New Pediatri
New Pediatri
Gejala TB pada anak sangat bervariasi dan tidak saja melibatkan organ pernafasan
melainkan banyak organ tubuh lain seperti kulit (skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus,
dan organ lain. Jangan sampai salah diagnosis atau overdiagnosis!
Pada orang dewasa, diagnosis pasti ditegakkan apabila menemukan kuman M.
tuberculosis dalam sputum/dahak. Akan tetapi, anak-anak sangat sulit bila diminta untuk
mengeluarkan dahak. Bila pun ada, jumlah dahak yang dikeluarkan tidak cukup. Jumlah
dahak yang cukup untuk dilakukan pemeriksaan basil tahan asam adalah sebesar 3-5 ml,
dengan konsistensi kental dan purulen.
Masalah kedua adalah jumlah kuman M. tuberculosis dalam sekret bronkus anak
lebih sedikit daripada orang dewasa. Hal itu dikarenakan lokasi primer TB pada anak terletak
di kelenjar limfe hilus dan parenkim paru bagian perifer. BTA positif baru dapat dilihat bila
minimal jumlah kuman 5000/ml dahak.
Selain itu, gejala klinis TB pada anak tidak khas. Hal-hal tersebutlah yang sering
membuat kita misdiagnosis atau overdiagnosis.
WHO membuat kriteria anak yang diduga (suspected) menderita TB, bila:
1. sakit, dengan riwayat kontak dengan seseorang yang diduga atau dikonfirmasi menderita TB
paru;
2. tidak kembali sehat setelah sakit campak atau batuk rejan (whooping cough);
3. mengalami penurunan berat badan, batuk, dan demam yang tidak berespon dengan
antibiotik saluran nafas;
4. terdapat pembesaran abdomen, teraba massa keras tak terasa sakit, dan ascites;
5. terdapat pembesaran kelenjar getah bening superfisial, tidak terasa sakit, dan berbatas
tegas;
6. mengalami gejala-gejala yang mengarah ke meningitis atau penyakit sistim saraf pusat.
2
ANAMNESIS
No Ketrampilan Skor
1. Pembukaan :
- Salam
- Menyapa ibu/ keluarga yang mengantar
- Menyapa anak
2. Mempersilahkan ibu menceritakan ‘keluhan anaknya’
3. Menggali ‘keluhan utama’
- Onset
- Lokasi
- Kualitas
- Kuantitas
- Pencetus/memperberat/memperingan
- Keluhan penyerta
4. Memperdalam RPS mencari hubungan kel.utama dengan:
- Gangguan pertumbuhan (bayi kecil, prematur, kurus, pendek)
- Gangguan perkembangan (4 ranah milestone)
- Cacat bawaan lahir
- Gangguan perkembangan remaja
- Gangguan perilaku
- Masalah remaja lain
5. RPD
- Penyakit yang pernah diderita
- Paparan tertentu sejak konsepsi sampai sekarang
- Rx. Penyakit kronik
- Kebutuhan Asah, Asih, Asuh
3
6. 1. Rx. Antenatal
- Rx. Obstetri ibu :riwayat kelahiran semua anak (umur ibu, frekuensi
kehamilan, rx. Lahir prematur, keguguran, perdarahan antepartum,
lahir meninggal/cacat)
- Rx. Kehamilan beresiko tinggi (perdarahan, ibu anemia, infeksi
TORCH, ibu hipertensi, eklampsi, usia tua, multipara, ibu gizi buruk,
paparan bahan berbahaya)
2. Rx. Post natal : partus lama, persalinan tindakan (vakum, forsep, seksio),
asfiksia, infeksi neonatus, ikterus, kejang neonatus.
7. Riwayat keluarga :
- Cacat bawaan (bibir sumbing, sindrom Down, dll)
- R. Infeksi menular (TBC, HIV)
Riwayat kontak dengan pasien TB dewasa dengan BTA (+)
8. Riwayat tumbuh kembang
9. Riwayat Imunisasi
Uji tuberkulin (+) bisa karena imunisasi BCG sampai 5 tahun
10. Riwayat sosioekonomi
3. Batuk lama ≥ 3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau intensitas
semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah dapat disingkirkan.
4. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh (failure to
thrive).
5. Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
6. Diare persisten/menetap (>2 minggu) yang tidak sembuh dengan
pengobatan baku diare.
Pemeriksaan Fisik
No Pemeriksaan Gambaran khusus
1. Keadaan umum
- Kesan sakit Sakit ringan – berat
(tidak tampak sakit/sakit
ringan/sakit berat)
- Kesadaran Kesadaran menurun
(komposmentis, apatis,
somnolen, sopor, koma,
delirium)
- Status gizi BB turun / tidak naik sesuai grafik
(postur tubuh, data
antropometrik)
2. Tanda vital
- Nadi N/ /
- TD
- RR
- Suhu Demam biasanya tidak tinggi, hilang timbul
dlm jangka waktu lama
3. Kulit Skrofuloderma
Warna, edem, tanda perdarahan, - limfadenitis TB yang pecah
sikatrik, pelebaran pemb darah, - awalnya pembesaran kel limfe
5
5. Kepala
- ukur (melalui dahi dan Sering Meningitis TB
occipitalis posterior) Diikuti gejala :
- bentuk & ukuran Nyeri kepala, penurunan kesadaran, kaku
- fontanela kuduk, muntah proyektil, kejang.
N ≠ 2,5 cm, datar
Menonjol peningkatan TIK
Cekung malnutrisi
6. Mata
7. Hidung
- Bentuk luar
- Nafas cuping
- Mukosa
- Sekret
- Perdarahan
- Septum
- sinus
8. Mulut
- bibir (warna, fissura, simetri)
- gigi
- mukosa mulut
7
- lidah
9. Tenggorok
Tonsil (besar, warna, peradangan,
eksudat, kripta)
10. Telinga
- letak telinga
- warna & bau sekret
11. Leher
- kelenjar leher
- kaku kuduk
12. Px. dada - TB paru primer (pembesaran kelj limfe
- Inpeksi : bentuk dada, hilus dg atau tanpa kelainan paru
pergerakan dada - TB paru progresif (pneumonia, TB
- Palpasi : nyeri, fremitus vokal endobronkial)
- Perkusi : - TB paru kronik (kavitas, fibrosis,
hipersonor/redup/pekak, tuberkuloma)
batas organ - Efusi pleura TB
- Auskultasi :
Bunyi nafas
13. Px. Abdomen
- Inspeksi : bentuk perut,
gerakan dinding perut,
umbilikus
- Auskultasi : peristaltik tiap
10-30 detik
- Perkusi
- Palpasi : nyeri, pembesaran
organ
- N: 1/3-1/3 sampai umur 5-6 Persilangan linea medialis klavikula & arcus
tahun costa dihubungkan dg umbilikus
- Konsistensi, tepi, permukaan,
pulsasi, nyeri tekan
15. Limpa Titik schuffner : Arcus costa kiri – lipat paha
- N: 1-2 cm di bawah arcus kanan dibagi 8
costa
16. Ekstremitas
Kelainan bawaan (amelia,
polidaktili,webbing), clubbing finger
Pemeriksaan penunjang lainnya yang penting adalah foto toraks. Namun gambaran foto
toraks pada TB tidak khas karenavjuga dapat dijumpai pada penyakit lain. Dengan
demikian pemeriksaan foto toraks saja tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis TB,
kecuali gambaran TB milier. Secara umum, gambaran radiologis yang menunjang TB
adalah sebagai berikut:
- Pembesaran kelenjar hilus mediastinal (96% pada anak) atau paratrakeal
dengan/tanpa infiltrat (visualisasinya selain dengan foto toraks AP, harus
disertai foto toraks lateral)
- Konsolidasi segmental/lobar
- Efusi pleura
- Milier
- Atelektasis
- Kavitas
- Kalsifikasi dengan infiltrat
Catatan:
Parameter Sistem Skoring:
Kontak dengan pasien pasien TB BTA positif diberi skor 3 bila ada bukti
tertulis hasil laboratorium BTA dari sumber penularan yang bisa diperoleh
dari TB 01 atau dari hasil laboratorium.
Penentuan status gizi:
- Berat badan dan panjang/ tinggi badan dinilai saat pasien datang (moment
opname).
- Dilakukan dengan parameter BB/TB atau BB/U. Penentuan status gizi untuk
anak usia <5 tahun merujuk pada buku KIA Kemenkes, sedangkan untuk anak
usia >5 tahun merujuk pada kurva CDC 2000 (lihat lampiran).
- Bila BB kurang, diberikan upaya perbaikan gizi dan dievaluasi selama 1 bulan.
Demam (≥2 minggu) dan batuk (≥3 minggu) yang tidak membaik setelah
diberikan pengobatan sesuai baku terapi di puskesmas
Gambaran foto toraks menunjukkan gambaran mendukung TB berupa:
pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa infiltrat,
atelektasis, konsolidasi segmental/lobar, milier, kalsifikasi dengan infiltrat,
tuberkuloma.
Pengobatan TB Anak
Prinsip pengobatan TB anak:
OAT diberikan dalam bentuk kombinasi minimal 3 macam obat untuk mencegah
terjadinya resistensi obat dan untuk membunuh kuman intraseluler dan
ekstraseluler.
Waktu pengobatan TB pada anak 6-12 bulan. pemberian obat jangka panjang
selain untuk membunuh kuman juga untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kekambuhan.
Pengobatan TB pada anak dibagi dalam 2 tahap:
o Tahap intensif, selama 2 bulan pertama. Pada tahap intensif,
diberikan minimal 3 macam obat, tergantung hasil pemeriksaan
bakteriologis dan berat ringannya penyakit.
16
Edukasi
Edukasi sangat penting dianjurkan untuk diberitahukan kepada keluarga dengan penderita TBC aktif
di dalamnya. Pentingnya sirkulasi udara yang baik, usaha menutup mulut pada saat batuk atau
bersin, kebersihan dari bahan – bahan pribadi dari penderita sangat banyak membantu mengurangi
penularan dari TBC. Edukasi tentang kepatuhan penderita dalam menjalanan terapinya juga perlu
untuk disampaikan, untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Juga bagi ibu – ibu yang tidak mau
mengimunisasikan anaknya dengan alasan takut anaknya menjadi panas juga perlu untuk dijelaskan
lebih jauh mengapa imunisasi diperlukan, dan resiko yang akan diterima bila anak tidak
diimunisasikan.
DBD
b. Demam dengue (DD) Anamnesis: demam mendadak tinggi, disertai nyeri kepala,
nyeri otot & sendi/tulang, nyeri retro-orbital, photophobia, nyeri pada punggung,
facial flushed, lesu, tidak mau makan, konstipasi, nyeri perut, nyeri tenggorok, dan
depresi umum.
Pemeriksaan fisik
21
c. Demam berdarah dengue Terdapat tiga fase dalam perjalanan penyakit, meliputi
fase demam, kritis, dan masa penyembuhan (convalescence, recovery).
Fase demam
Anamnesis
Demam tinggi, 2-7 hari, dapat mencapai 40°C, serta terjadi kejang demam. Dijumpai
facial flush, muntah, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorok dengan
faring hiperemis, nyeri di bawah lengkung iga kanan, dan nyeri perut.
Pemeriksaan fisik
1. Manifestasi perdarahan
o Uji bendung positif (≥10 petekie/inch2) merupakan manifestasi perdarahan
yang paling banyak pada fase demam awal.
o Mudah lebam dan berdarah pada daerah tusukan untuk jalur vena.
o Petekie pada ekstremitas, ketiak, muka, palatum lunak.
o Epistaksis, perdarahan gusi
o Perdarahan saluran cerna
o Hematuria (jarang)
o Menorrhagia
2. Hepatomegali teraba 2-4 cm di bawah arcus costae kanan dan kelainan fungsi
hati (transaminase) lebih sering ditemukan pada DBD.
Berbeda dengan DD, pada DBD terdapat hemostasis yang tidak normal,
perembesan plasma (khususnya pada rongga pleura dan rongga peritoneal),
hipovolemia, dan syok, karena terjadi peningkatan permeabilitas kapiler.
Perembesan plasma yang mengakibatkan ekstravasasi cairan ke dalam rongga
pleura dan rongga peritoneal terjadi selama 24-48 jam.
Fase kritis
Fase kritis terjadi pada saat perembesan plasma yang berawal pada masa transisi
dari saat demam ke bebas demam (disebut fase time of fever defervescence) ditandai
dengan:
o Peningkatan hematokrit 10%-20% di atas nilai dasar
22
o Tanda perembesan plasma seperti efusi pleura dan asites, edema pada
dinding kandung empedu. Foto dada (dengan posisi right lateral decubitus =
RLD) dan ultrasonografi dapat mendeteksi perembesan plasma tersebut.
o Terjadi penurunan kadar albumin >0.5g/dL dari nilai dasar / <3.5 g% yang
merupakan bukti tidak langsung dari tanda perembesan plasma
o Tanda-tanda syok: anak gelisah sampai terjadi penurunan kesadaran, sianosis,
nafas cepat, nadi teraba lembut sampai tidak teraba. Hipotensi, tekanan nadi
≤20 mmHg, dengan peningkatan tekanan diastolik. Akral dingin, capillary refill
time memanjang (>3 detik). Diuresis menurun (< 1ml/kg berat badan/jam),
sampai anuria.
o Komplikasi berupa asidosis metabolik, hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit,
kegagalan multipel organ, dan perdarahan hebat apabila syok tidak dapat
segera diatasi.
Pemeriksaan Penunjang
2. Auskultasi
Dengarkan suara bising usus di kuadran kanan bawah
3. Perkusi
Untuk batas kanan hati, Perkusi dilakukan pada linea midclavicula dextra. Untuk batas
atas kanan atas hati dilakukan perkusi dari ½ os. Clavicula ke caudal sehingga akan
memunculkan suara sonor (pada paru) hingga didapatkan suara pekak (oleh hepar).
Sedangkan batas bawah hati, perkusi dilakukan pada SIAS ke cranial sehingga akan
didapatkan suara timpani (pada abdomen) hingga di dapatkan suara pekak (oleh
hepar). Lalu kita ukur, ukuran dari hati pasien dari batas kanan atas hati sampai batas
kanan bawah hepar tadi. Normalnya liver span (jarak redup oleh karena adanya hati)
berkisar 6-12 cm. Dapat dikatakan terjadi hepatomegali (perbesaran hepar) bila batas
atas didapatkan naik 1 ICS (pada ICS V) dan batas bawah turun >2cm di bawah arcus
costae atau jarak redup >12cm.
Sedangkan untuk batas kiri hati dilakukan pada linea midsternalis. Untuk batas kiri atas
hati bisa ditarik garis langsung dari batas kanan atas hati tadi ke medial. Untuk batas
kiri bawah hati, dapat dilakukan perkusi dari umbilicus ke cranial, akan didapatkan
suara timpani pada abdomen dan pekak oleh karena adanya hati. Batas normal liver
span pada lobus kiri hepar yaitu sekitar 4-8cm. Dapat dikatakan terjadi hepatomegali
bila didapatkan batas kiri bawah hepar >2cm dibawah processus xiphoideus atau liver
span >8cm.
25
4. Palpasi
Palpasi hati dapat dapat dilakukan secara mono/bimanual. Ukur besar hati dengan
cara : 1. Titik persilangan linea medioclavicularis kanan dan arcus aorta dihubungkan
dengan umbilikus. 2. Proc. Xifoideus disambung dengan umbilicus. Normal : 1/3 –
1/3 sampai usia 5 – 6 tahun. Perhatikan juga : konsistensi, permukaan, tepi, pulsasi,
nyeri tekan.
Palpasi Lien Ukur besar limpa (schuffner) dengan cara : Tarik garis yang
mengubungkan SIAS kanan dengan umbilikus dan diteruskan sampai arkus kosta.
Lalu bagi di dalam 8 titik (S1 sampai S8). Lakukan palpasi melalui garis schuffner tsb.
Normalnya tidak teraba.
Uji tourniquet
positif (rumple leed)
Trombosit Trombosit
Rawat inap ≤100.000/ul >100.000/ul negatif
DBD
perbaikan
Infuse ganti RL
Pulang
27
Cairan awal
RL/NA/NaCl 0,9%
Atau
RLD5/NaCl 0,09% + D5
6-7ml/kgBB/jam
Tdk gelisah
gelisah
Nadi adekuat
distress pernapasan
BP stabil
HR↑, RR ↑
Dieresis cukup
Ht tetap tinggi/↑
(dalam 2x
BP turun hingga
pemeriksaan)
20mmHg
Dieresis kurang/tdk ada
Tetesan dinaikkan
Tetesan dikurangi
10-15ml/kgBB/jam
(naikkan bertahap)
5ml/kgBB/jam
Perbaikan
perbaikan Evaluasi 12-24 jam
(sesuaikan tetesan)
28
Perbaikan
perbaikan Evaluasi 12-24 jam
(sesuaikan tetesan)
Koloid Transfuse
20-30ml/kgBB/jam darah segar
10ml/kgBB
perbaikan
29
O2 2-4liter/mnt
Larutan isotonis 20ml/kgBB
secepatnya
(bolus dalam 30mnt)
Syok teratasi??
ya tidak
Tetesan sesuaikan
Lanjutkan cairan
koloid, koreksi
asidosis
Evaluasi 1 jam
Evaluasi ketat
Ht
transfusi koloid
30
Differential Diagnosis
Demam Tifoid
• Demam yang naik secara bertahap tiap hari, mencapai suhu tertinggi pada akhir minggu
pertama, minggu kedua demam terus menerus tinggi
• Nyeri kepala
• Nyeri perut, kembung
Malaria
• Fase dingin
• Fase Panas
• Fase berkeringat
• Anemia
• Splenomegali – hepatosplenomegali
Campak
• std masa tunas 10-12 hari
• std prodromal gejala pilek dan batuk, enantem pada mukosa pipi (bercak koplik),
faring dan mukosa konjungtiva meradang
• std akhir ruam mulai dr belakang telinga menyebar ke muka, badan, lengan dan kaki.
Ruam timbul didahului suhu badan me↑, selanjutnya ruam menghitam dan mengelupas
DIARE ANAK
DEFINISI
• diare akut adalah perubahan pada frekuensi BAB menjadi lebih sering dari normal (>
dari 3 kali) atau perubahan konsistensi feses menjadi lebih encer atau kedua-duanya
dalam waktu kurang dari 7 hari.
Bertambahnya frekwensi> 3 X / hr
• Umumnya disertai dengan segala gangguan saluran cerna yang lain seperti mual,
muntah dan nyeri perut, kadang-kadang disertai demam, darah pada feses serta
tenesmus (gejala disentri).
ETIOLOGI
A. Infeksi
1. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Calicivirus, Norwalk virus, Astrovirus.
non-inflamasi, invasi mukosa (-), cair, lekosit feses (-).
2. Bakteri:
- Akibat infeksi bakteri di usus halus (Vibrio cholera, Eschericia coli), biasanya
bersifat non inflamasi, cair, invasi mukosa (-), lekosit feses (-).
31
- Akibat infeksi bakteri di kolon (Salmonella sp., Shigella sp., Campylobacter jejuni,
Yersinia enterocolica, EIEC, S.aureus, Clostridium difficile), biasanya terdapat
invasi mukosa, bersifat inflamasi, diare berdarah serta lekosit feses (+).
3. Parasit:
- Akibat infeksi parasit di usus halus (Giardia lamblia, Cryptosporidium), bersifat
non inflamasi, invasi mukosa (-),cair, lekosit feses (-).
- Akibat infeksi parasit di kolon (Entamoeba histolytica), biasanya bersifat
inflamasi, invasi mukosa (+), diare berdarah, lekosit feses (+).
B. Non - Infeksi
• Keracunan makanan karena toksin dari S.aureus, Baccillus cereus, Clostridium
perfringens, Clostridium botulinum. Dalam keadaan ini, biasanya bersifat non
inflamasi, invasi mukosa (-), cair.
• Obat dan toksin
• IBS
• IBD
• Ischemic bowel disease
• Alergi makanan
• Defisiensi laktosa
• Penyebab lainnya : VIPOMA
PATOFISIOLOGI
1. Diare Osmotik
• Diare yang disebabkan karena sejumlah besar bahan makanan yang tidak dapat
diabsorbsi dalam lumen usus sehingga terjadi hiperosmolaritas intra lumen yang
menimbulkan perpindahan cairan dari plasma ke dalam lumen.
• Terjadi pada malabsorbsi karbohidrat, penggunaan garam magnesium ataupun
bahan yang bersifat laksantia.
• Dikatakan diare osmotik bila osmotic gap feses > 125 mosmol/kg (normal < 50
mosmol/kg)
• Berhenti bila pasien puasa
2. Diare Sekretorik
• Diare yang terjadi bila ada gangguan transpor elektrolit baik absorbsi yang berkurang
maupun sekresi yang meningkat melalui dinding usus. Hal ini dapat terjadi akibat
toksin yang dikeluarkan oleh bakteri.
• Biasanya dengan volume banyak, cair, tidak ada pus/darah.
• Diare tetap berlangsung walaupun pasien dipuasakan.
3. Diare eksudatif
• Diare yang terjadi akibat proses inflamasi/ peradangan yg menyebab-kan kerusakan
mukosa baik usus halus maupun usus besar.
• Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri ataupun bersifat non
infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, IBD, atau akibat radiasi.
• Oleh karena terjadi kerusakan dinding usus, feses dapat mengandung pus, darah
atau mukus.
• Pada diare ini terjadi juga peningkatan beban osmotik, hipersekresi cairan akibat
peningkatan prostaglandin dan terjadi hiperperistaltik.
32
4. Diare Hiperperistaltik
• Terjadi akibat gangguan motilitas yang menyebab-kan waktu transit usus menjadi
lebih cepat.
• Pada usus halus menyebabkan waktu paparan untuk absorbsi berkurang.
• Tipe ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis, IBS, diabetes melitus, pasca gastrektomi
(dumping syndrome).
Penilaian A B C
Lihat :
Sangat cekung
Mata Normal Cekung dan kering
/sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya
diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
35
Tambahan:
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada
balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita
diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera. Obat-obatan
Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti
36
tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan kecuali muntah berat. Obat-
obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan
sebagian besar menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal.
Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba,
giardia).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja,
serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Zinc tetap
diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.
Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu
formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih
termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan
yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare
berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu
pemulihan berat badan.
Sumber : Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan Volume 2, TRIWULAN 2, 2011
Indikasi Rawat Inap pada Diare Akut :
3. Px. Penunjang
• Feses rutin
Pemeriksaan makroskopis
o Bentuk dan konsistensi : cair (peradangan)
o Warna dan bau : purulen berlendir+bau busuk karena bakteri
o Darah dan lendir :ada lendir karena peradangan didnding usus
Pemeriksaan mikroskopis :
o Sel darah merah : (-)
o epitel : 5 sel epitel/LPK (lebih dari 1-2 menandakan terjadi peradangan sal
cerna)
o Leukosit : 4 leukosit/LPB (N= 1-2 LPB)
o Sisa makanan
Kimiawi
o Darah samar : (-) tidak terdapat perubahan warna
CONTOH KASUS :
Skenario 1
Seorang bayi umur 10 bulan dibawa ibunya ke dokter karena mengalami mencret.
Instruksi : lakukan anamnesis untuk melengkapi informasi yang anda butuhkan!
Anamnesis :
Salam, perkenalan+ inform consent
Apa saja yang harus ditanyakan untuk mendapat informasi lebih dalam?
RPS: Sacred seven (onset, sejak kapan, kualitas, kuantitas, kronologis, faktor
memperbarat memperingan, gejala penyerta)
RPD
RPK
Riwayat Sosek
Kualitas :
Berak cair atau ada ampas?
Bau tinja seperti apa?
Nyemprot atau tidak?
Seberapa banyak?
Ada lendir atau darah?
Anak masih mau minum atau tidak?
Hasil Anamnesis :
Identitas : budi, laki-laki, 10 bulan, mencret cair, ampas (+) sudah 6x dalam semalam,
nyemprot, bau asam, kira-kira 1 gelas belimbing, darah (-), lendir (+), bayi mengalami
mencret setelah ganti susu formula merk X.
PF :
Keadaan umum: status gizi (BB 7kg, Panjang 60 cm), kesadaran, keaktifan
(tampak sakit/rewel/diam)
Vital Sign
Kepala : ubun2 (N) mata (N) inspeksi tanda dehidrasi
Leher, Thorax : DBN
Abdomen: tampak datar, ada gerak peristaltik, bising usus 45x/menit,
hipertimpani
Genital, ekstremitas : DBN
PP:
Darah rutin : Hb 11, Trombosit 341ribu/mm3, leukosit 7rb/mm3
Feses rutin:
Makroskopis : ampas (+)
Mikroskopis : epitel 1/lpb, leukosit 2/lpb, eritrosit (-)
DD : Diare akibat makanan, diare akibat infeksi, Diare konstitusi
Diagnosis : Diare akut tanpa disertai dehidrasi
39
Scenario 2
Seorang anak perempuan usia 10 bulan datang ke UGD RS Islam Sultan Agung
Semarang dengan keluhan utama mencret. Lakukan anamnesis untuk melengkapi
RPS,RPD, dan RPK !!!
Jawab :
Anamnesis
Identitas diri dan orang tua, lengkap
Sudah berapa lama mencret berlangsung? Tiga hari yang lalu.
Berapa kali sehari ? > 8x/hari
Kualitas tinja seperti apa ( warna, kosistensi, lendir, darah, bau )? kuning, cair,
ampas(+), lendir (-),darah (-). Tinja keluar nyemprot, bau asam (+).
Apakah anak mual dan muntah, bila iya berapa kali sehari dan seperti apa
muntahannya??
Anak merasa mual, muntah > 3x/hari, muntahan seperti apa yang
dimakan/minum.
Apakah ada gejala lainnya?
perut kembung (+), nafsu makan berkurang. Anak panas (+) tidak terlalu tinggi,
batuk (-), pilek (-), sudah periksa ke bidan diberi obat sirup dan puyer tidak ada
perubahan
Apakah anak rewel, mudah haus dan kencingnya bagaimana?
anak menjadi rewel, kehausan, napas tidak terengah-engah, kencing berkurang,
warna kuning tua, kaki dan tangan tidak dingin.
Apakah anak minum ASI atau susu formula, atau apakah anak makan yang tidak
biasa??
Riwayat perubahan pola makan (+), anak habis diberi makan keju yang dicampur di
bubur tim. Riwayat makan makanan yang sudah basi disangkal.
RPD
Sebelumnya pernah mengalami sakit serupa atau tidak?
Riwayat mengalami diare sebelumnya disangkal
Apakah dalam 3 bulan terakhir pernah mengalami sakit parah?
Riwayat mengalami sakit parah dalam 3 bulan terakhir disangkal
RPK
Sebelumnya pernah mengalami sakit serupa atau tidak?
Riwayat mengalami diare sebelumnya disangkal
Apakah dalam 3 bulan terakhir pernah mengalami sakit parah?
Riwayat mengalami sakit parah dalam 3 bulan terakhir disangkal
Hasil pemeriksaan fisik
• KU: sadar, rewel, kehausan (+)
• TV: Nadi 100x/menit isi dan tegangan cukup, RR36x/menit, t: 37,7°C
40
Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di
RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari
transmisi virus vaksin kepada bayi lain)
1 bulan Hepatitis Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1
B-2 bulan.
0-2 BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada umur
bulan > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG
diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
2 bulan DTP-1 DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan
DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-
T)
Hib-1 Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan. Hib-1
dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-1.
4 bulan DTP-2 DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara terpisah atau
dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T).
6 bulan DTP-3 DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-3
(PRP-T).
Hib-3 Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur 6 bulan tidak perlu
diberikan.
9 bulan Campak- Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan program
1 BIAS pada SD kelas 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapatkan MMR
pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan.
15-18 MMR Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak,
bulan MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan.
2 tahun Hepatitis Vaksin HepA direkomendasikan pada umur > 2 tahun, diberikan dua kali
A dengan interval 6-12 bulan.
2-3 Tifoid Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur > 2
tahun tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.
5 tahun DTP-5 DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap)
6 tahun. MMR Diberikan untuk catch-up immunization pada anak yang belum
mendapatkan MMR-1.
10 dT/TT Menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk
tahun mendapatkan imunitas selama 25 tahun.
Total skor
44
5. melakukan pemeriksaan
mata : anemis, perdarahan subconjunctiva
hidung : nafas cuping, epistaksis
telinga : telingan letak rendah sindrom down
mulut : lidah (kotor/tdk,makrogloossi /mikroglossi), bibir (ada luka /tidak,sumbing /
tidak)
10. melakukan pemeriksaan ekstremitas :Amelia tidak ada jari tangan , webbing
(tangan dan kaki lengket seperti kaki bebek), polidaktili (jumlah jari lebih dari 5), jari
tabuh, sianosis, c.refill (normal < 2 detik)