelahan
i. Monitor sesak napas, kelelahan,
takipnea, orthopnea
j. Lakukan terapi relaksasi,
sebagaimana mestinya
k. Bangun hubungan saling
mendukung antara pasien dan
keluarga
22
d. Bandingkan parameter
hemodinamik dengan tanda dan
gejala klinik lain
e. Dokumentasikan arteri pulmonary
dan gelombang sistemik arterial
f. Monitor untuk dispnea, kelelahan,
takipnea dan orthopnea
2. Intoleransi Aktivitas b.d 1. Energi Psikomotor 1. Manajemen Energi
Ketidakseimbangan Definisi: Dorongan dan energi Definisi: Pengaturan energi yang
antara suplai dan personal untuk mempertahankan digunakan untuk menangani atau
kebutuhan oksigen, nutrisi, keamanan dan aktivitas hidup mencegah kelelahan dan
dibuktikan dengan sehari-hari. mengoptimalkan fungsi.
batasan karakteristik: Aktivitas-aktivitas:
a. Keletihan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji status pasien yang
b. Ketidaknyamanan keperawatan, diharapkan pasien: menyebabkan kelelahan sesuai
setelah beraktivitas a. Menunjukkan afek yang sesuai dengan konteks usia dan
c. Respons frekuensi dengan situasi [4] perkembangan
jantung abnormal b. Menunjukkan konsentrasi [4] b. Anjurkan pasien mengungkapkan
terhadap aktivitas c. Menjaga kebersihan dan perasaan secara verbal mengenai
tampilan personal [4] keterbatasan yang dialami
d. Menunjukkan nafsu makan yang c. Tentukan jenis dan baanyaknya
normal [4] aktivitas yang dibutuhkan untuk
e. Menunjukkan tingkat energi menjaga ketahanan
yang stabil [4] d. Monitor intake/asupan nutrisi
f. Menunjukkan kemampuan untuk mengetahui sumber energy
untuk menyelesaikan tugas yang adekuat
sehari-hari [4] e. Bantu pasien untuk memahami
prinsip konservasi energi
Keterangan skala indikator: (misalnya, kebutuhan untuk
1= tidak pernah menunjukkan membatasi aktivitas dan tirah
2= jarang menunjukkan baring)
3= kadang-kadang menunjukkan f. Bantu pasien memprioritaskan
4= sering menunjukkan kegiatan untuk mengakomodasi
5= secara konsisten menunjukkan energi yang diperlukan
g. Anjurkan aktivitas fisik (misalnya,
2. Toleransi terhadap aktivitas ambulasi, ADL) sesuai dengan
Definisi: respon fisiologis terhadap kemampuan (energi) pasien
pergerakan yang memerlukan energi h. Evaluasi secara bertahap kenaikan
dalam aktivitas sehari-hari level aktivitas pasien
i. Instruksikan pasien untuk
Setelah dilakukan tindakan mengenali tanda dan gejala
keperawatan, diharapkan pasien: kelelahan yang memerlukan
a. Frekuensi nadi ketika pengurangan aktivitas
beraktivitas [4] j. Anjurkan pasien untuk
b. Tekanan darah sistol ketika menghubungi tenaga kesehatan
beraktivitas [4] jika tanda dan gejala kelelahan
c. Tekanan darah diastol ketika tidak berkurang
beraktivitas [4]
d. Temuan/hasil EKG 2. Terapi Aktivitas
(elektrokardiogram) [4] Definisi: Peresepan terkait dengan
e. Toleransi dalam menaiki tangga menggunakan bantuan aktivitas
[4] ffisik, kognisi, sosial dan spiritual
23
f. Kemudahan dalam melakukan untuk meningkatkan frekuensi dan
aktivitas hidup harian [4] durasi dari aktivitas kelompok
Aktivitas-aktivitas:
Keterangan skala indikator: a. Pertimbangkan kemampuan
1= sangat terganggu klien dalam berpartisipasi
2= banyak terganggu melalui aktivitas spesifik
3= cukup terganggu b. Bantu klien untuk
4= sedikit terganggu mengeksplorasi tujuan personal
5= tidak terganggu dari aktivitas-aktivitas yang biasa
dilakukan (misalnya., bekerja)
dan aktivitas-aktivitas yang
disukai
c. Bantu klien untuk memilih
aktivitas dan pencapaian tujuan
melalui aktivitas yang konsisten
dengan kemampuan fisik,
fisiologis dan sosial
d. Bantu klien untuk tetap fokus
pada kekuatan [yang dimilikinya]
dibandingkan dengan
kelemahan [yang dimilikinya]
e. Bantu klien untuk menjadwalkan
waktu-waktu spesifik terkait
dengan aktivitas harian
f. Instruksikan pasien dan keluarga
untuk melaksanakan aktivitas
yang diinginkan maupun yang
[telah] diresepkan
g. Fasilitasi aktivitas pengganti
pada saat klien memiliki
keterbatasan waktu, energi,
maupun pergerakan dengan
cara berkonsultasi pada terapis
fisik, okupasi, dan terapis
rekreasi
24
menghentikan kebiasaan meroko,
diet da olahraga) sebagaimana
mestinya
d. Instruksikan pasien dan keluarga
untuk membatasi
mengangkat/mendorong barang
benda berat dengan cara yang
tepat
e. Skrining akan adanya kecemasan
dan depresi pada pasien,
sebagaimana mestinya
25
10. peningkatan darah diastol [4] d. Berikan obat-obatan sebelum
makan (misalnya., penghilang rasa
Keterangan skala indikator: sakit, antiemetik)
1= berat e. Anjurkan pasien terkait dengan
2= besar kebutuhan diet untuk kondisi sakit
3= sedang (yaitu: untuk pasien dengan
4= ringan penyakit ginjal, pembatasan
5= tidak ada natrium, kalium, protein, dan
cairan)
f. Monitor kalori dan asupan
makanan
g. Berikan arahan bila diperlukan
4. Nyeri akut b.d Agen 1. Kontrol nyeri 1. Manajemen nyeri
cedera biologis Definisi: tindakan pribadi untuk Definisi: pengurangan atau reduksi
(misalnya iskemia), mongontrol nyeri. nyeri sampai pada tingkat kenyamanan
dibuktikan dengan yang dapat diterima oleh pasien
batasan karakteristik: Setelah dilakukan tindakan Aktivitas-aktivitas:
a. Diaphoresis keperawatan, diharapkan pasien: a. Lakukan pengkajian nyeri
b. Meringis a. Mengenali kapan nyeri terjadi [4] komprehensif yang meliputi lokasi,
c. Gelisah b. Menggambarkan faktor penyebab karakteristik,onset/durasi, frekuensi,
[4] kualitas, intesitas atau beratnya
c. Menggunakan jurnal harian untuk nyeri dan faktor pencetus
memonitor gejala dari waktu ke b. Gunakan strategi komunikasi
waktu[4] terapeutik untuk mengetahui
d. Menggunakan tindakan pengalaman nyeri dan sampaikan
pengurangan nyeri tana analgesic penerimaan pasien terhadap nyeri
[4] c. Pertimbangkan pengaruh budaya
e. Mengontrolkan nyeri yang terhadap respon nyeri
terkontrol[4] d. Gali bersama pasien faktor-faktor
yang dapat menurunkan atau
Keterangan skala indikator: memperberat nyeri
1= deviasi berat dari kisaran normal e. Berikan informasi mengenai nyeri,
2= deviasi yang cukup besar dari seperti penyebab nyeri, berapa
kisaran normal lama nyeri akan dirasakan, dan
3= deviasi sedang dari kisaran normal antisipasi dari ketidaknyamanan
4= deviasi ringan dari kisaran normal akibat prosedur
5= tidak ada deviasi dari kisaran f. Evaluasi keefektifan dari tindakan
normal pengontrol nyeri yang pakai
selama pengkajian nyeri dilakukan
1. Keparahan Gejala g. Berikan informasi yang akuraat
Definisi: keparahan respon fisik, untuk meningkatkan pengetahuan
emosi dan sosial yang tidak dan respon keluarga terhdap
diharapkan pengalaman nyeri
h. Monitor kepuasaan pasien
Setelah dilakukan tindakan terhadap manajemen nyeri dalam
keperawatan, diharapkan pasien: interval yang spesifik.
a. Intensitas gejala [4]
b. Fekuensi gejala [4] 2. Pengurangan Kecemasan
c. Menetapnya gejala [4] Definisi: mengurangi tekanan,
d. Terkait kecemasan [4] ketakutan, firasat, maupun
e. Gangguan mobilitas fisik [4] ketidaknyamanan terkait dengan
f. Tidur yang tidak cukup [4] sumber-sumber bahaya yang tidak
26
g. Kekurangan tidur [4] teridentifikasi
Aktivitas-aktivitas:
Keterangan skala indikator: a. Gunakan pendekatan yang tenang
1= berat dan meyakinkan
2= cukup berat b. Berikan informasi faktual terkait
3= sedang diagnosa, perawatan dan prognosis
4= ringan c. Berada disisi klien untuk
5= tidak ada meningkatkan rasa aman dan
mengurangi ketakutan
d. Dorong keluarga untuk
mendampingi pasien dengan cara
yang tepat
e. Berikan objek yang menunjukkan
perasaan aman
f. Ciptakan atmosfer rasa aman untuk
meningkatkan kepercayaan
g. Bantu klien mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
h. Isntruksikan klien untuk
menggunakan teknik relaksasi
i. Dukung penggunaan mekanisme
koping yang sesuai
5. Risiko ketidakefektifan 1. Perfusi jaringan: organ abdominal 1. Identifikai Risiko
perfusi ginjal dibuktikan Definisi: kecukupan aliran darah Definisi:
dengan faktor risiko: melalui pembuluh kecil dari viscera Analisis faktor risiko potensial,
a. Hipertensi abdomen untuk mempertahankan pertimbangan risiko-risiko kesehatan
fungsi organ dan memprioritaskan strategi
pengurangan risiko bagi individu
Setelah dilakukan tindakan maupun kelompok
keperawatan, diharapkan pasien: Aktivitas-aktivitas:
a. Tekanan darah daistolik [4] a. Kaji ulang riwayat kesehatan masa
b. Tekanan darah sistolik [4] lalu dan dokumentasikan bukti
c. Nilai rata-rata tekanan darah [4] yang menunjukkan adanya
d. Output urin [4] penyakit medis, diagnosa
e. Mual [4] keparawatan serta perawatannya
f. Muntah [4] b. Kaji ulang data yang didapatkan
g. Kehilangan selera makan [4] dari pengkajian risiko secara rutin
c. Identifikasi risiko biologis,
Keterangan skala indikator: lingkungan dan perilaku serta
1= deviasi berat dari kisaran normal hubungan timbal balik
2= deviasi yang cukup besar dari d. Pertimbangkan status pemenuhan
kisaran normal kebutuhan sehari-hari
3= deviasi sedang dari kisaran e. Instruksikan faktor risiko dan
normal rencana untuk mengurangi faktor
4= deviasi ringan dari kisaran normal risiko
5= tidak ada deviasi dari kisaran f. Implementasikan aktivitas-aktivitas
normal pengurangan risiko
g. Rencanakan tindak lanjut strategi
Keterangan skala indikator: dan aktivitas pengurangan risiko
1= berat jangka panjang
2= cukup berat
3= sedang 2. Manajemen cairan
27
4= ringan Definisi: meningkatkan keseimbangan
5= tidak ada cairan dan pencegahan komplikasi
yang dihasilkan dari tingkat cairan
2. Fungsi ginjal tidak normal atau tidak diinginkan
Definisi: kemampuan ginjal untuk Aktivitas-aktivitas:
mengatur cairan tubuh, menyaring a. Tibang berat badan setiap hari
darah, dan membersihkan hasil dan monitor status pasien
pembuangan melalui pembentukan b. Jaga intake/asupan yang akurat
urin dan catat outpput pasien
c. Monitor status hidrasi (misalnya.,
Setelah dilakukan tindakan membran mukosa lembab,
keperawatan, diharapkan pasien: denyut nadi adekuat, dan tekanan
a. Urine output selama 8 jam [4] darah osmolalitas urin)
b. Warna urin [4] d. Monitor tanda-tanda vital pasien
c. Hipertensi [4] e. Kaji lokasi dan luasnya edema jika
d. Kelelahan [4] ada
e. Mual [4] f. Dukung pasien dan keluarga
f. Edema [4] untuk membantu dalam
pemberian makanan dengan baik
Keterangan skala indikator: g. Monitor indikasi kelebihan
1= sangat terganggu cairan/retensi
2= banyak terganggu
3= cukup terganggu
4= sedikit terganggu
5= tidak terganggu
28
Essai
Hubungan tentang EBN Hipertensi Diet Energi Rendah dan Tekanan Intrakranial pada Wanita dengan
Hipertensi Intrakranial Idiopatik: Studi Kohort Prospektif
Dalam makalah yang kami tulis terdapat tanda dan gejala pada pasien Hipertensi yang telah
dibuktikan didalam EBN ini yaitu nyeri kepala akibat tekanan intrakranial, nokturia, edema, ansietas, palpitasi,
munta, keringat berlebih, dan nyeri dada. Yang telah dibuktikan dalam jurnal ini oleh Alexandra J Sinclair.
Yaitu tekanan intrakranial pada pasien Hipertensi khususnya wanitayang berhubungan dengan diet energi.
Hipertensi intrakranial idiopatik, yang juga dikenal sebagai hipertensi intrakranial jinak atau
pseudotumour cerebri, adalah kondisi penyebab yang tidak diketahui yang ditandai dengan meningkatnya
tekanan intrakranial dan papilloedema. Biasanya mempengaruhi wanita gemuk muda, menyebabkan sakit
kepala sehari-hari dan kehilangan penglihatan, yang parah. dan permanen sampai seperempatnya. Epidemi
hipertensi intrakranial idiopatik di kalangan wanita obesitas adalah 20 per 100.000, dan prevalensi
diperkirakan meningkat bersamaan dengan epidemi global obesitas.
Tidak cukup bukti untuk memandu strategi terapeutik, seperti yang disorot dalam tinjauan Cochrane
tahun 2005. Kondisi ini memiliki hubungan yang mencolok dengan obesitas (lebih besar dari 93%), dan
akibatnya penurunan berat badan sering disarankan sebagai perawatan. Namun demikian, hanya ada satu
studi modifikasi bobot prospektif sebelumnya, yang dilakukan 35 tahun yang lalu, yang mengamati
perbaikan subyektif pada papilloedema pada sembilan pasien pada diet beras rendah kalori; ini Temuan
Dua puluh lima wanita secara prospektif direkrut menjadi studi tiga tahap. Tahap 1 adalah periode tiga
bulan tidak ada intervensi baru (fase kontrol); Tahap 2 terdiri dari diet intensif tiga bulan; dan stadium 3
merupakan tindak lanjut tiga bulan setelah selesainya diet. Penurunan berat badan diraih dengan diet nutrisi
pengganti makanan berganda yang telah divalidasi sebelumnya, yang memberi wanita total 1777 kJ/hari (425
kkal/hari). Pasien disarankan untuk tidak mengkonsumsi makanan tambahan, dan minum minimal 2 liter
cairan sehari. Selama tahap 2, semua peserta berpartisipasi menjalani review mingguan yang dilakukan di
Well-Come Trust Clinical Research Facility di University Hospitals Birmingham NHS Foundation Trust.
Berkomunikasi dengan diet dipantau melalui evaluasi berat badan yang hilang dan adanya keton keton (ciri
abstain dari asupan makanan). Peserta juga dianjurkan secara teratur, melalui pemberian konseling gizi
mingguan.
Evaluasi papilloedema pada penelitian terapeutik hipertensi intrakranial idiopatik sebelumnya
bergantung pada pengamatan subjektif; penggunaan tindakan pencitraan objektif yang telah dijelaskan
sebelumnya27 28 menandai kemajuan penting dalam mengukur pembengkakan cakram optik yang akan
meningkatkan penelitian dan berkontribusi pada rancangan percobaan klinis di masa depan. Peneliti
mengetahui bahwa tusukan lumbal, yang hanya mencatat penilaian snapshot tekanan intra-tengkorak, tidak
seakurat 24 jam pemantauan terus-menerus, yang mencerminkan fluktuasi diurnal pada tekanan intrakranial.
29
Perubahan minimal pada tekanan intra-tengkorak dilaporkan pada tahap 1 (-1,8 (SD 5.5) cm H2O
tanpa intervensi), bagaimanapun, menunjukkan bahwa variabilitas tekanan intrakranial tidak mempengaruhi
data peneliti secara signifikan. Peneliti menyadari bahwa sifat desain acak yang tidak teracak harus
dipertimbangkan saat mengevaluasi data ini. Tanggung jawab pasien dan pertimbangan etis mencegah
perekrutan ke kohort kontrol (yang memerlukan pungsi lumbal serial-prosedur dengan morbiditas terkait).
Meskipun penelitian peneliti, seperti rangkaian kasus observasional lainnya, mungkin cenderung rentan
terhadap bias, faktor pembaur, atau yang berpotensi, terlalu banyak perkiraan besaran terapeutik, rancangan
studi yang ketat seperti kita dapat meminimalkan keterbatasan potensial ini. Kekuatan utama penelitian ini
adalah bahwa semua pasien memiliki hipertensi intra kranial stabil idiopatik kronis (durasi penyakit rata-rata
39,0 (SD 49,2) bulan). Hal ini mengurangi risiko bias dari kemungkinan resolusi spontan yang cepat, yang
merupakan fenomena yang diketahui pada beberapa pasien dengan hipertensi intrakranial idiopatik akut.
Konsekuensi memilih kelompok kronis adalah bahwa gangguan penglihatan sangat minim dan papilloedema
ringan (nilai Frisen semua ≤2) pada kebanyakan wanita saat pendaftaran. Peneliti tidak memasukkan pasien
dengan riwayat penglihatan yang menurun dengan cepat yang memerlukan operasi pengalihan cairan
serebrospinal atau perawatan agresif lainnya. Fungsi visual (skor Log-MAR dan bidang visual Humphrey)
dipelihara pada awal penelitian di peserta, dan perbaikan penting secara klinis tidak dicatat dan tidak
diharapkan. Meskipun mempelajari kohort dengan hipertensi intrakranial idiopatik kronis, peneliti mengamati
perbaikan gejala klinis dan statistik papellaedema secara klinis dan statistik
Setelah diet rendah energi, wanita dengan hipertensi intra-kranial idiopatik secara signifikan
mengurangi tekanan intra-tengkorak, sakit kepala, dan papilloedema. Temuan peneliti menunjukkan bahwa
menasihati dan mendorong pasien tersebut untuk memulai dan mempertahankan diet pengurangan berat
badan dapat bermanfaat secara terapeutik. Klinik penurunan berat badan dapat berperan dalam pengelolaan
hipertensi intrakranial idiopatik, walaupun efisiensi jangka panjang dan ekonomi kesehatan dari pendekatan
ini memerlukan evaluasi kritis dalam studi lebih lanjut yang membandingkan pengurangan berat badan
dengan menggunakan ahli gizi NHS dengan klinik penurunan berat badan yang ditujukan khusus untuk
pasien dengan hipertensi intrakranial idiopatik.
30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu penekanan darah sistolik dan diasolik yang tidak normal, batas yang tepat
dari kelainan ini tidak pasti. Nilai yang dapat di terima berbeda sesuai dengan usia dan jenis kelamin,
namun pada umumnya sistolik yang bekisar antara 140-190 mmHg dan diastolik antara 90-95 mmHg
dianggap merupakan garis batasan hipertensi.
Patofisiologi kerja jantung terutama di tentukan oleh curah jantung dan tahanan perifer. Curah
jantung pada penderita hipertensi umumnya normal adanya kelainan terutama pada peninggian
tahanan perifer. Pentalaksana hipertensi non farmakologis yaitu menjalani pola hidup sehat telah banyak
terbukti dapat menurunkan tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam
Terapi farmakologi secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien
hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani pola
B. Saran
Diharapkan mahasiswa keperawatan maupun pembaca sebaiknya mengetahui manajemen
asuhan keperawatan pada gangguan hipertensi. Mahasiswa keperawatan juga diharapkan mampu
mengimplementasikan bagaimana cara melakukan pendidikan kesehatan terkait masalah tersebut,
memahami asuhan keperawatannya, dan melakukan penanganan terhadap serangan hipertensi pada
pasien-pasien terkait.
31
DAFTAR PUSTAKA
Black J.M., & Hawkson J.H. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis Untik Hasil Yang Diharapkan
(2-vol set). Edisi Indonesia 8. Singapore: Elsevier.
Buluchek GM dkk. 2015. Nursing Interventions Clarification. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Dosen Keperawatan Medikal-Bedah Indonesia. 2016. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL-BEDAH:
DIAGNOSA NANDA-I 2015-2017 INTERVENSI NIC HASIL NOC. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Herdman TH & Kamitsuru Shigemi. 2017. Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Moorhead Sue dkk. 2015. Nursing Outcomes Clarification. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
32