1860 4361 2 PB PDF
1860 4361 2 PB PDF
Sofwan Indarjo*
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Abstract
In adolescence, there have been changes of biological, psychological and social. But
generally, the physical maturation process occurs more rapidly than the process of
psychological maturation. Humans always seen as a unified whole of elements of
the body, soul, social, not only emphasis on disease but on improving the quality of
life, consisting of well-being of body, soul and productivity of social economy. Some
types of mental disorders which are prevalent in adolescence namely a variety of
stressors that can arise various negative conditions such as anxiety, depression,
and even trigger the emergence of psychotic disorders. Adolescent mental health is
important in determining the quality of the nation. Teens who grow up in a sup-
portive environment conducive and human resources that can be an invaluable
national asset.
*
Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Gedung F1, Lantai 2, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
Email: sofwan_indarjo@yahoo.co.id
Sofwan Indarjo / KEMAS 5 (1) (2009) 48-57
49
Sofwan Indarjo / KEMAS 5 (1) (2009) 48-57
Perempuan Laki-Laki
Pertumbuhan pesat (10 – 11 tahun) Pertumbuhan pesat (12 – 13 tahun)
Perkembangan payudara (10 – 11 tahun) Testis dan skrotum (11 – 12 tahun)
Rambut pubis (10 – 11 tahun), rambut ketiak Penis (12 – 13 tahun)
dan badan (12 – 13 tahun) Ejakulasi (13 – 14 tahun)
Pengeluaran sekret vagina (10 – 13 tahun Rambut pubis (11 – 12 tahun), rambut ketiak
Produksi keringat ketiak (12 – 13 tahun) dan badan (13 – 15 tahun), kumis, cambang
Mentruasi (11 – 14 tahun) dan jenggot (13 – 15 tahun)
Perkembangan kelenjar keringat ketiak (13 –
15 tahun)
Suara pecah dan membesar (14 – 15 tahun)
50
Sofwan Indarjo / KEMAS 5 (1) (2009) 48-57
tahun masa para remaja, dihidupkan kembali. trampilan kompetensi ego yang perlu dimiliki
Dorongan seksual dicetuskan oleh androngen oleh semua anak untuk menjadi dewasa yang
tertentu, seperti testoteron yang mempunyai ka- kompeten menurut Strayhorn: 1) Menjalin
dar lebih tingi selama masa remaja dibanding- hubungan dekat yang penuh percaya, 2) Me-
kan dengan masa manapun di dalam hidupnya. ngatasi perpisahan dan keputusan yang mandi-
Puncak dorong dorongan seksual pada laki-laki ri, 3) Membuat keputusan dan mengatasi kon-
terjadi antara usia 17 dan 18 tahun. Masa re- flik interpersonal secara bersama, 4) Mengatasi
maja awal melepaskan dorongan libido paling frustasi dan kejadian yang tidak menyenang-
sering melakukan mantrubasi, statu cara mele- kan, 5) Menyatakan perasaan senang dan me-
paskan implas seksual (Pastor et al., 2009). rasakan kesenangan, 6) Mengatasi penundaan
Menurut Jean Piaget, pada awal masa re- kepuasan, 7) Bersantai dan bermain, 8) Proses
maja pikiran menjadi absatrak, konseptual, dan kognitif melalui kata-kata, simbol dan citra
berorientasi pada masa depan; ia menyebutkan (image), 7) Membina perasaan adaftif terhadap
masa ini sebagai stadium operasi formal. Pada arah dan tujuan.
saat ini remaja banyak menunjukkan kreatifitas Perilaku remaja sangat rentan terhadap
yang sangat luar biasa yang mereka ekspresikan pengaruh lingkungan, salah satu bagian per-
dalam menulis, musik, seni, dan puisi. Menurut kembangan masa remaja yang tersulit adalah
Erik Erikson, tugas utama masa remaja adalah penyesuaian terhadap lingkungan sosial, rema-
untuk mencapai identitas ego yang ia definisi- ja harus menyesuaiakan diri dengan lawan jenis
kan sebagai kesadaran siapa dirinya dan kema- dalam hubungan interpersonal yang awalnya
na tujuannya. Erikson menggambarkan sebagai belum pernah ada, juga harus menyesuaikan
perjuangan normal masa remaja sebagai identi- diri dengan orang dewasa di luar lingkungan
tas lawan kebingungan peran. Identitas adalah sekolah dan keluarga (Cederblad, 1999).
perasaan diri yang kuat. Kebingungan juga di- Keluarga merupakan lingkungan perta-
sebut difusi identity adalah kegagalan mengem- ma dan utama bagi perkembangan anak. Umur
bangkan diri yang bersatu atau kesadaran diri 4 – 6 tahun dianggap sebagai titik awal proses
(Pastor et al., 2009). identifikasi diri menurut jenis kelamin, peranan
Untuk sebagian besar orang, mengem- ayah dan ibu atau orang tua penganti (nenek,
bangkan rasa moral yang baik adalah suatu kakek, dan orang dewasa lainnya) sangat besar.
pencapaian yang besar pada masa remaja akhir Masa remaja merupakan pengembangan iden-
dan dewasa. Moralitas didefinisikan sebagai titas diri, dimana remaja berusaha mengenal
persesuaian pada standar, hak, dan kewajiban diri sendiri, ingin orang lain menilainya, dan
bersama. Piaget menggambarkan moralitas se- mencoba menyesuaikan diri dengan harapan
bagai perkembangan secara bertahap, dalam orang lain.
kesatuan perkembangan kognitif. Dalam sta- Pola asuh keluarga mempengaruhi
dium pra operasinal, anak semata-mata mengi- proses sosialisasi yaitu: a) Sikap orang tua yang
kuti aturan-aturan yang dihentikan oleh orang otoriter akan sangat berpengaruh pada perkem-
tuanya dalam stadium kongret anak menerima bangan kepribadian remaja. Ia akan menjadi
aturan-aturan tetapi menunjukkan ketidak- seorang penakut, tidak memiliki rasa percaya
mampuan untuk penolakan dan dalam stadium diri, merasa tidak berharga sehingga proses
operasi formal anak mengenali aturan dalam sosialisasi merasa terganggu. b) Sikap orang
istilah apa yang baik dalam masyarakat banyak. tua yang ”permisif ” akan me-numbuhkan si-
Teori psikologi ego yang menjembatani kap ketergantungan dan sulit menyesuaiakan
psikoanalisis dengan psikologi perkembangan diri dengan lingkungan sosial keluarga. c) Si-
ini mengunakan pendekatan struktural untuk kap orang tua yang memban-dingkan anak-
memahami individu dengan berfokus pada ego anaknya akan menumbuhkan persaingan tidak
atau diri sebagai unsur mandiri. Ilmuwan yang sehat dan saling curiga antar saudara. d) Sikap
mendukung teori ini berkeyakinan bahwa ego orang tua yang berambisi dan terlalu menun-
dan unsur rasional yang menentukan pencapa- tut anaknya akan berakibat anak cenderung
ian intelektual dan sosial terdiri dari sumber mengalami frustasi, takut gagal, dan merasa
energi, motif, dan rasa tertarik. Sembilan ke- tidak berharga. e) Orang tua yang demokra-
51
Sofwan Indarjo / KEMAS 5 (1) (2009) 48-57
tis kondisi ini akan menimbulkan keseim- mah bersama dengan teman sebaya. Jadi dapat
bangan antara perkembangan individu dan dimengerti bahwa sikap, pembicaraan, minat
sosial sehingga anak memperoleh suatu kondisi penampilan serta perilaku teman sebaya lebih
mental yang sehat. Kondisi keluarga hubungan besar pengaruhnya daripada keluarga.
orang tua yang harmonis akan menumbuhkan Adanya hambatan dalam tahap perkem-
kehidupan emosional yang optimal terhadap bangan, dapat menimbulkan masalah kese-
perkembangan kepribadian anak. Pendidikan hatan jika bila tak terselesaikan dengan baik.
moral keluarga adalah upaya menanamkan Masalah tersebut berasal dari remaja sendiri,
nilai-nilai akhlak atau budi pekerti kepada anak hubungan orang tua dan remaja, atau akibat
dirumah. Pengertian budi pekerti mengandung interaksi sosial di luar lingkungan keluarga.
nilai-nilai: a) Keagamaan, pendidikan agama Sebagai akibat lanjutnya dapat terjadi masalah
diharapkan dapat menumbuhkan sikap anak kesehatan perilaku remaja dengan manifestasi
yang mampu menjauhi hal-hal yang dilarang bermacam-macam, antara lain kesulitan be-
dan melaksanakan perintah agama. Menanam- lajar, kenakalan remaja, dan masalah perilaku
kan norma agama dianggap besar peranananya seksual.
terutama dalam menghadapi situasi globalisasi Kesulitan belajar adalah suatu keadaan
yang berakibat bergesernya nilai kehidupan. (kondisi) dimana remaja tidak menunjukkan
Remaja yang taat norma agama akan terhindar prestasi sesuai dengan kemampuan yang dimi-
atau mempu bertahan terhadap pengaruh bu- likinya. Untuk membantu mengatasi kesulitan
ruk dilingkungannya. b) Kesusilaan, meliputi relajar pada remaja perlu mengetahui faktor
nilai-nilai yang berkaitan dengan orang lain, yang dapat mempengaruhi terjadinya kesulitan
misalnya sopan santun, kerjasama, tenggang relajar tersebut. Ada tiga faktor yang mempe-
rasa, saling menghayati, saling menghormati, ngaruhi kesehatan jiwa remaja yaitu:1) Biologik
menghargai orang lain. c) Kepribadian, memi- dan bawaan: adanya penyakit, kurang gizi, kele-
liki nilai yang berkaitan dengan pengembangan lahan, taraf kecerdasan kurang, gangguan pe-
diri, misalnya keberanian, rasa malu kejujuran, musatan perhatian (sulit berkonsentrasi), gang-
kemandirian. guan perkembangan fisik. 2) Psikologik dan
Pengaruh yang cukup kuat dalam per- pendidikan: cara orang tua dan guru yang tidak
kembangan remaja adalah lingkungan sekolah. tepat dalam pengajaran. 3) Lingkungan sosial
Umumnya orang tua menaruh harapan yang dan budaya: situasi keluarga yang tidak kon-
besar pada lingkungan pendidikan di sekolah dusif, tidak ada keharmonisan, perilaku orang
(Pastor et al., 2009). Suasana sekolah, prasyarat tua dan saudara yang sering mempermalukan
terciptanya lingkungan kondusif bagi kegiatan anak, anak dibandingkan dengan remaja lain,
belajar mengajar adalah di suasana sekolah. saudara atau temannya, beban pekerjaan yang
Suasana sekolah sangat berpengaruh terhadap berlebihan dan tersisihkan dari teman pergaul-
perkembangan jiwa remaja yaitu: 1) Kedisi- an sebaya.
plinan, sekolah yang tertip dan teratur akan Kenakalan remaja ádalah tingkah laku
membangkitkan sikap dan perilaku disiplin yang melampui batas toleransi orang lain dan
pada siswa. Sebaliknya sekolah yang kacau dan lingkungannya. Tindakan ini dapat merupakan
disiplin longgar akan berisiko, bahwa siswa perbuatan yang melanggar hak azasi manusia
dapat berbuat semaunya dan terbiasa dengan sampai melanggar hukum. Kenakalan remaja
hidup tidak tertib, tidak memiliki sikap saling yang umum, antara lain: melawan orang tua,
menghormati, cenderung brutal dan agresif, 2) tidak melaksanakan tugas, mencuri, merokok,
Kebiasaan belajar, suasana sekolah yang tidak naik bus tanpa bayar, membolos, lari dari se-
mendukung kegiatan relajar mengajar akan kolah, mengompas, dan lain-lain. Kenakalan
berpengaruh terhadap minat dan kebiasaan be- remaja yang membahayakan antara lain: mem-
lajar, 3) Pengendalian diri, suasana bebas di se- bongkar rumah, mencuri mobil, memperkosa,
kolah dapat mendorong siswa sesukanya tanpa menganiaya, membunuh, merampok, atau tin-
rasasegan terhadap guru. Hal ini akan beraki- dakan kriminal lainya.
bat siswa sulit untuk dikendalikan. Meningkatnya kadar hormon testosteron
Remaja lebih banyak berada di luar ru- pada remaja akan mempengaruhi dorongan
52
Sofwan Indarjo / KEMAS 5 (1) (2009) 48-57
seksual, seiring dengan meningkatnya doro- pi aib bagi diri dan keluarga serta menggangu
ngan seksual timbul konflik karena upaya untuk kelanjutan pendidikan sekolahnya. Mereka da-
mengendalikan nya harus sesuai nilai dan nor- pat mengalami komflik batin merasa berdosa,
ma yang dianut. Bentuk tingkah laku seksual depresi, takut bergaul tidak percaya pada pria,
dapat mulai dari perasaan tertarik, berkencan, takut tidak akan menikah karena kehilangan
bercumbu, sampai bersenggama. Obyek seksu- kegadisannya. Arbosi dilarang oleh peraturan/
al bisa berupa orang lain, hanya dalam khaya- undang-undang maupun agama.
lan atau diri sendiri. Tingkah laku ini bisa ber- Apabila remaja tidak dapat mengatasi
dampak cukup serius seperti perasaan tegang, berbagai stresor yang ada, dapat timbul berba-
bingung,perasaan bersalah dan berdosa, sedih, gai kondisi yang negatif seperti cemas, depresi,
marah, dan lain lain: 1) Masturbasi: Merupa- bahkan dapat memicu munculnya gangguan
kan perbuatan untuk merangsang diri sendiri psikotik. Dampak yang dapat terjadi pada re-
guna mencapai kepuasan seksual. Anggapan maja dalam kondisi seperti di atas adalah tim-
bahwa masturbasi dapat melemahkan syah- bulnya berbagai permasalahan yang kompleks,
wat atau mempengaruhi kemampuan untuk baik fisik, emosi maupun sosial termasuk pen-
mendapakan keturunan dapat menimbulkan didikan misalnya dapat timbul berbagai kelu-
perasaan takut atau perasaan berdosa. 2) Seks han fisik yang tidak jelas sebabnya ataupun
pranikah: Ada pro dan kontra dalam menyi- berbagai permasalahan yang berdampak sosial,
kapi hubungan seks pranikah. Dipandang dari seperti malas sekolah, membolos, ikut perkela-
sudut norma normal maupun agama, tentunya hian antar pelajar, menyalah gunakan Narkoti-
hubungan seksual tersebut merupakan suatu ka, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA), dan
ungkapan dari bahasa cinta yang dapat dilaku- lain-lain. Apabila tidak segera di atasi, kondisi
kan oleh suami isteri dalam ikatan perkawinan. tersebut dapat berlanjut sampai masa dewasa,
Jadi bila dari sudut pandang moral dan agama, dan akan lebih berkembang lagi ke arah yang
tentunya hubungan seks pranikah mengarah lebih negatif seperti terbentuknya kepribadian
kepada ungkapan nafsu seksual, yang dapat anti sosial maupun kondisi psikotik yang kro-
menodai keluhuran cinta serta kesucian perni- nis. Diperlukan deteksi dini dan intervensi dini
kahan, bahkan terbuka kemungkinan untuk pada remaja yang mengalami gangguan jiwa.
melahirkan anak di luar nikah. Banyak yang Cemas (ansietas) adalah perasaan geli-
kurang menyadari bahwa hubungan seks pra- sah yang dihubungkan dengan suatu antisipasi
nikah sebenarnya hanya didorong oleh kebutu- terhadap bahaya, ini berbeda dengan rasa ta-
han dan kenikmatan fisik/biologik sesaat saja, kut, yang merupakan bentuk respon emosional
yang dapat menimbulkan rasa bersalah bila terhadap bahaya yang obyektif, walaupun ma-
tidak dilanjutkan dengan pernikahan. Hubu- nifestasi fisiologik yang ditimbulkannya sama
ngan seks pranikah belum tentu dilakukan oleh cemas merupakan suatu bentuk pengalanan
pasangan yang saling mencintai selain melang- yang umum, tapi dapat ditemui dalam bentuk
gar norma umumnya secara psikis berdampak, yang berbeda pada gangguan psikiatrik dan
yaitu menimbulkan rasa bersalah menyesal gangguan medis. Diagnosis mengenai cemas
kecewa terutama di pihak wanita. Penilaian ditegakkan apabila gejala cemas mendominasi
dari sudut etis maupun moral terhadap hubu- dan menyebabkan distres (rasa tertekan) atau
ngan seks pranikah tersebut dapat memberikan gangguan yang nyata.
dampak sebagai berikut: 1) Aspek biologis: ke- Dalam perkembangan normalpun se-
mungkinan menjadi hamil di luar nikah yang orang remaja mempunyai kecenderungan
sering berakhir dengan aborsi, 2) Aspek mental untuk mengalami depresi. Oleh karena itu sa-
emosional: kemungkinan timbul rasa bersalah, ngatlah penting untuk membedakan secara je-
kecewa, menyesal, bahkan hidupnya menjadi las dan hati-hati antara depresi yang disebabkan
tidak tenang, 3) Aspek personal: merendahkan oleh gejolak mood yang normal pada remaja
martabat manusia, 4) Aspek sosial: penilaian (adolescent turmoil) dengan depresi yang pa-
negatif dari masyarakat di sekitarnya. tologik. Akibat sulitnya membedakan antara
Pengguguran kandungan akibat kehami- kedua kondisi di atas, membuat depresi pada
lan di luar nikah umumnya berdalih menutu- remaja sering tidak. Terdiagnosis, bila tidak di-
53
Sofwan Indarjo / KEMAS 5 (1) (2009) 48-57
tangani dengan baik, gangguan psikiatrik pada harus dipertimbangkan sebagai salah satu fak-
remaja sering kali akan berlanjut sampai masa tor penyebabnya. Membolos, menunda menye-
dewasa. Carlson, seperti yang dikutip oleh lesaikan tugas, perilaku yang mudah tersing-
shafii, membagi depresi pada remaja menjadi gung di dalam kelas, tidak peduli terhadap hasil
tipe primer dan sekunder. yang dicapai dan masa depan, dapat merupa-
Tipe primer: bila tidak ada gangguan kan gejala awal dari depresi pada remaja.
psikiatrik sebelumnya, dan tipe sekunder: bila Pada remaja, kondisi depresi mem-
gangguan yang sekarang mempunyai hubu- perkuat perasaan rendah diri. Rasa putus asa
ngan dengan gangguan psikiatrik sebelumnya. dan rasa tidak ada yang menolong dirinya
Pada gangguan depresi yang sekunder biasanya makin merendah kan hatga diri. Pada satu saat
lebih kacau, lebih agresif, mempunyai lebih remaja yang depresi mencoba untuk melawan
banyak kelehan sometik, dan lebih sering ter- perasaan rendah dirinya dengan penyangkalan,
lihat mudah tersinggung, putus asa, mempu- fantasi, atau menghindari kenyataan realitas
nyai ide bunuh diri, problem tidur, penurunan dengan menggunakan NAPZA.
prestasi sekolah, harga diri yang rendah, dan Membolos, mencuri, berkelahi, sering
tidak patuh (Cederblad, 1999). mengalami kecelakaan, yang terjadi terutama
Depresi kronis yang dialami sejak masa pada remaja yang sebelumnya mempunyai ri-
remaja awal, kemungkinan akanmengalami wayat perilaku yang baik, mungkin merupakan
kelambatan pubertas, terutama pada depresi indikasi adanya depresi.
yang disertai dengan kehilangan berat badan Kebanyakan remaja yang depresi cende-
dan anoreksia. Remaja yang mengalami depresi rung menyalahgunakan NAPZA, misalnya
lebih sulit menerima atau memahami tanda- ganja, obat-obat yang meningkat mood (amfe-
tanda pubertas yang muncul. Perubahan hor- tamin), yang menurunkan mood (barbiturat,
monal yang disertai stres lingkungan, dapat tranquilizer, hipnotika) dan alkohol. Akhir-
memicu timbulnya depresi yang dalam dan akhir ini banyak digunakan heroin, kokain, dan
kemungkinan munculnya perilaku bunuh diri. derivatnya, serta halusinogen.
Mimpi basah dan mimpi yang berhubungan Secara umum remaja yang mengalami
dengan incest (hubungan seksual antar anggota depresi tidak menunjukkan minat untuk ken-
keluarga), dapat menambah beban rasa ber- can atau mengadakan interaksi heteroseksual.
salah pada remaja yang depresi. Periode men- Namun ada juga remaja yang mengalami de-
struasi pada remaja wanita yang mengalami presi menjadi berperilaku berlebihan dalam
depresi, mungkin terlambat, tidak teratur, atau masalah seksual, atau menjalani pergaulan be-
disertai dengan timbulnya rasa sakit yang hebat bas, sebagai tindakan defensif untuk melawan
dan perasaan tidak nyaman. Mood yang disforik depresinya. Beberapa remaja menginginkan
sering nampak pada periode pramenstrual. Re- kehamilan sebagai kompensasi terhadap objek
maja wanita yang mengalami depresi mungkin yang hilang atau rasa rendah dirinya. Rema-
merasa murung (feeling blue), sedih (down in ja yang mengalami depresi ada kemungkinan
the dump), menangis tanpa sebab, menjadi se- kawin muda untuk menghindari konflik da-
bal hati (sulky and pouty), mengurung diri di lam keluarga. Seringkali perkawinan ini malah
kamar, dan lebih banyak tidur. memperkuat depresinya.
Disorganisasi fungsi kognitif pada re- Remaja yang mengalami depresi, tampak
maja yang bersifat sementara, menjadi lebih pucat, lelah, dan tidak memancarkan kegembi-
nyata pada kondisi depresi. Pada remaja awal raan dan kebugaran. Seringkali mereka mem-
yang mengalami depresi, terdapat keterlam- punyai banyak keluhan fisik, seperti sakit kepa-
batan perkembangan proses pikir abstrak yang la, sakit lambung, kurang nafsu makan, dan
biasanya muncul pada usia sekitar 12 tahun. kehilangan berat badan tanpa adanya penyebab
Pada remaja yang lebih tua, kemampuan yang organik. Remaja yang mengalami depresi bi-
baru diperoleh ini akan menghilang atau me- asanya tidak mengekspresikan perasaannya
nurun. Prestasi sekolah sering terpengaruh bila secara verbal, namun lebih banyak keluhan
seorang remaja biasanya mendapat hasil baik di fisik yang diutarakan, sehingga hal ini biasanya
sekolah, tiba-tiba prestasinya menurun, depresi merupakan satu-satunya kondisi yang mem-
54
Sofwan Indarjo / KEMAS 5 (1) (2009) 48-57
bawanya datang ke dokter. Sensitivitas dari ring terdapat anxietas dan depresi yang nyata se-
sang dokter dalam menemukan mood yang dis- hingga memerlukan terapi khusus fungsi dalam
forik ataupun depresi akan dapat mencegah ke- keluarga dan masyarakat terganggu, berkaitan
mungkinan terjadinya bunuh diri pada remaja. dengan sifat keluhan dan dampak pada pe-
Penurunan berat badan yang cepat dapat rilakunya. Lebih sering terjadi pada wanita
merupakan indikasi adanya depresi. Harga diri dan biasanya muncul pada usia remaja akhir
yang rendah dan kurangnya perhatian pada / dewasa muda, dapat pula ditemukan pada
perawatan dirinya, atau makan yang berlebihan pra-pubertas. Ketergantungan atau penyalah-
dapat menyebabkan obesitas, merupakan tanda gunakan obat-obatan (biasanya sedativa dan
dari depresi. analgetika) terjadi akibah seringnya menjalani
Remaja yang mengalami depresi mem- rangkaian pengobatan. Termasuk gangguan
punyai kerentanan tinggi terhadap bunuh diri. psikosomatik multipel.
Penelitian di kentucky, Amerika Serikat, me- Gangguan hipokondrik, ciri utama ada-
nyebutkan sekitar 30 % dari mahasiswa ting- lah preokupasi yang menetap akan kemungki-
kat persiapan dan pelajar sekolah menengah nan menderita satu atau lebih gangguan fisik
atas pernah berpikir serius tentang percobaan yang serius dan progresif. Pasien menunjukkan
bunuh diri dalam satu tahun terakhir saat keluhan somatik yang menetap atau preokupa-
diteliti, 19 % mempunyai rencana spesifik un- si terhadap adanya deformitas atau perubahan
tuk melakukan bunuh diri, dan 11 % telah men- bentuk / penampilan. Perhatian biasanya hanya
coba melakukan bunuh diri (Fellinge, 2009). terfokus pada satu atau dua organ / sistem tu-
Gangguan somatoform (psikosoma- buh. Tidak mau menerima nasihat atau pen-
tik). Gangguan ini lebih dikenal di masyarakat jelasan dari beberapa dokter bahwa tidak dite-
umum sebagai gangguan psikosomatik. Ciri mukan penyakit atau abnormalitas fisik yang
utama dari gangguan somatoform adalah ada- melandasi keluhannya. Sering disertai depresi
nya keluhan gejala fisik yang berulang, yang dan anxietas yang berat gangguan hipokondrik
disertai dengan dengan permintaan pemerik- ditemukan pada laki-laki maupun wanita sama
saan medis, meskipun sudah berkali-kali ter- banyaknya.
bukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan Disfungsi otonomik somatoforn, kelu-
oleh dokter bahwa tidak ditemukan kelainan han fisik yang ditampilkan pasien seakan akan
fisik yang menjadi dasar keluhannya. Pasien merupakan gejala dari sistem saraf otonom,
biasa-nya menolak adanya kemungkinan pe- misalnya sistem kardiovaskuler (cardiac neu-
nyebab psikologis, walaupun ditemukan gejala rosis), gastrointestinal (gastric neurosis dan ner-
anxietas dan depresi yang nyata. vous diarrhoea), atau pernafasan (hiperventilasi
Gangguan somatisasi: ciri utama adanya psikogenik dan cegukan). Gejala yang nampak
gejala fisik yang bermacam-macam, berulang dapat berupa tanda objektif rangsangan oto-
dan sering berubah-ubah. Biasanya sudah ber- nom, seperti palpitasi berkeringat, muka panas
langsung bertahun-tahun (sekurang-kurang- / merah (flushing), dan tremor. Selain itu dapat
nya 2 tahun), disertai riwayat pengo-batan pula berupa tanda subjektif dan tidak khas,
yang panjang dan sangat kompleks, baik ke pe- seperti perasaan sakit, nyeri, rasa terbakar, rasa
layanan kesehatan dasar maupun spesialistik, berat, rasa kencang, atau perasaan badan seper-
dengan hasil pemeriksaan atau bahkan operasi ti mengembang. Juga ditemukan adanya bukti
yang negatif hasilnya (‘doctor’ shopping). Kelu- stes psikologis atau yang nampaknya berkaitan
hannya dapat mengenai setiap sistem atau ba- dengan gangguan ini. Tidak terbukkti adanya
gian tubuh yang manapun, tetapi yang paling gangguan yang bermakna pada struktur atau
lazim adalah keluhan gangguan gastrointes- fungsi dari sistem atau organ yang dimaksud.
tinal (perasaan sakit perut, kembung, berda- Gangguan nyeri somatoform menetap.
hak, mual, muntah, dan sebagainya), keluhan Keluhan yang menonjol adalah nyeri berat,
perasaan abnormal pada kulit (perasaan gatal, menyiksa dan menetap, yang tidak dapat dije-
rasa terbakar, kesemutan, baal, pedih dan seba- laskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologis
gainya) serta bercak-bercak pada kulit, keluhan maupun adanya gangguan fisik, nyeri timbul
mengenai seksual dan haid sering muncul. Se- berkaitan dengan adanya konflik yang ber-
55
Sofwan Indarjo / KEMAS 5 (1) (2009) 48-57
dampak emosional atau problem psikososial kebesaran kecemburuan, curiga, atau adanya
yang cukup jelas, yang berdampak mening- keyakinan bentuk tubuhnya abnormal/ada
katnya perhatian dan dukungan, baik personal yang salah. Awitan (onset) biasanya muncul
maupun medis untuk bersangkutan. pada usia pertengahan, tetapi kadang-kadang
Gangguan psikotik adalah suatu kondisi pada kasus yang berkaitan dengan keyakinan
terdapatnya gangguan yang berat dalam ke- tentang bentuk tubuh yang salah, dijumpai
mampuan menilai realitas, yang bukan karena pada usia dewasa muda/remaja akhir. Waham
retardasi mental atau gangguan penyalahgu- tersebut harus sudah ada sedikitnya 3 bulan
naan NAPZA. Terdapat gejala: waham, halusi- lamanya dan harus bersifat pribadi (personal),
nasi, perilaku yang sangat kacau, pembicaraan bukan subkultural.
yang inkoheren (kacau), tingkah laku agitatif Gangguan mental organik dengan gejala
dan disorientasi. Yang termasuk gangguan psikotik. Yang termasuk gangguan ini antara
psikotik antara lain: lain: delirium: suatu sindrom yang etiologinya
Skizofrenia pada masa kanak dan remaja tidak khas, ditandai oleh gangguan kesadaran
didefinisikan sama dengan skizofrenia pada yang bersamaan dengan menurunnya perha-
masa dewasa, dengan gejala psikotik yang khas, tian, persepsi, proses pikir, daya ingat, perilaku
seperti adanya defisit pada fungsi adaptasi, wa- psikomotor, emosi dan siklus tidur (sleep–
ham, halusinasi, asosiasi yang melonggar atau wake–cycle), Kondisi ini dapat terjadi pada se-
inkoherensi ( isi pikir yang kacau ), katatonia, mua usia.
afek yang tumpul atau tidak dapat diraba-raba- Penyalahgunaan Napza di Indonesia
kan. Gejala ini harus ada selama paling sedikit dalam beberapa tahun terakhir ini semakin
1 bulan atau lebih. Defisit pada fungsi adaptasi meningkat. faktor risiko yang dapat diidenti-
yang terdapat pada skizofrenia masa kanak fikasi pada remaja penyalahguna NAPZA: 1)
dan remaja, muncul dalam bentuk kegagalan Konflik keluarga yang berat, 2) Kesulitan Aka-
mencapai tingkat perkembangan sosial yang demik, 3) Adanya komorbiditas dengan gang-
diharapkan atau pun hilangnya beberapa keter- guan psikiatrik lain, seperti gangguan tingkah
ampilan yang telah dicapai. laku dan depresi, 4) Penyalahgunaan NAPZA
Gangguan mood/afektif yang disertai oleh orang –tua dan teman, 5) Impulsivitas, 6)
dengan gejala psikotik. Pada mania dengan Merokok pada usia terlalu muda.
gejala psikotik, gambaran klinisnya lebih berat Semakin banyak faktor risiko yang ada,
dari pada mania tanpa gejala psikotik. Harga semakin besar kemungkinan seorang remaja
diri yang membubung dan gagasan kebesaran akan menjadi pengguna NAPZA. Menurut Pe-
dapat berkembang menjadi waham kebesaran doman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
dan kegelisahan serta kecurigaan menjadi wa- Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) 1993, gang-
ham kejar. Aktivitas yang terus menerus dapat guan yang berhubungan dengan zat termasuk
menjurus kepada agresi dan kekerasan. Pada gangguan: ketergantungan, penyalahgunaan,
depresi berat dengan gejala psikotik, gambaran intoksikasi, dan keadaan putus zat. Penyalah-
klinisnya lebih berat dibandingkan dengan gunaan zat adalah penggunaan NAPZA secara
depresi berat tanpa gejala psikotik. Biasanya patologis (di luar tujuan pengobatan), yang su-
disertai dengan waham, halusinasi atau stupor dah berlangsung selama paling sedikit satu bu-
depresif (mematung). Wahamnya melibatkan lan berturut-turut dan menimbulkan gangguan
ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka dalam fungsi sosial, sekolah, atau pekerjaan.
yang mengancam. Halusinasi auditorik atau ol- Penyalahgunaan NAPZA dapat menimbulkan
faktorik biasanya berupa suara yang menghina ketergantungan. Ketergantungan zat mengacu
/ menuduh atau tercium bau kotoran atau da- kepada satu kelompok gejala kognitif, perilaku,
ging membusuk. Retardasi psikomotor yang dan fisiologis yang mengindikasikan seseorang
berat dapat menuju pada stupor. secara terus menerus menggunakan NAPZA
Kelompok gangguan waham ini ditan- dengan teratur dan dalam jangka waktu pan-
dai secara khas oleh berkembangnya waham jang. Gejala ketergantungan ini dapat berben-
yang umumnya menetap dan kadang bertahan tuk ketagihan secara fisik atau psikilogis, tole-
seumur hidup waham beraneka ragam isinya, ransi, keadaan putus zat, pemakaian yang lebih
sering berupa waham kejaran, hipokondrik, besar dari yang dibutuhkan, kegagalan untuk
56
Sofwan Indarjo / KEMAS 5 (1) (2009) 48-57
57