Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Multikultural adalah sebuah filosofi – terkadang ditafsirkan
sebagai ideology yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai
kelompok kebudayaan dengan hak dan status sosial politik yang sama
dalam masyarakat modern. Istilah multikultural juga sering digunakan untuk
menggambarkan kesatuan berbagai etnis masyarakat yang berbeda dalam suatu
negara.
Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia,
mengingat kondisi kondisi komponen holistic (sosio–kultural) dan
geografisnya yang kompleks sertaberagam. Draine mengemukakan ”The
Indonesian personality has long absorbed foreign cultural influences and
converted them into something indigenous”.Berbagai macam kultur yang
mempengaruhi Indonesia akhirnya melahirkan suatu kehidupan
multikulturalisme yang kompleks dan penuh dengan pluralitas.
Untuk itu, diperlukan asuhan keperawatan yang khusus yang berfokus pada
komponen holistik seluruhnya (fisiologi – psikologi – sosial – cultural –
spiritual) agar dicapai peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara umum
dan peningkatan pengetahuannya mengenai hidup sehat serta mampu
merealisasikan ide tersebut kedalam kehidupan nyata dalam bentuk perilaku
sehat yang benar, maka dari itu kami (selaku penyusun makalah ini), akan
menjabarkan tentang elemen dalam pengkajian keperawatan transkultural dan
strategi untuk multikultural dalam praktik keperawatan agar dapat diterapkan
dalam tindakan proses keperawatan yang nyata sehingga semua tujuan tadi
tercapai dengan kualitas maksimal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengkajian keperawatan transkultural?
2. Terdiri dari apasajakah faktor-faktor yang menjadi bagian dari
pengkajian keperawatan transkultural?
3. Bagaiamana cara pengisian format pengkajian keperawatan
transkultural?
4. Bagaimana contoh hasil pengkajian keperawatantranskultural?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Pembaca mampu memahami elemen dalam pengkajian keperawatan
transkultural dan strategi untuk multikultural dalam praktik keperawatan.
Tujuan Khusus
Pembaca mampu menjelaskan tentang :
1. Pengertian pengkajian keperawatan transkultural.
2. Faktor-faktor yang menjadi bagian dari pengkajian keperawatan
transkultural
3. Cara pengisian format pengkajian keperawatan transkultural
4. Contoh hasil pengkajian keperawatan transkultural.
1.4 Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian pengkajian keperawatan transkultural.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi bagian dari pengkajian
keperawatan transkultural
3. Untuk megetahui cara pengisian format pengkajian keperawatan
transkultural
4. Untuk mengetahui contoh hasil pengkajian keperawatan transkultural.

BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Keperawatan Transkultural
Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita
ketahui apa arti kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu system
gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar
dalam rangka kehidupan masyarakat. (koentjoroningrat, 1986)
Wujud-wujud kebudayaan antara lain :
1. Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan
2. Kompleks aktivitas atau tindakan
3. Benda-benda hasil karya manusia
Belajar memahami budaya klien memerlukan belajar tentang orientasi
budaya anda sendiri dan diri anda sendiri. “seseorang yang akan mengubah
orang lain dirinya sendiri harus berubah”(Milo,1970). Budaya perawat
berinteraksi dengan budaya klien (Leininger 2000).
Proses keperawatan transkultural adalah sistematika pemberian asuhan
keperawatan berdasar latar belakang budaya pasien. Proses keperawatan
merupakan pedoman seorng perawat dalam melakukan tindakan keperawatan
terhadap pasien. Proses keperawatan melalui tahap-tahapnya merupakan sarana
untuk mewujudkan praktik keperawatan, karena melalui tahap-tahap proses
keperawatan pelayanan yang diberikan kepada klien menjadi lebih sistematis
dan berkualitas. Alat ukur kompetensi seorang perawat dalam mengaplikasikan
asuhan keperawatan transkultural adalah bagaimana perawat mengintregasikan
komunikasi, perilaku dan keahliannya dalam asuhan keperawatan melalui
proses keperawatan transkultural. Proses keperawatan transkultural terdiri dari
tahap pengkajian keperawatan transkultural , diagnosa keperawatan
transkultural, rencana tindakan keperawatan transkultural, tindakan
keperawatan dan evaluasi tindakan keperawatan transkultural.
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang
dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Teori
transkultural dari keperawatan berasal dari disiplin ilmu antropologi
dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konteks
atau konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya
perbedaan nilai-nilai cultural yang melekat dalam masyarakat.
Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan
nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut
diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat
tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya.
Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang
difokuskan pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk
mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau sakit secara fisik dan
psikokultural sesuai latar belakang budaya. Sedangkan menurut Leinenger
(1978), keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang
berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya.
Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji,
mengerti dan menggunakan norma pemahaman keperawatan transcultural
dalam meningkatkan kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan.
Asumsinya adalah berdasarkan teori caring, caring adalah esensi dari,
membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan.
Perilaku caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga meninggal dunia.
Human caring merupakan fenomena universal dimana,ekspresi, struktur
polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.
2.2 Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural
Konsep dalam transcultural nursing adalah :
a) Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi
serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
b) Nilai budaya
Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan
dan keputusan
c) Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan
Merupakan bentuk yang optimal dalam pemberian asuhan keperawatan
d) Etnosentris
Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang
dimiliki individu menganggap budayanya adalah yang terbaik
e) Etnis
Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim
f) Ras
Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal
muasal manusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid,mongoloid.
g) Etnografi: Ilmu budaya
Pendekatan metodologi padapenelitian etnografi memungkinkan perawat
untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya
setiap individu.
h) Care
Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan
perilaku pada individu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk
memenuhikebutuhan baik actual maupun potensial untuk meningkatkan
kondisi dan kualitas kehidupan manusia
i) Caring
Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau
antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia
j) Culture care
Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola
ekspresi digunakan untuk membimbing, mendukung atau member kesempatan
individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan
berkembang bertahan hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian
dengan damai
k) Cultural imposition
Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktek
dan nilai karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari
kelompok lain
Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985) , adalah cara pandang,
keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai
latar belakang budaya, terhadap 4 konsep sentral keperawatan yaitu :
 Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-
nilaidan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan
danmelakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia
memilikikecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapundia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
 Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam
mengisikehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan
suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan
untukmenjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi
dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang
samayaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit
yangadaptif (Andrew and Boyle, 1995).
 Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan
dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya
saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan
simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh
manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim
seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah
ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur
sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok
ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu
harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan
tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,
riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
 Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktikkeperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai
dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan
adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi
budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
2.3 Pengkajian Keperawatan Transkultural
Langkah awal dari proses keperawatan adalah mencari informasi tentang
pasien, informasi mencakup biopasikososiocultural dan spiritual. Data yang
merupakan hasil dan pencarian informasi bisa diperoleh melalui pasien sendiri
berdasarkan wawancara, respon verbal dan non verbal, keluarga dan orang lain
yang terkait.
Pengkajian bidang transkultural dilakukan oleh seorang perawat
profesional. Perawat transkultural menggunakan banyak cara dalam
memahami untuk mecoba menyesuaikan pengalaman, interpretasi, dan harapan
yang berbeda dalam budaya. Semua kelompok budaya meemiliki sistem waktu
dalam keyakinan dan praktek kesehatan sehingga perawat dapat
menginterpretasikan harapan antar kelompok. Wawancara kultural yang sensitif
diperlukan untuk mengetahui siapa klien mereka.
Keperawatan, untuk memberikan asuhan yang kongruent secara kultural,
memeperhatikan hubungan antara diri sendiri dan orang lain, anatara penyakit
psikologis dan fenomena tertentu seperti kemiskinan, penderitaan, kekerasan,
penyakit kronis, dan penuaan, anatara budaya perawatan dan kejiwaan, dan dari
klien, dan antara etika keperawatan dan ketentuan asuhan yang sesuai. Ketika
perawat dan klien berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, diagnosis
akurat, keterampilan khusus dan memerlukan banyak waktu (Benner, Tanner &
Chesia, 1996; Lipson & Streiger, 1996; Westermeyer, 1987 dalam Leininger
2000).
Wawancara dalam pengkajian merupakan tahap awal dari proses
keperawatan, ada beberapa jenis pengakajian dalam proses keperawatan
transkultural, diantaranya dari Purnell, Giger, dan Davidhizar, Leahy dan
Kizilay, Andrews dan Boyle dan sebagainya, tetapi yang paling komprehensif
dan sering digunakan adalah dari Leininger. Sunrise model yang sudah
dijelaskan dibab sebelumnya merupakan prinsip proses keperawatan mulai
tahap pengkajian sampai rencana tindakan keperawatan. Ketika perawat akan
melakukan pengkajian pada pasien dengan berbagai variasi latar belakang
budaya, perawat harus mengevaluasi kesiapan dirinya dalam hal nilai budaya,
kepercayaan dan perilaku, komunikasi dan kesiapan dalam mengkaji pada
pasien dengan latar belakang budaya berbeda.
Menurut Leiniger dan Mc Farland (2002) beberapa tujuan dari pengkajian
transkultural adalah:
1. Mencari budaya pasien, pola kesehatan dihubungkan dengan
pandangan, gaya hidup, nilai budaya, kepercayaan dan faktor social.
2. Mendapatkan informasi budaya secara keseluruhan sebagai dasar
pembuatan keputudan dan tindakan.
3. Mencari pola dan spesifikasi budaya, arti dan nilai yang dapat
digunakan untuk membedakan kepetusan tindakan keperawatan bahwa
nilai dan gaya hidup pasien dapat dibantu secara professional.
4. Mencari area yang berpotensi menjadi konflik budaya, kelalaian dan
perbedaan nilai antara pasien dan tenaga kesehatan.
5. Mengidentifikasi secara keseluruhan dan spesifik pola keperawatan
budaya yang sesuai untuk pasien.
6. Mengidentifikasi perbandingan informasi keperawatan budaya diantara
pasien yang berbeda atau yang sama untuk dapat digunakan sebagai
pembelajaran dan penelitian
7. Mengidentifikasi dua persamaan atau perbedaan pasien dalam
pemberian kualitas perawatan
8. Menggunakan teori dan pendekatan riset untuk mengartikan dan
menjelaskan praktik untuk kesesuaian keperawatan dan area baru dari
pengetahuan keperawatan transkultural.
Tujuan pengkajian tersebut mengambarkan bahwa pengkajian transkultural
sangat penting dilakukan, suatu contoh perbedaan budaya yang digambarkan
dalam hasil survei tentang pengkajian keperawatan transkultural dilakukan oleh
Pratiwi Nety, Tambunan dan Daryo (2002), kelompok ini mengkaji proses
keperawatan kemudian menganalisis dalam perspektik kultural. Adapun hasil
penelitiannya adalah dalam pengkajian yang terdiri dari identitas pasien dan
keluarga, riwayat peyakit, keluhan pasien yang merupakan data fokus dan
keluhan utama. Pada identitas pasien didapatkan bahwa ketika pasien dirawat
dirumah sakit ada perbedaan kebiasaan antar suku dalam memanggil nama,
misalnya pada masyarakat jawa atau sunda yang menjalani rawat inap di rumah
sakit, kelompok masyarakat ini akan memanggil tidak dengan nama aslinya,
misalnya nama alias atau nama suaminya. Nama alias yang sering dipakai
misalnya thole, ujang dan sebagainya. Sedangkan suku yang mempunyai marga
ad kelompok tertentu yang memanggil nama marganya. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa penting didalam pengkajian keperawatan adanya
nama alias yatranskultural Leininger yaitung harus dikaji secra formal.
Andrews dan Boyle (2003) menjelaskan beberapa faktor yang perlu dan
penting diperhatikan ketika pengkajian terhadap pasien, hubungan perawat dan
pasien tersebut bisa menggunakan sunrise model sebagai prinsip dalam
melakukan pengkajian. Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang
ada pada “Leninger’s Sunrise Model” dalam teori keperawatan Leininger yaitu:
2.3.1 Faktor Teknologi
Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan manusia untuk
memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Berkaitan dengan pemanfaatan teknologi kesehatan maka perawat
perlu mengkaji berupa : persepsi klien tentang penggunaan dan pemanafatan
teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehtaan saat ini, alasan mencari
bantuan kesehatan, persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi
masalah kesehtaan. Alasan klien tidak mau operasi dan klien memilih
pengobatan alternatif. Klien mengikuti tes laboraturium darah dan memahami
makna hasil tes tersebut.
2.3.2 Faktor Agama Dan Falsafah Hidup
Agama adalah suatu sistem simbol yang mengakibatkan pandangan dan
motivasi yang amat realistis bagi para pemeluknya. Sifat realistis merupakan
ciri khusus agama. Agama menyediakan motivasi kuat sekali untuk
menempatkan kebenarannya diatas segalanya, bahkan diatas kehidupan sendiri.
Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama yang di anut,
kebiasaan agam yang berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar sembuh
tanpa mengenal putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh, status
pernikahan, persepsi klien terhadap kesehatan dan cara beradaptasi terhadap
situasinya saat ini, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara
pengobatan dan penularan kepada orang lain.
2.3.3 Faktor Sosial Dan Keterikatan Kekeluargaan
Pada faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat : nam
lengkap dan nama panggilan dalam keluarga, umur atau tempat dan tanggal
lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
anggota keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga misalnya
arisan keluarga, kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat misalnya : ikut
kelompok olahraga atau pengajian.
2.3.4 Faktor Nilai-Nilai Budaya Dan Gaya Hidup
Nilai adalah konsep-konsep abstrak didalam diri manusia, mengenai apa
yang dianggap baik apa yang dianggap buruk. Nilai-nilai budaya adalah
sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap
baik atau buruk. Norma adalah aturan sosial atau patokan prilaku yang
dianggap pantas. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai
sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait.
Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan gaya
hidup adalah : posisi dan jabatan misalnya ketua adat atau direktur, bahasa
yang digunakan, bahasa non verbal yang ditunjukkan klien, kebiasaan
membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang berkaitan dengan kondisi
sakit, saran hiburan yang biasa dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari, misalnya sakit apabila sudah tergeletak dan tidak
dapat pergi kesekolah atau ke kantor.
2.2.5 Faktor Kebijakan Dan Peraturan Rumah Sakit Yang Berlaku
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dan kelompok dalam asuhan keperawatan
transkultural (Andrew & Boyle, 1995), seperti peraturan dan jam berkunjung,
klien harus memakai baju seragam, jumlah anggota keluarga yang boleh
menunggu, hak dan kewajiban klien yang harus dikontrakkan oleh rumah sakit,
cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
2.3.6 Faktor Ekonomi
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. sumber
ekonomi yang pada umumnya dimanfaatkan klien antara lain : asuransi, biaya
kantor, tabungan dan patungan antar anggota keluarga. Faktor ekonomi yang
perlu dikaji oleh perawat antara lain seperti pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan, kebiasaan menabung dan jumlah tabungan dalam sebulan. Faktor
ekonimi dapat ikut menentukan pasien atau keluarganya dirawat di ruang yang
sesuai dengan daya embannya.
2.3.7. Faktor Pendidikan
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Didalam menempuh
pendidikan formal tersebut terjadi suatu proses eksperimental. Suatu proses
menghadapi dan menyelesaikan masalah yang dimulai dari keluarga dan
selanjutnya dilanjutkan kepada pendidikan diluar keluarga (Leininger, 1984).
Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinannya harus didukung oleh
bukti-bukti ilmiah yang rasional dan dapat belajar beradaptasi terhadap budaya
yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan klien meliputi tingkat
pendidikan klien dan keluarga, jenis pendidikannya, serta kemampuan klien
belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak
terulang kembali.
Sebelum mengkaji 7 komponen diatas dalam pengkajian transkutural
perlu dikaji data demografi klien yang meliputi nama lengkap, nama panggilan,
nama keluarga, alamat, lama tinggal di tempat ini, jenis kelamin, tempat lahir,
diagnosa medis, No. Registrasi. Data tersebut perlu dikaji untuk mengetahui
data umum dari klien.
Prinsip-prinsip pengkajian budaya:
1. Jangan menggunakan asumsi.
2. Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang
pelit,orang Jawa halus.
3. Menerima dan memahami metode komunikasi.
4. Menghargai perbedaan individual.
5. Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien.
6. Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi.
2.4 Instrumen Pengkajian Budaya
Sejalan berjalnnya waktu,Transkultural in Nursing mengalami perkembangan
oleh beberapa ahli, diantaranya:
 Sunrise model (Leininger)
Yang terdiri dari komponen:
1. Faktor teknbologi (Technological Factors)
- Persepsi sehat-sakit
- Kebiassaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan
- Alasan mencari bantuan/pertolongan medis
- Alasan memilih pengobatan alternative
- Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam mengatasi
masalah kesehatan
2. Faktor agama atau falsafah hidup (Religious & Philosophical factors)
- Agama yang dianut
- Status pernikahan
- Cara pandang terhadap penyebab penyakit
- Cara pengobatan / kebiasaan agama yang positif terhadap
kesehatan
3. Faktor sosial dan keterikatan kelluarga (Kinship & Social Factors)
- Nama lengkap & nama panggilan
- Umur & tempat lahir,jenis kelamin
- Status,tipe keluarga,hubungan klien dengan keluarga
- Pengambilan keputusan dalam keluarga
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and lifeways)
- Posisi / jabatan yang dipegang dalam keluarga dan komunitas
- Bahasa yang digunakan
- Kebiasaan yang berhubungan dengan makanan & pola makan
- Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas kebersihan diri dan
aktifitas sehari-hari
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political & legal Factors)
Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas
budaya,meliputi:
- Peraturan dan kebijakan jam berkunjung
- Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu
- Cara pembayaran
6. Faktor ekonomi (Economical Factors)
- Pekerjaan
- Tabungan yang dimiliki oleh keluarga
- Sumber biaya pengobatan
- Sumber lain ; penggantian dari kantor,asuransi dll.
- Patungan antar anggota keluarga
7. Faktor Pendidikan (Educational Factors)
- Tingkat pendidikan klien
- Jenis pendidikan
- Tingkat kemampuan untuk belajar secara aktif
- Pengetahuan tentang sehat-sakit
 Keperawatan transkultural model Giger & Davidhizar
Dalam model ini klien atau individu dipandang sebagai hasil unik dari
suatu kebudayaan,pengkajian keperawatan transkultural model ini meliputi:
 Komunikasi (Communication)
Bahasa yang digunakan intonasi dan kualitas suara,pengucapan
(pronounciation),penggunaan bahasa non verbal,penggunaan ‘diam’
 Space (ruang gerak)
Tingkat rasa nyaman,hubungan kedekatan dengan orang lain,persepsi tentang
ruang gerak dan pergerakan tubuh.
 Orientasi social (social orientastion)
Budaya, etnisitas, tempat, peran dan fungsi keluarga, pekerjaan, waktu
luang, persahabatan dan kegiatan social keagamaan.
 Waktu (time)
Penggunaan waktu,definisi dan pengukuran waktu,waktu untuk bekerja dan
menjalin hubungan social,orientasi waktu saat ini,masa lalu dan yang akan
datang.
 Kontrol lingkungan (environmental control)
Nilai-nilai budaya,definisi tentang sehat-sakit,budaya yang berkaitan dengan
sehat-sakit.
 Variasi biologis (Biological variation)
Struktur tubuh,warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya seperti; eksistensi
enzim dan genetic,penyakit yang spesifik pada populasi terntentu,kerentanan
terhadap penyakit tertentu,kecenderungan pola makan dan
karakteristikpsikologis,koping dan dukungan social.
 Keperawatan transkultural model Andrew & Boyle
Komponen-komponenya meliputi:
1) Identitas budaya
2) Ethnohistory
3) Nilai-nilai budaya
4) Hubungan kekeluargaan
5) Kepercayaan agama dan spiritual
6) Kode etik dan moral
7) Pendidikan
8) Politik
9) Status ekonomi dan social
10) Kebiasaan dan gaya hidup
11) Faktor/sifat-sifat bawaan
12) Kecenderungan individu
13) Profesi dan organisasi budaya
Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self
assessment) dan pada klien, Kemudian perawat mengkomunikasikan
kompetensi transkulturalnya melalui media: verbal, non verbal & teknologi,
untuk tercapainya lingkungan yang kondusif bagi kesehatan dan kesejahteraan
klien.
2.5 Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya
Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara
sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan
melalui asuhan keperawatan. Tindakan keperawatan yang diberikan harus
memperhatikan 3 prinsip asuhan keperawatan yaitu:
1. Cara I : Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai
dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat
meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya
berolahraga setiap pagi.
2. Cara II : Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan
untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan,
misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis,
maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
3. Cara III : Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup
klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang
dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang
dianut.
Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam
menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam
bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa
proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berpikir dan
memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995).
Pengelolaan asuhan
keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian,diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengkajian adalah proses
mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai
dengan latar belakang budaya klien ( Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian
dirancang berdasarkan tujuh komponen yang ada pada”Sunrise Model” yaitu:
1. Faktor teknologi (technological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan.
Perawat perlu mengkaji: Persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi
masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih
pengobatan alternative dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan
teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan ini.
2. Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors )
Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat
untuk mendapatkan kebenaran diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya
sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah: agama yang
dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara
pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
3. Faktos sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors )
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala
keluarga.
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways )
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang di anggap baik atau buruk. Norma –norma budaya
adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut
budaya terkait. Yang perlu di kaji pada factor ini adalah posisi dan jabatan yang
dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan,
makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, perseosi sakit berkaitan
dengan aktivitas sehari- hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal
factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas
budaya (Andrew and Boyle, 1995 ). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah:
peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah
anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang
dirawat.
6. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material
yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi
yang harus dikaji oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain
misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota
keluarga.
7. Faktor pendidikan ( educational factors )
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh
jalur formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan
klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu
tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan
klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak terulang kembali.

4. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya
yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan.
(Giger and Davidhizar, 1995).
Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu :
a. gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
b. gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
c. ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai
yang diyakini.
5. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu
proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu
proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan
tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995).
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew
and Boyle, 1995) yaitu :
 mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak
bertentangan dengan kesehatan,
 mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan
kesehatan dan
 merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan
dengan kesehatan.
a) Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b) Cultural careaccomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan
standar etik.
c) Cultual care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan
yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing
melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak
percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan
terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
6. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan
klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan,
mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi
dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang
dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang
sesuai dengan latar belakang budaya klien.
2.6 Cara Pengisian Format Pengkajian Keperawatan Transkultural
Cara pengkajian transkultural ini diterjemahkan dari Leininger (2000) oleh
mahasiswa magister komunitas Universitas Indonesia dan dimodifikasi oleh
penulis dari pengkajian Andrews dan Boyle (2003)
1. Data Demografi
Data Demografi meliputi :
 Nama lengkap : …
 Nama panggilan : …
· Pada suku yang berbeda, masing-masing memiliki nama panggilan yang
berbeda pula dengan nama aslinya. Contoh : ujang, tole, dan sebagainya. Pada
suku tertentu apabila sudah menikah wanita dipanggil dengan nama suaminya.
 Nama keluarga : …
Pada suku di Indonesia maupun di luar negeri ada yang mencantumkan
nama keluarga
 Alamat : …
 Lama tinggal di tempat ini : …
Lama tinggal ini perlu dikaji sebab akan mempengaruhi klien dan perilaku
berbudaya. Menurut Andrew dan Boyle (2003) Budaya akan berubah dari
waktu ke waktu.
 Jenis kelamin (laki-laki/perempuan) : …
 Tempat lahir : …
 Diagnosis medis : …
 No. register :
2. Data Biologis / Variasi Biokultural
Dikaji warna kulit, rambut, struktur tubuh, bentuk wajah; penyakit resiko
seperti kanker kulit, sicle sel; penyakit spesifik genetic seperti hipertensi,
kardiovaskular dan sebagainya.
3. Faktor Teknologi
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor teknologi meliputi :
 Alat yang digunakan untuk bepergian (kebiasaan berjalan kaki pada
keyakinan tertentu di anggap melanggar apabila menggunakan
kendaraan bermotor sebagai alat transportasi).
 Alat yang digunakan untuk berkomunikasi (bahasa yang digunakan).
 Alat yang digunakan untuk belajar.
 Alat yang digunakan untuk berinteraksi. Sarana yang digunakan untuk
mendatangi fasilitas kesehatan.
 Sarana yang digunakan untuk hiburan keluarga (contoh pada
masyarakat suku jawa jathilan, di Banjarmasin habsian, pada
masyarakat modern pergi ke supermarket, dan lain-lain).
 Persepsi terhadap teknologi kesehatan bagaimana klien dan keluarga
mempersepsikan teknologi kesehatan, misalnya imunisasi, injeksi,
transfuse, dan lain-lain).
 Respon terhadap teknologi kesehatan (menolak atau menerima).
 Sarana dan prasarana teknologi kesehatan tersedia atau tidak tersedia).
4. Faktor Agama dan Filosofi
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor agama dan filosofi
meliputi:
 Agama yang dianut
 Keyakinan agama yang dianut klien berhubungan dengan kesehatan
(misalnya menolak diperiksa lawan jenis)
 Bagaimana pandangan klien dan keluarga tentang sakit yang diderita
menurut ajaran agamanya (misalnya sakit adalah cobaan, sakit adalah
hukuman, mati adalah renkarnasi)
 Apa yang dilakukan klien dan keluarga untuk mengatasi sakit
berhubungan dengan agama dan filosofi hidupnya (misalnya dengan
rukiyah, diobati oleh pendeta, diberi minum air suci sungai gangga,
dimandikan dengan kembang)
 Apa falsafah hidup klien (keyakinan hidup klien)
5. Faktor Sosial Dan Ikatan Kekerabatan
Bagaimana cara mengkaji kekerabatan? Di bawah diantaranya contoh
menanyakan tentang faktor sosial dan kekerabatan.
“Saya ingin mendengar tentang keluarga anda atau teman dekat anda dan
apakah mereka mengerti anda? Bagaimana lingkungan sosial berpengaruh pada
kehidupan anda khususnya kehidupan kesehatan anda, gaya hidup, bagaimana
perhatian seseorang dalam kehidupan anda, bagaimana cara keluarga anda
tentang kepedulian dalam keluarga, apakah mereka bertanggungjawab bila ada
keluarga yang sakit?”
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor sosial dan ikatan kekerabatan
(kindship) meliputi :
 Penyakit klien atau orang lain tentnag kesehatannya :
 Buruk
 Kurang baik
 Baik
 Sangat baik
 Status perkawinan :
 Menikah
 Janda / Duda
 Belum pernah menikah
 Orang tua tunggal
 Jumlah anak : … orang
 Anak kandung … orang
 Anak angkat … orang
 Klien dirumah tinggal dengan :
 Orang tua
 Saudara
 Anak dan Isteri
 Menumpang pada saudara
 Lain-lain …
 Tindakan apa yang dilakukan keluarga jika ada anggota keluarga yang
sakit
 Komunikasi :
 Kualitas suara :
 Kuat/nyaring
 Lembut
 Sedang
 Merintih
 Pelafasan dan pengucapan :
 Jelas
 Serak
 Dialek ...
 Penggunaan tekhnik diam dalam berbicara :
 Jarang
 Kadang-kadang
 Sering
 Waktu yang digunakan untuk diam :
 Singkat
 Sedang
 Lama
 Tak terobservasi
 Penggunaan bahasa non-verbal saat berkomunikasi:
 Gerakan tangan
 Gerakan mata
 Gerakan badan
 Kinetik (sertur, ekspresi dan cara berdiri/duduk)
 Sentuhan
 Terkejut atau menarik diri ketika disentuh
 Menerima sentuhan tanpa kesulitan
 Menyentuh orang lain tanpa kesulitan
 Tingkat kenyamanan
 Berpindah ketika jarak terinvasi
 idak bergerak ketika jarak terinvasi
 Jarak saat berkomunikasi
 Setengah meter
 Lebih dari satu meter
 Jarak yang nyaman bagi klien ketika berkomunikasi dengan orang …
 Apakah objek tertentu (missal tirai, furniture, dan lain-lain)
mempengaruhi sikap klien dalam berkomunikasi
 Tidak
 Ya, Jelaskan …
 Ketika klien berbicara dengan keluarga, seberapa dekat ia berdiri /
duduk…
 Ketika berkomunikas dengan orang dengan teman, seberapa jarak klien
berdiri / duduk
 ika klien harus bersentuh karena situasi, bagaimana klien bereaksi dan
bagaimana perasaan klien
 Jika orang yang klien cintai menyentuh, bagaimana reaksi klien dan
bagaimana perasaan klien
 Apakah jarak antara klien dan perawat saat ini nyaman bagi klien
8) Hubungan dalam keluarga
 Bagaiaman hubungan klien dan keluarganya …
 Apa fungsi klien dalam keluarga : …
 Apa peran klien dalam keluarga :
 Ayah / Ibu
 Anak
 Penasehat …
 Apabila ada sesuatu yang penting untuk didiskusi dengan keluarga,
bagaimana klien melakukannya …
 Bagaiaman klien berespon ketika mendapatkan pertanyaan dari
keluarga :
 Dengan kata-kata
 Gerakan tubuh
 Keduanya
 Hubungan dengan teman, tetangga / orang lain
 Bagaimana penilaian rang lain menurut klien …
 Darimana klien mendapat informasi tentang penilaian tersebut
 Bagaimana klien berespon ketika mendapatkan pertanyaan :
 Penggunaan kata-kata
 Gerakan tubuh
 Keduanya
 Hubungan dengan teman, tetangga / orang lain
 Kegiatan sosial/kemasyarakatan yang diikuti
 Bagaimana pendapat klien tentang aktivitas sosial yang dijalaninya
 Apakah aktivitas sosial yang dilakukan klien membuat klien
senang
 Ya
 Tidak
Alasannya : …
 Apa hobi klien
 Apa yang klien kerjakan jika mempunyai waktu luang
 Apakah anda percaya adanya pemimpin / penguasa
 Bagaimana anda bersikap terhadap pemimpin atau penguasa
 Ketika klien masih kecil, siapa yang paling berpengaruh pada klien
 Apakah arti kerja bagi klien
 Nilai-nilai budaya, kepercayaan dan pandangan hidup
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam nilai-nilai budaya, kepercayaan dan
pandangan hidup meliputi :
 Apakah pengertian budaya menurut klien …
 Apa arti penting budaya yang dimiliki klien …
 Suku / bangsa …
 Ras …
 Kepercayaan berdasarkan suku / bangsa berhubungan dengan sehat
sakit
 Sehat : …
 Sakit : …
 Pandangan hidup klien berhubungan dengan sehat-sakit …
 Waktu
 Orientasi pada waktu
 Orientasi pada masa lalu …
 Orientasi pada masa sekarang …
 Orientasi pada masa yang akan datang …
 Cara melihat waktu
 waktu sosial
 Berorientasi pada jam
 Reaksi fisiokimia terhadap waktu
 Berapa jam tidur pada malam hari : … jam
 Apakah biasa tidur pada siang hari :
 Tidak
 Ya, berapa … jam
 Apakah klien tidur dan bangun sesuai jadwal :
 Tidak
 Ya
 Apakah klien memahami pentingnya mendapat pengobatan atau makan
obat sesuai jadwal walaupun dalam waktu tidur klien :
 Ya
 Tidak
 Tanyakan hal-hal berikut berhubungan dengan waktu :
 Alat penunjuk waktu yang digunakan
 Jam
 Bel
 Jika klien janji pada jam 2 , jam berapa klien biasanya tiba untuk
memenuhi janji tersebut …
 Jika perawat berkata pada klien bahwa setengah jam lagi akan
menyuntik klien, berapa waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan
diri …
 Locus Control (Keyakinan seseorang)
 Kontrol internal
Percayakah bahwa kekuatan dipengaruhi perubahan dari dalam
 Kontrol eksternal
Percayakan bahwa nasib, keberuntungan dan kebetulan telah banyak
dipengaruhi upaya yang kita lakukan
 Locus Control (Keyakinan seseorang)
 Percayakah pada kekuatan supernatural :
 Tidak, alasan …
 Ya, alasan …
 Percayakah pada ilmu magik, ilmu gaib, ritual/upacara mempengaruhi
perubahan :
 Tidak, alasan …
 Ya, alasan …
 Tanyakan hal-hal yang berikut :
 Adakah obat tradisional yang anda gunakan untuk mengurangi sakit
klien
 Tidak, alasan …
 Ya, alasan …
 Adakah orang disekitar klien yang member obat untuk mengutangi sakit
yang diderita
 Apakah obat yang diberikan oleh paranormal akan digunakan untuk
mengobati sakit yang dialami klien saat ini
 Tidak, alasan …
 Ya, alasan …
 Faktor Politik Dan Hukum
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor politik dan hukum meliputi :
 Partai politik yang diikuti …
 Dalam partai politik kedudukan klien …
 Anggota
 Pengurus
 Bagaimana pandangan politik klien (menurut klien politik haram)

 Bagaiaman pandangan politik mempengaruhi sikap sehat sakit
klien …
 Sanki atau aturan dan kebijakan yang dianut keluarga (misalnya
menjaga subak di Bali) …
 Faktor Ekonomi
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor ekonomi meliputi :
 Pendapatan sebulan
 Penghasilan tambahan
 Apakah pendapatan dan penghasilan tambahan mencukupi untuk
kebutuhan hidup sehari-hari
 Ya
 Tidak
 Jika ya, apakah kelebihan penghasilan ditabungkan …
 Sumber pembiayaan kesehatan klien …
 Program asuransi kesehatan dan non-kesehatan yang diikuti (orang-
orang Indonesia banyak yang tidak percaya pad asuransi)
 Faktor Pendidikan
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor pendidikan meliputi :
 Tingkat pendidikan terakhir …
 Apa arti sehat atau kondisi yang bagus bagi klien sesuai dengan
disiplin ilmunya …
 Apa arti sakit atau kesehatan yang buruk menurut klien dengan
disiplin ilmunya …
 Jenis penyakit apa yang sering diderita oleh keluarga klien …
 Pemahaman sakit yang sedang diderita klien …
 Apa yang dilakukan klien / keluarganya jika mengalami sakit
seperti sekarang …
 Apa yang klien harapkan dari petugas kesehatan yang sedang
menolong memulihkan kesehatan klien …
 Persepsi klien dan keluarga tentang pendidikan (menganggap
pendidikan penting atau tidak bagi kehidupan) …

BAB 3
CONTOH KASUS

Klien nama Ny.W,30 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir SMP,


pekerjaan petani, suku jawa, diagnosis medis abortus. Klien hamil 12 minggu,
klien sangat mengharapkan memiliki anak. Klien mengeluh mengalami
pendarahan dan perut mulas-mulas selama 3 hari. Klien dianjurkan untuk
kuratase. Klien memeriksakan kehamilannya di dukun dan berencana akan
melahirkan di sana. Klien mendapat informasi tentang kehamilan dari mertua.
Klien masih percaya pada sihir dan hal-hal gaib, mereka percaya banyak anak
banyak rejeki dan percaya bahwa abortus merupakan perbuatan dosa. Setelah
di diagnosis abortus, klien tidak menerima dan merencanakan akan berobat ke
dukun. Mereka menganggap hal itu akibat ibunya melanggar pantangan dalam
menyediakan sesaji. Hubungan kekerabatan yang lebih dominan adalah pihak
laki-laki, pola pengambilan keputusan di pihak laki-laki. Pantangan makanan
jantung pisang, gurita, dan air kelapa sedangkan suaminya pantang memanjat
pohon kelapa atau pohon yang tinggi. Aturan dan kebijakan di atur oleh
pemuka agama dan para santri. Ada tabungan yang sudah di persiapkan oleh
keluarga untuk persalinan ini.

BAB 4
PEMBAHASAN KASUS
1. Pengkajian
a. Faktor teknologi
Dari kasus diatas, faktor teknologinya yaitu Ny W di anjurkan untuk
kuratase. Alasannya yaitu karna merupakan salah satu pilihan Ny W dalam
memecahkan masalah kesehatannya. Ny.W pergi ke dukun menggunakan
motor, berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia, tidak mengenal alat-alat
teknologi kesehatan,mempunyai pantangan menolak dilakukan transfuse,
menolak tindakankuretase karena bertentangan dengan keyakinannyadan
mengatakan hal tersebut berdosa. Ny W tidak pernah memeriksakan kesehatan
dan perkembangan kehamilannya di pelayanan kesehatan. Dan ini merupakan
kehamilan pertama dari Ny W dan umur kehamilannya 12 minggu.
b. Faktor sosial dan ketertarikan keluarga
Dari kasus diatas,klien yang bernama Ny W,berumur 30 tahun, tipe
keluarganya hubungan kekerabatan yang lebih dominan pihak laki-laki,
hubungan Ny. W dengan kepala keluarga adalah suami istri, pola pengambilan
keputusan di pihak laki-laki, Ny W mendapat informasi tentang kehamilan dari
mertua.
c. Faktor agama dan falsafah hidup
Adapun agama yang dianut Ny W adalah islam, status pernikahannya
resmi, cara pandang Ny W terhadap penyakit yaitu di sebabkan oleh sihir dan
hal-hal gaib, Ny W percaya bahwa abortus yang dideritanya itu akibat ibunya
melanggar pantangan dalam menyediakan sesaji, dan Ny W berobat
rencananya ke dukun.
d. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup
Pantangan Ny W yaitu memakan makanan jantung pisang,gurita dan air
kelapa sedangkan suaminya pantang memanjat pohon kelapa atau pohon yang
tinggi, alasannya yaitu jika memakan jantung pisang dapat membahayakan
tinggi kehamilannya, dan jika memakan gurita mungkin dapat menggugurkan
kehamilannya karna gurita itu licin, sedangkan air kelapa memang kehamilan
usia muda tidak di perbolehkan meminum air kelapa. Dan pada suami di larang
memanjat pohon yang tinggi karena takut kehamilannya gugur karna di
ibaratkan jatuh dari pohon.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku
Aturan dan kebijakan disana diatur oleh pemuka agama dan para santri.
Alasannya karena di sana memang budayanya seperti itu, agamanya kental
sehingga aturan dan kebijakan di atur oleh pemuka agama dan para santri.
f. Faktor ekonomi
Pekerjaan Ny W adalah petani,serta ada tabungan yang sudah dipersiapkan
oleh keluarga untuk persalinan ini. Karena ada tabungan yang telah di
persiapkan oleh keluarga sehingga Ny W sudah agak lega dan senang untuk
persiapan kelahirannya.
g. Faktor pendidikan
Tingkat pendidikan Ny W adalah SMP. Dan karena tingkat SMP itu di
negara kita di bawah rata-rata pendidikan yang seharusnya jadi pandangan Ny
W terhadap kesehatan pun tidak sama dengan orang yang berpendidikan tinggi
sehingga dia cendrung lebih memilih berobat ke dukun dari pada ke medis.
2. Analisa data dan diagnosis keperawatannya
a. Analisa data
1) Data subyektif
a) Keluarga mengatakan Ny W sejak 3 hari lalu mengalami pendarahan
dan perut mulas-mulas.
b) Keluarga mengatakan bahwa Ny W di diagnosis medis abortus.
c) Keluarga mengatakan Ny W di bawa ke dukun dulu.
d) Keluarga mengatakan bahwa Ny W akan di rencanakan melahirkan
di sana.
2) Data obyektif
a) Hasil pemeriksaan medis,Ny W di diagnosis abortus.
b. Diagnosa keperawatan
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif(vaskuler berlebih)
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (injury biologis)
3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
4) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
c. Diagnosa transkultural
1) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
2) Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
3) Ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai
yang diyakini.
3. Rencana keperawatan
a. Cultural care preservation/maintenance
1. Identifikasi perbedaan konsep antara perawat dan Ny W tersebut
a. Perbedaan konsep perawat dan Ny W terletak pada kepercayaan
Ny W yang masih percaya pada sihir dan hal-hal gaib.
b. Perawat harus tenang dan tidak terburu-buru berinteraksi dengan
Ny W.Perawat bisa perlahan-lahan untuk berkomunikasi dengan
Ny W.
c. Lalu perawat bisa mendiskusikan perbedaan budaya yang
dimilikinya dengan Ny W yang masih percaya kepada dukun serta
sihir dan hal-hal gaib.
d. Cultural care accomodation/negotiation
Perawat bisa menggunakan bahasa yang mudah di pahami oleh Ny
W seperti bahasa sehari-harinya.
2. Kemudian dalam perencanaan perawatan perawat bisa melibatkan
keluarga Ny W seperti suami,ibunya atau mertua Ny W.
3) Jika konflik tidak terselesaikan,lakukanlah negosiasi dengan Ny W
berdasarkan pengetahuan biomedis perawat tersebut.
 Cultural care repartening/reconstruction
4. Selanjutnya perawat bisa memberikan kesempatan pada Ny W untuk
memahami informasi yang telah diberikan dan melakukannya.
5. Lalu tentukan tingkat perbedaan Ny W melihat dirinya dari budaya
kelompoknya sendiri.
6. Kemudian gunakan pihak ketiga bila perlu,seperti tetangga atau kerabat
dekat Ny W.
7. Dan terjemahkan terminologi gejala Ny W tersebut ke dalam bahasa
kesehatan yang mudah dipahami Ny W dan orang tuanya.
8. Terakhir berikan informasi pada Ny W tentang sistem pelayanan
kesehatan.
Kesimpulan kasus
a. Mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatannya,dari kasus
di atas yang bisa di pertahankan adalah aturan dan kebijakan diatur oleh
pemuka agama dan para santri.
b. Membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan,dari kasus di
atas pantangan makanan jantung pisang,gurita dan air kelapa bisa di
ganti dengan yang lain,mungkin bisa dengan sayur yang lain dan juga
air kelapa bisa di ganti dengan air biasa.
c. Mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya
yang baru.Dari kasus di atas mungkin budaya berobat ke dukun bisa di
ganti dengan berobat ke medis/dokter

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan
keperawatan yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk
mempertahankan, meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang
budaya. Dalam pengkajian keperawatan transkultural, untuk menegakkan
suatu diagnosa keperawatan, dilakukanlah pengumpulan data Subjektif dan
Objektif melalui 4 cara, yaitu : Wawancara, Questioner, Observasi dan
Pemeriksaan fisik dalam 7 komponen utama dari Leininger’s Sunrise Model,
yang terdiri dari : Faktor teknologi, agama & falsafah hidup, sosial &
kekeluargaan, nilai budaya & gaya hidup, kebijakan & peraturan rumah sakit
yang berlaku, Ekonomo dan Faktor pendidikan secara komperhensif.
Diagnosa keperawatan transkultural yang ditegakkan dapat
mengidentifikasi tindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan budaya
yang sesuai dengan kesehatan, membentuk budaya baru yang sesuai dengan
kesehatan atau bahkan mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan
dengan budaya baru. Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan
transkultural tidak dapat begitu saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat
memahami latar belakang budaya klien sehingga tindakan yang dilakukan
dapat sesuai dengan budaya klien. Evaluasi asuhan keperawatan transkultural
melekat erat dengan perencanaan dan pelaksanaan proses asuhan keperawatan
transkultural.
5.2 Saran
Untuk seluruh teman-teman perawat dan pembaca, semoga dengan adanya
informasi dari makalah ini, kita menjadi lebih mampu melakukan pengkajian
keperawatan transkultural dengan cara yang benar. Perlu diperhatikan agar
mempelajari lebih dalam tentang ‘komunikasi’ agar kita lebih baik dalam
berinteraksi dengan pasien, keluarga maupun masyarakat yang menjadi sasaran
pengkajian kita
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, Arum. 2010. Buku Ajar Keperawatan Transkultural.Yogyakarta : Goysen
Publishing
Afifah, Efy. Ringkasan Materi : Unit 2 Keragaman budaya dan perspektif
transkultural dalam keperawatan.
Sudiharto.2007.Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan
Transkultural .Jakarta
Akhmadi. 2011. "Konsep Keperawatan Transkultural (Madeleine Leininger)".
Alimul Hidayat, A. Azis. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :
SalembaMedika

Anda mungkin juga menyukai