Anda di halaman 1dari 29

Makalah Psikologi

Pengantar Psikologi Umum


By : Sarlito Sarwono Wirawan

Disusun Oleh
Nurul Atifah
Nur Inayah Yushar
Nurmalasari Yamin
Hermi Mastura
Nurdiana Sudirman
Muhammad Imran

ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2012/2013

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun memanjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas Rahmat-
Nya maka penyusun dapat menyelesaikan penyusunan Summary Psikology yang
berjudul “Pengantar Psikologi Umum”. Penulisan summary merupakan salah satu
tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pengantar Psikology UIN Alauddin
Makassar. Dalam penulisan summary ini penyusun merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
penyusun miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penyusunan summary
ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-
pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :
1. Ibu Dra. St. Trinurmi, M, Pd,I yang sudah memberikan tugas dan petunjuk kepada
penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas ini.
2. Teman-teman yang sudah membantu dalam mengerjakan tugas makalah ini.
3. Semua rekan-rekan di Kelas IKom A Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Alauddin Makassar
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang


setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Makassar, Mei 2013

TIM PENYUSUN

2
DAFTAR ISI

SAMPUL ...................................................................................................................1
KATA PENGANTAR ...............................................................................................2
DAFTAR ISI ..............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................4
A. Latar Belakang ...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................5
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ......................................................................5
D. Metode Penulisan ...........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................6


A. Pengertian Psikologi ...................................................................................6
B. Kehidupan Manusia ....................................................................................9
C. Fungsi Psikis ...............................................................................................12
D. Kekhususan Individuil ................................................................................17
E. Interaksi Sosial ............................................................................................22
F. Kelainan Psikis pada Manusia ....................................................................25

BAB III. PENUTUP .................................................................................................28


A. Kesimpulan ....................................................................................................28
B. Saran ...............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................29

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut asalnya katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή"
(Psychē yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu) sehingga
secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang
jiwa.
Berbicara tentang jiwa, terlebih dahulu kita harus dapat membedakan antara
nyawa dengan jiwa. Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya tergantung pada
hidup jasmani dan menimbulkan perbuatan badaniah, yaitu perbuatan yang di
timbulkan oleh proses belajar. Misalnya : insting, refleks, nafsu dan sebagainya. Jika
jasmani mati, maka mati pulalah nyawanya.
Sedang jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi
penggerak dan pengatur bagi sekalian perbuatan-perbuatan pribadi (personal
behavior) dari hewan tingkat tinggi dan manusia. Perbutan pribadi ialah perbuatan
sebagai hasil proses belajar yang di mungkinkan oleh keadaan jasmani, rohaniah,
sosial dan lingkungan. Proses belajar ialah proses untuk meningkatkan kepribadian
(personality ) dengan jalan berusaha mendapatkan pengertian baru, nilai-nilai baru,
dan kecakapan baru, sehingga ia dapat berbuat yang lebih sukses, dalam menghadapi
kontradiksi-kontradiksi dalam hidup. Jadi jiwa mengandung pengertian-pengertian,
nilai-nilai kebudayaan dan kecakapan-kecakapan.

4
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami ambil pada summary ini, yaitu.
1. Apa pengertian dari Psikologi?
2. Bagaimana posisi manusia sebagai makhluk yang bereksistensi dan sebagai
makhluk hidup serta bagaimana proses kehidupan manusia?
3. Apa saja fungsi psikis yang dimiliki manusia?
4. Kekhususan apa saja yang dimiliki manusia?
5. Apa saja kelainan psikis yang diderita manusia?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjawab pertanyaan rumusan
masalah di atas.
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi
kepada kita semua mengenai Planning (perencanaan) dalam sebuah management,
yang meliputi pengetahuan tentang planning, syarat, tujuan, keuntungan yang
didapatkan dan masih banyak lagi. Dan apabila terdapat permasalahan yang ingin
dibahas, sekiranya kita dapat memecahkannya bersama-sama.

D. MetodePenulisan
Penulis memakai metode studi literature dan kepustakaan dalam
penulisan makalah ini. Referensi makalah ini bersumber utama dari sebuah
buku Pengantar Psikologi Umum yang di summary.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PSIKOLOGI
Menurut asalnya katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή"
(Psychē yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu) sehingga
secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang
jiwa.
Berbicara tentang jiwa, terlebih dahulu kita harus dapat membedakan antara
nyawa dengan jiwa. Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya tergantung pada
hidup jasmani dan menimbulkan perbuatan badaniah, yaitu perbuatan yang di
timbulkan oleh proses belajar. Misalnya : insting, refleks, nafsu dan sebagainya. Jika
jasmani mati, maka mati pulalah nyawanya.
Sedang jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi
penggerak dan pengatur bagi sekalian perbuatan-perbuatan pribadi (personal
behavior) dari hewan tingkat tinggi dan manusia. Perbutan pribadi ialah perbuatan
sebagai hasil proses belajar yang di mungkinkan oleh keadaan jasmani, rohaniah,
sosial dan lingkungan. Proses belajar ialah proses untuk meningkatkan kepribadian
(personality ) dengan jalan berusaha mendapatkan pengertian baru, nilai-nilai baru,
dan kecakapan baru, sehingga ia dapat berbuat yang lebih sukses, dalam menghadapi
kontradiksi-kontradiksi dalam hidup. Jadi jiwa mengandung pengertian-pengertian,
nilai-nilai kebudayaan dan kecakapan-kecakapan.
1. Objek dan Kajian Psikologi
Objek Psikologi dibagi menjadi 2, yaitu :
 Objek material : objek material ilmu adalah objek yang bersifat umum, dilihat
dari wujudnya yaitu yang menjadi sasaran suatu ilmu pengetahuan. Objek
material psikologi adalah manusia.

6
 Objek formal : objek yang bersifat spesifik, dari segi tertentu yaitu objek
material yang dibahas. Objek formal psikologi adalah perilaku manusia dan
hal-hal yang berkaitan dengan proses tersebut.
Kedua Objek ilmu pendidikan ini memiliki keterkaitan. Misalnya ilmu sosial
dan ilmu psikologi yang kedua macam ilmu pengetahuan itu mempunyai objek
material sama yaitu manusia, akan tetapi obyek formalnya berbeda. Ilmu sosial
membahas manusia dari sudut pembahasan kehidupan individu dan interaksinya antar
masyarakat, sedangkan ilmu psikologi membahas manusia dari sudut pembahasan
jiwa dan pikiran dari individu itu sendiri. Oleh karena itu obyek material (sasaran
yang dipelajari) ilmu pengetahuan dapat sama, sedang obyek formalnya (sudut
pembahasannya) berbeda.

2. Metode Penyelidikan
Metode penyelidikan dalam suatu ilmu merupakan keharusan mutlak. Apalagi
kalau ilmu itu telah berdiri sendiri, ini harus ditandai oleh metode-metode tersendiri
untuk menyelidiki terhadap obyeknya. Obyek psikologi adalah penghayatan dan
perbuatan manusia, yaitu perbuatan manusia dalam alam yang kompleks dan selalu
berubah. Jiwa bukanlah benda yang mati, tetapi sesuatu yang hidup dinamis; selalu
berubah untuk menjadi kesempurnaannya. Oleh karena itu penggunaan suatu metode
yang tumbuh baiknya pun tak dapat menghasilkan kebenaran yang mutlak. Sebab
dalam berbagai metode mempunyai titik kelemahan-kelemahan di samping kebaikan-
kebaikannya. Berdasarkan renungan-renungan dan pengalaman-pengalaman maka
didapatkan metode sebagai berikut:
a. Metode yang Bersifat Filosofis
1) Metode Intuitip
2) Metode Kontemplatif
3) Metode Filosofis Religius

7
b. Metode yang Bersifat Empiris
1) Metode observasi. Metode untuk mempelajari kejiwaan dengan sengaja
mengamati secara langsung, teliti dan sistematis. Dalam hal ini observasi
dapat melalui tiga cara, yaitu:
 Introspeksi
 Introspeksi Eksperimental
 Ekstrospeksi

2) Metode Pengumpulan Bahan. Dalam rangka mendapatkan data dengan teknik


pengumpulan bahan ini peneliti dapat menempuh dengan 3 cara :
 angket – interview
 metode biografi
 metode pengumpulan bahan

3) Metode Eksperimen
4) Metode Klinis
5) Metode Interview
6) Metode Testing

8
B. KEHIDUPAN MANUSIA
1. Manusia Sebagai Makhluk Yang Bereksistensi
Telah merupakan pendapat psikologis modern bahwa manusia bukan hanya
makhluk biologis yang sama dengan makhluk hidup lainnya , tetapi juga mempunyai
sifat-sifat tersendiri yang berbeda dari makhluk dunia lainnya. Karena itu dalam
mempelajari manusia kita harus mempunyai sudut pandang yang khusus pula. Kita
tidak boleh menjadikan manusia hanya sebagai obyek atau hanya sebagai subyek,
karena sesungguhnya manusia merupakan obyek dan sekaligus juga subyek.
Sudah banyak yang memberi pendapat tentang manusia, diantaranya E.
Casssires menyatakan bahwa “manusia adalah makhluk simbolis”, dan Plato
merumuskan “manusia harus dipelajari bukan dalam kehidupan pribadinya, tetapi
dalam kehidupan social dan kehidupan politiknya,” dan menurut paham filsafat
eksistensialisme: “manusia adalah eksistensi.”
Manusia tidak hanya tunduk pada kodratnya atau pasif menerima keadaan,
tetapi ia selalu sadar dan aktif menjadikan dirinya sesuatu. Perkembangan manusia
juga ditentukan oleh dirinya sendiri, tidak seperti makhluk lainnya yang sepenuhnya
tergantung pada alam. Manusia selalu ingin berkembang dan karenanya itulah
manusia bisa berkarya, bisa mengatur dunia untuk kepentingannya, sehingga
timbullah kebudayaan yang terdapat pada makhluk lainnya. Bentuk- bentuk
kebudayaan itu antara lain adalah system perekonomian, kehidupan social dengan
norma-normanya dan kehidupan politik.

2. Manusia Sebagai Makhluk Hidup


a. Ikatan-Ikatan Biologis
Sebagai kontras terhadap eksistensi manusia, maka manusia adalah
makhluk biologis yang sampai pada batas-batas tertentu terikat pada kodrat alam.
Manusia membutuhkan udarauntuk bernafas, makanan untuk dan minuman untuk
mempertahankan hidupnya, hubungan seksual untuk memperkembangkan
keturunannya. Susunan saraf, tulang dan otot, peredaran darah, denyutan jantung,

9
bekerjanya kelenjar-kelenjar dan sebagainya, semuanya sudah diatur secara
tertentu dan tidak dapat lagi diubah. Meskipun khayalan kita bisa menembus
dimensi ruang dan waktu, tetapi badan kasar kita selalu terikat pada ruang dan
waktu.
Manusia berbeda dengan makhluk lainnya, karena manusia tidak dibekali
alat-alat untuk bertahan dalam lingkungannya secara alamiah. Manusia tidak
punya bulu yang tebal, manusia tidak dapat berlari cepat, manusia tidak dapat
terbang, manusia tidak mempunyai kuku dan taring yang tajam. Semua ini
menunjukkan betapa manusia sebagai makhluk biologis sangat lemah. Tetapi
hanya tingkat kecerdasan yang tinggilah satu-satunya modal manusia untuk tetap
bertahan hidup di dunia ini.

b. Makhluk Adalah Satuan Hidup


Ada makhluk yang mempunyai bagian tubuh sederhana terdiri dari satu
atau dua bagian, ada pula yang terdiri dari ratusan bagian, namun bagian itu
merupakan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Tiap bagian mempunyai
fungsinya, dan fungsi itu dikooordinasikan untuk makhluk yang bersangkutan
beradaptasi terhadap lingkungannya, dan jika bagian tersebut ada yang terlepas,
maka tidak akan bisa berfungsi. Khususnya pada manusia “jiwa” kesadaran dan
ketidaksadaran juga termasuk dalam satuan hidup tersebut.

c. Sistem Energi Yang Dinamis


Sebagai makhluk hidup, manusia selalu membutuhkan energi untuk
mempertahankan hidupnya, mengembangkan keturunan, tumbuh dan
menyelesaikan tugas-tugasnya. Karena membutuhkan energy, maka manusia
selalu berusaha untuk mengadakan sejumlah energi dalam tubuhnya, yang
jumlahnya harus sesuai dengan yang diperlukan, karena jika kebutuhan lebih
besar dari persediaaan, maka akan terjadi hambatan dalam pelaksanaan aktivitas
tersebut.

10
d. Pertumbuhan Yang Mengikuti Pola Tertentu
Pertumbuhan manusia sejak dalam kandungan sudah ditentukan polanya,
dan tiap sel tubuh berkambang sesuai garis perkembangannya masing-masing,
yang bertujuan untuk menjadi makhluk dengan organ-organnya yang tersusun
secara harmonis. demikianlah, walau pada hari-hari pertama dalam kandungan
sel-sel janinnya tampak serupa saja, tetapi dalam tingkat perkembangan
selanjutnya sebagian dari sel-sel itu akan berkembang.

e. Pengaruh Proses Pematangan Terhadap Tingkah Laku


Tingkah laku manusia tidak dapat dilepaskan dengan proses pematangan
organ-organ tubuh. Contoh klasik pada proses pematangan anggot tubuh ini
adalah anak-anak suku Indian tertentu di amerika yang selama masa bayinya teus-
menerus diikat di punggung ibunya. Pada suatu saat bila organ-organ tubuhnya
sudah cukup matang, ia dapat langsung berjalan tanpa harus belajar dahulu.

11
C. FUNGSI PSIKIS
1. Persepsi
Pada seorang bayi yang baru lahir, bayangan-bayangan yang sampai ke otak
masih bercampur aduk, sehingga bayi belum dapat membedakan benda-benda
dengan jelas. Makin besar anak itu, makin baiklah struktur susunan syaraf dan
otaknya, dan ditambah dengan bertambahnya pengalaman anak tersebut. Ia mulai
dapat memfokuskan perhatiannya pada satu objek, sedangkan objek-objek lain
disekitarnya dianggap sebagai latar belakang. Kemampuan untuk membeda-bedakan,
mengelompokkan, memfokuskan dan sebagainya itu disebut sebagai kemampuan
untuk mengorganisasikan pengamatan atau persepsi. Ada beberapa pola pengamatan
yang menetap:
a. Ketetapan warna, sesuatu yang hitam tetap akan diamati sebagai hitam, baik
dibawah sinar terang maupun di tempat yang agak gelap.
b. Ketetapan bentuk, sebuah pintu misalnya, tetap akan kita amati sebagai
sebagai benda yang berbentuk empat persegi panjang, sekalipun kadang-
kadang dari sudut pandangan tertentu pintu itu dapat Nampak sebagai
trapezium.
c. Ketetapan ukuran, pohon setiinggi 2 meter kalau dilihat dari jauh mungkin
akan Nampak sangat kecil, akan tetapi kita mempresepsikannya sebagai
sebuah pohon yang besar.
d. Ketetapan letak, dalam kendaraan yang berjalan, ita akan melihat pohon-
pohon dan melihat tiang-tiang listrik bergerak, tetapi dalam persepsi kita,
pohon dan tianglistrik tetap saja ditempat masing-masing, tidak bergerak.

Di lain pihak, organisasi dalam persepsi kita menyebabkan pula kadang-


kadang kita salah menafsirkan objek yang kita amati. Kesalahan dalam persepsi ini
disebut ilusi. Perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh hal-hal dibawah ini:
a. Perhatian. Biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsang yang ada disekitar
kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada satu atau dua

12
objek saja. Perbedaan focus antara dua orang dengan yang lainnya
menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka.
b. Set. Set adalah harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul.
c. Kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri
seseorang, akan mempengaruhi persepsi orang tersebut.
d. System nilai. System nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh
pula terhadap persepsi.
e. Ciri kepribadian. Ciri kepribadian juga akan mempengaruhi pula persepsi.

2. Berfikir Dan Belajar


Belajar adalah suatu proses dimana suatu tingkah laku ditimbulkan atau
diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi (atau rangsang) yang terjadi. Pada
manusia proses belajar tidak hanya menyangkut aktivitas fisik saja, tetapi terutama
sekali menyangkut kegiatan otak, yaitu berfikir. Adapun beberapa factor yang
mempengaruhi proses belajar adalah sebagai berikut.
a. Waktu istirahat. Khususnya apabila mempelajari sesuatu yang meliputi bahan
yang banyak, perlu disediakan waktu-waktu tertentu untuk beristirahat. Bahan
yang banyak tidak dapat dipelajari sekaligus.
b. Pengetahuan tentang materi yang dipelajari secara menyeluruh. Dalam
mempelajari sesuatu, adalah lebi baik kalau ertama-tama kita pelajari dulu
materi atau bahan yang ada secara keseluruhan, dan baru setelah itu dipelajari
dengan lebih seksama bagian-bagiannya. Tetapi untuk dapat melakukan hal
itu, diperlukan taraf kecerdasan yang relative tinggi.
c. Pengertian terhadap materi yang dipelajari. Kalau kita mempelajari sesuatu,
maka kita harus mengerti apa yang kita pelajari itu. Tanpa pengertian, maka
usaha belajar kita akan menemui banyak kesulitan.
d. Pengetahuan akan prestasi sendiri. Kalau kita tiap kali kita dapat mengetahui
hasil prestasi kita sendiri, yaitu mengetahui mana perbuatan-perbuatan kita

13
yang masih salah, maka akan lebih musah kita memperbaiki kesalahan-
kesalahan itu daripada kalau kita harus meraba-raba terus.
e. Transfer. Pengetahuan kita mengenai hal-hal yang pernah kita pelajari
sebelumnya, kadang-kadang mempengaruhi juga proses belajar yang sedang
kita lakukan sekarang. Pengaruh itu disebut transfer.

3. Ingatan
Mengingat adalah perbuatan menyimpan hal-hal yang sudah pernah diketahui
untuk pada suatu saat lain dikeluarkan dan digunakan kembali. Ada beberapa cara
untuk mengingat kembali hal-hal yang sudah pernah diketahui sebelumnya;
a. Rekoleksi , menimbulkan kembali dalam ingatan suatu peristiwa yang dahulu
terjadi.
b. Pembaruan ingatan , ingatan hanya timbul kalau ada hal yang merangsang
ingatan.
c. Memanggil kembali ingatan , mengingat kembali suatu hal , sama sekali
terlepas dari hal-hal lain di masa lalu.
d. Rekognisi , mengingat kembali sesuatu hal setelah menjumpai sebagian dari
hal tersebut.
e. Mempelajari kembali , terjadi kalau kita mempelajari sesuatu yang dulu
pernah kita pelajari.

4. Lupa
Dewasa ini ada 4 cara untuk menerangkan proses lupa. Keempatnya tidak
saling bertentangan , melaingkan saling mengisi ;
a. Apa yang telah kita ingat , disimpan dalam bagian tertentu di otak. Jika materi
yang harus diingat tidak pernah digunakan , materi itu akan lenyap sendiri.
b. Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja , melainkan mengalami
perubahan-perubahan;

14
 Penghalusan , materi berubah bentuknya ke arah bentuk yang lebih simetris ,
sehingga bentuk asli tidak diingat lagi.
 Penegasan , bagian-bagian yang paling menyolok dari suatu hal adalah yang
paling mengesankan , sehingga yang diingat hanya bagian-bagian yang
menyolok .
 Asimilasi , sebuah bentuk yang mirip botol , perubahan materi di sini
disebabkan karena kita cenderung untuk mencari bentuk yang ideal dan lebih
sempurna.

5. Emosi
Perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai perbuatan kita
sehari-hari, itu disebut warna efektif. Warna efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-
kadang lemah atau samar-samar saja. Dalam hal warna efektif yang kuat, maka
perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas dan lebih terarah.perasaan-perasaan
seperti ini disebut emosi. Beberapa macam emosi antar lain: gembira, bahagia,
terkejut, jemuh, benci was-was dan sebagainya.
Terutama pada emosi yang kuat, seringkali terjadi juga perubahan-perubahan
pada tubuh kita, antara lain:
a. Reaksi elektris pada kulit (meningkat bila terpesona)
b. Peredaran darah (bertambah cepat bila marah)
c. Denyut jantung (bertambah cepat bila terkejut)
d. Pernafasan (bernafas panjang kalau kecewa)
e. Pupil mata (membesar bila sakit atau marah)
f. Liur (mengering bila takut atau tegang)
g. Buluroma (berdiri kalau takut)
h. Pencernaan (mencret-mencret kalau tegang)
i. Otot (ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar)

15
j. Komposisi darah (komposisi darah akan ikut berubah dalam keadan
emosional karena kalenjar-kalenjar lebih aktif)

6. Motif
Motif atau dalam bahasa inggrisnya “motive”, berasal dari kata “motion”, yang
berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Jadi istilah motif pun erat hubungannya
dengan “gerak”, yaitu dalam hal ini gerakan yang dilalkukan oleh manusia atau
disebut juga perbuatan atau tingkah laku. Motif dalam psikologi berarti rangsangan,
dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku.

16
D. KEKHUSUSAN INDIVIDUAL
Bahwa setiap individu (manusia maupun hewan) mempunyai kekhususannya
sendiri yang membedakannya dengan individu-individu lainnya, sudah lama disadari
orang. Kalau kita pandangi orang-orang yang berada di sekitar kita, maka secara
sepintas lalu saja sudah akan Nampak bahwa mereka itu berlainan satu sama lain.
Ada yang gemuk, ada yang kurus, ada yang tampak, ada yang cantik, ada yang lemah
dan sebagainya. Secara lebih mendalam hal ini dipelajari dalam psikolog dan menjadi
dasar daripada hal-hal yang akan dibicarakan dalam bab ini, yaitu kekhususan taraf
kecerdasan (intelegensi) dan kepribadian.
1. Intelegensi
Claparede dan Stern, misalnya, memberi sebuah definisi yang sangat fungsionil
dan terbatas yaitu : inteligensi adalah penyesuaian diri secara mental terhadap situasi
atau kondisi baru. Dan lain pihak, K. Buhler memberi definsi yang sangat luas, yaitu:
inteligensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
Kemampuan khusus adalah kemampuan dalam bidang-bidang tertentu, misalnya
dalam bidang perdagangan, bidang ilmu pasti, bahasa dan sebagainya, juga
kemampuan-kemampuan tertentu seperti kemampuan analisa, kemampuan
mensinthesakan atau mengorganisasikan fakta, daya ingatan, inisiatif, kreativitas dan
sebagainya.
Di samping kemampuan khusus, terdapat kemampuan umum. Kemampuan
umum ini mendasari kemampuan-kemampuan khusus tetapi ia bukan merupakan
kumpulan, gabungan atau penjumlahan kemampuan-kemampuan khusus belaka,
melainkan merupakan kwalitas tersendiri. Dua orang yang sama cerdasnya, dapat
menjadi ahli dalam dua bidang yang berbeda, mislanya yang seorang menjadi ahli
ilmu pasti dan yang lain menjadi ahli bahasa, halmana sangat dipengaruhi oleh
pengalaman, minat dan kesempatan pada tiap-tiap orang itu. Jadi, dua orang yang
kemampuan umumnya kira-kira setaraf, dapat mengembangkan kemampuan-
kemampuan khusus yang berbeda.

17
Taraf kecerdasan umum tiap-tiap orang berbeda-beda. Hal ini antara lain sudah
ditentukan atau merupakan pembawaan sejak lahir. Disamping orang-orang pandai,
terdapat pula orang-orang yang bodoh, sedangkan yang terbanyak adalah yang
bertaraf rata-rata. Menyadari hal ini, sejak lama sudah diusahakan dalam psikolog
untuk mengukur taraf inteligensi pada manusia, bahkan juga pada hewan. Setelah
melalui beberapa eksperimen, terbukti bahwa mengukur taraf inteligensi secara
langsung tidaklah mungkin. Sebabnya, antara lain adalah karena konsep mengenai
inteligensi itu sendiri tidak pernah jelas. Meskipun demikian, para sarjana percaya
bahwa taraf inteligensi itu dapat diperkirakan melalui pengukuran terhadap beberapa
aspek kemampuan khusus tertentu.

2. Keterbelakangan Mental
Seperti sudah diuraikan di atas, sebagian orang didunia ini (2,2%) rendah
sekali tingkat inteligensinya dan mereka ini disebut sebagai orang-orang mempunyai
keterbelakangan mental, atau disingkat terbelakang. Tanda-tanda orang yang
terbelakang :
a. Kecerdasannya sangat terbatas
b. Ketidakmampuan sosial, yaitu tidak mampu mengurus diri sendiri, sehingga
selalu memerlukan bantuan orang lain.
c. Arah minat sangat terbatas pada hal-hal tertentu yang sederhana saja.
d. Perhatiannya labil, mudah berpindah-pindah
e. Daya ingatannya lemah
f. Emosi sangat miskin dan terbatas, misalnya hanya ada perasaan senang, takut,
marah, benci dan terkejut.
g. Apatis, acuh tak acuh terhadap sekitarnya.
h. Kelainan-kelainan badaniah seperti badan terlalu kecil, kepala terlalu besar,
mulut melongo, mata sipit (khususnya pada jenis mongoloid), badan bungkuk,
tampak tidak sehat dan sebagainya.

18
Berdasarkan taraf inteligensinya, orang-orang terbelakang dapat dibagi-bagi
dalam beberapa jenis, yaitu :
a. Idiot, yaitu yang paling rendah taraf inteligensinya (I.Q. di bawah 20). Orang-
orang dari golongan ini, perkembangan jiwanya tidak akan lebih usia kejiwaan
3 tahun, sekalipun usia kalendernya sudah mencapai usia remaja atau dewasa.
Mereka tidak dapat bicara, tidak dapat berjalan, terus mengompol dan harus
ditolong selama hidupnya.
b. Imbesil, yaitu yang mempunyai I.Q. 20-50. Mereka dapat mencapai taraf usia
kejiwaan 3 sampai 7 tahun dan dapat diajari untuk memelihara diri sendiri
dalam kebutuhan-kebutuhan yang paling sederhana dan menjaga diri sendiri
dari bahaya, misalnya pergi ke kakus, memakai baju sendiri, menghindari api,
berteduh dari hujan dan sebagainya. Mereka juga memerlukan bantuan orang
lain seumur hidupnya.
c. Debil atau moron, bertaraf inteligensi antara I.Q. 50 dan 70. Keterbelakangan
mereka tidak separah dua jenis di atas, dan mereka dapat mencapai taraf usia
kejiwaan 7 sampai 10 tahun. Mereka masih dapat diajari berhitung, menulis
dan melakukan pekerjaan-pekerjaan sederhana, sekalipun ini harus dilakukan
dengan penuh kesabaran dan makan waktu lama. Untuk mendidik anak-anak
debil di indonesia sejak lama sudah tersedia Sekolah Pendidikan Luar Biasa
(S.P.L.B.), yang diperlengkapi dengan alat-alat dan tenaga pengajar yang dibuat
dan dilatih khusus untuk keperluan ini. Seorang debil yang mendapat latihan
cukup, tidak usah terus-menerus bergantung pada orang lain, karena dengan
keterampilannya ia dapat mencari nafkah sendiri.

3. Faktor Pembawaan Dan Lingkungan.


Sebagian sarjana berpendapat bahwa perkembangan manusia itu semata-mata
ditentukan oleh faktor-faktor yang sudah dibawahnya sejak lahir, yang disebut faktor
pembawaan atau bakat. Bakat inilah yang menentukan misalnya mata yang biru atau
rambut yang keriting. Namun lebih jauh lagi, para sarjana dari golongan ini

19
berpendapat bahwa seluruh kehidupan manusia ditentukan perkembangannya oleh
potensi-potensi yang dibawa sejak lahir itu. Apakah seseorang itu akan menjadi
dokter, jenderal atau pengemis, semuanya sudah ditentukan sejak lahir, yaitu sesuai
dengan bakat-bakatnya. Pandangan atau aliran seperti ini disebut nativisme.
Salah satu penganut aliran ini adalah lombrosso, yang terkenal dengan
teorinya mengenai “delinquento nato.” Teori ini mengatakan bahwa setiap penjahat
memang sejak lahirnya sudah membawa potensi atau bakat untuk menjadi penjahat,
dan bakat itu berpengaruh pula pada wajah dan potongan tubuh orang yang
bersangkutan. Karena itu lombrosso mempunyai pendapat bahwa untuk mengatakan
seseorang itu penjahat dapat dilihat dari wajahnya dan potongan tubuhnya.
John Locke (1632-1704), tokoh empirisme yang pertama, mengatakan bahwa
jiwa manusia waktu lahir adalah putih bersih, bagaikan kertas yang belom ditulisi
atau bagaikan “tabula rasa” (arti harafiahnya : papan lilin). Akan menjadi apakah
orang itu kelak, sepenuhnya tergantung pada pengalaman-pengalaman apakah yang
akan mengisi tabula rasa tersebut.
Seorang tokoh empirisme lainnya, yang kemudian mendirikan aliran
“behaviorisme,” John B. Watson (antara 1908 sampai 1920 menjadi guru besar di
John Hopkins University di Amerika Serikat) terkenaldengan semboyannya yang
berikut ini : “Berikan kepadaku sepulu seorang anak. Akan kujadikan kesepuluh
orang anak itu masing-masing menjadi pengemis, pedagang, sarjana dan sebagainya
sesuai dengan kehendakku.” Jadi menurut Watson, karena jiwa manusia waktu lahir
masih bersih, maka untuk menjadikan manusia itu sesuai dengan yang dikehendaki,
kepada orang itu tinggal diberikan lingkungan dan pengalaman-pengalaman yang
diperlukan.
Kedua pendapat di atas masing-masing ada benarnya. Bahwa ada jenius-
jenius yang umur 14 tahun sudah dapat memecahkan persoalan-persoalan
matematika yang serba rumit, membuktikan bahwa faktor bakat tidak dapat
diabaikan begitu saja. Sebaliknya bahwa anak seorang anak seniman akan menjadi
seniman pula, membuktikan bahwa lingkunganpun ada pengaruhnya. Yang kurang

20
dapat diterimah adalah pendapat bahwa faktor pembawaan atau faktor lingkungan
mutlak mempengaruhi perkembangan kehidupan seseorang. Seorang pemain piano
yang ulung misalnya, selain memang berbakat mungkin juga ia menjadi pemain
ulung karena dorongan dan pengaruh lingkungannya. Jadi kedua faktor itu sama
pengaruhnya. Pendapat terakhir ini dikenal dengan teori konvergensi dengan
tokohnya William Stern (1938). Beberapa percobaan dapat membuktikan pendapat
terakhir ini:
a. Dua orang anak kembar identik, yang mempunyai bakat yang persis sama,
dididik dan dibesarkan dalam dua keluarga dengan lingkungan yang berbeda,
akan mengembangkan sifat-sifat yang juga berbeda.
b. Seorang dengan taraf kecerdasan yang tergolong terbelakang, diberi didikan
yang sistimatis untuk menguasai pelajaran-pelajaran sekolah menengah.
Sampai akhir percobaan itu, orang tersebut tidak menunjukkan kemajuan yang
berarti.
Terbukti dari kedua percobaan di atas bahwa lingkungan ada pengaruhnya
terhadap perkembangan seseorang, tetapi dalam batas-batas pembawaan yang ada.

21
E. INTERAKSI SOSIAL
1. Komunikasi
Komunikasi adalah proses pengiriman berita dari seorang kepada orang
lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari kita lihat komunikasi ini dalam bentuk
percakapan antara dua orang, pidato dari ketua kepada anggota rapat, berita yang
bacakan oleh penyiar televise atau radio dan lain-lain. Dalam tiap bentuk komunikasi
di atas selalu kita lihat bahwa terdapat empat unnsur dalam proses komunikasi :
a. Adanya pengirim dan penerima berita. Syarat pertama untuk terjadinya
komunikasi adalah adanya dua orang atau lebih. Orang pertama berfungsi
sebagai pengirim berita sedangkan orang kedua berfungsi sebagai penerima
berita. Sebaliknya orang kedua setelah penerima beritadapt pula mengirim
berita
b. Adanya berita yang dikirim.
c. Ada media atau alat pengiriman berita.
d. Ada system symbol yang digunakan untuk menyatakan berita.

2. Jenis-Jenis Komunikasi
Dilihat dari jalannya komunikasi, dapat dibedakan dua jenis komunikasi :
a. Komunikasi sejarah,yaitu komunikasi yang datang dari satu pihak saja,
sedangkan pihak yang lain selalu menjadi penerima.
b. Komunikasi dua arah, yaitu dimana penerima dapatberubah fungsi menjadi
pengirim berita sedangkan pengirim dapat menjadi penerima berita. Kalau
komunikasi dua arah atau timbale balik ini terjadi terus-menerus berganti-
ganti, maka terjadilah dialog.

22
3. Struktur Komunikasi
a. Jenis bintang. Jenis ini terdapat pada rapat-rapat, organisasi-organisasi, dan
kelompok-kelompok formil lainnya.
b. Jenis hubungan langsung. Jenis ini biasanya didapati dalam kelompok-
kelompok yang tidak formil.

4. Sebab-Sebab Kesalahan Dalam Komunikasi


Seringkali terjadi komunikasi yang tidak sempurna. Penenerima tidak
mengerti sama sekali apa yang maksud oleh pengirim berita, atau mengerti hanya
sebagian atau salah dimengerti.. kesalahan-kesalahan dalam komunikasi pada
umumnya disebabkan oleh dua hal :
a. Terbatasnya perbendaharaan kata atau system symbol. Seringkali apa yang
kita pikirkan atau rasakan tidak dapat kita ungkapkan dengan sempurna,
karena tidak ada symbol atau kata yang tepat.
b. Terbatasnya daya ingat.

5. Sikap
Sikap dapat didefinisikan sebagai berikut : “Sikap adalah kesiapan pada
seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.” Sikap ini dapat
bersifat positif, dan dapat pula bersifat negative. Dalam sikap positif, kecenderungan
tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengaharapkan objek tertentu; sedangkan
dalam sikap negative terdapat kecenderungan menjauhi, menghindari, membenci,
tidak menyukai objek tertentu.
Sikap ada yang dianut oleh banyak orang yang disebut sikap sosial, ada pula
sikap yang dianut hanya oleh satu orang tertentu saja yang disebut sikap individual.
Sikap sosial adalah sikap yang ada pada sekelompok orang yang ditujukan kepada
suatu objek yang menjadi perhatian seluruh orang-orang tersebut. siakp individual
adalah sikap yang khusus terdapatpada satu-satu orang terhadap objek-objek yang

23
mejadi perhatian orang-orang yang bersangkutan saja. Sikap dapat terbentuk atau
berubah melalui 4 bermacam cara:
a. Adopsi: kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-
ulangdn terus-menerus, lama-kelamaan secara bertahap diserap diri dalam
individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
b. Diferensiasi: dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman,
sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap
sejenis, sekarang didipandang tersendiri pula.
c. Integrasi: pembentukan sikap disini terjaidsecar bertahap, dimulai dengan
berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu, sehingga
akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut.
d. Trauma: trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang
meninggalkan kesan mendalampada jiwa orang yang bersangkutan.
Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan
terbentuknya sikap.

24
F. KELAINAN PSIKIS PADA MANUSIA
Di dalam psikologi dikenal tingkahlaku-tingkahlaku yang menyimpang dari
tingkahlaku yang normal. Penyimpangan tingkahlaku ini disebabkan oleh adanya
kelainan psikis pada orang-orang yang bersangkutan. Cabang psikologi yang khusus
mempelajari kelainan psikis ini disebut Psikopatologi atau Psikologi Abnormal,
sedangkan usaha-usaha memperbaiki atau menyembuhkan kelainan-kelainan ini
dilakukan dalam Psikologi Klinis.
Kelainan-kelainan psikis seringkali pula disebabkan oleh penyakit-penyakit
badaniah. Di samping itu, kelainan psikis dapat juga dianggap sebagai penyakit
kejiwaan. Oleh karena itu, kelainan psikis dipelajari juga oleh ilmu kedokteran,
khususnya dalam cabang psikiatri. Perbedaan antara psikologi klinis dengan psikiatri
adalh perbedaan metode pendekatan. Psikologi klinis, menangani kasus-kasus
kelainan psikis dari sudut psikologi. Jadi teknik-tekniknya adalah teknik-teknik yang
biasa dipergunakan dalam psikologi seperti pemeriksaan psikologis, wawancara,
observasi, pemberian nasehat dan usaha penyembuhan secara psikologisyang disebut
psikoterapi. Psikiatri di lain pihak, memandang kelainan psikis dari sudut ilmu
kedokteran, jadi dari sudut penyakit dan cara pengobatan. Teknik yang dpergunakan
psikiater adalah teknik-teknik kedokteran, yaitu dengan obat-obatan. Seorang
psikiaterjadinya adalah seorang dokter, sedangkan seorang psikolog bukanlah dokter.
Kelainan psikis ada bermacam-macam yang dapt dikelompokkan ke dalam beberapa
jenis sebagai berikut :
1. Kelainan Seksuil. Ada dua macam kelainan pada tingkahlaku seksuil, yaitu
kelainan pada obyeknya, dan kelainan pada caranya :
a. Kelainan pada obyeknya: Di sini cara seseorang memuaskan dorongan
seksuilnya adalah normal, tetapi obyek yang dijadikan sasaran pemuasan
itulah yang lain dari pada biasanya. Pada manusia normal, obyek tingkahlaku
seksuil adalah manusia dari lawan jenisnya, tetapi pada orang yang menderita
kelainan seksuil jenis ini obyeknya bisa berupa orang dari jenis kelamin yang

25
sama (homoseksuil pada pria dan lesbian pada wanita), anak di bawah umur
(fedofili), hewan (sodomi) pakaian (fetisisme) dan lain-lain.
b. Kelainan pada caranya: obyek pemuasan seksuil tetap lawan jenisnya, tetapi
caranya yang tidak biasa, misalnya memamerkan alat kelamin (ekshibisionis),
mengintip (vayeuris), menyakiti partnernya atau disakiti oleh partnernya
(sadis atau masokhis).

2. Psikoneurosis
Psikoneurosis pada hakekatnya bukanlah suatu penyakit. Orang-orang yang
menderita psikoneurosis (atau secara singkat disebut neurosis saja) pada umumnya
dapat kita sebutkan sebagai orang normal. Yang diderita oleh orang neurosis adalah
ketegangan pribadi yang terus-menerus akibat adanya konflik-konflik dalam diri
orang tersebut yang juga terus-menerus. Orang tersebut tidak dapat mengatasi
konflik-konfliknya sehingga ketegangan tidak kunjung reda, dan ia akhirnya menjadi
neurosis.
Penderita psikoneurosis biasanya adalah orng-orang taraf kecerdasannya
cukup tinggi. Mereka ini cukup kritis untuk menilai situasi atau motif-motif yang
saling bertentangan sehingga mereka dapat merasakan adanya konflik. Orang yang
tidak cukup tinggi taraf kecerdasannya, kurang kritis untuk mengerti konflik-konflik
yang ada, sehingga merekapun sukar menjadi neurosis.
Psikoneurosis dapat disebabkan baik oleh faktor-faktor yang datang dari luar
maupun faktor-faktor yang terdapat dalam diri sendiri. Ancaman bahaya yang terus-
menerus yang sukar dihindari dapat menyebabkan neurosis, misanya ancaman Nazi
terhadap oarng Yahudi di zaman perang dunia ke dua menyebabkan banyak
penderita psikoneurosis di kalangan orang Yahudi pada waktu itu. Ketidak-adilan
sosial yang terus-menerus dialami seseorang tanpa oang itu dapat berbuat apa-apa
juga dapat menyebabkan neurosis, misanya seorang mahasiswa menjadi neurosis
karena tiap kali ia mau pulang ke kampung ia harus antri karcis kereta api dari pagi-
pagi buta, itupun ia masih sering tida kebagian karcis, padahal ia melihat orang lain

26
yang segera mendapat karcis begitu datang karena dapat membelinya melalui
petugas yang kurang jujur. Faktor dari dalam diri sendiri yang menyebabkan
neurosis misanya adalah adanya perbedaan yang terlalu jauh antara cita-cita atau
keinginan dengan kemampuan yang dimiliki.

3. Psikosis
Gejala-gejala:
a. Pola berpikir dan perasaan tidak teratur. Apa yang dikatakan tidak sesuai
dengan apa yang dirasakan, kalimat-kalimat yang diucapkan tidak saling
berhubungan (inkoheren), kadang-kadang membuat kata-kata baru yang tidak
dimengerti orang lain (neo-logisme).
b. Apati, yaitu dapat berceritera tentang anaknya yang meninggal digilas kereta
api (pikiran) tidak menunjukkan perasaan pada situasi-situasi yang seharusnya
menimbulkan reaksi-reaksi emosionil.
c. Tingkahlaku bizar, yaitu tingkah laku yang aneh, eksentrik dan tidak dapat
dimengerti.
d. Seklusif, arah mnat dan kontak sosial sangat dipersempit, lebih suka menarik
diri dan menyendiri.

27
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut asalnya katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή"
(Psychē yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu) sehingga
secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang
jiwa. Telah merupakan pendapat psikologis modern bahwa manusia bukan hanya
makhluk biologis yang sama dengan makhluk hidup lainnya , tetapi juga mempunyai
sifat-sifat tersendiri yang berbeda dari makhluk dunia lainnya. Karena itu dalam
mempelajari manusia kita harus mempunyai sudut pandang yang khusus pula. Kita
tidak boleh menjadikan manusia hanya sebagai obyek atau hanya sebagai subyek,
karena sesungguhnya manusia merupakan obyek dan sekaligus juga subyek.
Bahwa setiap individu (manusia maupun hewan) mempunyai kekhususannya
sendiri yang membedakannya dengan individu-individu lainnya, sudah lama disadari
orang. Kalau kita pandangi orang-orang yang berada di sekitar kita, maka secara
sepintas lalu saja sudah akan Nampak bahwa mereka itu berlainan satu sama lain.
Ada yang gemuk, ada yang kurus, ada yang tampak, ada yang cantik, ada yang lemah
dan sebagainya. Secara lebih mendalam hal ini dipelajari dalam psikolog dan menjadi
dasar daripada hal-hal yang akan dibicarakan dalam bab ini, yaitu kekhususan taraf
kecerdasan (intelegensi) dan kepribadian.

B. SARAN
Tak ada manusia yang sempurna, untuk itu Penyusun berharap kepada
pembaca yang budiman untuk memberikan kritikan dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Summary Psikology yang berjudul….. Akhirnya
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun pihak lain yang
membacanya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Wirawan, Sarlito Sarwono. Pengantar Psikologi. 1982. Bulan Bintang: Jakarta

29

Anda mungkin juga menyukai