MATA KULIAH
PENDIDIKAN PANCASILA
KELOMPOK 3:
A M Khoirul F
Andini Cahyani
Christine
Itsnan W D P
Rd. Nurul F A
1B – TKSI
Harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Menggapa pancasila layak dijadikan sebagai ideologi negara Indonesia yang mana
Indonesia terdiri dari berbagai macam agama?
3. Bagaimana respon rakyat Indonesia ketika ideologi pancasila bertentangan dengan aturan
agama yang di anutnya?
Tujuan dari penelitian yang berjudul “Pancasila dengan Agama” ini antara lain:
1. Mengetahui masih layak atau tidak nya Pancasila untuk menjadi ideologi negara
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam agama,
2. Mengetahui apa yang terjadi ketika Pancasila menjadi ideologi negara Indonesia,
3. Mengetahui respon rakyat Indonesia ketika ideologi Pancasila bertentangan dengan
aturan agama yang dianutnya,
4. Mengetahui peranan agama di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia.
BAB II
LANDASAN TEORI
Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta dari India (bahasa kasta Brahmana) adapun
bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa sansekerta
perkataan “Pancasila” memilki dua macam arti secara leksikal yaitu :
“syiila” vokal i pendek artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang senonoh”
Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa Jawa diartikan “susila “ yang
memilki hubungan dengan moralitas. Oleh karena itu secara etimologis kata “Pancasila” yang
dimaksudkan adalah adalah istilah “Panca Syilla” dengan vokal i pendek yang memilki makna leksikal
“berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”. Adapun istilah “Panca Syiila”
dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah laku yang penting.
Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr. Radjiman Widyodiningrat,
mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada sidang tersebut. Masalah tersebut adalah
tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk. Kemudian tampilah pada
sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan (tanpa teks)
mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama “Pancasila” yang
artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah seorang temannya yaitu seorang ahli
bahasa yang tidak disebutkan namanya.
Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah umum.
Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah “Pancasila”, namun yang
dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah disebut dengan istilah “Pancasila”. Hal ini
didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam rangka pembentukan calon rumusan dasar negara,
yang secara spontan diterima oleh peserta sidang secara bulat.
Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahirkan negara Republik Indonesia.
Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara sebagaimana lazimnya negara-negara yang merdeka,
maka panitia Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera mengadakan sidang. Dalam
sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah berhasil mengesahkan UUD negara Republik Indonesia yang
dikenal dengan UUD 1945. Adapun UUD 1945 terdiri atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan
pasal-pasal UUD 1945 yang berisi 37 pasal, 1 aturan Aturan Peralihanyang terdiri atas 4 pasal dan 1
Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat.
Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut tercantum rumusan
Pancasila sebagai berikut :
3. Persatuan Indonesia
Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah yang secara
konstisional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang disahkan oleh PPKI yang
mewakili seluruh rakyat Indonesia.
3.1 Pembahasan
3.1.1 Pancasila Layak dijadikan Ideologi Negara
Keberagaman agama dan pemeluk agama di Indonesia menjadi sebuah kenyataan yang
tak terbantahkan. Kenyataan ini menuntut adanya kesadaran dari setiap pemeluk agama untuk
menjaga keharmonisan hubungan di antara mereka. Semua pemeluk agama memang harus
mawas diri. Yang harus disadari adalah bahwa mereka hidup dalam sebuah masyarakat dengan
keyakinan agama yang beragam. Dengan demikian, semestinya tak ada satu kelompok pemeluk
agama yang mau menang sendiri. Seperti yang telah kita ketahui bahwa di Indonesia terdapat
berbagai macam suku bangsa, adat istiadat hingga berbagai macam agama dan aliran
kepercayaan.
Dengan kondisi sosiokultur yang begitu heterogen dibutuhkan sebuah ideologi yang
netral namun dapat mengayomi berbagai keragaman yang ada di Indonesia. Karena itu dipilihlah
Pancasila sebagai dasar negara. Namun saat ini yang menjadi permasalahan adalah bunyi dan
butir pada sila pertama. Sedangkan sejauh ini tidak ada pihak manapun yang secara terang-
terangan menentang bunyi dan butir pada sila kedua hingga ke lima. Namun ada ormas-ormas
yang terang-terangan menolak isi dari Pancasila tersebut. Akibat maraknya parpol dan ormas
Islam yang tidak mengakui keberadaan Pancasila dengan menjual nama Syariat islam dapat
mengakibatkan disintegrasi bangsa.
Bagi kebanyakan masyarakat Indonesia yang cinta atas keutuhan NKRI maka banyak dari
mereka yang mengatasnamakan diri mereka Islam Pancasilais, atau Islam Nasionalis. Konsep
negara Pancasila adalah konsep negara agama-agama. Konsep negara yang menjamin setiap
pemeluk agama untuk menjalankan agamanya secara utuh, penuh dan sempurna. Negara
Pancasila bukanlah negara agama, bukan pula negara sekuler apalagi negara atheis.
Sebuah negara yang tidak tunduk pada salah satu agama, tidak pula memperkenankan
pemisahan negara dari agama, apalagi sampai mengakui tidak tunduk pada agama manapun.
Negara Pancasila mendorong dan memfasilitasi semua penduduk untuk tunduk pada agamanya.
Penerapan hukum-hukum agama secara utuh dalam negara Pancasila adalah dimungkinkan.
Semangat pluralisme dan ketuhanan yang dikandung Pancasila telah siap mengadopsi
kemungkinan itu. Tak perlu ada ketakutan ataupun kecemburuan apapun, karena hukum-hukum
agama hanya berlaku pada pemeluknya. Penerapan konsep negara agama-agama akan
menghapus superioritas satu agama atas agama lainnya. Tak ada lagi asumsi mayoritas –
minoritas. Bahkan pemeluk agama dapat hidup berdampingan secara damai dan sederajat.
Adopsi hukum-hukum agama dalam negara Pancasila akan menjamin kelestarian dasar negara
Pancasila, prinsip Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.
Agama merupakan pemersatu bangsa bukan menjadi pemecah bangsa, walaupun pancasila
mengandung nilai nilai agama, itu tidak menjadikan Indonesia berideologi Agama.
Pelaksanaan Pancasila diselenggarakan dengan tata negara dan tata
pemerintahan, bukan tata agama. Menjadikan agama sebagai ideologi tidak
menjadikan Indonesia aman melainkan akan menimbulkan perpecahan antar
umat beragama.
Pada tahun 2016, Presiden Joko Widodo meminta percepatan revisi kembali Undang-Undang
Antiterorisme yang diteribitkan tahun 2003 dan direvisi pertama tahun 2013 lalu. Jokowi
mempertanyakan efektivitas peraturan yang menyebabkan pemerintah secara hukum tidak dapat
menangkap pelaku serangan Thamrin secara dini. Revisi yang dihadapi perlawanan, dengan
kritik yang menyatakan bahwa undang-undang tersebut akan mengizinkan penangkapan
sewenang-wenang. Kemudian, kelompok kontra muncul dari kelompok-kelompok hak asasi
manusia yang berargumen bahwa keterlibatan Tentara Nasional Indonesia dalam RUU akan
menempatkan angkatan bersenjata dalam peran penegakan hukum. Tanpa menghiraukan
kelompk kontra tersebut, RUU itu terus berlanjut meskipun ditunda pada akhir Februari karena
masalah keterlibatan militer dalam penanggulangan terorisme dan perdebatan definisi hukum
terorisme.
Pada 8 hingga 10 Mei 2018, sebuah peristiwa kerusuhan terjadi di Markas Korps Brigade
Mobil di Depok, Jawa Barat, dan menyebabkan 5 polisi gugur dalam bertugas. Saat itu, sebanyak
155 narapidana terorisme menyandera polisi yang bertugas pada sel khusus teroris. Setelah
peristiwa tersebut, polisi menembak mati empat orang yang diduga teroris yang diduga kabur
"untuk membantu para tahanan kerusuhan". NIIS mengaku bertanggung jawab akibat kejadian
tersebut.
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan landasan teori dan studi kasus yang telah dipaparkan, dapat diambil
kesimpulan bahwa Pancasila masih layak menjadi ideologi bangsa Indonesia, hanya saja
perealisasiannya belum sempurna, menjadikan Pancasila seolah-olah harus diganti dengan
paham agama dan sebagainya.
Mencoba menjadikan agama sebagai ideologi tidak membuat Negara Indonesia aman. Sebab
seperti kasus yang telah dipaparkan pada bab tiga makalah ini, percobaan menjadikan agama
sebagai ideologi justru menimbulkan perpecahan antar umat beragama.
Peranan agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara salah satunya adalah
seperti yang tertulis pada bab dua makalah ini, yaitu agama bukan berarti sikap ‘konfrontatif
revolusioner’ di mana dalam situasi ketidakadilan agama bertindak sebagai kekuatan alternatif.
Agama jutru sebagai sistem symbol yang mendasari masyarakat dalam semua peringkat
termasuk pemerintah atau penguasa yang sah. Agama sebagai sistem simbolik yang bereferensi
pada kekuatan adikodrati merupakan kekuatan manusia yang mengambil bentuk sebagai negasi
terhadap segala kegagalan frustasi dan kesempitan oleh status quo. Umat beragama ditempatkan
sebagai subjek, pembuat sejarah, dan sekaligus penanggung jawab dari keputusan-keputusannya
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=91601&val=4998
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengeboman_Surabaya
http://palembang.tribunnews.com/2018/05/14/astaga-ibu-ini-serang-wanita-
bercadar-dan-sebut-seperti-isis-netizen-ngaruh-buat-ibu