Makalah Geologi Citra Penginderaan Jauh "Bentuk Lahan"
Makalah Geologi Citra Penginderaan Jauh "Bentuk Lahan"
“BENTUKLAHAN”
OLEH :
411218103
YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
nikmat kesehatan serta rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ”BENTUKLAHAN”
Terima kasih kepada yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam
mengarahkan maupun membimbing Penulis secara baik. Makalah ini mempunyai titik
kelemahan maupun kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang
membangun sebagai referensi untuk pembuatan makalah - makalah berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca dan menjadi referensi
yang baik dalam ilmu penginderaan jauh.
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penginderaan Jauh
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Penginderaan jauh berkembang sangat pesat sejak lima dasawarsa terakhir ini.
Perkembangannya meliputi aspek sensor, wahana atau kendaraan pembawa sensor, jenis
citra serta liputan dan ketersediaannya, alat dan analisis data, dan jumlah pengguna serta
bidang penggunaannya.
Di Indonesia, penggunaan foto udara untuk survey pemetaan sumber daya telah
dimulai oleh beberapa instansi pada awal tahun 1970-an. Saat ini telah beredar banyak
jenis satelit sumber daya. Mulai dari negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada,
Perancis, Jepang, Rusia, hingga negara-negara besar namun dengan pendapatan per
kapita yang rendah seperti India dan Republik Rakyat Cina. Berbagai satelit sumberdaya
yang diluncurkan itu menawarkan kemampuan yang bervariasi, dari resolusi spasial 0,6
meter (QuickBirth milik Amerika) hingga sekitar 1,1 kilometer (NOAA-AVHRR juga
milik Amerika Serikat). Berbagai negara di Eropa, Amerika Utara, Amerika
Latin, Asia dan bahkan Afrika telah banyak memanfaatkan satelit itu untuk
pembangunan
PEMBAHASAN
Dari interpretasi citra satelit tersebut, dapat diketahui berbagai jenis penggunaan
lahan di Kecamatan Pedurungan. Penggunaan lahan paling besar adalah untuk
pemukiman. Penyebaran wilayah pemukiman terjadi pada Kecamatan Pedurungan
sebelah barat, dan wilayah sebelah timur banyak di gunakan sebagai daerah industri,
sawah, dan perkebunan, serta sebelah utara banyak ditumbuhi pepohonan. Luasnya areal
pemukiman dikarenakan di Kecamatan Pedurungan terdapat areal pemukiman sehingga
memiliki tingkat hunian yang tinggi. Selain itu, karena merupakan salah satu bagian dari
wilayah perkotaan, Kecamatan Pedurungan tentu saja memiliki tingkat aksesibilitas dan
konektivitas yang baik, sehingga menarik minat untuk dijadikan wilayah pemukiman.
Penggunaan lahan untuk pemukiman ini diproyeksikan semakin meningkat karena sektor
industri yang semakin berkembang.
Sementara itu, sektor industri dapat berkembang karena Kecamatan Pedurungan
memiliki aksesibilitas dan konektivitas yang baik sehingga memudahkan mobilitas
barang dan jasa. Meskipun penggunaan lahan untuk industri tidak terlalu luas, namun
dapat memberikan dampak yang besar, terutama dalam pembangunan di wilayah
Kecamatan Pedurungan. Adanya penggunaan lahan untuk persawahan lebih disebabkan
oleh adanya aliran sungai, sehingga memudahkan untuk sistem pengairan. Meskipun
sangat potensial dan produktif untuk sektor ini, namun areal persawahan tidaklah luas
karena tergusur oleh perluasan lahan untuk pemukiman dan industri. Demikian halnya
dengan perkebunan, juga semakin tergusur karena perluasan lahan untuk pemukiman dan
industri, meskipun sebenarnya lahan ini mampu untuk produktif. Sedangkan adanya
pepohonan/ hutan merupakan salah satu bentuk pengelolan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Hal ini dikarenakan Kecamatan Pedurungan masih termasuk Kota Semarang, sehingga
adanya pepohonan merupakan kebutuhan untuk kegiatan rekreasi masyarakat setempat
maupun untuk stabilitas iklim mikro wilayah tersebut.
Pola penggunaan lahan di atas muka bumi mencerminkan tingkat dan orientasi
kehidupan masyarakat di wilayah itu. Akan banyak sekali kebutuhan akan lahan di
Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang. Yang rencannya kedepannya menjadi perluasan
daerah perekonomian Kota Semarang dan akan banyak sekali perubahan penggunaan
lahan di Kecamatan Pedurungan. Perubahan penggunaan lahan selain dampak dari
perluasan daerah perekonomian Kota Semarang juga karena perkembangan penduduk
yang semakin bertambah. Penambahan bangunan perekonomian, pemukiman, sarana dan
prasarana penunjang sangat diperlukan. Namun pembangunan tersebut harus tetap
memikirkan dampak lingkungan dari setiap perubahan penggunaan lahan.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu objek yang sedang
diamati sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau. Sebagai contoh,
memotret bunga di taman. Citra taman di halaman rumah yang berhasil dibuat merupakan
citra taman tersebut. Proses pembuatan citra dengan cara memotret objek dapat dilakukan
dengan arah horisontal maupun vertikal dari udara (tampak atas).
Hasil citra secara horisontal tampak sangat berbeda jika dibandingkan dengan
hasil pemotretan dari atas atau udara. Gambar yang dicitra dengan arah horisontal
menghasilkan citra tampak samping, sedangkan dengan arah vertikal menghasilkan citra
tampak atas baik tegak maupun miring (obliq).
Menurut Hornby, citra adalah gambaran yang terekam oleh kamera atau alat
sensor lain. Adapun menurut Simonet dkk, citra adalah gambar rekaman suatu objek
(biasanya berupa gambaran pada citra) yang diperoleh melalui cara optik, elektro-optik,
optikmekanik, atau elektromekanik.
Pakar geologi, khususnya yang berkaitan dengan penanggulangan bencana alam,
memerlukan informasi dari teknologi ini untuk mengetahui/ memperkirakan potensi dan
melokalisasi daerah rawan bencana.
Kegiatan alam tersebut dapat diamati melalui foto citra indera jauh, yang
datanya kemudian dianalisis dan dipakai sebagai data dasar peta dampak lingkungan.
Jadi, penginderaan jauh memiliki peranan yang sangat penting dalam mengidentifikasi
daerah rawan bencana alam. Informasi potensi rawan yang dihasilkan oleh penafsiran
penginderaan jauh dapat berupa:
a. jenis dan sebaran batuan;
b. hubungan antarbatuan;
c. struktur/ geologis, seperti sesar dan pelipatan;
d. morfologi tanah;
e. sebaran, bahaya informasi-informasi itu, maka kita akan sangat terbantu dalam
mengevaluasi kerawanan bencana dan risiko bahayanya.
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Geografi UGM dan Bakosurtanal. 2000. Pembakuan Spek Metodologi Kontrol
Kualitas Pemetaan Tematik Dasar Dalam Mnedukung Perencanaan Tata Ruang. Proyek
Inventarisasi dan Evaluasi Sumberdaya Nasional Matra Laut. Bakosurtanal. Bogor
Terumbu Karang, Panjang Garis Pantai dan Jumlah Pulau. COREMAP – LAPAN
Thornbury, W.D. 1954. Principles of Geomorphology. 2nd ed. John Wiley & Sons, Inc.
New York Tetelepta, J.M.S. 2001. Ekosistem Pulau-Pulau Kecil di Indonesia dan
Pengelolaan Sumberdaya Alamnya Guna Pembangunan Berkelanjutan. Makalah
Falsafah Sains, Program Pasca Sarjana IPB.
(http://rudyct.250x.com/sem1_012/j_tetelepta.htm )