Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

”Survei Konsep Ilmu Perilaku dan


Perspektif dan Konsep Keperilakuan dari Psikologi dan
Psikologi Sosial”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Akuntansi Keperilakuan

Dosen Pengampu:
Ibnu Mutaqqin, M.Si.

Disusun Oleh :
Muhamad Faisal Rifki 4315500216
Uswatun Khasanah 4315500177
Gita Indriya Fitri 4315500054
Hawwin Nur Anja 4315500057

AKUNTANSI VII C / KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2018

i
PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun
pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Survei
Konsep Ilmu Perilaku dan
Perspektif dan Konsep Keperilakuan dari Psikologi dan Psikologi Sosial” tepat pada
waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan


hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
bapak Ibnu Mutaqqin, M.Si selaku dosen Akuntansi Keperilakuan atas bimbingan,
pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis dalam pengerjaan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah


ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari
pembaca sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang membacanya.

Tegal, 17 September 2018

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar Belakang ................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...........................................................................................5

C. Maksud Dan Tujuan ........................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................7

A. Pengertian Akuntansi ......................................................................................7

B. Mempertimbangkan Aspek Keperilakuan terhadap Akuntansi ......................8

C. Dimensi Akuntansi Keperilakuan ...................................................................9

D. Lingkup dan Sasaran Hasil Ilmu Keperilakuan ..............................................11

E. Lingkup dan Sasaran hasil dari akuntansi Keperilakuan ................................12

F. Persamaan dan Perbedaan Ilmu kerilakuan dan Akuntansi Keperilakuan .....12

G. Perspektif Berdasarkan perilaku manusia : Psikologi, Sosialogi dan Psikologi


Sosial ..............................................................................................................14

H. Beberapa Hal Penting Dalam Perilaku Organisasi..........................................17

I. Konsep Keperilakuan dari Psikologi dan Psikologi Sosial ............................25

BAB III KESIMPULAN ........................................................................................35

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beberapa riset akuntansi mulai mencoba menghubungkan dan


menganggap penting untuk memasukkan aspek keperilakuan dalam akuntansi.
Sejak meningkatnya orang yang sudah memberikan pengakuan terhadap beberapa
aspek perilaku dari akuntansi terdapat suatu kecenderungan untuk memandang
secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih subtansial. Perspektif
perilaku menurut pandangan ini telah dipenuhi dengan baik sehingga membuat
sistem akuntansi yang lebih dapat dicerna dan lebih bisa diterima oleh para
manajer/pimpinan dan karyawannya. Pelayanan akuntansi mungkin juga telah
sampai pada puncak permasalahan yang rumit dan gagasan akuntansi dapat
muncul dari beberapa nilai yang ada. Tetapi, pertimbangan perilaku dan sosial
tidak berarti mengubah dari tugas akuntansi secara radikal. Namun mulai
mengembangkan perspektif dalam mendekati beberapa pengertian yang
mendalam mengenai pemahaman atas perilaku manusia pada organisasi.

Manusia dan faktor sosial diikut sertakan secara jelas dalam aspek-aspek
operasional utama dari seluruh sistem akuntansi, karena para akuntan membuat
asumsi mengenai bagaimana mereka termotivasi, bagaimana mereka
menginterpretasikan dan menggunakan informasi akuntansi, dan bagaimana
sistem akuntansi mereka sesuai dengan kenyataan manusia dan mempengaruhi
organisasi.
Berdasarkan pengalaman, banyak manajer dan akuntan telah memperoleh
suatu pemahaman yang lebih dari sekadar aspek manusia dalam tugas mereka.
Bagaimanapun harus diakui bahwa banyak sistem akuntansi masih dihadapkan
pada berbagai kesulitan manusia yang tidak terhitung, bahkan penggunaan dan
penerimaan seluruh sistem akuntansi terkadang dapat menjadi meragukan.
Pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan dilakukan atas dasar sudut

1
pandang hasil laporan mereka dan bukan atas dasar kontribusi mereka yang lebih
luas terhadap efektivitas organisasi. Sebagian prosedur saat ini juga dapat
menimbulkan pembatasan yang tidak diinginkan terhadap inisiatif manajerial.
Prosedur dapat menjadi tujuan akhir itu sendiri jika semata-mata dibandingkan
dengan teknik organisasi yang lebih luas.
Dalam organisasi, semua anggota mempunyai peran yang harus dimainkan
dalam mencapai tujuan organisasi. Peran tersebut bergantung pada seberapa besar
porsi tanggung jawab dan rasa tanggung jawab anggota terhadap pencapaian
tujuan. Rasa tanggung jawab tersebut pada sebagian organisasi dihargai dalam
bentuk penghargaan tertentu. Dalam organisasi, masing-masing mempunyai
tujuan dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.
Keselarasan tersebut akan dapat lebih diwujudkan manakala individu memahami
dan patuh pada ketetapan-ketetapan yang ada di dalam anggaran.
Akuntansi keperilakuan berada di balik peran akuntansi tradisional yang
berarti mengumpulkan, mengukur, mencatat dan melaporkan informasi keuangan.
Dengan demikian, dimensi akuntansi berkaitan dengan perilaku manusia dan juga
dengan desain, konstruksi, serta penggunaan suatu system informasi akuntansi
yang efisien. Akuntansi keperilakuan, dengan mempertimbangkan hubungan
antara perilaku manusia dan system akuntansi, mencerminkan dimensi sosial dan
budaya manusia dalam suatu organisasi. Stainer juga menjelaskan secara singkat
mengenai definisi keperilakuan, yaitu sebagai suatu riset ilmiah yang berhadapan
secara langsung dengan perilaku manusia. Definisi ini menangkap permasalahan
inti dari ilmu keperilakuan, yaitu riset ilmiah dan perilaku manusia.
Persamaan dan perbedaan ilmu keperilakuan dan akuntansi keperilakuan
mempunyai kaitan dengan penjelasan dan prediksi keperilakuan manusia.
Akuntansi keperilakuan menghubungkan antara keperilakuan manusia dengan
akuntansi. Ilmu keperilakuan merupakan bagian dari ilmu social, sedangkan
akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari ilmu akuntansi dan pengetahuan
keperilakuan. Namun ilmu keperilakuan dan akuntansi keperilakuan sama-sama
menggunakan prinsip sosiologi dan psikologi untuk menilai dan memecahkan
permasalahan organisasi. Akuntansi keperilakuan, dengan mempertimbangkan

2
hubungan antara perilaku manusia dan system akuntansi, mencerminkan dimensi
social dan budaya manusia dalam suatu organisasi.
Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) adalah cabang akuntansi
yang mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan system akuntansi
yang mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan system akuntansi
(Siegel, G. et all. 1989), istilah system akuntansi yang dimaksud di sini dalam arti
yang uas yang meliputi system pengendalian, system penganggaran, desain
akuntansi pertanggung jawaban, desain organisasi seperti desentralisasi atau
sentralisasi, desain pengumpulan biaya, desain penilaian kinerja serta serta
pelaporan keuangan.
Secara lebih rinci ruang lingkup akuntansi keperilakuan meliputi :
1. Mempelajari pengaruh antara perilaku manusia terhadap desain,
konstruksi dan penggunaan system akuntansi yang diterapkan dalam perusahaan,
yang berarti bagaimana sikap dan gaya kepemimpinan manajemen mempengaruhi
sifat pengendalian akuntansi dan desain organisasi.
2. Mempelajari pengaruh system akuntansi terhadap perilaku manusia,
yang berarti bagaimana system akuntansi mempengaruhi motivasi, produktifitas,
pengambilan keputusan, kepuasan kerja dan kerja sama.
3.Metode untuk memprediksi perilaku dan strategi untuk mengubahnya,
yang berarti bagaimana system akuntansi dapat dipergunakan untuk
mempengaruhi perilaku.
Sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (Behavioral Science),teori-teori
akuntansi keperilakuan dikembangkan dari ilmu keperilakuan dikembangkan dari
penelitian empiris ayas perilaku manusia di organisasi. Dengan demikian, peranan
penelitian dalam pengembangan ilmu itu sendiri sudah tidak diragukan lagi.
Ruang lingkup penelitian di bidang akuntansi sangat luas sekali, tidak hanya
meliputi bidang akuntansi manajemen saja, tetapi juga menyagkut penelitian
dalam bidang etika, auditing (pemeriksaan akuntan), system informasi akuntansi
bahkan juga akuntansi keuangan.
Konsep keprilakuan dari psikologi dan psikologi social ini adalah
bertujuan untuk memberikan pengakuan terhadap beberapa aspek perilaku dari

3
akuntansi untuk memandang secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang
lebih substansial Menurut Robbins (2003), Ketiga hal tersebut, yaitu psikologi,
sosiologi dan psikologi sosial menjadi kontribusi utama dari ilmu keperilakuan.
Ketiganya melakukan pencarian untuk menguraikan dan menjelaskan perilaku
manusia, walaupun secara keseluruhan mereka memiliki perspektif yang berbeda
mengenai kondisi manusia. terutama merasa tertarik dengan bagaimana cara
individu bertindak. Fokusnya didasarkan pada tindakan orang-orang ketika
mereka bereaksi terhadap stimuli dalam lingkungan mereka, dan perilaku manusia
dijelaskan dalam kaitannya dengan ciri, arah dan motivasi individu. Keutamaan
psikologi didasarkan pada seseorang sebagai suatu organisasi.
Psikologi, merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur,
menjelaskan dan kadang mengubah perilaku manusia. Para psikolog
memperhatikan studi dan upaya memahami perilaku individual. Mereka yang
telah menyumbangkan dan terus menambah pengetahuan tentang perilaku
organisasional teoritikus pembelajaran, teoritikus keperibadian, psikologi
konseling dan psikologi industri dan organisasi. Bila psikologi memfokuskan
perhatian mereka pada individu, sosiologi mempelajari sistem sosial di mana
individu-individu mengisi peran-peran mereka, jadi sosiologi mempelajari orang-
orang dalam hubungan dengan manusia-manusia sesamanya. Secara spesifik,
sosiolog telah memberikan sumbangan mereka yang terbesar kepada perilaku
organisasi melalui studi mereka terhadap perilaku kelompok dalam organisasi,
terutama organisasi yang formal dan rumit. Beberapa bidang dalam perilaku
organisasi yang menerima masukan yang berharga dari para sosiolog adalah
dinamika kelompok, desain tim kerja, budaya organisasi, teknologi organisasi,
birokrasi, komunikasi, kekuasaan dan konflik.
Psikologi sosial, adalah suatu bidang dalam psikologi, tetapi memadukan
konsep-konsep baik dari psikologi maupun sosiologi yang memusatkan perhatian
pada perilaku kelompok sosial. Penekanan keduanya adalah pada interaksi antara
orang-orang dan bukan pada rangsangan fisik. Perilaku diterangkan dalam
hubungannya dengan ilmu sosial, pengaruh sosial dan ilmu dinamika kelompok.
Disamping itu para psikologi sosial memberikan sumbangan yang berarti dalam

4
bidang-bidang pengukuran, pemahaman, dan perubahan sikap, pola komunikasi,
cara-cara dalam kegiatan dapat memuaskan kebutuhan individu dan proses
pengambilan keputusan kelompok.
Kita sering berpikir bahwa yang namanya dunia psikologi adalah dunia
yang berkaitan dengan persoalan perasaan, motivasi, kepribadian, dan yang
sejenisnya. Dan kalau berpikir tentang sosiologi, secara umum cenderung
memikirkan persoalan kemasyarakatan. Kajian utama psikologi adalah pada
persoalan kepribadian, mental, perilaku, dan dimensi-dimensi lain yang ada dalam
diri manusia sebagai individu. Sosiologi lebih mengabdikan kajiannya pada
budaya dan struktur sosial yang keduanya mempengaruhi interaksi, perilaku, dan
kepribadian. Kedua bidang ilmu tersebut bertemu di daerah yang dinamakan
psikologi social
Dengan demikian para psikolog berwenang merambah bidang ini,
demikian pula para sosiolog. Namun karena perbedaan latar belakang maka para
psikolog akan menekankan pengaruh situasi sosial terhadap proses dasar
psikologikal - persepsi, kognisi, emosi, dan sejenisnya. Sedangkan para sosiolog
akan lebih menekankan pada bagaimana budaya dan struktur sosial
mempengaruhi perilaku dan interaksi para individu dalam konteks sosial, dan lalu
bagaimana pola perilaku dan interaksi tadi mengubah budaya dan struktur sosial.
Jadi psikologi akan cenderung memusatkan pada atribut dinamis dari seseorang;
sedangkan sosiologi akan mengkonsentrasikan pada atribut dan dinamika
seseorang, perilaku, interaksi, struktur sosial, dan budaya, sebagai faktor-faktor
yang saling mempengaruhi satu sama lainnya
B. Rumusan Masalah

1. Mengetahui arti penting dari tinjauan terhadap ilmu

keperilakuan dalam perspektif akuntansi

2. Mengetahui arti penting dari tinjauan terhadap ilmu

keperilakuan Psikologi dan Psikologi Sosial

5
C. Maksud dan Tujuan

1. Menjelaskan mengenai pengertian akuntansi

2. Menjelaskan mengenai akuntansi adalah tentang manusia

3. Menjelaskan akuntansi adalah tindakan

4. Menjelaskan lingkup Akuntansi Keperilakuan

5. Menjelaskan akuntansi keperilakuan

6. Menjelaskan lingkup dan sasaran hasil ilmu keperilakuan

7. Menjelaskan lingkup dan sasaran hasil dari akuntansi

keperilakuan

8. Menjelaskan persamaan dan perbedaan ilmu keprilkauan dan

akuntansi keperilakuan

9. Menjelaskan perspektif berdasarkan perilaku Manusia:

Psikologi,Sosiologi, dan Psikologi social

10. Menjelaskan hal penting dalam perilaku organisasi

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akuntansi

Akutansi adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan hal

pengidentifikasian, pengukuran, pengklarifikasian dan pengikthtisaran dari

sebuah transaksi ekonomi yang dapat menghasilkan data kuantitatif terutama

bersifat keuangan dan dipergunakan juga untuk mengambil sebuah keputusan.

Sedangkan pengertian akutansi berdasarkan para ahli meliputi:

– American Institute of Certified Public Accountant : Akutansi ialah suatu

bentuk seni mencatat, mengikhtisarkan dengan mengelola proses tertentu baik

itu dalam ukuran moneter dan traksaksi ataupun kejadian-kejadian yang

bersifat keuangan sekaligus menafsirkan hasil-hasilnya.

– Abu Bakar A dan Wibowo : Akutansi ialah suatu proses mencatat,

mengkomunikasikan, dan mengidentifikasi seluruh traksaksi ekonomi dari

perusahaan ataupun dari substansi.

– Kieso dan Weygandt : Akutansi ialah suatu sistem informasi yang bertugas

untuk melakukan pencatatan, mengidentifikasi, serta mengkomunikasikan

segala kejadian ekonomi dari suatu organisasi ke pihak yang memiliki

kepentingan.

B. Mempertimbangkan Aspek Keperilakuan terhadap Akuntansi

7
1. Akuntansi adalah tentang manusia

Berdasarkan permikiran perilaku, manusia dan factor social

secara jelas didisain dalam aspek – aspek operasional utama dari

seluruh system akuntansi.

Dari pengalaman dan praktik banyak manajer dan akuntan telah

memperoleh suatu pemahaman yang lebih daris ekedar aspek manusia

dalam tugas mereka.Bagaimanapun harus diakui bahwa banyak sistem

akuntansi masih dihadapkan pada berbagai kesulitan manusia yang

tidak terhitung, bahkan penggunaan dan penerimaan seluruh sistem

akuntansi terkadang dapat menjadi meragukan. Pertanggungjawaban

dan pengambilan keputusan dilakukan atas dasar sudut pandang hasil

laporan mereka dan bukan atas dasar kontribusi mereka yang lebih luas

terhadap efektivitas organisasi. Sebagian prosedur saat ini juga dapat

menimbulkan pembatasan yang tidak diinginkan terhadap inisiatif

manajerial. Prosedur dapat menjadi tujuan akhir itu sendiri jika

semata-mata dibandingkan dengan teknik organisasi yang lebih luas.

2. Akuntansi adalah tindakan

Dalam organisasi, semua anggota mempunyai peran yang harus

dimainkan dalam mencapai tujuan organisasi. Peran tersebut

bergantung pada seberapa besar porsi tanggung jawab dan rasa

tanggung jawab anggota terhadap pencapaian tujuan. Rasa tanggung

jawab tersebut pada sebagian organisasi dihargai dalam bentuk

penghargaan tertentu. Dalam organisasi, masing-masing mempunyai

8
tujuan dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi

tersebut. Kesadaran dapat terwujud manakala mematuhi ketetapan

dalam anggaran. Pencapaian tujuan dalam bentuk kuantitaf juga

merupakan salah satu bentuk tanggung jwab anggota organisasi dalam

memenuhi keinginan untuk mencapai tujuan dan sasaran informasi.

C. Dimensi Akuntansi Keperilakuan

Para akuntan dan manajer professional menyadari kebutuhan akan

tambahan informasi ekonomi yang dihasikan system akuntasi. Oleh karena, itu

informasi ditambah tidak hanya melamporkan data – data keuangan tetapi data

– data non keuangan yang terkait dalam proses pengambilan keputusan.

Sehingga para akuntan wajar memasukan dimensi – dimensi keprilakuan dari

berbagai pihak yang terkait dengan informasi yang dihasilkan oleh sisitem

1) Lingkup akuntansi keperilakuan

Akuntansi keperilakuan berada di balik peran akuntansi tradisional

yang berarti mengumpulkan, mengukur, mencatat dan melaporkan

informasi keuangan. Dengan demikian, dimensi akuntansi berkaitan

dengan perilaku manusia dan juga dengan desain, konstruksi, serta

penggunaan suatu system informasi akuntansi yang efisien. Akuntansi

keperilakuan, dengan mempertimbangkan hubungan antara perilaku

manusia dan system akuntansi, mencerminkan dimensi sosial dan

budaya manusia dalam suatu organisasi. Ruamg lingkup akuntansi

keperilakuan sangat lus, yang meliputi antara lain:

9
a. Aplikasi dari konsep ilmu keperilakuan terhadap disain

kontruksi system akuntansi

b. Studi reaksi manusia terhadap format dan isi laporan akuntansi

c. Cara dengan mana informasi diproses untuk membantu

pengambilan keputusan

d. Pengembangan teknik pelaporan yang dapat

mengkomunikasikan perilaku perilaku para pemakai data

e. Pengembangan strategi untuk motivasi dan mempengaruhi

perilaku, cita – cita serta tujuan dari orang – orang yang

menjalankan organisasi pemakian data.

Lingkup dari akuntasi keperilakuan dapat dibagi menjadi tiga bidang

besar :

a. Pengaruh perilaku manusia berdasarkan desain, kontruksi, dan

penggunaan system akuntansi

b. Pengaruh system akunatnsi terhadap perilaku manusia

c. Metode untuk memprediksi dan strategi unuk mengubah

perilaku manusia

2) Akuntansi keperilakuan : perluasan logis peran akuntansi

tradisional

Pengambilan keputusan dengan menggunakan laporan

akuntansi akan dapat menjadi lebih baik jika laporan tersebut banyak

10
mengandung informasi yang relevan. Akuntan mengakui adanya fakta

ini melalui prinsip akuntansi yang dikenal dengan penggungkapan

penuh ( full disclouser). Prinsip ini memelukan penjelasan yang tidak

hanya berfusi sebagai pengganti an penambahan informasi gyna

mendukung laoran data perusahaan. Tetapi juga sebagai laporan

menjelaskan kritik terhadap kejadian – kejadian non keuangan.

Informasi tambahan dilaporkan abik dalam sebuah kerangaka laaporan

keuangan atau dalam cacatan laoran keuangan sehingga diperlukan

suatu msukan informasi keprilakuan guna melengkapi data keuangan

dan data lain yang akan dilaporkan.

D. Lingkup dan Sasaran Hasil Ilmu Keperilakuan

Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) adalah cabang akuntansi

yang mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan sistem akuntansi

(Siegel, G. et all. 1989)

Istilah ilmu keprilakuan adalah penemuan yang relative baru. Ilmu

keprilakuan mencangkup biang riset manapun yang mempelajrinya baik

melalui metode obsevasi maupun esperimentasi, perilaku manusia dalam

lingkunan fisik maupun manual

Ilmu keperilakuan adalah bagian dari ilmu social manusia. I;mu dsosial

meliputi disiplin ilmu antropologi, sosiologi, ekonomi, sejarah, politik,

psikologi.

11
E. Lingkup dan Sasaran hasil dari akuntansi Keperilakuan

Pada masa lalu, para akuntan semata-mata fokus pada pengukuran

pendapatan dan biaya yang mempelajari pencapaian kinerja perusahaan di

masa lalu guna memprediksi masa depan. Mereka mengabaikan fakta bahwa

kinerja masa lalu adalah hasil masa lalu dari perilaku manusia dan kinerja

masa lalu itu sendiri merupakan suatu faktor yang akan mempengaruhi

perilaku di masa depan. Mereka melewatkan fakta bahwa arti pengendalian

secara penuh dari suatu organisasi harus diawali dengan memotivasi dan

mengendalikan perilaku, tujuan, serta cita-cita individu yang saling

berhubungan dalam organisasi.

F. Persamaan dan Perbedaan Ilmu kerilakuan dan Akuntansi Keperilakuan

Ilmu keperilakuan mempunyai kaitan dengan penjelasan dan prediksi

keperilakuan manusia. Akuntansi keperilakuan menghubungkan antara

keperilakuan manusia dengan akuntansi. Ilmu keperilakuan merupakan bagian

dari ilmu sosial, sedangkan akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari

ilmu akuntasi dan pengetahuan keperilakuan. Namun ilmu keperilakuan dan

akuntansi keperilakuan sama-sama menggunakan prinsip sosiologi dan

psikologi untuk menilai dan memecahkan permasalahan organisasi.

Ilmu keprilakuan merupakan bagian dari ilmu social, akuntansi

keperilakuan merupakan bagian dari ilmu akuntansi dan pengetahuan

keprilakuan. Akuntansi keprilakuan diterapkan dengan praktis menggunakan

riset ilmu keprilakuan untuk menunjukkan dan memperediksi perilaku

manusia.

12
Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) adalah cabang

akuntansi yang mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan sistem

akuntansi (Siegel, G. et all. 1989), istilah sistem akuntansi yang dimaksud di

sini dalam arti yang luas yang meliputi keseluruhan desain alat pengendalian

manajemen yang meliputi sistem pengendalian, sistem penganggaran, desain

akuntansi pertanggung jawaban, desain organisasi seperti desentralisasi atau

sentralisasi, desain pengumpulan biaya, desain penilaian kinerja serta

pelaporan keuangan. Secara lebih rinci ruang lingkup akuntansi keperilakuan

meliputi :

1. Mempelajari pengaruh antara perilaku manusia terhadap desain,

konstruksi dan penggunaan sistem akuntansi yang diterapkan dalam

perusahaan, yang berarti bagaimana sikap dan gaya kepemimpinan

manajemen mempengaruhi sifat pengendalian akuntansi dan desain

orgaisasi

2. Mempelajari pengaruh sistem akuntansi terhadap perilaku manusia,

yang berarti bagaimana sistem akuntansi mempengaruhi motivasi,

produktifitas, pengambilan keputusan, kepuasan kerja dan kerja sama.

3. untuk memprediksi perilaku manusia dan strategi untuk mengubahnya,

yang berarti bagaimana sistem akuntansi dapat dipergunakan untuk

mempegaruhi perilaku.

Sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (Behavioral Science), teori-teori

akuntansi keperilakuan di kembangkan dari penelitian empiris atas perilaku

manusia di organisasi. Dengan demikian, peranan penelitian dalam

13
pengembangan ilmu itu sendiri sudah tidak diragukan lagi. Ruang lingkup

penelitian di bidang akuntansi keperilakuan sangat luas sekal, tidak hanya

meliputi bidanga akuntansi manajemen saja, tetapi juga menyangkut penelitian

dalam bidang etika, auditing (pemeriksaan akuntan), sistem informasi

akuntansi bahkan juga akuntansi keuangan.

G. Perspektif Berdasarkan perilaku manusia : Psikologi, Sosialogi dan

Psikologi Sosial

Menurut Robbins (2003), Ketiga hal tersebut, yaitu psikologi,

sosiologi dan psikologi sosial menjadi kontribusi utama dari ilmu

keperilakuan. Ketiganya melakukan pencarian untuk menguraikan dan

menjelaskan perilaku manusia, walaupun secara keseluruhan mereka memiliki

perspektif yang berbeda mengenai kondisi manusia. terutama merasa tertarik

dengan bagaimana cara individu bertindak. Fokusnya didasarkan pada

tindakan orang-orang ketika mereka bereaksi terhadap stimuli dalam

lingkungan mereka, dan perilaku manusia dijelaskan dalam kaitannya dengan

ciri, arah dan motivasi individu. Keutamaan psikologi didasarkan pada

seseorang sebagai suatu organisasi. Psikologi, merupakan ilmu pengetahuan

yang berusaha mengukur, menjelaskan dan kadang mengubah perilaku

manusia. Para psikolog memperhatikan studi dan upaya memahami perilaku

individual. Mereka yang telah menyumbangkan dan terus menambah

pengetahuan tentang perilaku organisasional teoritikus pembelajaran,

14
teoritikus keperibadian, psikologi konseling dan psikologi industri dan

organisasi.

Bila psikologi memfokuskan perhatian mereka pada individu, sosiologi

mempelajari sistem sosial di mana individu-individu mengisi peran-peran

mereka, jadi sosiologi mempelajari orang-orang dalam hubungan dengan

manusia-manusia sesamanya. Secara spesifik, sosiolog telah memberikan

sumbangan mereka yang terbesar kepada perilaku organisasi melalui studi

mereka terhadap perilaku kelompok dalam organisasi, terutama organisasi

yang formal dan rumit. Beberapa bidang dalam perilaku organisasi yang

menerima masukan yang berharga dari para sosiolog adalah dinamika

kelompok, desain tim kerja, budaya organisasi, teknologi organisasi, birokrasi,

komunikasi, kekuasaan dan konflik.

Psikologi sosial, adalah suatu bidang dalam psikologi, tetapi

memadukan konsep-konsep baik dari psikologi maupun sosiologi yang

memusatkan perhatian pada perilaku kelompok sosial. Penekanan keduanya

adalah pada interaksi antara orang-orang dan bukan pada rangsangan fisik.

Perilaku diterangkan dalam hubungannya dengan ilmu sosial, pengaruh sosial

dan ilmu dinamika kelompok. Disamping itu para psikologi sosial

memberikan sumbangan yang berarti dalam bidang-bidang pengukuran,

pemahaman, dan perubahan sikap, pola komunikasi, cara-cara dalam kegiatan

dapat memuaskan kebutuhan individu dan proses pengambilan keputusan

kelompok. Kita sering berpikir bahwa yang namanya dunia psikologi adalah

dunia yang berkaitan dengan persoalan perasaan, motivasi, kepribadian, dan

15
yang sejenisnya. Dan kalau berpikir tentang sosiologi, secara umum

cenderung memikirkan persoalan kemasyarakatan. Kajian utama psikologi

adalah pada persoalan kepribadian, mental, perilaku, dan dimensi-dimensi lain

yang ada dalam diri manusia sebagai individu. Sosiologi lebih mengabdikan

kajiannya pada budaya dan struktur sosial yang keduanya mempengaruhi

interaksi, perilaku, dan kepribadian. Kedua bidang ilmu tersebut bertemu di

daerah yang dinamakan psikologi sosial. Dengan demikian para psikolog

berwenang merambah bidang ini, demikian pula para sosiolog. Namun karena

perbedaan latar belakang maka para psikolog akan menekankan pengaruh

situasi sosial terhadap proses dasar psikologikal - persepsi, kognisi, emosi, dan

sejenisnya. Sedangkan para sosiolog akan lebih menekankan pada bagaimana

budaya dan struktur sosial mempengaruhi perilaku dan interaksi para individu

dalam konteks sosial, dan lalu bagaimana pola perilaku dan interaksi tadi

mengubah budaya dan struktur sosial. Jadi psikologi akan cenderung

memusatkan pada atribut dinamis dari seseorang; sedangkan sosiologi akan

mengkonsentrasikan pada atribut dan dinamika seseorang, perilaku, interaksi,

struktur sosial, dan budaya, sebagai faktor -aktor yang saling mempengaruhi

satu sama lainnya

H. Beberapa Hal Penting Dalam Perilaku Organisasi

Teori perilaku organisasional mencerminkan inti yang ditangani oleh teori

– teori tersebut

1. Teori peran

16
Susunan atau tanggapan perilaku yang kita harapkan dan

kehendki ditunjukkan sebagai peranan social. Peranan dpat

digambarkan secara sederhana sebagai bagian dari orang – orang yang

berinteraksi satu dengan yang lain. Peranan social menggambarkan

hak atau kebenaran, tugas – tugas, kewajiban dan perilaku yang sesuai

dengan orang – orang yang memegang posisi tertentu dalam konteks

social tertentu.

Peranan merupakan komponen perilaku nyata yang disebut

norma. Norma – norma adalah harapan dan kebutuhan perilaku yang

sesuai untuk suatu peranan tertentu. Tiap – tiap peran berhubungan

dengan suatu identitas yang menggambarkan individu dalam hal

bagaimana mereka bertindak dalam suatu kondisi khusus.

2. Struktur Sosial

System masyarakat social merupakan perhatian utama bagi

para akuntan keprilakuan organisasi bisnis atau masyarakat bisnis.

Didalam system social masih ada sub system dan kelompok manusia

yang saling berhubungan dan menarik perhatian para akuntan

keprilakuan.

3. Budaya

Budaya telah didefinisikan dengan berbagai cara, namaun sapai

sekarang belum dapat didefinisikan secara pasti. Budaya merupakan

norma – norma dan nilai – nilai yang dpat mengarahkan perilaku

17
anggota organisasi. Setiap anggota akan berperilaku sesuai dengan

budaya yang berlaku agar diterima di lingkungan tersebut. Budaya

dipecah menjadi tiga factor:

a. Struktual. Ditentukan oleh ukuran – ukuran seperti umur dan

sejarah perusahaan tempat operasi serta lokasi geografis dalam

satu jenis industry

b. Factor politis. Ditentukan oleh distribusi kekuasaaan dan cara

pengambilan keputusan manajerial

c. Factor emosional. Merupakan pemikiran kolektif, sikap,

kebiasaan, perasaan, dan pola – pola perilaku

4. Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi merupakan tingkat sejauh mana seorang

karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan –

tujuannya, serta berniat mempertahankan keanggotaannya dalam

organisasi itu.

Steers (Kuntjoro, 2002) mengemukakan terdapat tiga aspek utama dari

komitmen organisasi yaitu :

a. Identifikasi, Identifikasi merupakan bentuk kepercayaan

pegawai terhadap organisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan

memodifikasi tujuan organisasi sehingga mencakup beberapa

tujuan pribadi para pegawai atau dengan kata lain organisasi

memasukkan pula kebutuhan dan keinginan pegawai dalam

tujuan organisasinya. Hal ini akan membuahkan suasana saling

18
mendukung diantara para pegawai dengan organisasi. Lebih

lanjut, suasana tersebut akan membawa pegawai dengan rela

menyumbangkan sesuatu bagi tercapainya tujuan organisasi,

karena pegawai menerima tujuan organisasi yang dipercayai

telah disusun demi memenuhi kebutuhan pribadi mereka pula.

b. Keterlibatan, Keterlibatan atau partisipasi pegawai dalam

aktivitas-aktivitas kerja, penting untuk diperhatikan karena

adanya keterlibatan pegawai menyebabkan mereka akan mau

dan senang bekerja sama baik dengan pimpinan ataupun

dengan sesame teman kerja. Salah satu cara yang dapat

digunakan untuk memancing keterlibatan pegawai adalah

keikut sertaan pegawai dalam berbagai kesempatan pembuatan

keputusan sehingga menumbuhkan keyakinan pada pegawai

bahwa apa yang telah diputuskan adalah merupakan keputusan

bersama

c. Loyalitas, Loyalitas pegawai terhadap organisasi memiliki

makna kesediaan seseorang untuk melanggengkan

hubungannya dengan organisasi, kalau perlu dengan

mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan

apapun dari organisasi. Kesediaan pegawai untuk

mempertahankan diri bekerja dalam organisasi adalah hal yang

penting dalam menunjang komitmen pegawai terhadap

organisasi tempat pegawai tersebut bekerja.

19
5. Konflik Peran

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti

saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu

proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana

salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan

menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.Konflik

dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam

suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah

menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat,

keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri

individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar

dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak

pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok

masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan

hilangnya masyarakat itu sendiri.

Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi

berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol

akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak

sempurna dapat menciptakan konflik. Puspa dan Riyanto (1999)

menyatakan konflik peran merupakan suatu gejala psikologis yang

dialami oleh anggota organisasi yang bisa menimbulkan rasa tidak

20
nyaman dalam bekerja dan secara potensial akan menurunkan motivasi

kerja.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa konflik peran merupakan suatu gejala psikologis yang dialami

oleh anggota organisasi sebagai hasil dari ketidak konsistenan harapan-

harapan berbagai pihak atau persepsi adanya ketidakcocokan antara

tuntutan peran dengan kebutuhan, nilainilai individu dan tekanan baik

yang berasal dari luar individu maupun yangberasal dari orang luar

organisasi atau perusahaan.

6. Konflik Kepentingan

Konflik kepentingan adalah suatu keadaan sewaktu seseorang

pada posisi yang memerlukan kepercayaan, seperti pengacara,

politikus, eksekutif atau direktur suatu perusahaan, memiliki

kepentingan profesional dan pribadi yang bersinggungan.

Suatu konflik kepentingan dapat timbul bahkan jika hal

tersebut tidak menimbulkan tindakan yang tidak etis atau tidak pantas.

Suatu konflik kepentingan dapat mengurangi kepercayaan terhadap

seseorang atau suatu profesi.

Menurut prinsip manajemen yang dikemukakan oleh Henry

Fayol (1914), kepentingan pribadi atau kelompok harus tunduk kepada

kepentingan organisasi secara keseluruhan. Maka sudah sangat

dipahami bila dalam praktek bisnis, demi kepentingan orang yang

21
lebih banyak atau organisasi, manajemen harus memutuskan hubungan

kerja dengan seorang atau beberapa orang karyawan, walaupun

karyawan tersebut mungkin telah selama puluhan tahun ikut serta

dalam mengembangkan dan membesarkan perusahaan. Karena

menganut pandangan bahwa urusan pribadi harus dipisahkan dari

bisnis serta bahwa kepentingan perusahaan harus lebih didahulukan

daripada pribadi, maka banyak eksekutif yang sukses dalam

memimpin dan mengatur perusahaan, tetapi gagal dalam memimpin

dan mengatur keluarga.

7. Pemberdayaan karyawan

Perberdayaan karyawan berarti penciptaan sebuah lingkungan

di mana karyawan memiliki wewenang yang lebih untuk

menyelesaikan pekerjaan mereka dengan konsekuensi mereka

bertanggungjawab atas hasil penciptaan sebuah lingkungan karyawan

dimana karyawan memiliki wewenang yang lebih banyak untuk

menyelesaikan pekerjaan mereka dengan konsekuensi mereka

bertanggungjawab atas hasil pekerjaan tersebut.

Mas’ud (2002) menuliskan bahwa terdapat beberapa faktor

yang mendorong organisasi dalam melaksanakan pemberdayan.

Beberapa di antaranya adalah tuntutan pelanggan yang semakin tinggi

terhadap kualitas produk maupun layanan, jaminan keamanan,

perlindungan konsumen, persaingan dalam efisiensi dan inovasi

22
produk, penggunaan teknologi baru yang canggih, peraturan

pemerintah dan lain sebagainya. Apabila organisasi melaksanakan

pemberdayaan karyawan, maka berarti bahwa karyawan tersebut

diperlakukan sesuai denga teori Y, artinya pimpinan organisasi tersebut

menganut paham atau cara pandang bahwa karyawan di perusahaan

tersebut adalah karyawan yang mempunyai kaeakteristik yang pada

umumnya positif.

Akan tetapi dalam kenyataannya, terdapat banyak pengertian

mengenai apa yang dimaksud dengan pemberdayaan dan bagaimana

cara untuk melakukan pemberdayaan. Hal ini disebabkan oleh

banyaknya defenisi atau pengertian yang diberikan oleh para alhi di

berbagai literatur.

Namun, terdapat kesamaan dalam hal maksud dilakukannya

pemberdayaan dalam organisasi, yaitu antara lain untuk:

a. Meningkatkan motivasi guna mengurangi kesalahan dan

mendorong karyawan untuk bertanggung jawab terhadap

tindakannya.

b. Meningkatkan dan mengembangkan kreativitas dan inovasi

c. Mendorong peningkatan kualitas produk dan jasa.

d. Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan mendekatkan

karyawan terhadap pelanggan, sehingga karyawan dapat

melayani dengan lebih baik.

23
e. Meningkatkan kesetiaan pada saat yang sama mengurangi

tingkat kemangkiran

f. Mendorong kerja sama yang lebih baik dengan sesama rekan

kerja dalam meningkatkan pengawasan dan produktivitas.

g. Mengurangi tugas pengawasan (pengendalian) dari manajemen

menengah dalam pekerjaan operasional sehari-hari, sehingga

para manajer lebih mempunyai waktu dan perhatian terhadap

masalah-masalah yang lebih besar.

h. Menyiapkan karyawan untuk berkembang dan menghadapi

perubahan dan tuntutan persaingan.

i. Meningkatkan daya saing bisnis.

Untuk melaksanakan pemberdayaan tersebut, biasanya

organisasi kemudian menyususun dan menentukan visi serta misi

organisasi. Disampingi itu, perusahaan melaksanakan pula rencana

strategis dan berbagai macam pelatihan yang berkaitan dengan

pemberdayaan karyawan, seperti : membangun kerja sama tim,

pemberdayaan kepemimpinan dan motivasi, kepekaan emosional di

tempat kerja, peningkatan kualitas terus-menerus, pelatihan

ketrampilan khusus yang berkaitan dengan pekerjaan dan lain

sebagainya.

I. Konsep Keperilakuan dari Psikologi dan Psikologi Sosial


1. Sikap

24
Sikap adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi
tindakan, baik yang menguntungkan maupun yang kurang menguntungkan, tujuan
manusia, objek, gagasan, atau situasi. Istilah objek dalam sikap digunakan untuk
memasukkan semua objek yang mengarah pada reaksi seseorang. Sikap tidak
sama dengan nilai, tetapi keduanya saling berhubungan. Ketiga komponen sikap:
pengertian (cognition), pengaruh(affect), dan perilaku(behavior). Susunan sikap
yang dipandang berdasarkan ketiga komponen tersebut membantu untuk
memahami kerumitan sikap dan hubungan potensial antara sikap dan perilaku.
Orang-orang memperoleh sikap dari pengalaman pribadi, orang tua, panutan, dan
kelompok sosial. Ketika pertama sekali seseorang mempelajarinya, sikap menjadi
suatu bentuk bagian dari pribadi individu yang dapat membantu konsistensi
perilaku. Para akuntan perilaku harus memahami sikap dalam rangka memahami
dan memprediksikan perilaku. Terdapat banyak cara bagi para akuntan perilaku
untuk menggunakan sikap guna melakukan riset-riset dalam bidang ini.
 Komponen Sikap
Dalam organisasi, sikap adalah penting karena sikap perilaku kerja. Sikap
disusun oleh komponen teori, emosional, dan perilaku. Komponen teori terdiri
atas gagasan, persepsi, dan kepercayaan seseorang mengenai penolakan sikap.
Informasi yang dimiliki oleh seseorang mengenai penolakan sikap terhadap
stereotip atau generalisasi, baik yang akurat maupun yang tidak akurat, telah
menciptakan satu kekuatan. Misal, komponen-komponen dari teori sikap yang
menolak komputerisasi dapat mengatakan bahwa ”bisnis perusahaan tidaklah
cukup besar untuk mengambil keuntungan atas komputerisasi. Komponen
emosional atau afektif mengacu pada perasaan seseorang yang mengarah pada
objek sikap. Komponen perilaku mengacu pada bagaimana satu kekuatan bereaksi
terhadap objek/sikap.
 Fungsi Sikap
Sikap memiliki empat fungsi utama: pemahaman,kebutuhan akan
kepuasan, defensif ego, dan ungkapan nilai. Pemahaman atau pengetahuan
berfungsi untuk membantu seseorang dalam memberikan maksud atau memahami
situasi atau peristiwa baru. Siakp mengizinkan seseorang untuk menilai suatu

25
situasi baru dengan cepat tanpa perlu mengumpulkan semua informasi yang
relevan mengenai situasi tersebut. Sikap juga melayani suatu hal yang bermanfaat
atau fungsi kebutuhan yang memuaskan. Misal, manusia cenderung untuk
membentuk sikap positif terhadap objek dalam menemukan sikap negatif. Sikap
juga melayani fungsi defensif ego dengan melakukan pengembangan atau
pengubahan guna melindungi manusia dari pengetahuan yang berlandaskan
kebenaran mengenai dasar manusia itu sendiri atau dunianya. Sikap juga melayani
fungsi nilai ekspresi. Manusia memperoleh kepuasan melalui pernyataan diri
mereka dengan sikapnya.
 Sikap dan Konsistensi
Orang-orang mengusahakan konsistensi antara sikap-sikapnya serta antara
sikap dan perilakunya. Ini berarti bahwa individu-individu berusaha untuk
menghubungkan sikap-sikap mereka yang terpisah dan menyelaraskan sikap
dengan perilaku mereka sehingga mereka kelihatan rasional dan konsisten. Jika
terdapat inkonsistensi, kekuatan untuk mengemablikan individu itu ke keadaan
seimbang terus digunakan agar sikap dan perilakunya menjadi konsisten lagi. Hal
ini dapat dilakukan dengan mengubah sikap maupun perilaku atau dengan
mengembangkan suatu rasionalisasi mengenai penyimpangan tersebut.
 Formasi Sikap dan Perubahan
Formasi sikap mengacu pada pengembangan suatu sikap yang mengarah
pada suatu objek yang tidak ada sebelumnya. Perubahan sikap mengacu pada
substitusi sikap baru untuk seseorang yang telah ditangani sebelumnya. Sikap
dibentuk berdasarkan karakter faktor psikologis, pribadi dan sosial. Hal pokok
yang paling fundamental mengenai cara sikap dibentuk sepenuhnya berhubungan
langsung dengan pengalaman pribadi terhadap suatu objek, yaitu pengalaman
yang menyenangka maupun tidak, traumatis, frekuensi kejadian, dan
pengembangan sikap tertentu yang mengarah pada gambaran hidup baru.
Beberapa Teori Terkait dengan Sikap

 Teori Perubahan Sikap

26
Teori perubahan sikap dapat membantu untuk memprediksikan pendekatan
yang paling efektif. Sikap, mungkin dapat berubah sebagai hasil pendekatan dan
keadaan.

2. Teori Pertimbangan Sosial


Teori pertimbangan sosial ini merupakan suatu hasil perubahan mengenai
bagaimana orang-orang merasa menjadi suatu objek dan bukannya hasil
perubahan dalam memercayai suatu objek. Teori ini menjelaskan bahwa manusia
dapat menciptakan perubahan dalam sikap individu jika mau memahami struktur
yang menyangkut sikap orang laindan membuat pendekatan setidaknya untuk
dapat mengubah ancaman. Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa usaha
untuk menyebabkan suatu perubahan utama di dalam sikap kemungkinan akan
gagal, sebab perubahan tersebut akan menghasilkan ketidaknyamanan bagi si
subjek. Faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan adalah membujuk dan
menengahi dua posisi bertentangan yang masing-masing didiukung oleh
komunikator. Jika komunikator memposisikan terlalu jauh dari jangka internal ,
hasil yang dicapai mungkin bertentangan dan sikap tidak akan berubah. Jika
komunikasi semakin dekat dengan jangka internal, maka asimilasi dapat
dihasilkan karena subjek tidak mempersepsikan komunikasi persuasif tersebut
sebagai ancaman yang ekstrem, sehingga orang tersebut akan mengevaluasi pesan
itu secara positif dan kemungkinan akan mengubah sikapnya.

3. Konsistensi dan Teori Perselisihan


Konsistensi dan teori perselisihan memandang perubahan sikap sebagai hal yang
masuk akal dan merupakan proses yang mencerminkan orang-orang yang dibuat
untuk menyadari inkonsistensi antara sikap dan perilaku mereka, sehingga mereka
termotivasi untuk mengoreksi inkonsistensi tersebut dengan mengubah sikap

27
maupun perilakunya ke arah yang lebih baik. Teori konsistensi menjaga hubungan
antara sikap dan perilaku dalam ketidakstabilan, walaupun tidak ada tekanan teori
dalam sistem. Teori perselisihan adalah suatu variasi dari teori konsistensi. Teori
ini menganggap bahwa perselisihan memotivasi orang-orang untuk mengurangi
atau menghapuskan perselisihan, karena perselisihan secara psikologis merupakan
hal yang tidak menyenangkan sehingga orang-orang akan mencari cara untuk
menghindari itu.

4. Teori Disonansi Kognitif


Leon Festinger pada tahun 1950-an mengemukakan teori Disonansi Kognitif.
Teori ini menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku. Disonansi dalam hal
ini berarti adanya suatu inkonsistensi. Disonansi kognitif mengacu pada setiap
inkonsistensi yang dipersepsikan oleh seseorang terhadap dua atau lebih sikapnya,
atau terhadap perilaku dengan sikapnya. Festinger mengatakan bahwa hasrat
untuk mengurangi disonansi akan ditentukan oleh pentingnya unsur-unsur yang
menciptakan disonansi itu, derajat pengaruh yang diyakini dimiliki oleh individu
terhadap unsur-unsur itu, dan ganjaran yang mungkin terlibat dalam disonansi.
Teori ini dapat membantu kecenderungan untuk mengambil bagian dalam
perubahan sikap dan perilaku.

5. Teori Persepsi Diri


Teori persepsi diri menganggap bahwa orang-orang mengembangkan sikap
berdasarkan bagaimana mereka mengamati dan menginterpretasikan perilaku
mereka sendiri. Teori ini mengusulkan fakta bahwa sikap tidak menentukan
perilaku, tetapi sikap itu dibentuk setelah perilaku terjadi guna menawarkan sikap
yang konsisten dengan perilaku. Sikap hanya akan berubah setelah perilaku
berubah. Teori fungsional terhadap perubahan sikap mempercayai bahwa sikap
melayani kebutuhan masyarakat. Dalam rangka mengubah sikap manusia harus
menemukan rangsangan terhadap apa yang akan dikembangkan berdasarkan pada
kebutuhannya.

28
6. Teori Motivasi dan Aplikasinya
Terdapat keyakinan bahwa perilaku manusia ditimbulkan oleh adanya motivasi.
Dengan demikian, ada sesuatu yang mendorong (memotivasi) seseorang untuk
berbuat sesuatu.
 Teori Motivasi Awal
Tiga teori spesifik dirumuskan selama kurun waktu tahu 1950-an. Ketiga teori ini
adalah teori hierarki kebutuhan,teori X dan Y, dan teori motivasi higiene. Teori-
teori ini bersifat awal karena: 1) teori-teori ini mewakili suatu dasar dari mana
teori-teori kontemporer berkembang, dan 2) para manajer mempraktikkan
penggunaan teori dan istilah-istilah ini untuk menjelaskan motivasi karyawan
secara teratur.

7. Teori Kebutuhan dan Kepuasan


Moslow menjelaskan suatu bentuk teori kelas. Teorinya menjelaskan bahwa
masing-masing individu mempunyai beraneka ragam kebutuhan yang dapat
mempengaruhi perilaku mereka. Teori kebutuhan ini pada praktiknya merupakan
bagian-bagian dari teori kebutuhan psikologis yang akan didominasi oleh
kebutuhan-kebutuhan lain jika tidak dijumpai. Secara psikologis, kebutuhan
merupakan syarat dasar untuk memenuhi kebutuhan sisik, seperti makan, minum,
perlindungan, dan sebagainya, yang disebut sebagai kebutuhan dasar utama.
Hierarki kebutuhan manusia oleh Moslow
Kebutuhan fisiologis (physiologis needs ), yaitu kebutuhan fisik , seperti rasa
lapar, rasa haus, kebutuhan akan perumahan, pakaian, dan lain sebagainya.
Kebutuhan akan keamanan (safety needs ), yaitu akan kebutuhan keselamatan dan
perlindungan dari bahaya, ancaman, perampasan atau pemecatan.
Kebutuhan sosial (social needs ), yaitu kebutuhan akan rasa cinta dan kepuasan
dalam menjalin hubunnga dengan orang lain, kebutuhan akan kepuasan dan
perasaan memiliki serta diterima dalam suatu kelompok, rasa kekeluargaan,
persahabatan, dan kasih sayang.
Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs ), yaitu kebutuhan akan status atau
kedudukan, kehormatan diri, reputasi, dan prestasi.

29
Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization needs ), yaitu kebutuhan
pemenuhan diri untuk mempergunakan potensi ekspresi diri dan melakukan apa
yang paling sesuai dengan dirinya.

8. Teori Prestasi
Teori ini pada awalnya dikembangkan oleh McClelland pada awal tahun 1990.
Teori McClelland mempunyai suatu faktor hierarki yang memotivasi perilaku.
Dalam kasus ini, terdapat tiga faktor yaitu prestasi, kekuatan dan afiliasi. Riset
yang dilakukan oleh McClellandmembri hasil bahwa terdapat tiga karakreristik
dari orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi, yaitu :
Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki rasa tanggung
jawab yang tinggi terhadap pelaksanaan suatu tugas atau pencarian solusi atas
suatu permasalahan. Akibatnya, mereka lebih suka bekerja sendiri daripada
dengan orang lain. Apabila suatu pekerjaan membutuhkan orang lain, mereka
lebih suka memilih orang yang kompeten disbanding sahabatnya.
Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi cenderung menetapkan
tingkat kesulitan tugas yang moderat dan menghitung risikonya.
Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki keinginan yang
kuat untuk memperoleh umpan balik (feed back ) atau tanggapan atas pelaksanaan
tugasnya.

9. Teori Motivasi
Pada pertengehan tahun 1960-an Herzberg mengajukan suatu teori motivasi yang
di bagi kedalam beberapa faktor. Asumsi terpenting dari bentuk teori Herzberg
adalah factor yang mempunyai pengaruh positif dalam motivasi dan menjadi
bahan perbedaan yang menyenangkan dari seluruh pengaruh negatif. Faktor-faktor
ini meliputi : kebijakan perusahaan , kondisi pekerjaan, hubungan perseorangan,
keamanan kerja dan gaji. Faktor motivasi meliputi : prestasi, pengakuan,
tantangan pekerjaan, promosi, dan tanggung jawab.
Herzberg juga menjelaskan bahwa hasil riset yang dilakukannya terhadap 200
responden yang terdiri atas akuntan dan insinyur menunjukkan bahwa terdapat

30
dua hal yang terkait dengan kepuasan dan motivasi. Kedua faktor tersebut
meliputi :
 Sejumlah kondisi kerja ekstrinsik
Yang apabila tidak ada menyebabkan terjadinya ketidakpuasan di antara para
karyawan. Kondisi ini disebut dengan faktor penyebab ketidakpuasan atau faktor
higiene, karena kondisi atau faktor-faktor tersebut minimal dibutuhkan untuk
menjaga agar ketidakpuasan tidak terjadi
 Sejumlah kondisi kerja instrinsik
Yang apabila ada berfungsi sebagai motivator dan dapat menghasilkan prestasi
ketja yang baik. Tetapi jika kondisi atau faktor tersebut tidak ada, maka hal
tersebut tidak akan menyebabkan terjadinya ketidakpuasan. Faktor-faktor tersebut
berkaitan dengan isi pekerjaan, yang disebut dengan istilah faktor pemuas.

10. Teori Keadilan


Teori keadilan pertama kali dipublikasikan oleh Adam pada tahun1963. Dalam
teori keadilan, kunci ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh
seorang individu adalah jika orang tersebut membandingkannya dengan
lingkungan lainnya. Teori keadilan secara umum merupakan bentuk dasar dari
konsep hubungan pertukaran sosial. Para individu mempertimbangkan input dan
output menjadi suatu nilai yang tidak sebanding.
Ketidakadilan dibagi menjadi dua bentuk dan keduanya diakibatkan dari peran
motivasi yang merugikan satu sama lain. Teori ini menggambarkan kenyataan
bahwa pembayaran-pembayaran relatif tidak mutlak menjadi perhitungan yang
mempunyai pengaruh kuat.

11. Teori ERG


Teori ERG (existence, relatedness, growth ) menganggap bahwa kebutuhan akan
manusia memilki tiga hierarki kebutuahan, yaitu kebutuhan akan eksistensi
( existence needs), kebutuhan akan keterikatan (relatedness needs) dan kebutuhan
akan pertumbuhan (growth needs ). Teori ERG mengandung suatu dimensi
frustasi-regresi.

31
Teori ERG berargumen, bahwa kebutuhan tingkat rendah yang terpuaskan
menghantar ke hasrat untuk memnuhi kebutuhandengan tingkatan yang lebih
tinggi. Tetapi kebutuhan ganda dapat beroperasi sebagai motivator dan halangan
sekaligus, di mana dalam mencoba untuk memuaskan kebutuhan tingkat lebih
tinggi dihasilkan pengaruh terhadap pemuasan akan kebutuhan dengan tingkat
yang lebih rendah. Secara keseluruhan teori ERG menyatakan suatu versi yang
lebih valid dibandingkan dengan hierarki kebutuhan.

12. Teori Harapan


Teori ini dikembangkan sejak tahun 1930-an oleh Kurt Levin dan Edward Tolman.
Teori harapan disebut juga teori valensi atau teori instrumentalis. Ide dasar teori
ini adalah bahwa motivasi ditentukan oleh hasil yang diharapkan akan diperoleh
seseorang sebagai akibat dari tindakannya. Variabel-variabel kunci dalam teori
harapan adalah: usaha (effort), hasil (income),harapan (expectancy), instrumen-
instrumen yang berkaitan dengan hubungan antara hasil tingkat pertama dengan
hasil tingkat kedua,hubungan antara prestasi dan imbalan atas pencapaian prestasi,
serta valensi yang berkaitan dengan kader kekuatan dan keinginan seseorang
terhadap hasil tertentu.

13. Teori penguatan


Teori penguatan memiliki konsep dasar yaitu :
Pusat perhatian adalah pada perilaku yang dapat diukur, seperti jumlah yang dapat
diproduksi, kualitas produksi, ketepatan pelaksanaan jadwal produksi, dan
sebagainya.
Kontinjensi penguatan (contingencies of reinforcement), yaitu berkaitan dengan
urutan-urutan antara stimulus, tanggapan, dan konsekuensi dari perilaku yang
ditimbulkan. Suatu kondisi kerja tertentu dibentuk oleh organisasi (stimulus),
kemudian karyawan bertindak sebagaimana diinginkan oleh organisasi
(tanggapan), selanjutnya organisasi memberikan imbalan yang sesuai dengan
tindakan atau perilaku karyawan tersebut (konsekuensi dari perilaku).

32
Semakin pendek interval waktu antara tanggapan atau respon karyawan (misalnya
prestasi kerja) dengan pemberian penguatan (imbalan), maka semakin besar
pengaruhya terhadap perilaku.

14. Teori Penetapan Tujuan


Teori ini dikembangkan oleh Edwin Loceke(1986) konsep dasar dari teori ini
adalah bahwa karyawan yang memahami tujuan (apa yang diharapkan organisasi
terhadapnya) akan terpengaruh perilaku kerjanya. Tujuan yang sulit menghasilkan
prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tujuan yang mudah. Demikian
pula halnya tujuan yang spesifik dan menantang akan menghasilkan prestasi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan tujuan yang bersifat abstrak.

15. Teori Atribusi


Teori Atribusi mempelajari proses bagaimana seorang menginterprestasikan suatu
peristiwa, alasan, atau sebab perilakunya. Teori ini dikembangkan oleh Fritz
Heider yang berargumentasi bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi
antara kekuatan internal(internal forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari
dalam diri seseorang, seperti kemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal
(eksternal forces), yaitu factor-faktor yang berasal dari luar seperti kesulitan
dalam pekerjaan atau keberuntungan. Teori ini diterapkan dengan menggunakan
variable tempat pengendalian :
 tempat pengendalian internal
Perasaan yang dialami oleh seseorang bahwa dia mampu secara personal
mempengaruhi kinerja serta perilakunya melalui kemampuan, keahlian, dan
usahanya.
 tempat pengendalian eksternal
Perasaan yang dialami oleh seseorang bahwa perilakunya dipengaruhi oleh factor-
faktor di luar kendalinya.

16. Teori Agensi

33
Teori ini mengasumsikan kinerja yang efisien dan bahwa kinerja organisasi
ditentukan oleh usaha dan pengaruh kondisi lingkunngan. Teori ini secara umum
mengasumsikan bahwa principal bersikap netral terdadap risiko sementara agen
bersikap menolak usaha dan risiko.

17. Pendekatan Dyadic


Pendekatan tersebut menyatakan bahwa ada dua pihak, yaitu atasan (superior) dan
bawahan (subordinate), yang berperan dalam [proses evaluasi kinerja. Pendekatan
ini dikembangkan oleh Danserau et al. pada tahun 1975. Danserau menyatakan
bahwa pendekatan ini tepat untuk menganalisis hubungan antara atasan dan
bawahan karena mencerminkan proses yang menghubungkan keduanya.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

34
a. Ilmu pengetahuan keperilakuan mempunyai kaitan dengan menjelaskan

dan memperediksi menenai keprilakuan manusia

b. Akuntansi keprilakuan menghubungkan antara keprilakuan manausia dan

akuntansi

c. Ilmu keprilakuan merupakan bagian dari ilmu social

d. Akuntansi ilmu keprilakuan merupakan bagaian dari ilmu akuntansi dan

penetahuan keprilakuan

e. Akuntansi keprilakuan praktis digunakan dalam dan diterapkan dengan

menggunakan riset ilmu keprilakuan untuk menjelaskan dan memperediksi

perilaku manusia

35

Anda mungkin juga menyukai