Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 TINGKEBAN(MITONI)

Mitoni berasal dari bahasa jawa pitu yang artinya tujuh.angka


tuujuh ini berarti bahwa mitoni adalah ritual yang di lakukan pada saat
kandungan berusia tujuh bulan dalam kandungan (Ardiana,2017). Selain
mitoni, pada umumnya masyarakat juga menyebutnya sebagai tingkeban
yang berarti tutup, sehingga tingkeban merupakan upacara penutup selama
kehamilan sampai bayi yang di kandung dilahirkan. Upacara mitoni atau
tingkeban merupakan upacara yang di lalukan pada bulan ke tujuh masa
kehamilan dan hanya di lakukan pada kehamilan pertama. Hal tersebut
tidak lepas dari keyakinan orang jawa bahwa tujuh dalam bahasa jawa
adalah pitu yang berarti pituduh (petunjuk),pitulung(pertolongan).
Salahsatu tujuan dilakukan tingkeban yakni meminta pertolongan kepada
Allah (Nasir,2016).

Secara historis tradisi tingkeban dimulai konon wanita bernama


Niken Satingkeb istri dari Ki Sedya telah hamil dan melahirkan anak
sebanyak 9x namun semuanya meninggal. Pasangan ini lalu meminta
saran untuk Prabu Jayabaya yang pada saat itu sedang berkuasa. Prabu
Jayabaya meminta pasangan itu untuk Laku becik (membawakan baik),
welas asih mring sapadam (Kasih sayang dengan sesama), mandi dari 7
sumber setiap hari rabu dan sabtu pukul 17.00 sembari mengucap mantra
untuk mensucikan diri, karena itu juga dapat digunakan untuk
mengunjungi ritual yang kesemuanya ditujukan untuk menjawab syukur
dan meminta kepada Yang Maha Kuasa agar mendapat keselamatan dan
ketentraman..

Upacara ini dilakukan untuk memohon keselamatan, baik bagi ibu


yang mengandung maupun calon bayi yang akan di lahirkan
(Prabawa,2012). Tradisi tingkeban (mitoni) berasal dari agama hindu yaitu
dalam kitab Hindu Upadesa. Dalam upacara ini sang ibu yang sedang
mengandung di mandikan dengan air kembang setaman di sertai do’a.
Tujuannya untuk memohon kepada Tuhan YME agar selalu diberi rahmat
dan berkah sehingga bayi yang akan dilahirkan selamat dan sehat.
4.2 Prosesi tingkeban(mitoni)
Secara teknis penyelenggaraan upacara ini dilakukan oleh dukun bayi atau
keluarga yang dianggap sebagai tertua. Kehadiran dukun hanya bersifat
seremonial , dalam arti mempersiapkan dan melaksanakan upacara tingkeban
(fitroh,2014).
Rangkaian upacara yang dilaksanakan pada ritual tingkeban(mitoni) secara
garis besar adalah sebagai berikut:
1. Membuat Rujak
Dalam tradisi jawa membuat rujak dilakukan oleh ibu sang jabang
bayi.Jika bumbu rujaknya terasa asin, biasanya jenis kelamin bayi yang di
lahirkan adalah perempuan. Jika rasa bumbu rujaknya tidak asin biasanya
bayi yang di lhirkan adalah laki-laki. Akan tetapi teknologi pada zaman
sekarang sudah canggih,dengan cara USG sudah dapat di ketahui apa jenis
kelamin pada bayi yang di kandung.
2. Siraman calon ibu
Upacara siraman di lakukan oleh sesepuh atau keluarga yang
memiliki hajat sebanyak tujuh orang. Hal ini bertujuan untuk memohon
do’a restu supaya suci lahir dan batin.calon ibu memakai kain batik
sebanyak 7 lilitan,selanjutnya calon ibu mula-mula disirami oleh suaminya
kemudian orang tuanya dan terakhir oleh keluarga lainnya,siraman di
lakukan dalam posisi duduk.
3. Memasukkan telur ayam kampung
Telur ayam kampung di masukan kedalam kain ke dalam calon ibu
oleh sang suami dari atas perut kemudian di lepaskan.prosesi ini di
lakukan di tempat siraman sebagai simbol agar bayi yang di lahirkan nanti
lancar dan selamat.
4. Pantes-pantes
Pantes-pantes yang dilakukan adalah memakaikan kain batik
sebanyak tujuh jenis kain batik dengan motif yang berbeda. Fungsi dan
tujuan pantes-pantes pada tingkeban(mitoni) berkaitan dengan
pengharapan, dan keselamatan lahirnya bayi (Nurcahyanti,2010).Kain dan
kebaya yang pertama sampai yang ke enam merupakan busana yang
menunjukkan kemewahan dan kebesaran. Ibu-ibu yang hadir saat ditanya
apakah si calon ibu pantas menggunakan busana-busana tersebut
memberikanjawaban : “dereng Pantes” (belum pantas).
Setelahdipakaikan busana ke tujuh yang berupa kain lurik dengan motif
sederhana, yaitu Lasem, baru ibu-ibu yang hadirmenjawab : “pantes”
(pantas). Ini melambangkan,doa agar si bayi nantinya menjadi orang yang
sederhana. Angka 7 melambangkan 7 lubang tubuh (2 di mata, 2 di
telinga, 1 hidung, 1 di mulut, dan 1 di alat kelamin), yang harus selalu
dijaga kesucian dan kebersihannya.
5. Membelah kelapa gading

Selanjutnya dua butir kelapa gading yang masing-masing telah


digambari Dewa Kamajaya dan Dewi Ratih, gambar tokoh wayang
melambangkan doa, agar nantinya si bayi jika laki-laki akan setampan Dewa
kamajaya dan jika wanita secantik Dewi Ratih. Kedua dewa dan dewi ini
merupakan lambang kasih sayang sejati. Oleh calon ibu, kedua butir kelapa
diserahkan pada suaminya, yang akan membelah kedua butir kelapa gading
menjadi dua bagian dengan bendo. Ini melambangkan, bahwa jenis kelamin
apapun, nantinya, terserah pada kekuasaan Allah.

6. Selamatan

Selamatan dilaksanakan pada malam hari setelah melalui beberapa


ritual yang disebutkan diatas. Terkadang sebagian masyarakat
menggabungkan acara selama Bentuk selamatan.

4.3 Makna dalam prosesi tingkeban (mitoni)

1. Rujakan dan dhawet

Rujakan dan dhawet ayu sebagai simbol kesenangan. Tradisi jual


dawet dan rujak memiliki makna sebagai usaha calon orang tua untuk
memenuhi kebutuhan anak kelak. Prosesi ini pun merupakan sebuah harapan
agar si anak dapat mendapat banyak rejeki untuk dirinya dan juga bagi kedua
orang tua mereka.
2. Siraman

Dalam prosesi siraman ini memiliki makna yaitu untuk menyucikan secara
lahir dan batin sang ibu dan calon bayi. Siraman dilakukan oleh tujuh orang bapak
dan ibu yang diteladani dari calon ibu dan calon ayah. Dengan gayung batok
kelapa.

3. Memasukkan telur ayam kampong


4. Pantes- pantes
Prosesi ini memakaikan 7 kain batik motif yang berbeda-beda 7
corak kain batik yang berbeda. Masing-masing memiliki arti:

o Sidomukti Kebahagiaan
o Sidoluhur Kemuliaan
o Truntum Nilai-nilai yang selalu dipegang teguh
o Parang Kusuma Perjuangan untuk hidup
o Semen Rama Akan lahir anak yang suka kasih akan tinggal lagi
akan menjadi ayah tetap bertahan lagi
o Udan Riris Anak yang lahir akan menyenangkan dalam
kehadirannya di masyarakat
o Cakar Ayam Anak yang dilahirkan dapat mandiri dan memenuhi
kebutuhannya sendiri
Motif kain batik yang di pakai di pilih yang terbaik dengan harapan bayi
yang dilahirkan nanti memiliki kebaikan yang tersirat dalam lambang kain.

5. Membelah kelapa gading


2 buah kelapa perlambang kamajaya dan kamaratih, arjuna dan
sembadra, wisnu dan dewi sri. tampan, cantik, berbudi pekerti seperti
menggabungkan.Tebu tulak adalah bala yang harus dipotong (tolak bala)
6. Selametan
Disini tuan rumah mengundang para warga khususnya para Bapak Kyai
atau Ustadz untuk datang kerumah pada jam yang telah ditentukan.
Beberapa surat yang sering dipilih dalam pembacaan Al-Qur’an pada acara
mitoni antara lainsurat Yusuf, Luqman, Maryam, Yasin, Al-Wa’qiah, Ar -
Rahman, Al-Mulk, Toha dan An-Nur. Surat-surat yang dipilih tidak
terlepas dari makna dan harapan-harapan kepada bayi yang akan
dilahirkan kelak. Misalnya surat Yusuf, pembacaan surat ini diharapkan
bahwa anak yang kelak lahir adalah anak yang tampan dan memiliki sifat-
sifat baik seperti Nabi Yusuf, pembacaan Surat Maryam bertujuan agar
bayi yang dilahirkan jika perempuan akan menjadi wanita suci dan
solihah, begitu juga dengan surat-surat lainnya.

Anda mungkin juga menyukai